Rabu, 30 Desember 2020

17 ALASAN LARANGAN MERAYAKAN TAHUN BARU DALAM ISLAM

Edisi Kamis, 31 Desember 2020 M / 16 Jumadil Awwal 1442 H

Tahun baru Masehi saat ini memang dirayakan secara megah dan besar besaran yang dihiasi dengan suara terompet dan atraksi kembang api yang cantik di seluruh dunia yang dirayakan semua orang , termasuk umat muslim. Namun perlu diketahui jika perayaan tersebut identik dengan hari besar yang dirayakan orang Nasrani.

Selain itu, banyak keyakinan batil yang terdapat dalam perayaan malam tahun baru tersebut seperti minum segelas anggur terakhir dari botol sesudah tengah malam akan membawa keberuntungan dan berbagai kegiatan lainnya. Inilah yang menjadi alasan mengapa larangan merayakan tahun baru dalam Islam berlaku bagi umat muslim. Selain itu, ada banyak kerusakan yang terdapat dalam perayaan tahun baru.

Secara lebih rinci, berikut adalah beberapa kerusakan yang terjadi seputar perayaan tahun baru masehi.

1. Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan ‘Ied (Perayaan) yang Haram 

Perlu diketahui bahwa perayaan (‘ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan,

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ « مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ ». قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ ». رواه أبو داود، وأحمد، والنسائي على شرط مسلم.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, dan mereka mempunyai dua hari, mereka bermain-main pada kedua hari itu, maka Rasulullah bertanya:  “Ini dua hari apa?”

Mereka menjawab; Kami dulu bermain pada kedua hari ini di masa jahiliyah. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sesungguhnya Allah sungguh telah mengganti yang lebih baik dari keduanya itu untuk kamu yaitu hari raya adha (qurban) dan hari raya fithri (berbuka).(HR Abu Dawud, Ahmad, dan An-Nasaai atas syarat Muslim). HR. An Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah menjelaskan bahwa perayaan tahun baru itu termasuk merayakan ‘ied (hari raya) yang tidak disyariatkan karena hari raya kaum muslimin hanya ada dua yaitu Idul Fithri dan Idul Adha. Menentukan suatu hari menjadi perayaan (‘ied) adalah bagian dari syari’at (sehingga butuh dalil). 

2. Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir 

Merayakan tahun baru termasuk meniru-niru orang kafir. Dan sejak dulu Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia, Romawi, Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ ».

 “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669, dari Abu Sa’id Al Khudri).

Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.

Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda,

« مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ».

”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ (1/269) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. 

Menyerupai orang kafir (tasyabbuh) ini terjadi dalam hal pakaian, penampilan dan kebiasaan. Tasyabbuh di sini diharamkan berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’). 

3. Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru 

Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari’atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.

“Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama’ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari’atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.

Jika ada yang mengatakan, “Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.” Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud,

وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلاَّ الْخَيْرَ.

”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas berkata,

وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ

“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.” (HR. Ad Darimi). Dikatakan oleh Husain Salim Asad bahwa sanad hadits ini jayid (bagus).

Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.

4. Mengucapkan Selamat Tahun Baru yang Jelas Bukan Ajaran Islam 

Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? ” Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”  Yang menandatangani fatwa ini: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah Alu Syaikh selaku ketua; Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan, Syaikh Sholih Al Fauzan, Syaikh Bakr Abu Zaid selaku anggota. Soal pertama dari Fatwa no. 20795.

5. Meninggalkan Shalat Lima Waktu 

Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya itu, para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.  Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7, Dar Al Imam Ahmad

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah). Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574

Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.

6. Begadang Tanpa Ada Hajat 

Begadang tanpa ada kepentingan yang syar’i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

عَنْ أَبِى بَرْزَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

.“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?! Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah.

Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)

7. Terjerumus dalam Zina 

Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkhalwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan  jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi.

Di dalam Islam, aturan yang ditegakkan mengenai zina sudah jelas. Karena dalam Al-Qur’an ditegaskan:

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [النور/2]

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS An-Nur: 2).

8. Mengganggu Kaum Muslimin 

Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemunkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

« الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ».

“Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 41).

Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”. Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 1/38, Asy Syamilah.

Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Bashri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!

9. Melakukan Pemborosan yang Meniru Perbuatan Setan 

Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.10.000 untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 10.000, bagaimana jika lebih dari itu?!  Padahal Allah Ta’ala telah berfirman

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (٢٦)إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (٢٧)

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Isro’: 26-27).

10. Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga 

Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang,

« مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ ».

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”(HR. Tirmidzi. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shohih).

Semoga kita merenungkan perkataan Ibnu Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.” Al Fawa’id, hal. 33

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ (٣٧)

“…Dan Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”  (QS. Fathir: 37).

Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai bukti yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”

11. Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan Ied Haram 

Kerusakan yang pertama adalah jika seorang merayakan tahun baru berarti juga merayakan ied atau hari perayaan yang haram hukumnya. Ini bisa terjadi karena hanya ada 2 ied bagi kaum muslim yakni Idul Fitri dan juga Idul Adha.

Anas bin Malik berkata, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fitri dan Idul Adha.’”.

 12. Luput dan tidak melaksanakan sholat sunnah tahajud 

Orang yang merayakan tahun baru juga akan luput dari shalat yang sangat utama yaitu shalat malam (shalat tahajud). Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

Melalaikan shalat malam karena disebabkan mengikuti budaya orang barat, sungguh adalah kerugian yang sangat besar.

13. Merekayasa Amalan Tanpa Tuntunan Malam Tahun Baru 

Seperti yang kita ketahui jika perayaan tahun baru berasal dari budaya orang kafir dan menjadi tradisi. Akan tetapi, orang jahil mensyariatkan amalan tertentu untuk malam pergantian tahun tersebut. Hal terbaik yang bisa dilakukan umat muslim untuk malam tahun baru sebaiknya diisi dengan dzikir berjamaah di masjid yang lebih bermanfaat. Persyariatan tersebut sungguh aneh sebab sudah melakukan amalan tanpa diikuti dengan tuntunan dan lagi pula ini bukanlah perayaan atau ritual umat muslim.

14. Terjerumus Pada Haram Saat Mengucapkan Selamat Tahun Baru 

Tahun baru merupakan syiar orang kafir dan bukanlah menjadi syiar umat muslim sehingga tidak pantas bagi umat muslim untuk memberi selamat dalam syiar orang kafir berdasarkan dari kesepakatan para ulama.

Ibnul Qoyyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah berkata, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.

15. Meninggalkan Perkara Wajib 

Begadang selama semalam sambil menunggu detik pergantian tahun tentunya akan membuat umat muslim meninggalkan perkara wajib yakni sholat 5 waktu seperti sholat subuh. Meninggalkan sholat 5 waktu tersebut bukanlah perkara yang sepele dan bahkan para ulama menyatakan hal tersebut sebagai perkara dosa besar dalam Islam.

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib (shalat lima waktu) dengan sengaja termasuk dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”

16. Melakukan kegiatan yang tak ada manfaatnya. 

Merayakan tahun baru termasuk menyia-nyiakan waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang bermanfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Membuang-buang waktu dengan cuma sekedar menunggu detik-detik pergantian tahun termasuk hal yang sia-sia, tidak ada faedahnya sama sekali.

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman,

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَاءكُمُ النَّذِيرُ

“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir [35]: 37)

Ingatlah bahwa membuang-buang waktu itu hampir sama dengan kematian yaitu sama-sama ada sesuatu yang hilang. Namun sebenarnya membuang-buang waktu masih lebih jelek dari kematian.

17. Terjerumus  perbuatan maksiat 

Perayaan tahun baru juga tidak lepas dengan ikhtilath atau bercampurnya antara wanita dan laki laki dan juga berkholawat atau berdua duaan dan ini bisa menjerumuskan umat muslim ke dalam zina dalam Islam. Hal inilah yang akan terjadi dalam malam pergantian tahun baru padahal melakukan pandangan, bersentuhan tangan dan bahkan sampai kemaluan adalah perbuatan zina dan menjadi hal yang sangat diharamkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”

Demikian penjelasan terkait apa saja hukum dan larangan merayakan tahun baru masehi bagi umat islam beserta alasan-alasan yang  menjelaskan mengapa hal itu dilarang. 

Semoga bermanfaat....

Selasa, 29 Desember 2020

17 MANFAAT WISATA RELIGI

Edisi Rabu, 30 Desember 2020 M / 15 Jumadil Awwal 1442 H

Setiap orang membutuhkan waktu bersenang-senang dengan menikmati pemandangan dalam sebuah perjalanan wisata. Islam pun menganjurkan umatnya untuk melakukan perjalanan wisata.

Ditemukan tidak kurang dari tujuh ayat Alquran yang mengaitkan langsung perintah memandang itu dengan perjalanan. Salah satunya yaitu, “Berjalanlah di bumi dan lihatlah”  (QS Al-An’am [6]: 11).

Dengan berwisata sesuai ajaran Islam, kita akan mendapatkan banyak manfaat.

Wisata religi adalah ketika kita berwisata ke tempat-tempat yang memiliki sisi religi, seperti tempat ibadah atau kawasan ziarah tokoh masyarakat seperti tempat wisata religi di aceh. Banyak hal yang bisa didapat ketika berwisata religi, lalu apa sebenarnya manfaat wisata religi bagi para wisatawan?

1. Melepas Kejenuhan 

Seseorang memilih untuk berwisata tentu untuk melepaskan diri dari segala kejenuhan. Mungkin beberapa orang melepas jenuh dengan melakukan jenis wisata lain, namun bagi beberapa orang, berwisata religi atau mendekatkan diri pada suatu hal yang berbau religius akan membuat mereka kembali bersemangat dalam menjalani rutinitas atau aktivitas seperti biasa. Wisata religi dapat dilakukan sendiri, atau bersama keluarga atau teman. Sangat wajar ketika seorang manusia berada di titik jenuh pada suatu kegiatan yang bahkan ia sukai sekalipun, dengan berwisata religi, ada energi positif yang bisa didapat.

2. Menghilangkan Beban Pikiran dan Stres 

Selain rasa jenuh, tentu stres dan beban pikiran sangat menumpuk, entah bagi yang masih pelajar atau seseorang yang sudah bekerja. Wisata religi adalah salah satu cara untuk menghilangkan perasaan stres serta beban yang berasal dari pekerjaan. Bahkan segala masalah rumah tangga pun bisa diademkan dengan berwisata religi bersama pasangan. Banyak sekali tempat wisata religi yang memiliki keunikan serta panorama indah yang akan secara otomatis dapat membuat perasaan menjadi tenang karena rasa nyaman yang diciptakan oleh tempat wisata tersebut.

3. Menyegarkan Dahaga Spiritual 

Berbeda dari berkunjung ke tempat hiburan yang biasanya hanya dilakukan agar mendapatkan kesenangan sementara, wisata religi dapat membuat dahaga spiritual kita tersegarkan seketika. Walau bersifat personal, namun tujuan dari wisata religi cukup luas dan kita tidak akan hanya bisa mengunjungi makam para wali saja, tapi setiap tempat yang masuk dalam kategori obyek wisata religi bakal membuat gairah cita rasa religiusitas kita meningkat. Selain dari makam para wali, sejumlah museum, situs sejarah dan masjid pun bisa disambangi. Satu hal yang menentukan ke mana kita perlu merujuk adalah kecenderungan kejiwaan kita; apa yang paling dibutuhkan oleh jiwa kita?

4. Mengingatkan Manusia pada Akhirat 

Walau terdapat sebuah riwayat dalam sebuah hadis di mana Nabi bersabda bahwa kita dilarang untuk melakukan ziarah kubur, namun setelah itu Nabi pun mengatakan bahwa sekarang kita perlu melakukannya karena akan mengingatkan kita akan akhirat. Mungkin banyak orang yang tidak menyadari apa manfaat dan tujuan sebenarnya dari wisata religi, khususnya bertandang dan berziarah ke makam tokoh masyarakat atau wali. Sebagai manusia, hidup kita tidaklah lama di dunia dan sangat penting untuk memikirkan kehidupan di akhirat sehingga dengan berziarah makam akan membuat kita lebih sadar dan lebih menyiapkan diri untuk akhirat

5. Lebih Dekat dengan Sang Pencipta 

Kunjungan wisata religi bukanlah perjalanan biasa karena memang tujuan dari adanya perjalanan wisata ini adalah supaya kita lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan berwisata religi, kita akan menjadi lebih ingat mati dan menimbulkan rasa takut terhadap siksa kubur dan neraka. Wisata religi bukan hanya sekadar datang ke makam wali dan berjalan-jalan atau melihat-lihat saja. Yang lebih utama agar kita mendapatkan kekuatan dari Allah adalah dengan mengaji atau membaca doa, jika punya waktu lebih maka gunakan untuk berkeliling atau berfoto.

6. Menambah Wawasan 

Selain dari kegiatan ziarah makam, ada berbagai situs bersejarah yang bisa dikunjungi yang akan menambah wawasan. Wisata religi tidaklah sekadar hanya berkunjung dan berdoa di makam wali atau tokoh masyarakat, namun ada bangunan-bangunan bersejarah yang berhubungan dengan perkembangan agama yang patut didatangi. Beberapa spot wisata religi memiliki keunikan dan sisi misteriusnya sendiri sehingga ketika kita bertandang, ada pemahaman baru yang bisa dikumpulkan yang akan jauh lebih menyenangkan daripada memelajarinya lewat sejumlah buku sejarah maupun religi.

7. Meningkatkan Kualitas Pribadi 

Percaya atau tidak, wisata religi, entah berasal dari mana istilah tersebut, hal ini akan benar-benar membawa pengaruh positif terhadap diri kita. Ketika kita merasakan kehadiran Allah atau merasa bahwa pribadi kita lebih dekat dengan-Nya, maka otomatis kualitas pribadi kita pun akan meningkat di mana yang tadinya kita adalah pribadi mudah jengkel dan kesal, akan berubah menjadi sesosok yang positif dan menyenangkan. Ini dikarenakan sudut pandang dan pola pikir kita terhadap suatu hal atau keadaan dapat berubah setelah menjelajahi beberapa obyek wisata religi. Kegiatan seperti wisata religi akan mencegah kita dari perasaan cepat frustasi dan jengkel.

8. Bersosialisasi Lebih Baik 

Ke mana pun tujuan kita ketika memutuskan untuk berwisata religi, percayalah bahwa kegiatan ini berdampak positif terhadap kehidupan sosial kita. Dalam perjalanan atau pada sebuah lokasi wisata tertentu, kita akan bertemu dengan banyak orang yang bisa kita ajak mengobrol, berdiskusi serta berbagi pengalaman serta ilmu agama. Selain menambah wawasan, dari situlah pribadi kita dapat menjadi lebih baik dalam hal bersosialisasi.

Kecuali kita lebih memilih untuk bersikap dingin dan tidak berkeinginan untuk membuka pembicaraan dengan orang lain, maka tidak akan ada perkembangan dalam pergaulan kita. Hal itu wajar apabila kita menjadi orang yang pertama kali melakukan kegiatan berwisata sehingga merasa canggung untuk mengajak orang lain mengobrol. Tapi tidak ada salahnya untuk membuka pembicaraan lebih dulu dengan menanyakan hal-hal sederhana yang nantinya akan membuat obrolan lebih asyik dan kita pun bisa bersosial secara lebih pandai.

9. Mendapatkan Zona Nyaman yang Berbeda-beda 

Serunya berpetualang melalui wisata religi adalah bahwa kita akan menemukan banyak zona nyaman yang berbeda-beda. Bila Anda adalah seseorang yang berjiwa petualang, maka tentu setiap bertandang ke satu kota atau lebih, selalu ada sejumlah tempat wisata religi yang akan memberikan kenyamanan. Entah itu dari warga sekitar yang begitu ramah dan welcome terhadap kita, maupun dari segi tempat wisatanya yang dapat memberikan perasaan tenang dan kalem, melalui perjalanan religi kita pasti disadarkan betapa zona nyaman dapat ditemukan di manapun.

10. Meningkatkan Percaya Diri dan Rasa Empati 

Berwisata religi tidaklah selalu berjalan mulus, terutama jika lokasi yang disambangi cukup sulit dijangkau atau agak misterius. Setuju atau tidak, paling tidak ada satu keadaan yang terjadi di luar kendali kita, namun justru karena hal seperti itulah pribadi kita harus mencari tahu sendiri bagaimana menghadapi situasi tersebut. Dengan mengetahui bahwa pribadi kita bisa diandalkan dan dapat diajak ‘berdamai’ dengan segala situasi serta kondisi yang sama sekali tidak diharapkan dan di luar perkiraan, percaya diri kita akan secara otomatis meningkat.

Lokasi wisata religi yang berhubungan dengan air berkemungkinan besar membuat kita dapat meningkatkan empati dan melepaskan emosi dengan lebih baik. Memilih untuk berlibur yang mendatangkan manfaat besar seperti wisata religi dipercaya dapat memperbaiki hubungan dengan diri sendiri serta orang lain. Ketika hubungan kita menjadi tidak baik dengan diri sendiri maupun orang lain, itu tandanya ada sesuatu yang mengganjal dalam diri yang tentu akan merugikan diri sendiri.

11. Menjadi Pribadi yang Lebih Easy Going 

Ketika mendatangi tempat-tempat baru, terutama tempat wisata religi, salah satu manfaatnya adalah dapat menjadikan diri kita lebih easy going. Jika sebelumnya kita adalah pribadi yang cukup keras terhadap diri sendiri, suatu keadaan atau orang lain, kita akan menjadi pribadi yang baru dan berpikiran lebih santai. Bukan lantas artinya kita dapat meremehkan suatu hal, namun dalam menghadapi segala hal yang dihadapi setelah kembali dari wisata, kita akan menjadi lebih menganggap bahwa hidup ini tidak berat tapi ringan.

Orang yang easy going cenderung tidak suka membuat masalah kecil menjadi besar. Bahkan ketika di hadapannya terdapat sebuah masalah besar, ia akan mencoba untuk mengecilkannya dan lebih suka berpikiran sederhana. Mendatangi tempat religi yang baru sekaligus menemukan hal-hal baru, percayalah bahwa selalu ada timbal balik dari semua itu. Saat kita menjadi seseorang yang easy going, diri kita pun akan terhindar dari rasa frustrasi dan stres yang berkepanjangan.

12. Mendetoksifikasi Diri dari Media Sosial 

Seperti yang kita tahu, media sosial tampaknya sudah sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Sebagian besar orang di dunia ini tidak akan mampu hidup tanpa media sosial. Memang benar bahwa media sosial memberikan pengaruh positif bagi kita, namun tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga memberikan dampak buruk di mana dapat menjauhkan orang yang dekat dan membuat kebanyakan orang kurang istirahat.  Dari media sosial pun kita memang bisa mendapat ilmu religi dari sejumlah postingan yang dibagikan sana-sini, tapi lebih dari itu, berwisata langsung ke obyek wisata religi akan lebih mantap.

Berkutat pada media sosial bukanlah hal yang baik, entah itu ada hubungannya dengan pekerjaan atau sekadar mencari hiburan. Lebih sehat jika kita memilih untuk beristirahat sejenak dari dunia maya. Berwisata religi akan mengingatkan kita kembali bahwa seharusnya kita lebih mendekatkan diri dengan Allah daripada dengan media sosial. Saat berada di perjalanan, yakinlah bahwa wisata religi akan membuat kita lupa dengan media sosial karena terlalu sibuk mendapatkan pengalaman baru.

13. Memberi Waktu untuk Diri Sendiri 

Entah destinasi wisata religi mana yang sudah direncanakan, yakinlah bahwa tempat tersebut akan menjadi tempat terbaik dalam memberikan ruang bagi kita untuk menciptakan waktu untuk diri sendiri. Kita kadang perlu “bernapas” dan membutuhkan ruang baru untuk melakukan itu. Wisata religi adalah pilihan yang tepat karena pada waktu inilah kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian luar biasa. Sebenarnya pun bukan hanya memberi ruang bagi diri sendiri, melainkan sebuah ruang di mana kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita yang sebelumnya tidak bisa kita sadari karena hiruk-pikuk kesibukan diri sendiri.

14. Menjadi Lebih Bahagia 

Sadar atau tidak, berwisata religi akan membuat hidup kita lebih ringan dan dekat dengan Sang Pencipta yang artinya hidup kita dapat menjadi lebih baik dan bahagia. Perjalanan yang kita lakukan, ke manapun itu, akan memberikan pelajaran berharga bagi kita yang juga akan membuat kebahagiaan bertambah. Simpel saja, ini semua karena meningkatnya rasa percaya diri yang didapat dari hasil petualangan di sejumlah tempat baru.

Berdoa membuat kita lebih rileks dan dalam wisata religi, pastinya kita tidak luput dari yang namanya membaca doa sehingga perasaan pun dijamin lebih tenang. Sekembalinya dari perjalanan wisata, dunia yang kita lihat akan berubah menjadi sebuah tempat yang lebih cerah. Tidak ada lagi pandangan bahwa dunia begitu suram dan pekerjaan begitu berat karena setelah melakukan perjalanan religi, ada kekuatan positif sudah berada dalam diri kita.

15. Meningkatkan Metabolisme Tubuh dan Kesehatan Jantung 

Masuk akal memang bahwa berwisata atau melakukan perjalanan dapat membuat kita lebih sehat, bahkan dari segi metabolisme tubuh. Sederhana sekali logikanya, yaitu karena berwisata menuntut kita untuk terus berjalan dan bergerak dari satu spot ke spot lainnya, terutama saat berziarah di mana lokasi terkadang agak terpencil dan rata-rata mengharuskan kita untuk berjalan kaki. Tanpa disadari, hal inilah secara tidak langsung akan membuat kinerja sistem tubuh meningkat karena harus cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.

Berwisata setidaknya dua kali dalam satu tahun akan sangat baik untuk jantung, khususnya bagi perempuan dan hal ini sudah melalui sebuah penelitian yang dilakukan dari Amerika, tepatnya oleh National Heart, Lung & Blood Institute. Hampir sama seperti olahraga, kegiatan yang membuat tubuh kita aktif bergerak akan berdampak baik bagi organ tubuh kita. Terlalu stres juga tidak baik untuk jantung, jadi ketika berwisata religi dapat mengurangi stres, kondisi jantung juga akan turut sehat selalu.

16. Memperlancar Saluran Pencernaan 

Perjalanan wisata religi terkadang cukup menguras tenaga karena letaknya yang cukup jauh dan susah dijangkau, namun justru itulah keuntungannya bagi kesehatan kita, terutama saluran pencernaan. Saat melakukan kegiatan wisata, asupan makanan yang cukup sangat dibutuhkan oleh tubuh demi membuat stamina tidak mudah turun. Kabar baiknya, dengan demikian pola makan kita akan lebih teratur dari sebelumnya.

Selama melakukan perjalanan, proses pencernaan makanan akan lebih sempurna. Hal ini akan menjadi lebih baik ketika kita juga mengonsumsi air putih lebih banyak dari biasanya. Melakukan perjalanan wisata mau tidak mau membuat kita membutuhkan asupan air lebih banyak, jadi mengombinasikan dua hal tersebut secara tidak langskung akan membantu sistem pencernaan menjadi lebih lancar.

17. Meningkatkan Kualitas Tidur 

Terkadang lokasi wisata yang pelosok dan tidak mudah dijangkau akan membuat kita lelah, namun pengalaman seperti ini hanya akan dialami oleh para wisatawan pemula. Karena wisata religi dapat memberikan ruang “bernapas” serta ketenangan lebih bagi kita, maka tidak salah lagi hal ini akan memengaruhi kualitas tidur kita menjadi lebih baik. Stres dan beban karena masalah pekerjaan atau rumah tangga dapat membuat pikiran tidak tenang sehingga saat malam menjadi kurang bisa tidur. Wisata religi akan membuat kita ingat betapa kita punya Tuhan yang sanggup kita andalkan dalam keadaan apapun.

Begitu banyak manfaat wisata religi yang sebenarnya bisa didapat entah sadar atau tidak. Dan faktanya, perjalanan religi dengan tujuan yang benar dan baik akan membuat pribadi kita menjadi lebih maju juga. Bahagia itu sederhana dan wisata religi adalah salah satu cara terbaik untuk menemukan kebahagiaan yang kita mungkin cari selama ini.

Semoga bermanfaat ....

Senin, 28 Desember 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG SAINS

Edisi Selasa, 29 Desember 2020 M / 14 Jumadil Awwal 1442 H

Siapa yang tidak tahu apa itu sains? Tentu saja semua orang tahu. Sains berkaitan tentang ilmu alam, termasuk di dalamnya fisika, biologi, kimia, astronomi dan geografi. Sains adalah salah satu di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala di muka bumi. Maka dari itu sering-seringlah kita memperhatikan ciptaan Allah, merenungi ciptaan-Nya dan mensyukuri pemberian-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali ‘Imran : 190-191)

Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan sains. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Q.S. Al-Furqaan : 45-46 

أَلَمْ تَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا

ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا

Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Q.S. Al-Furqaan : 45-46)

2. Q.S. An-Nuur : 39 

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (Q.S. An-Nuur : 39)

3. Q.S. An-Nuur : 35 

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nuur : 35)

4. Q.S. Ar-Ra’d : 2 

ٱللَّهُ ٱلَّذِى رَفَعَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (Q.S. Ar-Ra’d : 2)

5. Q.S. An-Nuur : 43 

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Q.S. An-Nuur : 43)

6. Q.S. Al-An’aam : 99 

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-An’aam : 99)

7. Q.S. Ar-Ra’d : 4 

وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Ra’d : 4)

8. Q.S. Al-A’raaf : 57 

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Q.S. Al-A’raaf : 57)

9. Q.S. Al-An’aam : 141 

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ جَنَّاتٍ مَعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۚ كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ۖ وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al-An’aam : 141)

10. Q.S. Al-A’raaf : 58 

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (Q.S. Al-A’raaf : 58)

11. Q.S. Az-Zumar : 21 

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Q.S. Az-Zumar : 21)

12. Q.S. Ar-Ra’d : 17 

أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (Q.S. Ar-Ra’d : 17)

13. Q.S. An-Nahl : 11 

يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 11)

14. Q.S. An-Nahl : 69 

ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 69)

15. Q.S. An-Nahl : 66 

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (Q.S. An-Nahl : 66)

16. Q.S. An-Naml : 61 

أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (Q.S. An-Naml : 61)

17. Q.S. Faathir : 12 

وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (Q.S. Faathir : 12)

Itulah ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan sains. Semoga ayat-ayat di atas menjadi renungan bagi kita bahwa Al-Quran memang terbukti benar dan tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Agar orang kafir merenunginya sehingga mendapat petunjuk dan agar orang beriman bertambah keimanannya.

Semoga bermanfaat....

Minggu, 27 Desember 2020

17 CARA RASULLULLAH MEMULIAKAN ISTRI

Edisi Senin, 28 Desember 2020 M / 13 Jumadil Awwal 1442 H

Suami istri adalah kedua orang manusia yang telah mengikat janji dengan agama sebagai saksinya dan setiap urusan yang dilakukan keduanya menjadi jalan kebaikan, jalan rezeki, serta jalan untuk beribadah. Suami dan istri sudah selayaknya saling memuliakan satu sama lain agar ikatan cinta dan kasih sayang keduanya selalu terasa dan selalu abadi tak lekang baik oleh keadaan, oleh perubahan fisik, dan oleh waktu. itulah yang disebut cinta sejati, cinta yang dimiliki karena Allah dan terdapat dalam ayat Al Qur’an tentang cinta sejati.

 Salah satu hal yang menyebabkan keindahan dan ketentraman dalam rumah tangga ialah bagaimana seorang suami memperlakukan dan menunjukkan kasih sayang pada istrinya. Memang setiap lelaki memiliki karakter yang berbeda, ada yang terang terangan, ada yang menunjukkan secara diam diam, ada pula yang cenderung cuek dan merasa sudah cukup memuliakan istrinya dengan cara memberinya nafkah lahir dan batin.

Istri adalah seorang wanita yang menyukai kelembutan dan kasih sayang, istri senang sekali diperlakukan dengan baik dan dimuliakan, hal itu akan menjadikan istri lebih dalam menjalankan baktinya kepada suami seperti yang dicontohkan Rasulullah yang memang menjadi teladan terbaiK dalam urusan apapun. Mari simak artikel tausiah berikut mengenai Cara Rasulullah memuliakan istri sebagai wawasan islami untuk kita agar bisa mencontoh kebaikan di dalamnya.

1. Pengertian 

Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tengah bepergian untuk berdakwah hingga sampai rumah dalam kondisi sudah larut malam. Karena tidak ingin mengganggu Aisyah (Istri Rasulullah) yang sudah tertidur, beliau pun tidur di depan pintu dengan menggunakan sorban beliau sebagai bantal untuknya dan kain tipis sebagai alasnya yang menjadi wujud bahwa keutamaan memuliakan istri adalah hal penting.

Ketika pagi hari Aisyah membuka pintu ia terkaget kaget dan bertanya mengapa Rasulullah tidak mengetuk pintu dan membangunkannya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu”. (HR Muslim). kisah tersebut merupakan teladan bahwa Rasulullah selalu memuliakan istrinya hingga mengorbankan kenyamanan untuk drinya sendiri.

2. Kontak Fisik 

“Setiap hari Rasulullah membelai semua istrinya seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau gilir waktunya lalu beliau bermalam di tempatnya”. (HR Ahmad). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan istri dengan menyentuhnya dengan kasih sayang, hal tersebut menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang yang dalam. Hal ini patut menjadi teladan bagi para suami untuk selalu berlaku lembut pada istrinya sehingga istri akan merasa menjadi seseorang yang berharga dan disayangi, hal ini merupakan bagian dari keutamaan cinta dalam islam.

3. Bekerja Sama dengan Istri 

“Rasulullah membantu melaksanakan pekerjaan keluarga”. (HR Bukhari). Walaupun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang manusia terbaik yang sudah dijaminkan surga di akherat, tetapi beliau tetap sederhana bahkan ketika di rumah ikut membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga istrinya merasa senang dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Sungguh luar biasa teladan yang diberikan beliau. kasih sayang dalam islam ditunjukkan Rasullah dengan cara tersebut.

4. Mengajak Bepergian 

“Rasulullah jika hendak melakukan perjalanan, beliau melakukan undian diantara para istri, barang siapa yang keluar namanya, maka dialah yang ikut pergi bersama beliau”. (HR Bukhari). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajak istrinya bepergian secara bergantian dengan adil agar sang istri mengetahui secara langsung kegiatan suami tanpa ada yang ditutupi dan istri merasa disayangi karena dilibatkan dalam berbagai urusan. cara rasulullah menyayangi istri ini dapat dijadikan teladan oleh umat islam.

5. Mendengarkan Keluh Kesah 

“Rasulullah adalah orang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit”. (HR Bukhari). Rasulullah ialah seorang pendengar yang baik pada istrinya, istrinya merasa nyaman menceritakan tentang apapun kepada beliau karena beliau senantiasa mendengarkan dengan penuh kasih sayang.

6. Beraktifitas Bersama 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan istri dengan melakukan aktifitas bersama walaupun itu adalah aktifitas yang sangat pribadi seperti kisah dalam hadits berikut yang merupakan bukti cinta kepada istrinya. “Aku (Aisyah) pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air, dan tangan kami bersentuhan”. (HR Mutafaqun ‘Alaih).

7. Bermanja Manja 

“Beliau (Rasulullah mendekat kepadanya (Aisyah) dan ia ada di kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haid”. (HR Muslim). Rasulullah senang bermanja manja dengan istri sehingga timbul rasa nyaman dan keakraban. Istri pun menjadi senang karena selalu dekat dengan suami baik secara fisik maupun hati.

8. Mencium Sebelum Bepergian 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan istri dengan berpamitan terlebih dahulu sebelum pergi atau keluar rumah, bukan hanya dengan kata saja namun beliau mencium istrinya dengan kasih sayang. “Rasulullah selalu mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat, kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).

9. Tetap Tenang Menghadapi Kemarahan Istri 

Aisyah pernah marah kepada Rasulullah dan berkata bahwa Khadijah ialah wanita yang tua dan dirinya jauh lebih cantik karena Aisyah memang terkenal sebagai istri Rasulullah yang paling besar rasa cemburunya, tetapi Rasulullah tetap bersabar dan tidak memarahinya karena beliau memahami sifat istri kesayangannya tersebut.

“Rasulullah memijit hidung Aisyah jika ia marah dan berkata : Ya Humaira, bacalah doa : Wahai Tuhanku, ampunlah dosa dosa ku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindunglah aku dari fitnah yang menyesatkan”. (HR Ibnu Sunni). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menanggapi kemarahan istri dengan amarah apalagi dengan memukul istrinya diriwayatkan oleh Aisyah, “Rasulullah tidak pernah memukul istrinya walau sekalipun”. (HR Muslim).

10. Makan Berdua 

“Aku biasa makan bubur bersama Rasulullah dalam wadah yang sama, aku minum air dengan gelas dan beliau meletakkan mulut beliau di gelas tersebut lalu beliau minum”. (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur). Rasulullah tidak pernah ragu untuk makan bersama istri walaupun berasal dari satu tempat makan yang sama karena merasa istri adalah bagian dari dirinya.

11. Memberi Hadiah 

“Rasulullah memberi kepada masing masing istrinya satu botol minyak kasturi”. (HR Ahmad). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selalu berusaha menyenangkan istri, salah satunya dengan memberinya hadiah parfum sehingga bermanfaat untuk kehidupan istri sehari hari dan membuat istri merasa diperhatikan dengan tulus. Walaupun sederhana, tapi membuat istri merasa dimuliakan.

12. Memberi Kenyamanan 

Dari Anas berkata : “Kemudian kami pergi menuju Madinah. Aku lihat Rasulullah menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah (salah satu istri Rasulullah) kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga ia bisa menaiki unta tersebut”. (HR Bukhari). Kisah tersebut ialah tentang Rasulullah yang mementingkan kenyamanan untuk istrinya ketika bepergian atau ketika berada di tempat manapun.

13. Menerima Apa Adanya 

Suatu hari Aisyah membuatkan minuman untuk Rasulullah yang biasanya beliau menyisakan separuh gelas untuk diminum istrinya, tetapi kali ini tidak hingga Aisyah bertanya sebanyak 3 kali.“Ya Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam lalu memberikan gelas itu pada Aisyah dan ketika dicicipi ternyata rasanya asin. Hal tersebut merupakan cara Rasulullah memuliakan istri yakni tidak mudah marah dan menerima apa adanya.

14. Memaafkan Kesalahan Istri 

Aisyah dan istri Rasulullah yang lain sering berbuat salah dengan menyimpan kecemburuan satu sama lain, hal itu bahkan pernah membuat Rasulullah mendiamkan istri istrinya karena mereka tidak menyukai Maria (salah satu istri Rasulullah) yang melahirkan anak dari Rasulullah hingga akhirnya Rasulullah memaafkan mereka.

15. Memberi Nasehat 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengarahkan istrinya pada kebaikan, jika istrinya berbuat salah maka akan diingatkan secara baik baik dengan tutur kata dan tindakan yang baik,  tidak pernah sekalipun berbuat kasar. Hal tersebut membuat istri istri Rasulullah merasa dimuliakan dan diperhatikan sehingga mengikuti apa yang diperintahkan Rasulullah.

16. Memanggil dengan Panggilan yang Disukai 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memanggil istrinya dengan panggilan kesayangan indah yang disukai, contohnya ialah panggilan kepada Aisyah yaitu “Ya Humaira” yang artinya wahai wanita yang pipinya kemerah merahan. Aisyah pun merasa sangat senang dengan panggilan tersebut sehingga selalu tersipu malu dan tersenyum bahagia ketika Rasulullah memanggilnya.

17. Tidak Pernah Berlaku Kasar 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan apapun walaupun itu dalam kondisi marah tidak pernah sekalipun berbuat atau menyampaikan kalimat yang kasar. Rasulullah selalu memuliakan istri istrinya dalam kondisi apapun, walaupun marah atau istrinya membuat kesalahan, Rasulullah selalu bersabar dan tetap berbuat baik. hal itu adalah bukti jelas bahwa Rasulullah adalah seorang suami yang paling mampu berbuat mulia kepada istrinya dan tak ada yang mampu seperti beliau di seluruh dunia ini.

Demikian artikel tausiah kali ini, semoga bisa lebih menyadarkan kita akan pentingnya menunjukan kasih sayang sehingga kehidupan rumah tangga dari hari ke hari selalu berlalu dan berakhir dengan indah. Terima kasih sudah membaca. 

Semoga bermanfaat....

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG ALLAH MAHA PENGAMPUN (BAGIAN 2)

Edisi Ahad, 27 Desember 2020 M / 12 Jumadil Awwal 1442 H

Allah Tabaraka Wa Ta’ala memiliki 99 Asmaul Husna (nama-nama yang bagus). Allah Maha Pemaaf, Maha Menciptakan, Maha Tinggi, Maha Raja, Maha Suci, Maha Bijaksana, Maha Teliti, Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan lain sebagainya. Asmaul Husna dapat kita jadikan sebagai wasilah dalam berdoa kepada Allah Ta’ala.

Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-A’raaf : 180)

Dan di antara Asmaul Husna Allah ‘Azza Wa Jalla adalah Dia Maha Pengampun. Di Al-Quran Allah Maha Pengampun terkadang disebut Al-Ghaffar dan Al-Ghafur, maknanya sama. Maha Pengampun berarti Allah Mengampuni dosa dan kesalahan hamba-Nya meskipun dosa hamba-Nya sebanyak buih lautan. Allah mengumumkan hal ini.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Maa’idah : 98)

Pada tulisan bagian kedua ini kita akan melanjutkan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran mengenai Allah Maha Pengampun. Simak selengkapnya.

1. Q.S. Asy-Syuuraa : 23 

ذَٰلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ ۗ وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Q.S. Asy-Syuuraa : 23)

2. Q.S. Al-Mu’min : 42 

تَدْعُونَنِي لِأَكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ

(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? (Q.S. Al-Mu’min : 42)

3. Q.S. Az-Zumar : 5 

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Az-Zumar : 5)

4. Q.S. Az-Zumar : 53 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Az-Zumar : 53)

5. Q.S. Shaad : 66 

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Shaad : 66)

6. Q.S. Faathir : 28 

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Faathir : 28)

7. Q.S. Faathir : 30 

لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Q.S. Faathir : 30)

8. Q.S. Faathir : 41 

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا ۚ وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ ۚ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Q.S. Faathir : 41)

9. Q.S. Saba’ : 2 

يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۚ وَهُوَ الرَّحِيمُ الْغَفُورُ

Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (Q.S. Saba’ : 2)

10. Q.S. Saba’ : 15 

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." (Q.S. Saba’ : 15)

11. Q.S. Al-Ahzaab : 5 

ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 5)

12. Q.S. Al-Ahzaab : 24 

لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 24)

13. Q.S. Al-Ahzaab : 50 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالَاتِكَ اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُؤْمِنَةً إِنْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ أَنْ يَسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَكَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 50)

14. Q.S. Al-Ahzaab : 59 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 59)

15. Q.S. Al-Ahzaab : 73 

لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 73)

16. Q.S. Al-Qashash : 16 

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Qashash : 16)

17. Q.S. Al-Furqaan : 70 

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Furqaan : 70)

Itulah beberapa ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwasannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu Maha Pengampun. Sebenarnya ayatnya ada ratusan, namun kami cukupkan sampai di sini. Kiranya ayat-ayat di atas dapat mewakili keseluruhan ayat di Al-Quran.

Mari kita senantiasa memohon ampunan Allah Ta’ala, karena ampunan Allah terbuka lebar bagi kita. Bersegeralah memohon ampunan dan beristighfar kepada-Nya.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. Ali ‘Imran : 133)

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 26 Desember 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG ALLAH MAHA PENGAMPUN (BAGIAN 1)

Edisi Sabtu, 26 Desember 2020 M / 11 Jumadil Awwal 1442 M

Setiap anak Adam pasti pernah melakukan dosa. Baik itu dosa kecil maupun dosa besar. Bahkan dosa-dosa besar yang mungkin secara kasat mata tidak akan pernah terampuni. Padahal, tahukah Anda bahwa Allah mengampuni segala bentuk dosa jika kita bertaubat. Bahkan ketika kita menghadap Allah dengan tumpukan dosa yang begitu menggunung.  Tapi jika kita bertaubat, maka Allah lebur semua dosa-dosanya.

Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, ”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula,” (HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian walaupun dosa itu sepenuh bumi.

Hal ini dikuatkan pula pada ayat dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Az Zumar: 53).

Pada artikel tausiah bagian pertama ini kita akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran mengenai Allah Maha Pengampun  Simak selengkapnya.

1. Q.S. Al-Buruuj : 14 

وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ

Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, (Q.S. Al-Buruuj : 14)

2. Q.S. Al-Muzzammil : 20 

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ ۚ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَىٰ ۙ وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Muzzammil : 20)

3. Q.S. Nuuh : 10 

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, (Q.S. Nuuh : 10)

4. Q.S. Al-Mulk : 2 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (Q.S. Al-Mulk : 2)

5. Q.S. At-Tahrim : 1 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. At-Tahrim : 1)

6. Q.S. At-Taghaabun : 14 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. At-Taghaabun : 14)

7. Q.S. Al-Mumtahanah : 7 

عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً ۚ وَاللَّهُ قَدِيرٌ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Mumtahanah : 7)

8. Q.S. Al-Mumtahanah : 12 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَىٰ أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ ۙ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Mumtahanah : 12)

9. Q.S. Al-Mujaadilah : 2 

الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ ۖ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ ۚ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Q.S. Al-Mujaadilah : 2)

10. Q.S. Al-Mujaadilah : 12 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Mujaadilah : 12)

11. Q.S. Al-Hadiid : 28 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hadiid : 28)

12. Q.S. Al-Hujuraat : 5 

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّىٰ تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujuraat : 5)

13. Q.S. Al-Hujuraat : 14 

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hujuraat : 14)

14. Q.S. Al-Fath : 14 

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Fath : 14)

15. Q.S. Al-Ahqaaf : 8 

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ ۖ كَفَىٰ بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۖ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Quran)." Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Ahqaaf : 8)

16. Q.S. Asy-Syuuraa : 5 

تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ ۚ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ ۗ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang. (Q.S. Asy-Syuuraa : 5)

17. Q.S.Fushshilat : 32 

نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.Fushshilat : 32)

Semoga bermanfaat....

Jumat, 25 Desember 2020

17 CARA MEMELIHARA AKAL DALAM ISLAM

Edisi Jum'at, 25 Desember 2020 M / 10 Jumadil Awwal 1442 H

Puji syukur wajib kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang maha baik yang telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna luar dalam, yakni dengan memberikan segala yang dibutuhkan oleh manusia. Allah menciptakan manusia lengkap dengan akal yang membuat manusia bisa berfikir, merenung, dan belajar berbagai macam ilmu yang tak bisa dilakukan oleh makluk Allah lainnya. Tentu ini ialah sebuah bukti bahwa Allah menciptakan manusia sebagai sosok yang terbaik dan paling tinggi derajatnya diantara hambaNya yang lain.

Dalam perjalanan kehidupan ini, hendaknya kita menggunakan akal sebaik mungkin yakni untuk berfikir dan melakukan segala sesuatu karena Allah sehingga dapat menjadi jalan ibadah dan tidak berjalan atau berfungsi dengan sia sia. Bagaimana caranya? Mari simak dalam artikel berikut mengenai 17 cara memelihara akal dalam islam.

1. Sering Bersyukur 

Manusia diberi akal oleh Allah untuk membedakan dengan makhlukNya yang lain, dengan akal, manusia bisa menggunakan indra yang dimilikinya untuk menikmati keindahan yang diciptakan oleh Allah agar manusia lebih banyak melakukan keutamaan bersyukur dalam islam telah ditinggikan derajatnya dibanding makhluk yang lain. “Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur “. [an-Nahl/16:78]

2. Jadikan Jalan Memahami Agama 

Gunakan akal untuk memahamil ilmu agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari, hal demikian ialah jalan kebaikan untuk mendapat ridhoNya sebagaimana Allah berfirman bahwa manusia yang berilmu memiliki derajat lebih tinggi. “Barangsiapa yang Allâh kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan dipahamkan dalam agamanya”. [HR. Bukhâri, no. 69; Muslim, no.1719]. hal ini wajib dilakukan semuanya, baik laki laki maupun perempuan sebab hukum wanita menuntut ilmu dalam islam juga dihalalkan.

3. Jalan Menuntut Ilmu 

“Orang yang paling baik di masa jahiliyyah, adalah orang yang paling baik setelah masuk Islam, jika mereka menjadi seorang yang faqih (ahli dan alim dalam ilmu syariat)”. [HR. Bukhâri, no. 3353 ; Muslim, no. 2378]. Jelas dari hadits tersebut bahwa orang yang terbaik ialah orang yang menggunakan akalnya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dan menjadikannya jalan untuk  dapat memanfaatkan ilmu dalam pandangan islam.

4. Memperhatikan Kekuasaan Allah 

Akal membuat manusia mampu berfikir nalar mengenai kekuasaan Allah. Tentu tidak mungkin segala yang ada di dunia ini tercipta begitu saja tanpa ada yang mengatur, manusia harus sadar akan hal  tersebut dan selalu berdoa untuk kebaikan agar mendapat manfaat doa dalam islam. “Dialah yang menghidupkan dan mematikan, Dia pula yang mengatur pergantian malam dan siang. Tidakkah kalian menalarnya?!”. [al-Mukminûn/23:80]. “Perhatikanlah, bagaimana kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda kekuasaan Kami, agar mereka memahaminya!”. [al-An’am/6:65].

5. Berfikir Hal yang Bermanfaat 

“Katakanlah: samakah antara orang yang buta dengan orang yang melihat?! Tidakkah kalian memikirkannya?!”. [al-An’am/6:50]. Tidak ada gunanya memikirkan hal yang batil, sebagaimana manusia wajib menggunakan akalnya untuk kebaikan seperti berfikir yang positif dan melihat segala sesuatu sebagai hal yang bermanfaat. berfikir positif ialah salah satu cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an.

6. Menyadari Peringatan Allah 

Allah menciptakan segalanya seperti lautan, gunung, dan sebagainya juga sebagai peringatan bahwa Allah mampu menciptakan dan menghancurkan apa saja yang dikhendakiNya dengan mudah, hal tersebut tentu selayaknya menjadi peringatan bagi manusia dimana Allah bisa mengambilnya kapan saja sebab itu harus selalu berbuat baik.

“Tidakkah kalian memperhatikan pada unta, bagaimana ia diciptakan? Dan pada langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan pada gunung-gunung, bagaimana itu ditegakkan? Dan pada bumi, bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, sesungguhnya engkau hanyalah pemberi peringatan”. (QS. al-Ghasyiyah/88:17-20).

7. Jadikan Sumber Kekuatan 

Jadikan akal sebagai sumber kekuatan untuk meningkatkan dan menjadikannya sebagai alat untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki, “Akal merupakan kemampuan dan kekuatan dalam diri seseorang, sebagaimana kemampuan melihat yang ada pada mata. Maka apabila akal itu terhubung dengan cahaya iman dan al-Qur’ân, maka itu ibarat cahaya mata yang terhubung dengan cahaya matahari atau api” [Majmû’ul Fatâwâ, 3/338].

8. Mengingat Kehidupan Akherat 

Memang kehidupan di akherat yang belum terjadi terkadang menjadi sesuatu yang diragukan dan ada yang menganggap tidak bisa dinalar dengan akal. Namun, manusia harus menggunakan akalnya untuk mengingat kehidupan akherat agar selalu dekat padaNya. “Karena memang akal tidak boleh menerka gambaran detailnya, demikian itu, karena akal tidaklah menyaksikan kecuali dunia yang ada ini. Dan Syariat tidak akan datang dengan sesuatu yang dimustahilkan akal, meski kadang datang dengan sesuatu yang membingungkannya”. [Syarhu Aqîdah Thahâwiyyah, hlm. 399].

9. Mengambil Pelajaran dari Orang Terdahulu 

“Kami tidak mengutus sebelummu, melainkan orang laki-laki yang kami wahyukan kepada mereka di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka berpergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu berakal?”(QS Yusuf : 109). Tentu sudah banyak kisah mengenai orang terdahulu yang mendapat nikmat maupun yang mendapat siksa pedih akibat dari perbuatannya sendiri, hal ini wajib dijadikan pelajaran.

10. Mencegah Kemungkaran 

Gunakan akal untuk meningkatkan perdamaian di dunia ini, bukan untuk hal sebaliknya. “Mereka tiada akan menyerang kamu dalam keadaan padu, kecuali di dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok-tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Engkau mengira mereka bersatu padahal hati mereka berpecah belah. Itu disebabkan karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak berakal. Yakni tidak menggunakan akalnya untuk meraih pengetahuan dan hikmah”. (QS. Al-Hasyr ayat 14).

11. Ikuti Jalan yang Lurus 

Akal membuat manusia menyadari keberadaan Allah sehingga bisa menjadi jalan agar senatiasa mengikuti jalanNya yang lurus. “Allah telah menjadikan kamu (para sahabat Rasulullah) yang setia, cinta kepada keimanan dan menjadikannya indah dalam hati kamu serta menjadikan kamu membenci kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah ar-rasyidin (orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus). (Q.S. Al-Hujurat ayat 7).

12. Menghindari Jalan yang Sesat 

Jelas bahwa akal dapat menghindarkan manusia dari jalan yang sesat jika ia menggunakan akal tersebut untuk mempelajari islam secara keseluruhan mulai dari kewajiban apa saja yang dilakukan hingga sunnah sunnah Rasul, jika mampu menjalankan dan memahami, maka orang tersebut akan mengindar dari jalan yang sesat agar bahagia di dunia dan akherat.

“Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam). Di antara ayat-ayat(nya) ada yang mukhamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an, dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh apa (ayat-ayat) yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah,

(kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan di kalangan orang-orang beriman) dan untuk mencari-cari ta’wilnya (yang sesuai dengan kesesatan mereka), padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ‘Kami beriman dengannya (al-Qur’an), semua dari sisi Tuhan Pemelihara kami’. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Uli al-Albab.” (QS Ali Imran : 7).

13. Menjauhkan Diri dari Lalai 

“Sungguh Kami telah ciptakan untuk Jahannam banyak dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka gunakan memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan melihat dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mereka gunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al Araf : 179).

Seharusnya akal bisa menjauhkan manusia dari lalai karena manusia yang lebih memahami mana yang baik dan yang buruk. Sehingga manusia dapat menyadari apa yang terjadi jika ia berbuat baik dan apa yang didapat jika berbuat buruk. Seharusnya hal tersebut menjadi bahan acuan dalam perbuatan yang dilakukannya sehari hari.

14. Berfikir Positif 

Gunakan akal untuk selalu berfikir positif bahwa Allah telah meninggikan derajat manusia lebih dari makhluk lain sehingga manusia pun harus berlomba untuk memiliki sisi kebaikan yang tinggi pula di mata Allah dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Berfikir positif pada Allah akan memberikan kebaikan.

15. Membedakan yang Benar dan Salah 

Manusia harus mampu membedakan mana yang benar dan yang salah dengan menggunakan akal untuk berfikir serta memaksimalkan diri untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin sebagai wujud yang membedakan akal yang dimilikinya dengan makhluk lain yang tidak memiliki akal sehingga manusia harus mampu menjadi yang lebih baik.

16. Menyayangi Sesama 

Wajib menyayangi sesama karena hal tersebut adalah sebuah kebaikan yang tercipta karena adanya akal, manusia yang menyakiti sesama dan sering berbuat dosa pada orang lain artinya tidak menggunakan peperangan, artinya dia memiliki derajat yang tidak lebih baik dari makhluk yang tidak berakal seperti hewan. Dimana hewan saja yang tidak punya akal bisa berbuat baik pada sesamanya.

17. Merenungi Dosa Dosa 

Manusia harus mampu bertaubat dengan merenungi dosa dosanya yakni sebagai cermin dan sebagai jalan untuk selalu memperbaiki diri, wajib untuk menggunkan waktu dengan hal hal yang bermanfaat sehingga tidak membuang waktu dengan sia sia yang nantinya akan menimbulkan penyesalan. Sebab itu manusia yang baik ialah yang bisa menggunakan akalnya dengan baik pula.

Demikian artikel mengenai memelihara akal dalam islam, semoga bisa menjadi wawasan yang bermanfaat untuk anda dan dapat diamalkan dengan menyebarkannya kepada orang lain serta diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Terima kasih sudah membaca. 

Sumber : DalamIslam.com 

Semoga bermanfaat....