Oleh : Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
Aksi simpatik yang ditunjukkan oleh umat Islam pada “Aksi Damai Bela Quran II” yang dikomandani oleh di antaranya Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Habib Rizieq Syihab, Lc dan Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir, Lc pada hari Jum'at, 4 November 2016 lebih tiga tahun yang lalu membuahkan kemenangan bagi umat Islam diantaranya adalah...
Pertama, Tadbir Rabbani (tanda Kuasa Allah) yang tidak terduga.
Sebenarnya Allah yang mengetahui kapan umat Islam akan menang. Kemenangan identik dengan serangan musuh, nah Allah SWT melalui ayat ke 123 surat al An’aam menjelaskan bahwa pada setiap negeri akan ada musuh-musuh Allah yang melakukan tipu daya terhadap Islam dan kaum muslimin, namun sebenarnya mereka lah yang tertipu terhadap diri mereka sendiri. Hal ini terbukti adanya provokator di tengah aksi “411” tapi tak mengurangi sedikitpun nilai-nilai akhlaqul karimah (adab/etika luhur) yang ditunjukkan oleh umat Islam saat itu.
Kedua, Ulama memimpin umat.
Sebelum meletusnya aksi “411,” provokator yang memancing kemarahan umat Islam dengan mengatakan bahwa jangan mau dibohongi oleh Al Maidah ayat 51 oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah memperlihatkan adanya pihak-pihak yang membelanya baik dari non Islam atau dari Islam sendiri. Tentu fenomena ini telah menunjukkan perbedaan orang munafik dan beriman silahkan perhatikan ciri-ciri orang beriman di QS. An Nisaa’ ayat 59 dan ciri orang munafik dalam QS. Al Maidah ayat 52.
Ketiga, persatuan menemukan momentumnya.
Maksudnya adalah umat Islam se-Indonesia dapat bersatu tanpa mengindahkan perbedaan masing-masing. Hal ini terjadi karena Allah menyatukan hati semua hamba saat itu (QS. AL Anfaal: 63), kemudian kesabaran umat Islam Indonesia yang hadir saat itu memiliki untuk tetap bersatu. (QS. Ali Imraan ayat 103).
Keempat, solidaritas yang tiada hentinya.
Umat Islam dapat bersatu dan bekerjasama. Seakan-akan ada yang menggerakkan untuk bertugas di bagian masing, ada bagian kebersihan, pangan, kesehatan dan lain-lain. Kepedulian antar sesama muslim saat itu berangsur-angsur berlanjut tiada henti, bahkan non muslim yang saat itu sedang menggelar pernikahan di kathedral dekat Masjid Istiqlal mendapat pelayanan oleh kaum muslimin hingga masuk ke dalam kathedral dan berlangsung lancar. Kemudian kepedulian terhadap sesama dan ilngkungan sangat dijaga, seperti saling menegur saat massa akan menginjak taman, saling berbagi makanan, pelayanan kesehatan gratis, bantuan logistik, pedagang yang menggratiskan dagangannya dan masih banyak lagi bentuk solidaritas antar muslim saat itu. Subhanallah mereka saling berlomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Maidah: 2 dan Al Hasyr: 9.
Kelima, menjaga ghirah islam sepanjang masa.
Secara tidak langsung kita berterima kasih kepada sang penista karenanya umat Islam lebih dari dua juta dapat bersatu dalam satu komando.
Keenam, gerakan rakyat yang tidak terbendung.
Semua hati kaum muslimin tergerak untuk terjun ke lapangan menuntut keadilan atas tindakan penistaanyang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta. Semuanya mengikuti dan taat kepada titah Ulama dan Habaib (QS. AL Anfaal: 62 dan 64).
Ketujuh, tabligh akbar di jantung ibu kota.
Ada suatu hal yang perlu diluruskan, yaitu aksi 411 substansi sebenarnya bukan demonstrasi, demonstrasi adalah bahasa orang Indonesia. Namun, saat umat berkumpul menuntut keadilan, menuntut kebenaran hal itu tidak bisa disebut demonstrasi melainkan syi’ar islam atau tabligh akbar, karena di dalamnya terdapat nilai-nilai Islam. Setiap muslim wajib menebar nila-nilai Islam (QS. Al Maaidah: 67)
Kedelapan, Masjid sebagai pusat pergerakan Islam.
Sejak zaman Rasulullah Masjid Nabawi digunakan untuk basis penguatan umat, mulai dari politik, ekonomi, strategi perang dan lain-lain. Aksi “411” masjid-masjid di Jakarta menjadi sentra basis umat Islam berkumpul. Karena memang sebelumnya umat Islam yang akan melaksanakan aksi “411” oleh sebagian besar Dewan Kemakmuran Masjid di Jakarta diundang untuk menginap di masing-masing masjid dengan fasilitas lengkap. Dewan da’wah pun menjadi pusat titik kumpul dari berbagai umat muslim yang datang yang diperkirakan 3000an kaum muslimin berhimpun di Menara Da’wah. Atas dasar ketaqwaan para pengurus masjid dan kaum muslimin yang datang bersatu padu ( QS. At Taubah: 108).
Kesembilan, Jumat yang penuh berkah.
Selain dua hari besar Fitri dan Adha, Jumat adalah hari raya bagi kaum Muslim (diriwayatkan oleh Ibn Majah, di-hasan-kan oleh Al Albani). Merupakan hari yang pas untuk dijadikan penegakan keadilan ( Qs.62/ 9-10)
Kesepuluh, penyusupan yang harus diwaspadai.
Gerak-gerik provokator layaknya orang munafik yang ingin menjadi pusat perhatian. Tentu saja dalam aksi “411” masih ada saja provokator sehingga memaksa pihak aparat melepaskan peluru gas air mata ke tengah massa yang saat itu sedang khusyu’ berdoa. Banyak bukti bahwa provokator saat itu memang ada cirinya memakai baju tidak sama dengan yang sudah dikomandokan dan kedatangannya pun mengendap-endap ke tengah kerumunan massa (QS. Al Munafiquun: 4).
Aksi Damai Bela Islam II mengetuk beberapa kalangan khususnya mata dunia, bahwa Islam sangat beradab dan tidak anarkis. Harta, hidup dan mati kami hanya untuk Allah.
Kesebelas, masyarakyat kecil mengeruk keuntungan.
Warga yang berjualan saat itu untung besar karena barang dagangannya laku keras, terutama makanan/minuman dan atribut islam seperti kopiah (QS. Al An’aam:52-53).
Keduabelas, fathul mekkah (pembebasan Mekkah) hadir kembali.
Maksudnya adalah momentumnya mirip dengan situasi pembebasan mekkah dari kuasa kaum kafir ke tangan kaum muslimin dulu. Kesamaannya adalah jumlahnya yang banyak namun tidak ada kekerasan (QS. An Nashr: 1-2).
Ketigabelas, cinta yang besar kepada Ulama dan Habaib dalam membela Islam dan negara.
Hal itu dapat dibuktikan dengan kesabaran dan ketaatan pada komando peserta aksi saat itu. Mereka tidak melanggar konstitusi dan menuntut keadilan agar negeri tercinta tidak terkotori oleh pemecah belah NKRI.
Keempatbelas, prediksi luput Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal kondisi cuaca 4 November 2016.
Katanya, akan turun hujan lebat dan gemuruh petir tapi tidak terjadi. Parahnya, untuk menurunkan hujan ternyata saat itu ada pihak (pawang hujan) yang sengaja diterjunkan untuk “memanggil” hujan, tapi lagi-lagi gagal. Kabar ini didapat dari pihak GNPF-MUI sendiri. Bahkan cuaca saat itu dapat dikatakan tidak panas karena matahari yang ditutupi awan selama aksi berlangsung. Dan muncul tanda kuasa Allah saat awan membentuk lafadz “Allah.” Subhanallah. Hal ini diluar jangkauan BMKG dan pawang hujan, namun bagi orang beriman hal ini wajar terjadi, karena mereka beriman kepada yang ghaib bukan percaya kepada praduga dan muslihat manusia. (QS. Al Baqarah: 2-3).
Kelimabelas, saat pasukan kepolisian tidak mendengarkan instruksi.
Rupanya aksi “411” tidak hanya umat Islam yang perlu muhasabah, namun kepolisian RI juga perlu perbaikan. Dapat dibayangkan aparat yang melakukan “pembantaian” dengan menembakkan peluru karet dan gas air mata ke tengah-tengah massa. Mereka tidak mendengarkan instruksi langsung oleh Kapolri Tito Karnavian dan Jenderal Gatot Nurmantyo melalui pengeras suara sehingga penembakan tetap berlangsung. Kenapa disebut pembantaian? Karena tindakan tersebut dilakukan di tengah jutaan massa yang bergerak pun susah apalagi lari, saling berebut oksigen dan ditembakkan secara bertubi-tubi. Sepertinya ada black command (perintah terselubung) yang memerintah aparat terus menembak di tengah massa yang sedang berdoa dengan khusyu’ (QS. Al Hasyr: 14).
Keenambelas, mewangi aroma tanda syahid.
Secara ringkas, mati syahid adalah mati membela Allah/Islam. Adanya provokator aksi “411” memakan korban jiwa. Mudah-mudahan mereka yang meninggal dihitung sebagai syuhada karena mereka membela Islam dan kamilah saksinya. Aamiin (QS. An-Nisaa’: 74).
Ketujuhbelas istighfar pasca aksi.
Tidak dipungkiri bahwa setiap momen kehidupan yang dilalui hamba Allah pasti ada kesalahan baik disadari atau tidak, karenanya wajib setiap muslim dalam menjelang ditutupnya suatu acara memuji dan memohon ampun kepada Allah. Dalam “411” kumandang istighfar, tasbih dan takbir bergemuruh dari awal hingga berakhirnya aksi (QS. An Nashr: 3).
Masih banyak lagi tanda kemenangan dan hikmah dalam Aksi Damai Bela Islam ini. Wallahua’lam bishshowaab.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.