Kamis, 13 Februari 2020

17 KEADAAN KITA DIANJURKAN UNTUK SHALAWAT, AGAR MENDAPAT RAHMAT, AMPUNAN DAN PAHALA BERLIPAT

Edisi Kamis, 13 Februari 2020 M / 19 Jumadil Akhir 1441 H

Berdasarkan hadist, shalawat adalah perbuatan yang utama.
Hadist dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku
satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan
sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak).” (HR an-Nasa’i (no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018), dishahihkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim 
dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga oleh Ibnu hajar dalam
“Fathul Baari” (11/167) dan al-Albani dalam “Shahihul adabil mufrad” (no. 643).

Perbanyak baca shalawat, karena bacaan shalawat bisa menjadi penyebab turunnya rahmat, ampunan, dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Ada 17 keadaan dimana kita dianjurkan untuk membaca shalawat. Kapan dan dimana sajakah? Berikut ini ulasannya... 

1. Ketika tasyahud awal atau akhir 

Shalawat pada saat tasyahud awal hukumnya dianjurkan, sedangkan ketika tasyahud akhir hukumnya wajib. Dari Ka’ab bin Ujrah, bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tata cara shalawat ketika shalat. 
Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah,

“Ya Allah, bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau
telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau telah memberkahi ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas.” (Muttafaqun ‘alaihi)

2. Ketika selesai adzan 

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian mendengar muadzin, jawablah adzannya. Kemudian bacalah shalawat untukku. Karena orang yang membaca shalawat
untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.” (HR.Muslim)

3. Ketika hari jumat 

Sejak malam hari jumat sampai selesai siang hari jumat, kita dianjurkan memperbanyak membaca shalawat. Dari Aus bin Aus, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling mulia adalah hari jumat.
Pada hari ini, Adam diciptakan, karena itu, perbanyaklah membaca shalawat untukku. Karena shalawat kalian ditunjukkan kepadaku.” (HR. Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan Al-Albani)

4. Setiap pagi dan sore 

Setiap pagi dan sore, kita dianjurkan membaca shalawat minimal 10 kali. Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang memberikan shalawat kepadaku ketika subuh 10 kali dan ketika sore 10 kali
maka dia akan mendapat syafaatku pada hari kiamat.” (HR. At Thabrani dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’).

5. Ketika berada di majlis 

Ketika berkumpul bersama banyak orang untuk memperbincangkan sesuatu, jangan lupa disela dengan shalawat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika ada sekelompok kaum yang duduk
bersama dan tidak mengingat Allah serta tidak memberi shalawat kepada nabi mereka maka itu akan menjadi bahan penyesalan baginya. Jika Allah berkehendak,
Allah akan menghukum mereka, dan jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni
mereka.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan dishahih Syuaib Al-Arnauth).

6. Ketika menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 

Ketika menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mendengar nama
atau gelar beliau disebut, kita dianjurkan untuk membaca shalawat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bershalawat untukku.” (HR.Turmudzi dan dinilai hasan sahih oleh Al-Albani)

Dari Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang bakhil adalah orang yang ketika namaku disebut, dia tidak bershalawat untukku.” (HR. Ahmad dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).

7. Ketika berdoa 

Mulailah doa yang kita panjatkan dengan memuji Allah dan bershalawat untuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan harapan, doa tersebut mustajab.

Umar bin Khattab mengatakan, “Sesungguhnya doa itu terkatung-katung antara
langit dan bumi, dan tidak bisa naik, sampai dibacakan shalawat untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Turmudzi dan dihasankan Al-Albani).

Dari Ahmad bin Abi Hawari, bahwa beliau mendengar Abu Sulaiman Ad-Darani
menasehatkan, "Siapa yang ingin memohon kepada Allah sesuatu, hendaknya dia mulai dengan bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian baru mengajukan doanya. Dan akhiri juga dengan shalawat untuk beliau. Karena shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam statusnya maqbul (mudah diterima), dan Allah Maha Pemurah, sehingga tidak akan menolak doa yang dibaca di antara dua shalawat."

8. Ketika masuk dan keluar masjid 

Doa ini dibaca bersamaan dengan doa masuk masjid. Dari Abu Usaid
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
kalian masuk masjid maka berilah salam untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian baca, 'Allahummaf-tahlii abwaaba rahmatik'. Dan ketika dia
keluar, hendaknya dia membaca, 'Allahumma inni as-aluka min fadhlik.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani).

9. Takbir kedua ketika shalat jenazah 

Shalawat disyariatkan untuk dibaca ketika takbir kedua shalat jenazah. 
Imam As-Sya’bi mengatakan, “Takbir pertama shalat jenazah adalah memuji Allah. Takbir kedua bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Takbir
ketiga doa untuk jenazah, dan takbir keempat salam.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).

10. Ketika berada di Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 

Abdullah bin Dinar mengatakan, “Saya melihat Abdullah bin Umar berdiri di
dekat kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendoakan Abu Bakr, dan Umar.”
(HR. Malik dalam Al-Muwattha’ dan Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro).

11. Setelah usai membaca qunut 

Dari Al Hasan bin ‘Ali, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah mengajarkan padaku beberapa kalimat yang dibaca saat shalat witir. Beliau perintahkan untuk membaca, Allahummahdiini fiiman hadait, wa baarik lii fiiman ‘athoit, watawallanii fiiman tawallait, wabaarik lii fiima a’thait, waqinii syarrama qadlait, fainnaka taqdhi walaa yuqdho ‘alaik, wa
innahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbana wata’aalait, wa shallallahu ‘alan nabiyyi muhammad. (Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keberkahan di antara
orang-orang yang telah Engkau beri keberkahan, uruslah diriku di antara
orang-orang yang telah Engkau urus, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan
kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi. Shalawat Allah atas Nabi Muhammad)”
(HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) (HR. An Nasai no. 1747. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif, begitu pula Syaikh Al Albani mendhoifkan hadits ini).

12. Ketika shalat Id 

Shalawat ini dibaca di setiap takbir shalat Id. Dari Alqamah, beliau
mengatakan, "Beberapa sahabat, diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Musa
Al-Asy’ari, dan Hudzaifah didatangi oleh Al-Wald bin Uqbah (penguasa setempat ketika itu) sehari sebelum shalat hari raya. Al-Walid bertanya, “Hari Id sudah dekat, bagaimana cara takbir di dalamnya?” Abdullah bin Mas’ud
mengatakan, 
“Anda awali dengan takbiratul ihram sebagai pembuka shalat, anda puji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdoa. Lalu bertakbir lagi, dan anda lakukan seperti di atas…dst.”
Hudzaifah dan Abu Musa mengatakan, “Ibnu Masud benar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).

13. Ketika meninggalkan majlis 

Saat meninggalkan majlis perbincangan, bacalah shalawat. Dari Utsman bin Umar,
beliau mengatakan, "Aku mendengar Sufyan bin Said berkali-kali sampai
tidak bisa kuhitung, setiap beliau hendak meninggalkan majlis, beliau membaca,
'Semoga shalawat Allah dan para malaikatnya tercurah untuk Muhammad dan kepada
para Nabi Allah dan malaikatnya.”

14. Setelah mengkhatamkan Al Qur'an 

Ada riwayat dari Imam Ahmad yang menunjukkan anjuran do’a setelah khatam Al-Qur’an. 
Ada riwayat dari Abul Harits, “Ketika Anas mengkhatamkan Al-Qur’an, ia mengumpulkan keluarga dan anaknya.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Daud dalam Fadhail Al-Qur’an, dari Al-Hakam, ia berkata bahwa Mujahid dan ‘Abdah bin
Abi Lubabah mengutus kepadanya, bahwa mereka ingin mengkhatamkan Al-Qur’an.
Lalu disebutkan, “Sesungguhnya doa itu mudah diijabahi ketika seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an. Lantas ia berdo’a dengan beberapa do’a.”

Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an, maka ia memiliki doa yang mustajab (terkabulkan).”

Mujahid juga berkata, “Rahmat itu turun ketika seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an.”

Ibnul Qayyim berkata, “Jika tempat terbaik dan waktu terijabahnya do’a adalah ketika khatam Al-Qur’an, maka
tempat terbaik ketika bershalawat ketika itu pula.” (Jala’ Al-Alfham, hlm.354-356)

15. Saat berada di bukit Shafa dan Marwah (saat ibadah haji dan umrah) 

Diceritakan bahwa Ibnu ‘Umar berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertakbir di Shafa tiga kali. Lalu beliau mengucapkan ‘laa ilaha
illallallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir’, lalu beliau bershalawat, kemudian beliau berdoa dengan memperlama berdiri dan doa tersebut. Yang dilakukan kala di Marwah juga semisal
itu." (HR. Ismai’il Al Qadhi dalam keutamaan shalawat pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 87. Zaid bin Ahmad An Nusyairiy mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Dalam doa secara umum ada perintah untuk
bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

16. Saat keluar ke pasar atau menghadiri undangan 

Ibnu Abi Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id bin Yahya bin
Sa’id Al-Qatthan, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyr, telah menceritakan kepada kami Mas’ar, telah menceritakan kepada kami ‘Amir bin
Syaqiq, dari Abu Wail, ia berkata, “Aku melihat ‘Abdullah duduk-duduk di
perjamuan (pesta), menghadiri jenazah, atau selainnya, ia tidaklah berdiri hingga ia memuji dan menyanjung Allah, juga bershalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu ia berdoa dengan beberapa doa. Ketika ia pergi kepasar, ia menghampiri suatu tempat di sana, lantas ia pun duduk, memuji Allah, bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta berdoa dengan beberapa doa.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Abi Syaibah 6: 103,
dan An-Namiri. As-Sakhawi berkata dalam Al-Qaul Al-Badi’ hlm. 218 bahwa sanad
riwayat ini jayyid. Lihat Jala’ Al-Afham, hlm. 353).

17. Ketika bangun dari tidur malam 

An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kabir, ia berkata, telah menceritakan padaku ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali, telah menceritakan pada kami Khalaf yaitu Ibnu Tamim, telah menceritakan pada kami Abul Ahwash, telah menceritakan pada kami Syarik, dari Abu Ishaq, dari Abu ‘Ubaidah, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Allah itu menertawai dua orang. Orang pertama adalah orang yang bertemu musuh. Ia terus berada di atas kudanya kala teman-temannya terpukul mundur. Ia tetap terus kokoh. Jika ia terbunuh, ia mati syahid. Jika ia tetap hidup, itulah yang Allah menertawainya.
Orang kedua adalah orang yang bangun di tengah malam, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Ia menyempurnakan wudhu, kemudian ia memuji dan menyanjung
Allah serta mengagungkan-Nya, lalu bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia membuka Al-Qur’an. Itulah yang Allah menertawainya. Allah berfirman, 'Lihatlah pada hamba-Ku yang berdiri shalat malam tanpa dilihat oleh seorang pun selain Aku." (Dikeluarkan pula oleh ‘Abdur Razaq (11/ no. 8798), telah menceritakan pada kami Ma’mar, dari Abu Ishaq, dari Abu ‘Ubaidah, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata seperti kalimat di atas. (Lihat Jala’
Al-Afham, hlm. 354).

Maka, semoga kita tidak hanya memuliakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan banyak membaca shalawat ketika ada momen tertentu seperti Maulid Nabi.

Karena ternyata banyak sekali kesempatan yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam anjurkan bagi kita untuk memperbanyak shalawat.

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.