Minggu, 31 Mei 2020

17 PERBUATAN DAN HAL-HAL YANG DAPAT MENGHAPUS AMAL IBADAH

Edisi Ahad, 31 Mei 2020 M / 8 Syawal 1441 H

Setiap mukmin tentu menginginkan amal ibadah yang selama ini mereka lakukan bisa diterima Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya. Adapun syarat diterimanya amal ibadah adalah apabila hal tersebut kita lakukan dengan ikhlas serta mengikuti tuntunan dari Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam.

Akan tetapi, terkadang tanpa disadari amalan-amalan tersebut tidak mendapatkan balasan pahala apapun dan malah justru mendapatkan keburukan disisi Allah SWT. Tentu saja hal itu memiliki sebab, salah satunya adalah karena kita melakukan perbuatan dan hal-hal yang menghapus amal ibadah kita tersebut, seperti :

1. Berbuat syirik 

Syirik dianggap sebagai suatu kezoliman yang besar dan perbuatan tersebut merupakan penghinaan terhadap Allah SWT. Mengapa? Karena perbuatan tersebut telah menyamakan Allah SWT dengan makhluk ciptaan-Nya. Allah SWT akan memberikan balasan bagi mereka yang berbuat syirik yaitu dengan tidak menerima amal ibadah yang mereka perbuat. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni umat-Nya yang mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik tersebut.

Hal itu sebagaimana Firman Allah SWT berikut :

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya “Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am ayat 88)

2. Keluar dari Islam (Murtad) 

Allah SWT telah menjanjikan suatu balasan bagi mereka yang berbuat murtad, sebagaimana firman-Nya dalam ayat Al-Qur’an berikut :

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya:
“Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 217)

3. Riya’ 

Riya’ disebut sebagai melakukan suatu amalan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain, dan Allah SWT sangat tidak menyukai perbuatan tersebut. Perbuatan tersebut telah digolongkan ke dalam jenis syirik kecil. Sebuah hadist qudsi telah meriwayatkan firman Allah SWT tentang betapa bencinya Dia terhadap perbuatan riya’ :

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Artinya:
“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim)

4. Mengungkit-ungkit amalan (sedekah) yang telah dilakukan serta menyakiti perasaan si penerima ketika sedang bersedekah 

Sebagaimana Firman Allah SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah ayat 264)

5. Melakukan amalan dengan niat duniawi semata 

Perbuatan ini bisa dikaitkan dengan riya’, di mana seseorang melakukan amalan hanya karena ingin mendapatkan kenikmatan atau balasan yang bersifat duniawi semata, bukan karena mengharapkan ridho dari Allah SWT.

Oleh karena itu, Allah SWT berfirman :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud ayat 15-16)

6. Sibuk dengan aib orang lain 

Karena terlalu sibuk mengurusi aib orang lain menjadikan seseorang lupa akan aib dirinya sendiri. Ini juga merupakan salah satu hal yang dapat menghapuskan amal ibadah orang tersebut. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah berkata:

“jauhilah olehmu buruk sangka karena buruk sangka itu perkataan paling dusta, janganlah kamu memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain…” (HR. Mutaffaq’alaih dan Imam Malik).

7. Berucap atas nama Allah SWT bahwa seseorang tidak akan diampuni dosanya 

Ampunan yang berasal dari Allah SWT adalah merupakan hal yang ghoib. Tak satu pun makhluk dapat mengetahuinya. Jadi ketika seseorang berkata atau bersumpah atas nama Allah SWT bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni dosa saudaranya, maka itu dianggap sebagai ucapan tanpa ilmu, dan Allah SWT sangat membenci hal itu.

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ
Artinya:
“Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu”. (HR Muslim)

8. Bersuka ria dengan terbunuhnya saudara sesama muslim 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa membunuh seorang mukmin dan berharap akan terbunuhnya maka Allah tidak akan menerima darinya penolakan (adzab) ataupun penebusan.”

9. Bid’ah 

Bid’ah merupakan suatu amalan yang tidak disyariatkan oleh ajaran agama islam. Jadi seseorang yang melakukan perbuatan ini, sudah pasti amalan tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Artinya “Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim)

10. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang ketika dalam keadaan sepi 

Makna dari point ini adalah, seseorang yang selalu melakukan amalan kebajikan tatkala ia berada dihadapan orang lain, akan tetapi ketika ia sedang sendiri, maka ia melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia.” Tsauban berkata; “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) dengan apa-apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus (segera) melanggarnya.”

11. Membenci Al-Qur’an 

Allah SWT telah berfirman :

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
Artinya:
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad ayat 9)

12. Mendatangi dukun dan paranormal 

Dukun atau paranormal merupakan golongan pelayan setan. Dan jika seseorang yang mengunjungi mereka, maka Allah tidak akan menerima amal ibadah yang ia kerjakan. Sebagaimana sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

“Barangsiapa mendatangi tukang ramal kemudian menanyakan tentang sesuatu, maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari.” (HR. Muslim)

13. Memelihara hewan peliharaan seperti anjing dengan tujuan selain untuk menjaga kebun dan ternak 

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

“Barangsiapa memelihara anjing, maka akan berkurang amalannya setiap hari sebesar satu qiroth (dalam riwayat lain dua qiroth), kecuali anjing untuk menjaga kebun atau anjing penjaga ternak.” (HR. Muslim)

14. Durhaka terhadap orang tua 

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah berkata:

“Tiga golongan yang Allah tidak akan terima dari mereka penolakan atau penebusan yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tua, pengungkit pemberian, dan pendusta takdir.”

15. Mendustakan takdir 

Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pada point 14 di atas. Selain itu, dalam hadits yang lain Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam juga bersabda:

“Kalau seandainya Allah mengadzab penduduk langit dan bumi niscaya dia akan mengadzabnya sedang Dia tidak sedikit pun berbuat dzalim terhadap mereka, dan seandainya Dia merahmati mereka niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan-amalan mereka. Seandainya seseorang menginfaqkan emas di jalan Allah sebesar Gunung Uhud, tidaklah Allah akan menerima infaq tersebut darimu sampai engkau beriman dengan takdir, dan ketahuilah bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan menyelisihimu, sedang apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka tidak akan menimpamu, kalau seandainya engkau mati dalam keadaan mengimani selain ini (tidak beriman dengan takdir), niscaya engkau masuk neraka.”  (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

16. Sedikit rasa malunya (Qillatul haya’) 

Seseorang yang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa. Rasulullah SAW telah memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada siapa saja yang tidak memiliki rasa malu untuk berbuat sesuka hatinya.

17. Kezhaliman yang tak pernah berhenti (Dhulmun la yantahi) 

Perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya jika tidak segera taubat dan berhenti maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut. Maksiat itu ibarat candu, nikmat namun sesungguhnya kenikmatan itu justru akan mencelakakan pelakunya. Tidak hanya mendapatkan balasan di dunia, pelaku maksiat juga akan mendapatkan azab dari Allah SWT di akhirat kelak.

Semoga bermanfaat...

Sabtu, 30 Mei 2020

17 SUNNAH YANG JARANG DIKERJAKAN KAUM MUSLIMIN

Edisi Sabtu, 30 Mei 2020 M / 7 Syawal 1441 H

Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam baik perkataan, perbuatan, ataupun persetujuan. Sunnah juga berarti sesuatu yang pelakunya mendapat pahala dan tidak ada dosa bagi yang meninggalkannya. Di antara perbuatan sunnah yang jarang dilakukan kaum muslimin adalah sebagai berikut:

1. Mendahulukan Kaki Kanan Saat Memakai Sandal Dan Kaki Kiri Saat Melepasnya 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, “Jika kalian memakai sandal maka dahulukanlah kaki kanan, dan jika melepaskannya, maka dahulukanlah kaki kiri. Jika memakainya maka hendaklah memakai keduanya atau tidak memakaikeduanya sama sekali.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Menjaga Dan Memelihara Wudhu 

Diriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Istiqamahlah (konsistenlah) kalian semua (dalam menjalankan perintah Allah) dan kalian tidak akan pernah dapat menghitung pahala yang akan Allah berikan. Ketahuilah bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat, dan tidak ada yang selalu memelihara wudhunya kecuali seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

3. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak) 

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Siwak dapat membersihkan mulut dan sarana untuk mendapatkan ridha Allah.” (HR. Ahmad dan An-Nasa`i)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Andaikata tidak memberatkan umatku niscaya aku memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Bersiwak disunnahkan setiap saat, tetapi lebih sunnah lagi saat hendak berwudhu, shalat, membaca Al-Qur`an, saat bau mulut berubah, baik saat berpuasa ataupun tidak, pagi maupun sore, saat bangun tidur, dan hendak memasuki rumah.

Bersiwak merupakan perbuatan sunnah yang hampir tidak pernah dilakukan oleh banyak orang, kecuali yang mendapatkan rahmat dari Allah. Untuk itu, wahai saudaraku, belilah kayu siwak untuk dirimu dan keluargamu sehingga kalian bisa menghidupkan sunnah ini kembali dan niscaya kalian akan mendapatkan pahala yang sangat besar.

4. Shalat Istikharah 

Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallammengajarkan kepada kita tata cara shalat istikharah untuk segala urusan, sebagaimana beliau mengajarkan surat-surat Al-Qur`an kepada kami.” (HR. Al-Bukhari)

Oleh karena itu, lakukanlah shalat ini dan berdoalah dengan doa yang sudah lazim diketahui dalam shalat istikharah.

5. Berkumur-Kumur Dan Menghirup Air dengan Hidung Dalam Satu Cidukan Telapak Tangan Ketika Berwudhu 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamberkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung secara bersamaan dari satu ciduk air dan itu dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

6. Berwudhu Sebelum Tidur Dan Tidur Dengan Posisi Miring Ke Kanan 

Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, “Jika kamu hendak tidur, maka berwudhulah seperti hendak shalat, kemudian tidurlah dengan posisi miring ke kanan dan bacalah, ‘Ya Allah, Aku pasrahkan jiwa ragaku kepada-Mu, aku serahkan semua urusanku kepada-Mu, aku lindungkan punggungku kepada-Mu, karena cinta sekaligus takut kepada-Mu, tiada tempat berlindung mencari keselamatan dari (murka)-Mu kecuali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dan dengan nabi yang Engkau utus’. Jika engkau meninggal, maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah. Dan usahakanlah doa ini sebagai akhir perkataanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

7. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau Terhindar Dari Bencana 

Sujud ini hanya sekali dan tidak terikat oleh waktu. Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan sesuatu yang menyenangkan atau disampaikan kabar gembira maka beliau langsung sujud dalam rangka bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

8. Mengikuti Bacaan Muadzin 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Barangsiapa yang bershalawat kepadaku, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintakan wasilah untukku, karena wasilah merupakan tempat di surga yang tidak layak kecuali bagi seorang hamba Allah dan aku berharap agar akulah yang mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan wasilah untukku maka ia akan mendapatkan syafaatku (di akhirat kelak).” (HR. Muslim)

9. Berlomba-Lomba Untuk Mengumandangkan Adzan, Bersegera Menuju Shalat, Serta Berupaya Untuk Mendapatkan Shaf Pertama. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, “Andaikata umat manusia mengetahui pahala di balik adzan dan berdiri pada shaf pertama kemudian mereka tidak mendapatkan bagian kecuali harus mengadakan undian terlebih dahulu niscaya mereka membuat undian itu. Andaikata mereka mengetahui pahala bergegas menuju masjid untuk melakukan shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba melakukannya. Andaikata mereka mengetahui pahala shalat isya dan subuh secara berjamaah, niscaya mereka datang meskipun dengan merangkak.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

10. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu 

Jika tidak mendapatkan izin dari tuan rumah, maka konsekuensinya anda harus pergi. Namun, banyak sekali orang yang marah-marah jika mereka bertamu tanpa ada perjanjian sebelumnya, lalu pemilik rumah tidak mengizinkannya masuk. Mereka tidak bisa memaklumi, mungkin pemilik rumah memiliki uzur sehingga tidak bisa memberi izin. Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah!” Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur: 28)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Adab meminta izin itu hanya tiga kali, jika tidak diizinkan maka seseorang harus pulang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

11. Mengibaskan Seprai Saat Hendak Tidur 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, “Jika kalian hendak tidur, maka hendaknya dia mengambil ujung seprainya, lalu mengibaskannya dengan membaca basmallah, karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di atas kasurnya. Jika dia hendak merebahkan tubuhnya, maka hendaknya dia mengambil posisi tidur miring ke kanan dan membaca, “Maha Suci Engkau, ya Allah, Rabbku, dengan-Mu aku merebahkan tubuhku, dan dengan-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan nyawaku, maka ampunkanlah ia, dan jika Engkau melepasnya, maka lindungilah ia dengan perlindungan-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Muslim)

12. Meruqyah Diri Dan Keluarga 

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa ia berkata, “Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa meruqyah dirinya dengan doa-doa perlindungan ketika sakit, yaitu pada sakit yang menyebabkan wafatnya beliau. Saat beliau kritis, akulah yang meruqyah beliau dengan doa tersebut, lalu aku mengusapkan tangannya ke anggota tubuhnya sendiri, karena tangan itu penuh berkah.” (HR. Al-Bukhari)

13. Berdoa Saat Memakai Pakaian Baru 

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika mengenakan pakaian baru, maka beliau menamai pakaian itu dengan namanya, baik itu baju, surban, selendang ataupun jubah, kemudian beliau membaca, “Ya Allah, hanya milik-Mu semua pujian itu, Engkau telah memberiku pakaian, maka aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan tujuannya dibuat, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan tujuannya dibuat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

14. Mengucapkan Salam Kepada Semua Orang Islam Termasuk Anak Kecil 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu, ia menceritakan, ”Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Apa ciri keislaman seseorang yang paling baik?’Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Kamu memberikan makanan (kepada orang yang membutuhkan) dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu bahwa ia menuturkan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati kumpulan anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka semua.”(HR. Muslim)

15. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (Mandi Junub) 

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anhu, “Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin mandi besar, maka beliau membasuh tangannya terlebih dahulu, lalu berwudhu seperti hendak shalat, kemudian memasukkan jemarinya ke airdan membasuh rambutnya dengan air. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menuangkan air tiga ciduk ke kepalanya dengan menggunakan tangannya, lalu mengguyur semua bagian tubuhnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

16. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat 

Di dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma mengatakan, mengeraskan suara dalam berzikir setelah orang-orang selesai melaksanakan shalat wajib telah ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Abbas juga mengatakan, “Aku mengetahui orang-orang telah selesai melaksanakan shalat karena mendengar zikir mereka.” (HR. Al-Bukhari)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Disunnahkan mengeraskan suara saat membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.”

Sunnah ini tidak dilakukan di banyak masjid sehingga tidak dapat dibedakan apakah imam sudah salam atau belum, karena suasananya sepi dan hening. Caranya adalah imam dan makmum mengeraskan bacaan tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah) dan takbir (Allahu Akbar) secara sendiri-sendiri, bukan satu komando dan satu suara. Adapun mengeraskan suara ketika berzikir dengan satu komando, satu suara dan dipimpin oleh imam maka dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengatakan sunnah secara mutlak, ada yang memandang sunnah dengan syarat-syarat tertentu dan ada pula yang mengatakan bahwa zikir berjamaah adalah perbuatan bid’ah.

17. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu Atau Shalat Sunnah 

Diriwayatkan dari Abu Said al-Kudri Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, “Ketika kalian hendak shalat, maka buatlah pembatas di depannya dan majulah sedikit, dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depannya. Jika ada orang yang sengaja lewat di depannya, maka hendaknya dia menghalanginya karena orang itu adalah setan.” (HR. Abu dawud dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata, “Rasulullah menancapkan tombak di depannya, lalu shalat di belakang tongkat itu.” (HR. Al-Bukhari)

Sunnah ini sering diabaikan, terutama saat melakukan shalat sunnah.

Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mengikuti sunnah rasul-Mu dan mengikuti jejaknya. Ya Allah, kumpulkanlah kami dan kedua orang tua kami bersamanya di surga wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.

Sumber: eramuslim.com 

Semoga bermanfaat....

Jumat, 29 Mei 2020

17 MANDI-MANDI YANG DISUNATKAN MENURUT ISLAM

Edisi Jum'at, 29 Mei 2020 M / 6 Syawal 1441 H

Islam agama yang mencintai kebersihan bagi umatnya, bukan hanya kebersihan rohani akan tetapi kebersihan jasmani pula. Oleh karena itu selain mewajibkan mandi dan membersihkan diri pada saat-saat tertentu syari’at agama kita juga menganjurkan mandi pada waktu-waktu tertentu.

Mandi merupakan ajaran Islam tentang kebersihan, yang bertujuan untuk menghilangkan hadats, baik sebagai syarat untuk ibadah atau pun tidak. Ajaran tersebut bersumber pada Al Qur'an, sunnah, dan ijma'. 

Adapun ayat-ayat Al Qur'an yang menunjukkan perintah tentang mandi terdapat beberapa ayat, di antaranya adalah :
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang membersihkan diri. (Q.S. Al Baqarah : 222).
Ayat tesebut memberikan pengertian bahwa, mandi termasuk membersihkan diri, mensucikan diri dari hadats, kotoran material, sehingga dapat mendatangkan cintanya Allah Swt.

Sunah adalah pekerjaan yang mendapat pahala jika dikerjakan dan tidak mendapat dosa jika ditinggalkan. Hukum dasar mandi adalah mubah,  namun ada 17 macam mandi yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala yaitu : 

1. Mandi pada hari Jum’at. 

Hal ini didasari atas hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Barang siapa di antara kalian akan menghadiri sholat Jum’at mandilah”. Sebagian ulama memahami dari hadits ini bahwa mandi sebelum pergi untuk sholat Jum’at hukumnya wajib. Ditambah dengan hadits lain yang secara jelas menyatakan wajib mandi pada hari Jum’at: “Mandi hari Jum’at menjadi kewajiban bagi setiap orang yang sudah dewasa”. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan mayoritas ulama termasuk mazhab Maliki mandi hari Jum’at hukumnya sunat. Alasan para ulama ini ialah beberapa hadits shohih antara lain: “Barang siapa berwudhu pada hari Jum’at baginya sudah cukup dan baik, tapi barang siapa yang mandi maka mandi lebih utama”. Menurut Imam Nawawi hadits ini shohih. Selain hadits di atas Rasulullah s.a.w. pula bersabda: “Alangkah baiknya jika kalian mandi pada hari Jum’at”. Dari beberapa hadits di atas yang menganjurkan mandi pada hari Jum’at dipahami bahwa perintah mandi menunjukkan kepada anjuran sedangkan kata-kata “wajib” menunjukkan kepada “ta’kid” atau penekanan. Dengan demikian untuk menerima beberapa hadits tentang mandi pada hari Jum’at yang nampaknya berbeda-beda ini dapat disimpulkan bahwa hukum mandi pada hari Jum’at ialah sunat muakkad. Sedangkan waktu mandinya ialah antara subuh hingga saat menjelang pergi ke masjid. Dan lebih dianjurkan pelaksanaan mandinya sesaat menjelang pergi ke masjid, karena salah satu tujuan dari mandi ini ialah menghilangkan kotoran dan aroma tidak sedap dari badan sebelum berada di antara jemaah sholat Jum’at.

2. Mandi pada dua hari raya, yaitu ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adhha. 

Hal ini didasari atas hadits dari Ibnu Abbas ia berkata: “Adalah Rasulullah s.a.w. mandi pada hari ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adhha”. Demikian pula Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Umar mengerjakannya karena pada hari itu berkumpulnya kaum muslimin untuk melaksanakan sholat ‘ied seperti pada hari Jum’at. Sedangkan waktunya setelah pertengahan malam, dan yang lebih baik pada saat menjelang kepergian ke tempat sholat ‘ied.

3. Mandi ketika akan melaksanakan sholat Istisqo’ 

Karena sholat Istisqo’ atau sholat minta hujan ini dilaksanakan secara berjamaah maka disunatkan mandi untuk menghilangkan aroma tidak sedap dari badan sebagaimana tujuan disunatkannya mandi pada hari Jum’at. Waktunya sebelum mengerjakan sholat. 

4. Mandi ketika akan melaksanakan sholat gerhana matahari atau gerhana bulan. 

Karena sholatnya dilaksanakan secara berjamaah maka disunatkan mandi agar badan bersih dari aroma yang tidak sedap sebagaimana pada hari Jum’at. Niatnya sbb:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Saya niat mandi gerhana Matahari Sunnah karena Allah Ta’ala.
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِخُسُوْفِ القَمَرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Saya niat mandi gerhana Bulan sunnah karena Allah Ta’ala.

5. Mandi bagi orang yang selesai memandikan janazah. 

Hal ini didasari atas sebuah hadits di mana Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barang siapa memandikan jenazah hendaklah dia mandi, dan barang siapa membawa jenazah hendaklah dia berwudhu”. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal hadits ini adalah perkataan Abu Hurairah. Imam Syafi’i berkata: “Apabila hadits ini shohih sebagai ucapan Rasulullah s.a.w. maka saya berpendapat bahwa mandi ini hukumnya wajib”.

6. Mandi seorang yang baru masuk Islam. 

Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah s.a.w. memerintahkan Qais bin ‘Ashim dan Tsumamah bin Atsal untuk mandi ketika keduanya masuk Islam. Mandi ini tidak wajib karena saat itu orang-orang yang menyatakan dirinya masuk Islam tidak semuanya diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. untuk mandi. Selain itu, menyatakan diri masuk agama Islam adalah pertobatan dari perbuatan maksiat maka tidak diwajibkan mandi sebagaimana orang yang tobat dari perbuatan maksiatnya. Hal ini jika yang bersangkutan tidak mengalami junub sebelumnya. Akan tetapi jika seseorang yang masuk Islam mengetahui bahwa dirinya telah mengalami junub maka ia wajib mandi setelah memeluk agama Islam.

7. Mandi seseorang yang baru sembuh dari sakit gila atau pingsan. 

Mandi ini dilaksanakan setelah seseorang dinyatakan sembuh dari sakit jiwa atau setelah sadar dari pingsan.
Hal ini dikarenakan ada kemungkinan orang tersebut pada masa gilanya keluar mani (junub).

8. Mandi seseorang yang akan mengenakan pakaian ihrom. 

Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwasanya Zaid bin Tsabit berkata: “Adalah Rasulullah s.a.w. melepaskan pakaian biasanya untuk mengenakan ihram dan mandi”. Hukum ini berlaku bagi siapa saja yang akan mengenakan ihrom, baik laki-laki dewasa maupun anak-anak, bahkan wanita sekalipun dia dalam keadaan berhalangan (haid atau nifas). Ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim bahwasanya Asma binti ‘Umais istri Abu Bakar Shiddiq ketika tiba di Zulhulaifah (miqat penduduk kota Madinah) melahirkan maka Rasulullah s.a.w. memerintahkannya untuk mandi sebelum mengenakan ihrom.

9. Mandi seseorang yang akan memasuki kota Mekkah. 

Ini berdasarkan perbuatan Abdullah bin Umar bahwasanya beliau tidak memasuki kota Mekkah kecuali terlebih dahulu bermalam di Dzi Thuwa, pada pagi harinya beliau mandi kemudian masuk ke kota Mekkah pada siang hari. Beliau menyebutkan bahwasanya yang seperti itu dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. (HR. Bukhari dan Muslim)

10. Mandi seseorang yang akan melaksanakan wuquf di Arafah. 

Karena hari Arafah merupakan hari berkumpulnya kaum muslimin yang melaksanakan ibadah haji maka dianjurkan mandi untuk menghilangkan bau tidak sedap dari badan. Abdulllah bin Umar melakukannya, dan diriwayatkan Rasulullah s.a.w melakukannya pula.

11. Mandi bagi orang yang ingin bermalam di Muzdalifah 

“Bahwa Ibnu Umar tidak memasuki kota Mekkah kecuali beliau bermalam terlebih dulu di Dzi Thuwa sampai pagi hari, kemudian beliau mandi dan memasuki pada siang harinya. Beliau menyebutkan bahwa Nabi Saw. melakukan hal yang sama.”

12. Mandi seseorang yang akan melontar jumrah pada hari-hari tasyriq. 

Waktu mandinya ketika hendak melontar jumrah yaitu sesudah tergelincir matahari untuk menghilangkan aroma tidak sedap dari badan karena waktu melontar saat kaum muslimin yang melaksanakan ibadah haji berkumpul pada satu tempat, yaitu sekitar jumroh di bawah terik matahari. Sedangkan ketika hendak melontar jumroh aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah tidak disunatkan mandi karena menjelang wuquf tanggal 9 Dzulhijjjah sudah disunatkan mandi dan waktu antara melontar jumroh aqobah dengan wuquf berdekatan, jadi tidak diperlukan lagi mandi untuk menghilangkan aroma tidak sedap dari badan.

13. Mandi seseorang yang akan melaksanakan thawaf di Ka’bah. 

Mandi sunnah dianjurkan bagi jamaah haji dan umrah sebelum melakukan beberapa hal yang terdapat rangkaian ibadah haji dan umrah. Mandi sunnah ini dimaksudkan untuk kepentingan ibadah dan faktor kebersihan sekaligus.
Karena pada saat thawaf terjadi kepadatan di sekitar Ka’bah sehingga perlu pembersihan badan dari aroma tidak sedap.

14. Mandi untuk mengerjakan tawaf qudum, ifadah dan tawaf wada' 

Jamaah haji dianjurkan untuk mandi sunah pada 10 titik, yaitu (sebelum) ihram, saat memasuki Kota Makkah, wuquf di Arafah, wuquf di Muzdalifah setelah Subuh hari nahar, tawaf ifadhah, cukur, tiga mandi untuk melempar jumrah pada hari tasyriq, dan tawaf wada‘.”

15. Mandi seseorang yang selesai dibekam. 

Mandi setelah terapi bekam adalah bagian dari sunnah nabi. Hal tersebut disimpulkan dari penjelasan Aisyah yang berkata;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «يُغْتَسَلُ مِنْ أَرْبَعٍ مِنَ الْجَنَابَةِ، وَيَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَمِنْ غَسْلِ الْمَيِّتِ، وَالْحِجَامَةِ»

Sesungguhnya Nabi mengatakan bahwa: “Beliau mandi karena empat hal; Janabat, hari jum’at, memandikan mayit, dan bekam.” (Dishahihkan Hakim dalam Al – Mustadrak).
Mandi setelah terapi bekam adalah sunnah. Mandi yang dimaksud disini adalah mandi besar. Selain memiliki manfaat ibadah sunnah mandi setelah terapi bekam memiliki kemanfaatan untuk tubuh atau badan. Kemanfaatan untuk badan diantaranya adalah mengurangi resiko infeksi karena mandi akan membersihkan badan dari kotoran sisa berbekam dan mengembalikan kesegaran tubuh setelah berbekam.

16. Mandi ketika hendak melaksanakan i’tikaf. 

Di antara perkara yang dianjurkan ketika hendak melakukan i’tikaf di masjid adalah mandi terlebih dahulu. Dalam kitab Fath al-Mu’in, Syaikh Zainuddin Al-Malibari menyebutkan bahwa mandi sebelum i’tikaf termasuk bagian mandi yang dianjurkan untuk dilakukan, sebagaimana mandi ketika hendak berangkat melaksanakan shalat Jumat di masjid.

17. Mandi ketika hendak memasuki kota Madinah. 

Kota Madinah adalah tanah haram atau mulia sebagaimana kota Mekkah, sehingga ketika hendak memasuki kota Madinah disunahkan mandi dulu. Jika tidak memungkinkan, maka disunahkan mandi ketika hendak memasuki masjid nabawi.

Demikianlah mandi-mandi sunat yang tercantum dalam kitab Matan Taqrib karya Abu Syuja'. 

Sumber : Islam.nu.or.id 

Semoga bermanfaat....

Kamis, 28 Mei 2020

17 CIRI ORANG MUNAFIK MENURUT ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Kamis, 28 Mei 2020 M / 5 Syawal 1441 H

Munafik atau nifak adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Bahkan, di dalam Al quran Allah menyebut orang munafik pada 13 ayat. Nah, apa saja ciri orang munafik?

Dalam surat An-Nisa ayat 145, Allah SWT berfirman dosa orang munafik akan ditempatkan pada tingkatan neraka yang paling bawah. Mereka tidak akan menerima pertolongan. Berikut bunyi ayatnya:

 اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ

innal-munāfiqīna fid-darkil-asfali minan-nār, wa lan tajida lahum naṣīrā

Artinya: Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.

Berikut 17 ciri orang munafik beserta dalilnya:

1. Dusta dan Bersumpah Palsu 

Hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid: “Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa.” Di dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), Rasulullah SAW bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.”
Firman Allah SWT: “Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai.” (Al-Munafiqun: 2 & Al-Mujadilah: 16). 
Jika seseorang menanyakan kepada orang munafik tentang sesuatu, dia langsung bersumpah. Apa yang diucapkan orang munafik semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dia selalu mengumpat dan memfitnah orang lain. Maka jika seseorang itu menegurnya, dia segera mengelak dengan sumpahnya: “Demi Allah, sebenarnya kamu adalah orang yang paling aku sukai. Demi Allah, sesungguhnya kamu adalah sahabatku.”

2. Khianat 

Sabda Rasulullah SAW: “Dan apabila berjanji, dia berkhianat.” Barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang dengan mudah kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab uzur syar’i maka telah melekat pada dirinya salah satu tanda kemunafikan.

3. Ingkar Janji dan fujur dalam pertikaian 

Sabda Rasulullah SAW: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (HR. Bukhari Muslim)
Sedangkan dalam Pertikaian bersifat fujur. 
Sabda Rasulullah SAW: “Dan apabila bertengkar (bertikai), dia melampau batas.”

4. Malas Beribadah 

Firman Allah SWT: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas.” (An-Nisa’: 142) . Jika orang munafik pergi ke masjid atau surau, dia menyeret kakinya seakan-akan terbelenggu rantai. Oleh kerana itu, ketika sampai di dalam masjid atau surau dia memilih duduk di shaf yang paling akhir. Dia tidak mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyimak dan menghayatinya.

5. Riya 

Di hadapan manusia dia sholat dengan khusyuk tetapi ketika seorang diri, dia mempercepatkan sholatnya. apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia tampak zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

6. Sedikit Berzikir 

Firman Allah SWT: “Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’: 142) .

7. Mempercepat Sholat 

Mereka (orang-orang munafik) adalah orang yang mempercepatkan sholat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah SWT di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya. Hadits Nabi SAW: “Itulah sholat orang munafik, … lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)”

8. Memperolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW 

Termasuk dalam kategori Istihzaa’ (berolok-olok) adalah memperolok-olok hal-hal yang disunnah Rasulullah SAW dan amalan-amalan lainnya. Orang yang suka memperolok-olok dengan sengaja hal-hal seperti itu, jatuh Kafir. Firman Allah SWT: “Katakanlah, Apakah dengan Allah SWT, Ayat-Ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, kerena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66). 

9. Enggan Berinfak 

Orang-orang munafik memang selalu menghindari hal-hal yang menuntut pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Apabila menjumpai mereka berinfak, bersedekah, dan mendermakan hartanya, mereka lakukan kerena riya’ dan sum’ah. Mereka enggan bersedekah, kerana pada hakikatnya, mereka tidak menghendaki pengorbanan harta, apalagi jiwa.

10.Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin 

Mereka selalu menciptakan kelemahan-kelemahan dalam barisan muslimin. Inilah yang disebut At Takhdzil. Yaitu, sikap meremehkan, menakut-nakuti, dan membiarkan kaum muslimin. Orang munafik berpendapat bahwa orang-orang kafir lebih kuat daripada kaum muslimin.

11. Suka Menyebarkan Khabar Dusta 

Orang munafik senang memperbesar peristiwa atau kejadian. Jika ada orang yang tergelincir lisannya secara tidak sengaja, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis pertemuan. “Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?” Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahwa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mau mengungkapkannya (menyebutkannya) kepada masyarakat.

12. Mengingkari Takdir 

Orang munafik selalu membantah dan tidak ridha dengan takdir Allah SWT. Oleh kerenanya, apabila ditimpa musibah, dia mengatakan: “Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, niscaya akan menjadi begini.” Dia pun selalu mengeluh kepada sesama manusia. Sungguh, dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Takdir.

13. Mencaci Maki dan Mencela Kehormatan Orang-Orang Soleh 

Mereka memperlakukan orang-orang yang Taat dengan ungkapan yang mengandung cemoohan dan celaan. Oleh kerenanya, dalam setiap majlis pertemuan sering kali kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang Taat kepada Allah SWT.
Apabila orang munafik membelakangi orang-orang soleh, dia akan mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat,menipu dan menjatuhkan kehormatan mereka di majlis-majlis pertemuan. Firman Allah SWT: “Mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.” (Al-Ahzab: 19)

14. Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah 

Apabila seseorang itu segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki uzur syar’ie(uzur yang dibenarkan syara’), namun tidak mau mendatangi masjid/surau ketika mendengar panggilan azan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.

15. Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan Perbaikan 

Firman Allah SWT: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 11-12).

16. Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin 

Secara Zahir mereka membenarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang tampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan. Di luar dia menampakkan kekhusyukan, sedangkan di dalam hatinya ia main-main.(Telunjuk lurus kelingking berkait).

17. Takut Terhadap Kejadian Apa Saja 

Orang-orang munafik selalu diliputi rasa takut. Jiwanya selalu tidak tenang, keinginannya hanya selalu mendambakan kehidupan yang tenang dan damai tanpa disibukkan oleh persoalan-persoalan hidup apapun. Dia selalu berharap: “Tinggalkan dan biarkanlah kami dengan keadaan kami ini, semoga Allah memberikan nikmat ini kepada kami. Kami tidak ingin keadaan kami berubah.” Padahal, keadaannya tidaklah lebih baik.

Semoga bermanfaat....

Rabu, 27 Mei 2020

17 PAHALA YANG PALING BESAR DALAM ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Rabu, 27 Mei 2020 M / 4 Syawal 1441 H

Tiap kebaikan yang dibuat oleh seseorang tentu mendapat pahala, yakni sesuai dengan keikhlasan dan istiqomah dalam menjalani amal kebaikan tersebut, dan dalam islam, tentu ada begitu banyak kebaikan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, namun diantara semua kebaikan, ada jalan kebaikan yang paling banyak pahalanya yang terkadang tidak disadari oleh semua orang.

Setiap amal kebaikan memang hanya Allah yang mengetahui seberapa besar pahalanya yang dinilai dari keikhlasannya serta tidak pamrih dan tidak riya serta disertai dengan amal kebaikan sepanjang harinya, tentunya kita sebagai manusia memang tidak tahu amalan mana yang kita lakukan yang ternyata memberikan banyak pahala.

Bisa saja ketika kita tidak menyadari kegiatan harian kita ternyata itulah yang membawa pahala, misalnya senantiasa tersenyum kepada orang lain atau tidak bermuka masam kepada orang lain serta memperluas silaturahmi dan suka menolong, walaupun perbuatan tersebut dianggap sepele, namun ternyata bermanfaat untuk orang banyak dan menjadikan pahala yang besar.

Oleh sebab itu, sebagai manusia tak perlu memilih milih amalan yang dilakukan yakni harus melakukan amalan yang besar dengan tujuan mendapatkan pahala yang besar, padahal sebenarnya dari amalan apapun itu jika rutin dilakukan tentu memberikan amalan pahala yang banyak, Berikut 17 amalan yang ternyata menjadikan banyak pahala.

1. Mendoakan Orang Lain dengan Tulus dan Tanpa Sepengetahuannya 

“Barang siapa yang mendoakan mu’min laki-laki atu pun perempuan niscaya Allah akan memberi pahala kebaikan dari setiap mu’min laki-laki dan perempuan  yang didoakannya.” 
HR. Thabrani dan di anggap hasan oleh Albani.”

2. Keutamaan Berdzikir Sepanjang Waktu Lisan Maupun dalam Hati 

“(Tidak ada illah yang berhaq diibadahi selain Allah yang tunggal,tiada sekutu bagiNya.Bagi-Nya kekuasaan dan puji-pujian dan dia berkuasa atas segala sesuatu),pada setiap hari seratus kali maka baginya seimbang dengan memerdekakan sepuluh budak sahaya dan tertulis baginya seratus kebaikan dan dihapus daripadanya seratus dosa dan menjadi perlindungan baginya sepanjang hari itu hingga sore hari.Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari yang berbuat seperti itu atau yang lebih banyak dari pada itu.”(disepakati oleh Bukhari dan Muslim)

3. Keutamaan sabar dalam islam 

“(Tiada tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagin-Nya.Dialah yang memiliki kerajaan dan pujian,yang menghidupkan dan mematikan dan dialah maha hidup dan tidak akan pernah mati, ditangan-Nya segala kebaikan  dan dia maha kuasa atas segala sesuatu),niscaya Allah akan memberikan kepadanya beribu-beribu (sejuta) kebaikan dan menghapus beribu-beribu (sejuta)keburukan serta diangkat kedudukannya seribu-seribu (sejuta) derajat.Dalam riwayat lain dikatakan :Niscaya Allah akan membangunkan rumah di dalam syurga.”(HR.Tirmidzi dan Albani menganggap nya hasan).

4. Memberi Keringanan Bagi Orang yang Kesusahan Ketika Membayar Hutang 

“Barang siapa yang memberi tempo kepada seorang belum mampu membayar hutang maka setiap hari ia memiliki sedekah sampai hutang itu jatuh tempo.Jika jatuh tempo dan orang itu belum mampu membayar hutangnya kemudian ia memberi kelonggaran lagi, maka setiap hari ia bersedekah dua kali lipat dari harta yang dipinjamkannya.”(dianggap shohih oleh Hkim dan disepakati oleh Al-Bani.)

5. Keutamaan menjenguk orang sakit 

“Tiada seorang muslim yang menjenguk seorang muslim pada waktu pagi melainkan dia didoakan oleh 70.000 malaikat hingga sore hari.Dan ia menjenguk pada sore hari maka ia di doakan oleh 70.000 malaikat hingga pagi harinya.Dan akan mendapatkan jaminan buah-buahan yang siap di petik di dalam syurga.”(HR .Tirmidzi dan dia berkata hasan dianggap shahih oleh al-Bani)

6. Menjadi Penghafal Al Qur’an 

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari al-qur’an maka ia mendapat satu kebaikan dan setiap kebaikan mempunyai sepuluh kelipatan pahala. Aku tidak mengatakan Aliflaammim itu satu huruf, tapi aliif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.”(HR,Tirmidzi)

7. Hikmah silaturahmi atau Memperluas Silaturahmi 

“Siapakah diantara kalian yang pergi buthaah atau al-‘aqiiq kemudian ia pulang dengan membawa dua ekor unta yang bagus-bagus tanpa berbuat dosa atau memutuskan tali persaudaraan? Kami menjawab, “kami semua menginginkan “. Rasululloh SAW bersabda:”Mengapa kamu tidak pergi ke masjid kemudian kamu belajar disana atau membaca dua ayat dari kitab Allah subhaanahu wata’ala maka itu lebih baik daripada dua ekor unta dan bila belajar atau membaca tiga atau empat ayat maka lebih baik dari tiga atau empat unta dan selanjutnya setiap hitungan sama dengan hitungan  unta.”(HR.Muslim dan Ahmad)

8. Muadzin 

“Muadzin (tukang adzan) itu akan diampuni dosa-dosanya sesuai dengan panjangnya suara adzan dan pahala seperti orang-orang yang sholat bersamanya.”(HR.Al-Thabrani.Dianggap shahih ole al-Bani)

9. Shalat di Masjidil Haram 

“Shalat dimesjidku (masjid nabawi) lebih baik dari seribu kali dari seribu kali sholat di masjid lainnya kecuali di masjidil haram (makkah).Dan sholat di masjidil haram lebih baik dari 100.000(seratus ribu) shalat di masjid lainnya.”(HR.Ibnu Majjah, di shahihkan oleh al-Bani)

10. Amal Jariyah (Ilmu) 

“Diantara yang akan ditemui seorang mu’min dari amal dan kebaikannya sepeninggalnya adalah:ilmunya yang diajarkan dan disebar luaskan, anak sholeh yang ditinggalkannya, al-qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun dan ia gunakan untuk fi sabilillah, sungai(mata air) yang ia gali,dan sedekah yang ia infakkan dari harta kejayaannya semasa sehatnya dan semasa hidupnya, niscaya itu akan ditemuinnya sepeninngalnya.”(HR.Ibnu Majah, dianggap hasan ole al-Bani)

11. Doa Anak untuk Orang Tua 

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang sholeh didalam syurga, hamba itu kemudian bertanya:”Ya rabbi,darimana derajat ini aku peroleh?” Allah ‘azza wajalla menjawab:”Karena anakmu meminta ampunan kepadaku.”(HR,Ahmad dan Ibnu Majah, dianggap Shohih oleh al-Bani)

12. Shalat Tepat Waktu 

“Allah subhaanahu wata’ala takjub melihat seorang lelaki yang bangun dari pembaringan dan kasurnya meninggalkan keluarga dan kekasihnya untuk mengerjakan shalat.Allah subhaanahu wata’ala berkata:Wahai malaikat-malaikatku, lihatlah hamba-Ku itu bangun ia bangun dari pembaringan dan kasurnya,meninggalkan keluarga dan kekasihnya untuk mengerjakan shalat karena mengharapkan pahala disisi-Ku dan merindukan apa yang ada disisi-Ku.”(HR.Ahmad dan dishahihkan oleh al-Bani dalam Misykaatul mashaabih(1251))

13. Jihad 

“Aisyah bertanya:”Wahai rasululloh, adakah kewajiban jihad bagi wanita,beliau menjawab:’’Bagi mereka ada kewajiban jihad tanpa peperangan, yaitu haji dan umrah.”(HR.Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih) “Yaa Rasuululloh, menurut kamu jihad adalah amalan yang paling utama.Kalau begitu tidakkah kami untuk berjihad? nabi menjawab:”Bagi kalian para wanita ada jihad yang paling utama yaitu hajji yang mabruur.”(HR.Bukhari dan Muslim)

14. Puasa Ramadhan dan Puasa Syawal 

“Barang siapa puasa pada bulan Ramadhan  kemudian diikuti dengan puasa enam hari dibulan syawal maka akan seperti berpuasa selama satu tahun.” .”(HR.Muslim) “Barang siapa yang membawa amalan yang baik maka bagiannya pahala sepuluh kali lipat amalnya, dan bagi siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan) .”(QS.al-An’am:160)

15. Sedekah 

“Dan infakkanlah dari sebagian dari apa yang telah kami berikan kepada mu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata (menyesali), Ya Raabku sekiaranya engkau berkenan menunda (kematian ku ) sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih.”(QS:Al-Munafiquun:10)

“Perumpaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir.Tiap-tiap bulir seratus biji.Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendakiNya dan Allah maha luas lagi maha mengetahui.”(QS.Al-Baqarah:261)

16. Belajar di Masjid atau Membaca Al-Qur’an Pahalanya Lebih Besar daripada Mendapat Unta Dua Ekor 

Rasulullah shalallahu ‘alihi wasallam bersabda:
“Siapakah diantara kalian yang pergi buthaah atau al-‘aqiiq kemudian ia pulang dengan membawa dua ekor unta yang bagus-bagus tanpa berbuat dosa atau memutuskan tali persaudaraan? Kami menjawab, “kami semua menginginkan“. Rasulullah shalallahu ‘alihi wasallam bersabda: ”Mengapa kamu tidak pergi ke masjid kemudian kamu belajar di sana atau membaca dua ayat dari kitab Allah subhaanahu wa ta’ala maka itu lebih baik daripada dua ekor unta dan bila belajar atau membaca tiga atau empat ayat maka lebih baik dari tiga atau empat unta dan selanjutnya setiap hitungan sama dengan hitungan unta.”(HR. Muslim dan Ahmad).

17. Doa Masuk Pasar Untuk Mendapatkan 3 Juta Keutamaan 

Hendaklah diantara kalian mengucapkan doa sebelum masuk kedalam pasar. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang masuk kedalam pasar dengan membaca, (Tiada tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan dan pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dialah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati, ditangan-Nya segala kebaikan dan dia maha kuasa atas segala sesuatu), niscaya Allah akan memberikan kepadanya seribu-seribu (sejuta) kebaikan dan menghapus seribu-seribu (sejuta) keburukan serta diangkat kedudukannya seribu-seribu (sejuta) derajat. Dalam riwayat lain dikatakan: Niscaya Allah akan membangunkan rumah di dalam syurga,”(HR.Tirmidzi dan Albani menganggapnya hasan).

Sekarang anda tentu sudah memahami, tak perlu memilih milih dalam melakukan amalan kebaikan, cukup lakukan segala kebaikan semampu kita dengan ikhlas dan tanpa pamrih atau tanpa riya serta tidak menyakiti orang yang telah diberi kebaikan tersebut, amalan pun diterima sebab melakukan kebaikan hanya karena Allah.

Dari semua amalan kebaikan yang ada, lakukan apa saja semampu kita, jika anda mampu untuk selalu tersenyum dan bersikap baik pada orang lain, lakukanlah, sebab memasang wajah yang ceria tentu juga menyenangkan orang lain yang memandangnya,

Jika anda mampu sedekah, maka juga dapat sedekah semampunya, serta jangan lupa selalu shalat lima waktu tepat waktu dan ingat untuk selalu berprasangka baik kepada Allah sehingga dapat melakukan amalan dengan lengkap, baik dengan Allah maupun dengan sesama makhluk Allah.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga menjadi motivasi untuk terus melakukan amal baik, terima kasih.

Semoga bermanfaat....

Selasa, 26 Mei 2020

17 KEUTAMAAN ISTIQOMAH DALAM ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Selasa, 26 Mei 2020 M / 3 Syawal 1441 H

Sering kita mendengar kata “Istiqomah” ketika berhubungan dengan suatu pekerjaan atau urusan yang berkaitan dengan agama. Istiqomah berasal dari bahasa arab “fi’ill istaqaam-yastaqiimuu-istiqaamatan” yang berarti lurus, tegak, atau konsisten. Istiqomah merupakan salah satu petunjuk dari Allah SWT.

Kita mungkin pernah menemui seseorang yang dikenal rajin ibadahnya, baik sikap serta tutur katanya, senantiasa memakai pakaian yang menutup aurat, dan lain sebagainya, tetapi dalam beberapa waktu atau karena sebab tertentu kondisi nya berbalik180 derajat menjadi seseorang yang malas beribadah dan buruk akhlaknya, Na’udzubillah.

Inilah salah satu contoh tidak adanya sifat Istiqomah dalam diri orang tersebut. Karena nya kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah memohon doa agar senantiasa mendapat jalan yang lurus, teguh dalam pendirian islam, dan Istiqomah dalam beribadah.

Contoh lain adalah ketika bulan Ramadhan umat islam begitu giat dalam menjalankan ibadah mulai dari shalat berjamaah, memakai baju yang sopan dan menutup aurat, berbagi makanan (ketika sahur dan berbuka), membaca Al Qur’an, hingga rutin mendengarkan ceramah ceramah keagamaan, namun terhenti ketika bulan ramadhan telah berakhir, padahal amal yang dicintai Allah bukanlah yang demikian.

Istiqomah ialah kewajiban setiap mukmin yang mencakup segala bentuk ketaatan pada Allah lahir dan batin serta meninggalkan segala yang dilarang Nya sepanjang waktu, seperti dalam firman Nya berikut : “Maka tetaplah istiqomah pada jalan yang lurus menuju kepada Nya dan mohon ampun kepada Nya”. (QS Fushilat : 6)

Istiqomah merupakan keutamaan dalam islam yang merupakan bukti dari kesungguhan seorang hamba dalam beribadah, berikut 17 keutamaan Istiqomah dalam islam:

1. Mendapat Pahala 

“Sesungguhnya orang orang yang mengatakan : Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan : janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu:. (QS Fushilat : 30).  Orang yang sanggup melawan segala ujian dalam perjalanan istiqomah nya mendapat pahala surga di akherat kelak. Hal ini tentunya hanya bisa dijalani oleh orang yang sungguh sungguh dalam beribadah, hanya diniatkan karena Allah SWT.

2. Amalan yang Dicintai Allah 

Dalam sebuah hadits digambarkan : “Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian dan amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit”. (HR Bukhari). Lakukan ibadah secara bertahap dan terus menerus, misalnya konsisten untuk senantiasa shalat dhuha dan shalat tahajud 2 rakaat setiap hari. Keutamaan shalat tahajud bisa membuat jiwa anda menjadi lebih tentram.

3. Merupakan Ciri Dasar Orang Mukmin 

“ Istiqomahlah kalian dan janganlah menghitung hitung”. (HR Ibnu Majah). Hadits di atas merupakan sabda Nabi Muhammad SAW sebagai perintah untuk setiap mukmin. Tak perlu menghitung berapa banyak amalan atau pahala yang telah kita lakukan, cukup lakukan dengan sungguh sungguh dan istiqomah.

4. Mendapat Jalan yang Lurus 

Seseorang yang istiqomah akan diberi jalan yang lurus hingga akhir usianya agar senantiasa bisa beribadah dan beriman kepada Allah SWT. Jalan lurus tersebut ialah berupa petunjuk dan ketenangan hati ketika menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan duniawi.

5. Mendapat Motivasi 

Orang yang istiqomah akan terhindar dari kesedihan dan kekhawatiran, hati mereka akan senantiasa menyadari bahwa Allah selalu bersama dan melindungi mereka seperti firman Allah SWT berikut : “Sesungguhnya orang orang yang tetap istiqomah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al Ahqaf : 13,14)

6. Dilapangkan Rezeki nya 

Allah berfirman : “Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (islam) benar benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)”. (QS Al Jinn : 16). Rezeki memang sudah diatur oleh Allah, tentunya rezeki akan menjadi lebih berkah jika kita menjadi hamba Nya yang mampu istiqomah dalam beribadah. Cara memperlancar rezeki menurut islam salah satunya adalah dengan istiqomah.

7. Terpelihara Kehormatan nya 

Orang yang istiqomah akan disegani orang lain di sekitarnya. Contohnya ialah ketika menjumpai pekerja muslim yang hidup di negara barat yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan shalat 5 waktu walaupun dia berada dalam kesibukan pekerjaan yang berat dan berada dalam tempat atau kondisi dimana dia kesulitan mendapat tempat beribadah seperti tidak adanya mushalla di tempat tersebut karena mayoritas non muslim, namun dia tetap menjalankan shalat 5 waktu bagaimanapun keadaannya tanpa terpengaruh orang orang non muslim di sekitarnya, orang tersebut tentu mendapat sisi yang istimewa di mata orang lain karena sanggup berpegang teguh dalam pendiriannya walaupun dalam kondisi yang sulit.

8. Wujud Bersyukur Atas Nikmat Allah 

Bersyukur adalah wujud pujian atas nikmat yang Allah berikan. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan bentuk ketaatan, betapa banyak orang orang yang telah meninggal dunia merasa menyesal akibat tidak beribadah selama berada di dunia dan mereka berharap dapat kembali ke dunia memperbaiki amal perbuatan mereka. Kita sebagai hamba yang masih diberi kesempatan seharusnya bisa memanfaatkan untuk berbuat amal kebaikan sebanyak banyaknya. manfaat bersyukur kepada Allah akan membuat jiwa kita menjadi tenang, tentram dan rezeki kita akan mengalir lebih deras dari arah yang tidak kita ketahui.

9. Menjadi Orang yang Disiplin 

Dengan menjalani ibadah secara rutin, kita akan terbiasa melakukan hal tersebut hingga akhirnya menjadi bentuk kedisiplinan yang tanpa mengingat atau diingatkan kita tetap menjalaninya. Misalnya bagi laki laki yang rutin menjalankan shalat jumat apapun kesibukannya maka secara otomatis dia akan disiplin dalam menjalankan ibadah shalat jumat tersebut, senantiasa bisa mengatur waktu untuk menjalankan kewajibannya.

10. Wujud Kuatnya Iman 

“Orang yang kuat adalah orang yang beramal untuk hari kematiannya. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengekor pada hawa nafsu dan berangan angan pada Allah”. (HR Ahmad). Orang yang memiliki iman kuat tentu mampu melewati segala rintangan dalam menjalankan ibadahnya dan tetap istiqomah pada jalan Allah.

11. Menjadi Teladan yang Baik 

Nabi memberi contoh bahwa beribadah bukan hanya pada waktu atau kondisi tertentu, dalam HR Muslim no 783,  Aisyah RA pernah berkata : “Rasulullah tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang menetap. Siapapun diantara kalian hendaknya melakukan yang beliau lakukan”. Aisyah RA pun mencontoh Nabi dengan cara selalu berkeinginan keras untuk merutinkan ibadahnya. Dalam kehidupan kita senantiasa berhubungan dengan orang lain, jika kita dapat memberikan contoh yang baik, tentunya kebaikan tersebut akan menular pada orang orang di sekitar kita.

12. Tanda Diterimanya Amalan 

“Diantara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya”. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, tafsir surat Al Lail). Maksud dari ungkapan tersebut ialah jika kita melakukan amal kebaikan dan melakukannya dengan istiqomah maka merupakan pertanda bahwa Allah menerima amal kebaikan kita sehingga diberi petunjuk untuk senantiasa melakukan amal kebaikan tersebut InsyaAllah.

13. Terus Dicatat Ketika Tidak Mampu Melakukannya 

Seseorang yang meninggalkan suatu amal ibadah yang dirutinkannya karena alasan syar’i seperti sakit, berada dalam perjalanan jauh (safar), atau dalam keadaan lemah karena usia tua, maka tidak akan terputus amalan pahala nya walaupun ia meninggalkan amalan tersebut. Hal ini pernah di sabda kan oleh Rasulullah SAW “Jika seseorang melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim (tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat”. (HR Bukhari no 2996).

14. Mencegah Masuknya Futur (jenuh) Dalam Beribadah 

“Setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur nya. barang siapa dalam kemalasannya masih dalam sunnah Nabi maka dia berada dalam petunjuk”. (HR Thobroni). Orang yang beramal dalam jumlah yang banyak, misalnya shalat tahajud 10 rekaat dalam satu malam, membaca Al Qur’an beberapa juz setiap hari, dll terkadang muncul rasa malas atau jenuh, sebaliknya jika amalan dilakukan sedikit tapi rutin akan memberikan rasa semangat karena itulah dianjurkan untuk menjalankan ibadah dengan istiqomah walaupun sedikit.

15. Mendapat Pertolongan 

Orang yang rutin menjalankan ibadah dalam keadaan apapun, senang ataupun susah menjadi bukti bahwa ia senantiasa mengingat Allah, maka Allah pun memberi berkah pada kesenangannya dan memberi pertolongan pada waktu kesusahannya seperti sabda Rasulullah berikut “Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah”. (HR Hakim Syaikh Al Albani).

16. Diberi kemudahan dalam sakaratul maut. 

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. “ (QS. Fushshilat [41] : 30)
Ayat ini berkaitan dengan sakaratul maut menurut Ibnu Katsir.

17. Dijamin masuk surga 

Ketika masuk alam kubur dan akan dibangkitkan dan dia dijamin masuk surga.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. “ (QS. Hud [11] : 23)

Demikian keutamaan istiqomah menurut islam, lakukan perubahan mulai dari diri sendiri dengan rutin menjalankan ibadah walaupun sedikit, dengan begitu kita akan terbiasa melakukan ibadah tersebut hingga merasakan ada sesuatu yang kurang jika tidak melakukannya. Dengan rutin beribadah kita akan senantiasa mengingat keberadaan Allah sehingga akan lebih berhati hati dalam menjalankan segala urusan sehari hari karena kita sadar bahwa setiap yang hidup di muka bumi ada yang menilai dan mengawasi.

Semoga bermanfaat....

Senin, 25 Mei 2020

17 AMALAN PENGHAPUS DOSA

Edisi Senin, 25 Mei 2020 M / 2 Syawal 1441 H

Manusia pasti berbuat dosa dan pasti butuh ampunan Allah. Oleh karena itu Allah memberikan keutamaan dan kemurahan kepada hambaNya dengan mensyariatkan amalan-amalan yang dapat menghapus dosa disamping taubat. Sebagiannya dijelaskan dalam Al Qur’an dan sebagiannya lagi dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.Diantaranya sebagai berikut:

1. Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke masjid : 

Sebagaimana disampaikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ

“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat. Mereka menjawab: ya wahai rasululloh. Beliau berkata: menyempurnakan wudhu ketika masa sulit dan memperbanyak langkah kemasjid serta menunggu shalat satu ke shalat yang lain, karena hal itu adalah ribath” (HR Muslim dan Al Tirmidzi).

Juga dalam sabda beliau yang lain:

إِذَا تَوَضَّأَ الرَّجُلُ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ لَا يُخْرِجُهُ أَوْ قَالَ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا إِيَّاهَا لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Jika seseorang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat sholat dengan niatan hanya untuk sholat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali Allah angkat satu derajat dan hapus satu dosa” (HR. Al Tirmidzi).

2. Puasa hari Arafah dan A’syura’, dalilnya: 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Nabi Bersabda: Puasa hari Arafah saya berharap dari Allah untuk menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya dan Puasa hari A’syura saya berharap dari Allah menghapus setahun yang telah lalu” (HR. At Tirmidzi dan di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ no. 3853)

3. Shalat tarawih di bulan Ramadhan, dengan dalil: 

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang menegakkan romadhon (shalat tarawih) dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaihi)

4. Haji yang mabrur, dengan dalil: 

مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَ لَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Siapa yang berhaji lalu tidak berkata keji dan berbuat kefasikan maka kembali seperti hari ibunya melahirkannya” (HR. Al Bukhari)
dan sabda beliau:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Haji mabrur balasannya hanyalah surga” (HR. Ahmad).

5. Memaafkan hutang orang yang sulit membayar, dengan dalil: 

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أُتِيَ اللَّهُ بِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِهِ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَقَالَ لَهُ مَاذَا عَمِلْتَ فِي الدُّنْيَا قَالَ يَا رَبِّ آتَيْتَنِي مَالَكَ فَكُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ وَكَانَ مِنْ خُلُقِي الْجَوَازُ فَكُنْتُ أَتَيَسَّرُ عَلَى الْمُوسِرِ وَأُنْظِرُ الْمُعْسِرَ فَقَالَ اللَّهُ أَنَا أَحَقُّ بِذَا مِنْكَ تَجَاوَزُوا عَنْ عَبْدِي

“Dari Hudzaifah beliau berkata Allah memanggil seorang hambaNya yang Allah karuniai harta. Maka Allah berkata kepadanya: Apa yang kamu kerjakan didunia? Ia menjawab: Wahai Rabb kamu telah menganugerahkanku hartaMu lalu aku bermuamalah dengan orang-orang. Dan dahulu akhlakku adalah memaafkan, sehingga aku dahulu mempermudah orang yang mampu dan menunda pembayaran hutang orang yang sulit membayar. Maka Allah berfirman: Aku lebih berhak darimu maka maafkanlah hambaKu ini” (HR. Muslim).

6. Melakukan kebaikan setelah berbuat dosa, dengan dalil: 

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan etika yang mulia” (HR Al Tirmidzi dan Ahmad dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami’ no. 97.)

7. Memberi salam dan berkata baik, dengan dalil: 

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

إِنَّ كِمْ كُوْجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلاَمِ وَ حُسْنُ الْكَلاَمِ

“Sesungguhnya termasuk sebab mendapatkan ampunan adalah memberikan salam dan berkata baik” (HR Al Kharaithi dalam Makarim Al Akhlak dan di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, no. 1035)

8. Sabar atas musibah dengan, dalil : 

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ إِنِّي إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنًا فَحَمِدَنِي عَلَى مَا ابْتَلَيْتُهُ فَإِنَّهُ يَقُومُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ مِنْ الْخَطَايَا

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: Sungguh Aku bila menguji seorang hambaKu yang mukmin, lalu ia memujiku atas ujian yang aku timpakan kepadanya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya tersebut bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya” (HR Ahmad, dan dihasankan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shohihah no. 144).

 9. Menjaga shalat lima waktu dan jum’at serta puasa Ramadhan, dengan dalil: 

Sabda Rasulullah:

الصلوات الخَمْسُ وَ الجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَان إِلَى رَمَضَان مُكَفِّرَاتُ مَا بَينَهُمَا إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

“Sholat lima waktu dan jum’at ke jum’at dan Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa diantara keduanya selama menjauhi dosa besar” (HR Muslim)

10. Mengumandangkan adzan, dengan dalil: 

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

إِنَّ الْمُؤَذِّنَ يُغْفَرُ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ

“Seorang Muadzin diampuni dosanya sepanjang (gema) suaranya” (HR Ahmad dan dishohihkan Al Albani dalam Shahih AL Jaami’ no. 1929)

11. Shalat wajib, dengan dalil : 

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا

“Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di pintu yang digunakan untuk mandi setiap hari lima kali, yang kalian katakan apakah tersisa kotorannya? Mereka menjawab: Tidak sisa sedikitpun kotorannya. Beliau bersabda: sholat lima waktu menjadi sebab Allah hapus dosa-dosa” (HR. Al Bukhari).

12. Memperbanyak sujud, dengan dalil: 

Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

عَلَيْكَ بَكَثْرَنِ السُّجُوْدِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَ حَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيْئَةً

“Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada Allah kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu kesalahanmu (dosa)” (HR Muslim).

13. Shalat malam, dengan dalil: 

عَلَيْكَ بِقِيَامِ اللَيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ لَكُم لإِلَى رَبِّكُمْ وَ مُكَفِّرَةٌ للسَّيْئَاتِ وَ مَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ

“Hendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa” (HR Al Haakim, dan dihasankan Al Albani dalam Irwa’ Al Ghalil 2/199).

14. Berjihad dijalan Allah, dengan dalil: 

يُغْفَرُ للشَّهِيْدِ كُلَّ ذَنْبٍ إلاَّ الدَّيْن

“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang” (HR Muslim)

15. Mengiringi haji dengan umrah, dengan dalil: 

تَابِعُوْا بَيْنَ الحَجِّ وَ الْعُمْرَةِ فَإِنَّ مُتَابَعَةَ بَيْنَهُمَا تَنْفِيْ الْفَقْرَ وَ الذُّنُوْبِ كَمَا تَنْفِيْ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ

“Iringi haji dengan umroh, karena mengiringi antara keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana Al Kier (alat pembakar besi) menghilangkan karat besi” (HR Ibnu Majah dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami’ no,2899)

16. Shadaqah, dengan dalil: 

إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرُُ لَّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Baqarah: 271)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun bersabda:

الصَّدَقَةُ تُطْفِىءُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِىءُ الْمَاءُ النَّارَ

“Shadaqah menghapus dosa seperti air memadamkan api” (HR Ahmad, Al Tirmidzi dan selainnya dan di-shahih-kan Al Al Bani dalam Takhrij Musykilat Al faqr no. 117)

17. Menegakkan hukum pidana sesuai syariat Islam, dengan dalil: 

أَيُّمَا عَبْدٍ أَصَابَ شَيْئَاً مَمَا نَهَى اللهُ عَنْهُ ثُمَّ أُقِيْمَ عَلَيْهِ حَدُّهُ كَفَرَ عَنْهُ ذَلَكَ الذَّنْبُ

“Siapa saja yang melanggar larangan Allah kemudian ditegakkan padanya hukum pidana maka dihapus dosa tersebut” (HR Al Haakim dan dishohihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ no,2732)

Demikian 17 amalan penghapus dosa yang dapat disampaikan.

Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc 

Semoga bermanfaat....