Edisi Ahad, 25 April 2021 M / 13 Ramadhan 1442 H
Di bulan ini, pahala amal ibadah juga dilipatgandakan. Orang yang mengerjakan ibadah sunnah pahalanya diganjar pahala ibadah wajib. Sedangkan pahala ibadah wajib ganjarannya dilipatgandakan.
Amalan sunnah ketika menjalankan ibadah puasa Ramadhan juga bisa menjadi penghasil pahala di bulan suci. Amalan sunnah puasa Ramadhan ini juga bisa jadi pengisi waktu luang dan bertambah pahala.
Berikut 17 amalan sunnah puasa Ramadhan :
1. Mempercepat (ta’jil) buka puasa jika sudah yakin masuk waktu berbuka (yakni terbenamnya matahari).
Jika ragu, maka kita harus berhati-hati dengan menunda sebentar buka puasa sampai merasa yakin dengan masuknya waktu berbuka. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَاتَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الفِطْرَ. متفق عليه
“Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mempercepat berbukanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Sahur, walaupun dengan seteguk air.
Masuk waktu sahur mulai pertengahan malam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
تَسَحَّرُوْا وَلَوْ بِجُرْعَةِ مَاءٍ. صحيح
“Bersahurlah walaupun dengan seteguk air.” (Shahih)
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً. متفق عليه
“Bersahurlah karena sesungguhnya dalam sahur itu ada barakah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِكُمْ وَبَيْنَ صِيَامِ أَهْلِ الكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحرِ .رواه أحمد في المسند
Pembeda antara puasa kalian dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Ahmad dan al-Musnad)
3. Mengakhirkan waktu sahur malam.
Disunnahkan untuk berhenti makan sebelum terbitnya fajar seukuran membaca 50 ayat (seperempat jam). Hal ini berdasarkan hadits riwayat Zaid:
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُوْرِ؟ قَالَ: قَدْر خَمْسِيْنَ آيَة. متفق عليه
“Kami sahur bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam kemudian beliau berdiri untuk shalat. Aku (perawi) bertanya, ‘Berapakah waktu itu jarak antara adzan dan sahur? Zaid menjawab, ‘Seukuran (membaca) 50 ayat (al-Qur’an).” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Berbuka dengan ruthab (kurma muda)
Jika tidak ada maka dengan kurma, jika tidak ada maka dengan air zamzam, jika tidak ada maka dengan air biasa, jika tidak ada maka dengan makanan manis yang masak tanpa menggunakan api (seperti madu atau kismis), jika tidak ada maka makanan manis yang masak dengan api. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam :
يفْطرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسا حَسَوَاتٍ مِنَ المَاءِ. صحيح أبي داود
“Berbuka dengan beberapa ruthab (kurma basah) sebelum shalat. Jika tida ada ruthab, beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Jika tidak ada maka beliau berbuka dengan air.” (Shahih Abu Dawud)
5. Berdoa saat berbuka
Doa buka puasa yang terpendek adalah: “Allahumma laka shumtu, wa bika aamantu, wa ‘ala rizqika afthartu”.
Selain doa di atas, terdapat riwayat lain tentang doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Disebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam jika berbuka, membaca doa:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوْقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ. صحيح أبي داود
“Telah hilang rasa haus, telah basah urat-urat, dan telah pasti pahala (puasa) insya Allah.” (Shahih Abu Dawud)
Terkait fadhilah doa saat berpuasa, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يفْطرُ وَالإِمَامُ العَادِلُ وَدَعْوَةُ المَظْلُوْمِ. صحيح الترمذي
“Tiga orang yang doanya tidak ditolak: Orang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang terdzalimi.” (Shahih al-Turmudzi)
6. Memberi makan untuk orang yang berbuka.
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
7. Jika berhadats besar, disunnahkan mandi janabah/mandi besar sebelum terbit fajar.
Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan:
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُدْرِكُهُ الفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُوْمُ. متفق عليه
“Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pernah memasuki waktu fajar dalam keadaan junub dari istrinya, kemudian beliau mandi dan berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Mandi di malam hari setiap ba’da Maghrib di bulan Ramadhan
Dalam sebuah riwayat dari Abu Bakr, beliau Shallallahu 'alaihi wasallam berkata,
لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِالْعَرْجِ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ وَهُوَ صَائِمٌ مِنَ الْعَطَشِ أَوْ مِنَ الْحَرِّ.
“Sungguh, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Al ‘Aroj mengguyur kepalanya -karena keadaan yang sangat haus atau sangat terik- dengan air sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. ” (HR. Abu Daud no. 2365)
Walaupun dalam hadits dibolehkan mandi saat berpuasa, namun sebaiknya dilakukan setelah waktu magrib, karena tubuh menjadi lebih segar dan juga supaya lebih giat untuk qiyamul lail (tarawih, tadarrus, dan lain-lain).
9. Melaksanakan shalat Tarawih selama bulan Ramadhan.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. متفق عليه
“Barangsiapa menghidupkan (malam Ramadhan) karena iman dan mengharap (ridha Allah), maka akan diampuni baginya dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
10. Senantiasa melaksanakan shalat Witir.
Shalat Witir pada bulan Ramadhan mempunyai kekhususan hukum yaitu:
a. Disunnahkan untuk dilaksanakan secara berjama’ah.
b. Disunnahkan bagi imam untuk memperkeras bacaan.
c. Disunnahkan untuk membaca qunut pada separuh kedua bulan Ramadhan.
11. Memperbanyak bacaan Al-Qur’an.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالخَيْرِ وَأَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِي رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ وَيُعْرِضُ عَلَيْهِ القُرْآنَ. رواه البخاري
“Rasulullah adalah orang yang paling baik dalam melakukan kebaikan dan paling baik dalam Ramadhan saat ditemui oleh Jibril dan ia membacakan al-Qur’an kepada Nabi.” (HR. Bukhari)
12. Memperbanyak melakukan Sholat sunnah
"Allah akan menulis untuknya sejuta perbuatan baik dan menghapus sejuta perbuatan buruk dan membesarkannya satu juta tingkatan. ” (Tirmidzi)
Dari hadits ini jelas bahwa melafalkan sholat sunnah khusus ini membantu menulis sejuta perbuatan baik dan pada saat yang sama menghapus jutaan perbuatan buruk yang juga datang dengan peningkatan dalam jutaan tingkat spiritualitas dengan mengerjakan sholat sunah seperti shalat Rawatib, shalat Dhuha, shalat Tasbih, dan sebagainya.
13. Memperbanyak amal-amal shalih
Bulan ramadhan diisi dengan amalan amalan shalih seperti shadaqah, shilaturrahmi, menghadiri majlis taklim/pengajian, i’tikaf, umrah, menjaga hati dan anggota tubuh dari perbuatan maksiat, memperbanyak doa, dan sebagainya.
14. Lebih meningkatkan semangat ibadah pada 10 hari terakhir
Mengejar lailatul qadar pada malam-malam tersebut, terutama pada tanggal-tanggal ganjilnya. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu'anha :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَخَلَ العَشْرَ الأَوَاخِرَ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَدَّ المَئْزَرَ. متفق عليه
“Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam jika memasuki 10 hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau menghidupkan malam, membangunkan istri beliau, dan meninggalkan hubungan suami istri (untuk dipergunakan ibadah). (HR. Bukhari dan Muslim)
15. Lebih memperbanyak dalam menafkahi keluarganya.
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ
“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu” (HR. Bukhari 56 dan Muslim 1628).
16. Meninggalkan banyak bergurau,terutama yang mengandung ejekan.
Jika diejek oleh seseorang, harus segera ingat bahwa dirinya sedang berpuasa.
فَإِنْ امُرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ. رواه مسلم
“Jika seseorang menghina atau menengkarinya, maka hendaknya orang yang berpuasa itu mengatakan. ‘Sesungguhnya aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.” (HR. Muslim)
17. Banyak berinfaq dan shadaqah
Dalam hadits Ibnu Abbas disebutkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadlan ketika bertemu dengan malaikat Jibril, dan Jibril menemui beliau di setiap malam bulan Ramadlan untuk mudarosah (mempelajari) Al Qur’an” (HR Al Bukhari).
Hadits tersebut memberikan faidah kepada kita bahwa kedermawanan hendaknya lebih di tingkatkan lagi di bulan Ramadlan.
Amalan sunnah puasa Ramadhan ini sesuai hukumnya sunnah, bila dikerjakan akan mendapat pahala, tak dikerjakan juga tidak apa-apa.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.