Selasa, 31 Maret 2020

17 HUKUM MENGGAMBAR MAHLUK HIDUP DALAM ISLAM

Edisi Selasa, 31 Maret 2020 M / 6 Sya'ban 1441 H

Hidup kita tidak pernah terpisahkan dari seni entah itu seni lukis, seni musik maupun seni tari. Karena seni lebih menghidupkan suasana dan mewarnai kehidupan kita menjadi lebih bergairah dan lebih ceria.

Dalam Islampun beberapa amalan ibadahnya sering dipadu padankan dengan berbagai seni seperti pada pembacaan al-Quran yang mana bacaannya dilagu dengan berbagai nada sehingga terdengar lebih merdu, sholawatan yang juga bacaannya dilagu dengan berbagai nada dan dipadukan dengan berbagai irama musik yang merdu dan menyejukkan hati, tari-tarian sufi yang gerakannya juga diiringi irama musik penyejuk hati atau sembari dengan dilafalkan puji-pujian kepada Allah oleh si penari, maupun tulisan-tulisan ayat al-Qur’an, al-Hadits maupun Doa-doa yang dibuat kaligrafi sehingga menghasilkan sebuah gambar tulisan yang lebih sedap untuk dipandang mata.

Namun demikian, tentunya seni dalam agama Islam memiliki aturan dan batas-batasnya tersendiri karena selain menjadi sumber keindahan dan gairah positif bagi kehidupan, kesenian seringnya juga menjadi sumber kelalaian terhadap kewajiban-kewajiban manusia, bahkan seni juga kerap melenakan manusia dan membuat manusia melewati batas-batas tertentu yang dilarang dalam Islam dengan mengatas namakan seni. Bahwa seni adalah hak manusia yang tidak boleh dibatasi. Seperti seni tari yang kini banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan melenggak-lenggokkan tubuhnya mengikuti irama musik di depan banyak penonton padahal itu jelas mempertontonkan aurat yang dilarang oleh agama Islam. Maupun gambar yang berbentuk makhluk hidup yang sebenarnya tidak diperbolehkan dalam Islam seperti gambar manusia dan binatang yang sering menjadi perdebatan tentang hukumnya dalam Islam, apakah diperbolehkan atau tidak. 

Artikel tausiah kali ini akan secara khusus membahas tentang Hukum Menggambar Makhluk Hidup dalam Islam karena seperti yang kita ketahui bahwa saat ini seni lukis sudah merambah pada objek-objek hidup seperti manusia, binatang hingga perpaduan dari manusia dan binatang maupun setan.

Islam memandang Tashwir atau menggambar apapun makhluk yang hidup bernyawa khususnya manusia dan binatang adalah sesuatu hal yang tidak baik bahkan dahulu menggambar makhluk hidup ini diharamkan dalam Islam. Baik itu gambar yang dalam bentuk ukiran patung (3 dimensi) maupun yang digambar di kertas, kain, dinding dan media lainnya (2 dimensi) termasuk juga dalam hal ini adalah gambar foto.  Namun saat ini banyak pendapat yang menerangkan tentang perkara menggambar makhluk hidup yang  memiliki ruh secara mutlak.

Banyak hadits-hadits shahih yang menjelaskan tentang larangan menggambar makhluk hidup serta konsekuensi ataupun ancaman berupa azab yang berat dan keras bagi siapapun yang melakukannya. Begitupula sebaliknya, beberapa hadits juga ada yang memperbolehkan hukum dari tindakan menggambar makhluk hidup yang memiliki ruh. Maka dari itu kita akan bahas satu persatu mengenai hukum menggambar makhluk hidup. 

Banyak pendapat yang menyatakan larangan terhadap gambar makhluk hidup terlebih yang memiliki ruh, hal ini memiliki sebab yang jelas dan logis seperti:

1. Menimbulkan syirik 

Beberapa jenis gambar tertentu kerap dijadikan sebagai sarana kemusyrikan dan kesyirikan terhadap Allah.

Seperti gambar-gambar artis yang terlalu diidolakan oleh seseorang bahkan sampai memuja dan mengagungkan gambar artis tersebut dengan cara yang berlebihan bahkan seperti menandingi pemujaan dan pengagungan kepada Allah.

Kemudian lebih parah lagi beberapa gambar juga secara langsung dijadikan Tuhan. Seperti yang dilakukan kaum Nasrani, mereka merendahkan diri dan berdoa di depan gambar tersebut seperti umat Muslim merendahkan diri dan berdoa kepada Allah.

2. Menimbulkan fitnah (keburukan) 

Gambar-gambar makhluk hidup juga dapat menimbulkan fitnah atau keburukan bagi yang memandangnya. Seperti gambar-gambar manusia yang menghamburkan auratnya dan membangunkan syahwat manusia lain yang melihatnya. Membuat gambar yang menghamburkan aurat jelas haram hukumnya, kemudian memandangi gambar manusia lain yang membuka auratnya juga adalah dosa besar, terlebih jika hal tersebut menimbulkan syahwat dan emosi yang meluap-luap hingga menimbulkan korban untuk pelampiasan sahwatnya tersebut. Pada akhirnya sebuah gambar tersebut menimbulkan sederet akibat negatif yang fatal.

Selain itu, larangan terhadap menggambar makhluk hidup ini juga dijelaskan dalam banyak hadits-hadits shoheh.

Hadits-hadits ini secara jelas menerangkan tentang larangan menggambar semua makhuk hidup yang memiliki ruh secara mutlak. Sedangkan untuk gambar makhluk hidup yang tidak memiliki ruh seperti pohon, laut, gunung, dan lainya diperboleh untuk digambar.

Berikut adalah beberapa hadis shoheh yang menjelaskan tentang bahwa menggambar makhluk hidup yang memiliki ruh secara mutlak adalah haram dan siapa yang melakukan akan diganjar dengan dosa besar sebagai hukumannya.

3. Hadits Dari Ibnu Umar RA 

Hadits Ibnu Umar radhiAllahu’anhuma
Hadis ini mengisahkan tentang bagaimana Rasulullah dengan tegas bahwa orang yang membuat gambar-gambar yang menyerupai dari makhluk bernyawa akan diberikan adzab kiamat yang amat pedih nantinya. Bahkan mereka akan diperintahkan untuk menghidupkan apa yang telah mereka buat. Karena sesungguhnya Allah lah sang maha pencipta yang mampu menghidupkan apapun yang ada di semesta alam ini.

Diriwayatkan dari hadits bukhari dan Muslim, Rasulullah ShallAllahu’alaihi Wasallam bersabda:

“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim). 

4. Hadits Dari Abdullah bin Mas'ud RA 

Hadits Abdullah bin Mas’ud radhiAllahu’anhu
Dalam hadits ini A Abdullah bin Mas’ud radhiAllahu’anhu bersaksi bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ShallAllahu’alaihi Wasallam bersabda:

“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Hadits Dari Abu Hurairah RA 

Hadits Abu Hurairah radhiAllahu ’anhu
Hadits ini mengisahkan tentang bagaimana Rasulullah yang bercerita bahwa Malaikat Jibril pernah datang menemuinya dan mengatakan bahwa Jibril tidak jadi masuk ke dalam rumahnya karena terhalang oleh adanya sebuah patung laki-laki di pintu dan qiram bergambar sebagai penutup serta seekor anjing. Dan kemudian Jibril meminta Rasul agar memerintahkan seluruh umat untuk memotong kepala patung tersebut supaya lebih menyerupai pohon dan memotong-motong qiram atau kain penutup bergambar itu agar dijadikan bantal serta mengeluarkan anjing tersebut. Hal ini jelas adalah suatu pelarangan tegas terhadap gambar makhluk hidup.

6. Hadits Dari At-Tirmidzi 

Diriwayatkan dalam hadits At-Tirmidzi, dikatakan oleh Abu Hurairah radhiAllahu ’anhu bahwa rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

berkata: Rasulullah bersabda: “Jibril datang menemuiku, beliau berkata: ‘Sesungguhnya aku semalam mendatangimu, namun tidak ada yang mencegahku untuk masuk ke rumah yang engkau berada di dalamnya melainkan karena di pintu rumah itu ada patung laki-laki, dan di dalam rumah itu ada qiram bergambar yang digunakan sebagai penutup, di samping itu pula di rumah tersebut ada seekor anjing. Maka perintahkanlah kepada seseorang agar kepala patung yang ada di pintu rumah itu dipotong sehingga bentuknya seperti pohon, perintahkan pula agar kain penutup itu dipotong-potong untuk dijadikan dua bantal yang bisa dibuat pijakan, dan juga perintahkan agar anjing itu dikeluarkan’.” Rasulullah pun melaksanakan instruksi Jibril tersebut. (HR. At-Tirmidzi). 

7. Hadits Dari Ibnu Abbas RA 

Hadits Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu
Hadits ini menjelaskan tentang Malaikat yang enggan memasuki rumah-rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar-gambar.

Diriwayatkan dari Hadits Bukhari & Muslim, dikatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“(Sesungguhnya kami para) Malikat tidak masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan gambar” (HR Bukhari & Muslim, dengan lafadz Muslim).

8. Hadits Dari Zaid bin Khalid 

Zaid bin Khalid
Hadits lain juga memperkuat tentang malaikat yang enggan memasuki rumah dengan anjing dan patung ataupun gambar-gambar makhluk hidup yang memiliki ruh secara mutlak.

Diriwayatkan dari Hadits Muslim yang dimarfu’kan, bahwa:

“Malaikat tidak akan masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan patung (gambar).” (HR Muslim).

9. Hadits Dari Abi al Hayyaj Al Asadi 

Hadits ini menceritakan tentang tips dari Ali untuk menghapus semua gambar yang ada di rumah. 

Diriwayatkan dari hadits Muslim, bahwa Abi al Hayyaj al Asadi pernah berkata :

“Ali mengatakan pada saya : Maukah kamu saya utus kepada apa yang saya pernah diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam : yaitu “Jangan kau tinggalkan satu gambarpun, melainkan kamu hapuskan dia dan tidak ada satu kuburpun yang menonjol melainkan kau ratakan dia.” (HR Muslim).

10. Hadits Dari Jabir RA 

Hadits Dari Jabir Radiyallahu ‘anhu
Hadis ini mengisahkan tentang bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam yang memerintahkan kepada Umar bin Khattab agar menghapus semua gambar yang ada di dalam Ka’bah dan Rasul enggan memasuki ka’bah sampai semua gambar tersebut telah bersih terhapus.

Diriwayatkan dari hadits Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi dan Ibnu Hibban, dikatakan oleh Jabir Radiyallahu ‘anhu bahwa:

“bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam menyuruh Umar bin Khattab (waktu Fathu Mekkah) sedang beliau ketika itu di Bath-ha’ agar mendatangi Ka’bah dan menghapus semua gambar didalamnya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak masuk sampai semua gambar telah dihapus”. (HR Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi, Ibnu Hibban). 

11. Hadits Dari Abu Hurairah RA 

Hadits Abu Hurairah radhiAllahu ’anhu
Hadits ini mengisahkan Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam yang pernah memberitakan tentang firman Allah tentang orang-orang paling zalim adalah mereka yang meniru dan mencipta seperti apa yang Allah ciptakan. Kemudian dalam hadits ini juga menjelaskan tentang makhluk-makhluk lain yang diperbolehkan untuk digambar seperti gambar biji, bibit tanaman atau gandum. Hal ini dikarenakan manusia dan hewan adalah makhluk hidup yang Allah ciptakan dengan ditiupkan ruh serta akal bagi mereka sedangkan pada tumbuhan Allah ciptakan dengan tanpa meniupkan ruh terlebih akal.

12. Hadits Dari Abu Hurairah RA 

Diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah radhiAllahu’anhu pernah mendengar Rasulullah ShallAllahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).

13. Hadits Dari Aisyah RA 

Hadits ‘Aisyah radhiAllahu’anha
Hadits ini menjelaskan tentang Siti Aisyah yang menceritakan sebuah kisah yang pernah ia jalani dengan suaminya yakni Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ia menceritakan bahwa Nabi Muhammad tidak menyukai kain gorden bergambar yang ia pasangkan untuk menutupi jendela rumah mereka. Bahkan Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam berkata bahwa azab yang paling keras di hari kiamat akan diberikan pada orang-orang yang dengan lancangnya menandingi ciptaan Allah subhana hua ta’ala. Kemudian Siti Aisyah pun bertindak melepaskan kain penutup jendela tersebut untuk dipotong-potong kemudian dijadikan sebagai bantal yang kemudian tidak dikomentari apapun oleh Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari hadis Bukhari dan Muslim, Siti Aisyah Radiallahu ‘anhu pernah berkata:

“Rasulullah ShallAllahu ’alaihi Wasallam pulang dari safar. Ketika itu aku menutup jendela rumah dengan gorden yang bergambar (makhluk bernyawa). Ketika melihatnya, wajah Rasulullah berubah. Beliau bersabda: “wahai Aisyah orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah yang menandingi ciptaan Allah“. Lalu aku memotong-motongnya dan menjadikannya satu atau dua bantal” (HR. Bukhari dan Muslim). 

14. Hadits Dari Ibnu Abbas RA 

Hadits Ibnu ‘Abbas radhiAllahu’anhuma
Hadits ini menjelaskan bahwa orang-orang yang dengan lancangnya membuat gambar menyerupai ciptaan Allah yakni yang memiliki nyawa dan ruh, maka di hari kiamat nanti ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada gambar tersebut sebagaimana Allah meniupkan ruh pada makhluk-makhluk ciptan-Nya. Dan tentu saja mereka tidak akan sanggup melakukannya.

Diriwayatkan dalam hadits Bukhari dan Muslim, Ibnu ‘Abbas radhiAllahu’anhuma bersaksi bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ShallAllahu’ alaihi Wa sallam bersabda:

“barangsiapa yang di dunia pernah menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

15. Hadits Nabi ShallAllahu’alaihi Wasallam Riwayat Bukhari Muslim 

Hadits ini adalah sebuah gambaran mengenai kehidupan si tukang gambar makhluk bernyawa dan ber-ruh setelah di neraka nanti. Bahwa saat di neraka nanti gambar-gambar yang ia buat tersebut akan diberikan jiwa oleh Allah dan mereka semua akan mengadzabnya di neraka Jahannam. 

Diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad ShallAllahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:

“semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka, setiap gambar yang ia buat akan diberikan jiwa dan akan mengadzabnya di neraka Jahannam” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Itulah beberapa hadits yang melarang tentang menggambar makhluk hidup khususnya yang memiliki ruh seperti manusia dan binatang. Namun ada pendapat lain mengenai hukum dari menggambar makhluk hidup ini.

16. Hukum menggambar menurut DR. Yusuf Qordhowi 

Dikatakan dalam sebuah buku berjudul ‘Halal dan Haram’ oleh DR.Yusuf Qordhowi bahwa hukum dari mengambar makhluk hidup  yang memiliki ruh seperti manusia atau hewan pada media kertas, pakaian, kain (korden), dinding, lantai dan uang adalah “tidak jelas”. Hal ini didasarkan oleh tidak adanya nash shahih dan sharih (jelas dan tegas) yang mengharamkannya, tergantung tampilan dan kesan yang terlihat dalam gambar tersebut. Seperti penempatan gambarnya, cara dibuatnya, dan tujuan dari pembuatan gambar tersebut.

Secara sederhananya, pendapat dari DR.Yusuf Qordhowi mengenai hukum dari menggambar makhluk hidup adalah sebagai berikut:

1. Mengharamkan gambar yang tujuan dan fungsinya untuk disembah 

Menyembah apapun selain dari Allah SWT. Adalah perbuatan syirik dan musrik maka dari itu jika gambar tersebut dibuat dengan tujuan dan fungsi untuk disembah maka hukumnya adalah haram. Salah satu contoh dari perkara ini adalah ketika orang-orang Nasrani yang menyembah gambar isa al-Masih, dan masih banyak lagi lainnya.

Hal ini juga telah sangat tegas dijelaskan dalam hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, dalam HR. Muslim bahwa Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat ialah para pelukis, yang melukis sesuatu yang disembah selain Allah subhana hua ta’ala.” 

2. Mengharamkan gambar orang yang disucikan dalam Islam 

Menggambar makhluk hidup dengan maksud sebagai ilustrasi dari orang-orang yang disucikan seperti gambar Allah, para Nabi, Malaikat dan orang-oang saleh seperti Maryam, Ali, Fatimah dan lain-lainnya hukumnya adalah haram.

3. Mengharamkan gambar orang yang terlalu diagungkan secara duniawi 

Maksudnya adalah ketika seseorang membuat gambar dan menyimpan gambar seseorang yang terlalu disukai dan diagungkan oleh karena kekuasaan atau bakat yang dimilikinya seperti gambar raja, pemimpin, seniman/artis dan lain-lain. Terlebih jika gambar tersebut adalah gambar orang kafir, orang zalim atau orang fasik yang mengingkari adanya Allah subhana hua ta’ala. 

4. Mengharamkan gambar yang bertentangan dengan adab Islam (mengumbar aurat) 

Hal ini telah dijelaskan di awal tulisan bahwa gambar-gambar yang mengumbar aurat akan memberi efek negative dan kerugian bagi banyak pihak. Oleh karenanya gambar yang mengumbar aurat diharamkan.

5. Makruh jika gambar dimaksudkan sebagai simbol kemewahan dan pemborosan. 

6. Membolehkan gambar makhuk hidup jika tidak bernyawa dan tidak memiliki ruh 

Allah menciptakan makhluk hidup tidak hanya manusia dan binatang saja akan tetapi juga tumbuhan. Namun bedanya tumbuhan dengan manusia dan binatang adalah pada ruh yang dimilikinya. Tumbuhan tidak memiliki ruh seperti manusia dan binatang oleh karena itu menggambar sesuatu yang tidak memiliki ruh tidaklah haram, contohnya adalah seperti gambar tumbuhan, pohon, laut, pemandangan alam, dan sebagainya. 

7. Memperbolehkan dengan rukhsoh (keringanan) 

Ilmu pengetahuan dan penelitian sangat penting untuk digali dan dipelajari oleh karena itu gambar-gambar makhluk hidup yang dimaksudkan untuk kepentingan pembelajaran dan penelitian diperbolehkan selama gambar tersebut tidak memiliki berpotensi untuk diagungkan atau menimbulkan syahwat maupun kerugian. Contohnya adalah seperti gambar untuk pengajaran (alat peraga), pendidikan, penelitian dan permainan untuk anak. Begitu juga dengan gambar yang tidak sempurna bentuknya (bagian tubuh yang tidak sempurna gambarnya).

17. Diperbolehkan gambar yang dibuat Bukan dengan Tangan 

Selain itu, para ulama juga membolehkan jika proses mendapatkan gambarnya selain dengan cara gambar tangan langsung, misalnya dengan fotografi, printing, atau dengan cara lainnya.
Kemudian, dalam sebuah hadits juga dijelaskan bahwa menggambar makhluk bernyawa yang diperuntukkan untuk anak kecil hukumnya adalah “mubah”. Menggambarkan makhluk hidup diperbolehkan dengan diqiyaskan membuat patung untuk boneka dan mainan anak-anak sepertu kuda-kudaan (HR. Bukhari, Abu Dawud, Nasai). 

Hadits tersebut di dukung dengan beberapa pendapat lainnya seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hazm. Ia berkata bahwa:

“Diperbolehkan bagi anak-anak bermain-main dengan gambar dan tidak dihalalkan bagi selain mereka. Gambar itu haram dan tidak dihalalkan bagi selain mereka (anak-anak). Gambar itu diharamkan kecuali gambar untuk mainan anak-anak ini dan gambar yang ada pada baju.” (Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah).

Demikianlah pembahasan mengenai hukum menggambar makhluk hidup pada artikel tausiah kali ini. Sebagai manusia yang memiliki akal dan iman sudah sepatutnya kita mengambil hikmah dan menyikapi setiap pendapat yang dijelaskan tadi dengan bijak. Semoga artikel ini memberi pemahaman positif dan memberi manfaat bagi para pembaca sekalian.

Semoga bermanfaat....

Senin, 30 Maret 2020

17 AMAL HARIAN TUNTUNAN RASULULLAH

Edisi Senin, 30 Maret 2020 M / 5 Sya'ban 1441 H

Dua dekade sudah manusia menjalani era milenium, terpaut hampir 1500 tahun dengan masa hidup Rasulullah ﷺ. Sebagai seorang muslim yang merindukan baginda Rasul, buku amalan baru di tahun 2020 ini harus ditulisi dengan hal-hal baik. Nabi ﷺ telah memberi tuntunan yang bisa kita teladani, agar di Hari Penghisaban kelak kita diakui sebagai umatnya dan mendapat syafaat darinya. Berikut  17 amal harian tuntunan Rasulullah ﷺ.

1. Shalat Lima Waktu 

Hukum shalat lima waktu adalah wajib (fardhu) untuk muslim yang mencapai usia baligh. Shalat ibarat sungai yang mencuci dosa-dosa manusia.
Meninggalkannya dengan sengaja bisa membuat seseorang kafir. Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, “Shalat seorang laki-laki dalam jamaah melebihi shalatnya sendirian sebanyak 27 derajat.” Para ulama bahkan sepakat, shalat berjamaah di masjid hukumnya wajib untuk kaum adam.

Shalat berjamaah terutama di masjid membawa banyak hikmah. Bertemu saudara seiman bisa memperkuat ukhuwah dan keteguhan kita dalam Islam. Shalat di masjid pun menjadi syiar dan dakwah Islam untuk menunjukkan eksistensi Islam, serta memanggil hati yang hanif untuk mengenal agama ini.

2. Shalat Sunat Rawatib 

Dalam shalat wajib ada shalat pengiring yang disebut shalat sunat rawatib. Fungsinya untuk melengkapi kekurangan shalat wajib yang mungkin terjadi tanpa kita sadari.

Hadits Rasulullah ﷺ menyebutkan, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan 12 rakaat pada shalat sunat rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): 4 rakaat sebelum Dzuhur, dan 2 rakaat sesudahnya, dan 2 rakaat sesudah Maghrib, dan 2 rakaat setelah Isya, dan 2 rakaat sebelum Subuh.” (HR. At Tirmidzi)

3. Dzikir Setelah Shalat Wajib 

Berikut bacaan dzikir yang disunahkan Nabi ﷺ setelah salam pada shalat wajib:

Astagfirullahal ‘azim—beristigfar (3x)
Allaahumma antas-salaam, wa minkas-salaam, tabaarakta yaa dzal-jalaali wal-ikraam
Allaahumma laa mani’a limaa a’thaita, wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa-u dzal-jaddi minkal-jadd
Subhanallah—bertasbih (33x)
Alhamdulillah—bertahmid (33x)
Allahu akbar—bertakbir (33x)
Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syay-in qadiir

Saat kita mencintai sesuatu, tentu kita akan banyak mengingatnya. Seperti halnya dzikir yang memerlukan kecintaan kepada Allah untuk mengamalkannya. Ada dzikir yang dilakukan setelah shalat wajib, ada pula yang tidak terikat keadaan, bisa kapan saja diucapkan yang disebut dzikir mutlak. Bacaan dzikir mutlak di antaranya,

Subhaanallahi wa bihamdih (100x)
Subhaanallah, Alhamdulillah, Laa ilaa ha illallaah, Allaahu akbar
Subhaanallahi wa bihamdihi ‘adad khalqihi wa ridhaa nafsihi wa zinata ‘arsyih
Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syay-in qadiir (1x)

4. Berdo’a 

Allah menyukai hamba yang berdo’a, karena menunjukkan tanda penghambaan, pengakuan bahwa manusia selalu membutuhkan-Nya. Bahkan untuk perkara sepele pun.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, kalian semua kelaparan, kecuali orang yang aku berikan makan. Maka mintalah makan kepadaku, niscaya aku akan berikan. Wahai hamba-Ku, kalian semua tidak berpakaian, kecuali yang aku berikan pakaian. Maka mintalah pakaian kepadaku, niscaya akan kuberikan.” (HR. Muslim)

5. Beristighfar 

Beristighfar atau memohon ampunan kepada Allah adalah bentuk pengakuan kita akan dosa-dosa yang telah diperbuat. Rasulullah ﷺ disebutkan dalam sehari beristighfar minimal 70 kali.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidaklah seorang hamba beristighfar 70 kali sehari, kecuali Allah akan ampuni 700 dosa (kecil), sebab tiap harinya seseorang itu melakukan lebih dari 700 jenis dosa kecil.”

6. Shalat Tahajud 

Rasulullah ﷺ bersabda, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari (tahajud).” Beliau tidak pernah meninggalkan ibadah sunat yang satu ini. Bahkan disebutkan, Rasulullah tahajud hingga kaki beliau bengkak-bengkak.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyebutkan bahwa tahajud adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah, mencegah berbuat dosa, menghapus kesalahan, dan mencegah segala penyakit dari tubuh.

7. Membaca Al Quran 

Dalam hadits diriwayatkan At Tirmidzi, satu huruf yang dibaca dalam Al Quan bernilai 10 kali kebajikan. Membaca Al Quran ibarat bercakap-cakap dengan Allah. Semakin sering ‘bercakap-cakap’, semakin kita mencintai-Nya, semakin tenang hati kita.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Bacalah Al Quran oleh kamu sekalian, karena Al Quran yang dibaca ketika hidup di dunia, akan menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya di hari kiamat nanti.”

8. Shalat Dhuha 

Rasulullah ﷺ bersabda, “Manusia memiliki 360 sendi, diwajibkan bersedekah untuk setiap sendinya. Para sahabat bertanya, “Siapa yang mampu melakukan demikian, wahai Rasulullah? Nabi bersabda, “Cukup dengan menutup dahak yang ada di lantai masjid dengan tanah dan menghilangkan gangguan dari jalanan. Apabila engkau tidak mendapatinya, maka lakukanlah dua rakaat shalat dhuha, yang itu bisa mencukupimu.” (HR. Abu Dawud)

9. Bersedekah 

Dalam sebagian harta yang kita miliki, ada hak orang lain yang wajib dikeluarkan lewat sedekah. Bersedekah pun melatih kita menjadi hamba yang murah hati dan jauh dari sifat kikir.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At Thabrani, Nabi ﷺ mengatakan sedekah yang dikeluarkan tanpa riya dapat memadamkan amarah Allah. Sedekah pun bisa menghapus dosa. Allah berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugerah-Nya) lagi Maha Mengetahui“. (QS. Al Baqarah: 261)

10. Menjaga Wudhu dan Sholat sunah wudhu 

Seolah sepele, menjaga wudhu justru amalan luar biasa. Menjaga wudhu berarti menjaga kesucian, perlu komitmen kuat melakukannya. Salah satu sahabat yang selalu menjaga wudhu adalah Bilal bin Rabah.

Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepadanya amalan apa yang diperbuatnya, karena beliau mendengar suara sandal Bilal di surga. Bilal menjawab, “Wahai Rasulullah, aku biasanya tidak meninggalkan shalat dua rakaat sedikit pun. Setiap kali berhadats, aku lantas berwudhu, dan aku membebani diriku dengan shalat dua rakaat setelah itu.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Shalat sunat ini dilakukan langsung setelah wudhu sebanyak 2 rakaat, selama waktunya longgar. Adapun jika setelah wudhu kita lihat shalat sudah dimulai, maka disyariatkan langsung ikut shalat berjamaah saja.  Nabi ﷺ bersabda, “Tidaklah seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu shalat 2 rakaat dengan sepenuh hati dan jiwa, melainkan wajib baginya mendapatkan surga.” (HR. Muslim)

11. Shalat Taubat 

Disadari atau tidak, setiap hari manusia berbuat dosa, dan salah satu cara menghapusnya adalah mengamalkan shalat sunat taubat. Banyaknya 2 rakaat, bisa dilakukan siang atau malam hari. Ibnu Katsir menjelaskan syarat taubat ini, yaitu menghindari dosa, menyesali dosa yang lalu, dan bertekad tidak melakukannya lagi di masa yang akan datang. Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikan atau mengembalikannya.

12. Shalat Witir 

Hukum shalat ini sunat muakad (sangat dianjurkan). Jumlahnya harus ganjil: bisa satu, tiga, lima, tujuh, atau sembilan rakaat. Utamanya dilakukan pada sepertiga malam, tapi jika khawatir tidak dapat bangun malam, shalat witir bisa dikerjakan sebelum tidur.

Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bangun di akhir malam, hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para malaikat) dan hal itu lebih utama.” (HR. Muslim)

13. Puasa Sunah 

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Allah berfirman, “Setiap amalan adalah tebusan, kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” Maksudnya, di hari penghisaban kelak, setiap amal yang dilakukan manusia akan menjadi penebus dosa dan kezaliman yang ia lakukan semasa hidup, hingga amal itu habis tak bersisa—kecuali puasa.

Amalan ini yang akan Allah simpan dan akhirnya memasukkan orang yang mengamalkannya ke surga. Beberapa puasa sunah yang dilakukan Nabi ﷺ adalah puasa Senin-Kamis, puasa Daud, dan puasa tengah bulan (ayyamul bidh).

14. Mencari Nafkah Halal 

Mencari nafkah halal meski dipandang hina oleh manusia, lebih terhormat daripada meminta-minta dan menjadi beban bagi orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh jika salah seorang dari kalian mengambil tali, lalu pergi ke gunung (untuk mencari kayu bakar), kemudian pulang dengan memikul seikat kayu bakar di punggungnya lalu dijual, Allah akan menjaga wajahnya. Maka ini lebih baik daripada dia meminta-minta kepada manusia, diberi atau ditolak.”

15. Menyenangkan Sesama Muslim 

Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi sesamanya. Apakah dengan berbagi rejeki, menanyakan kabar ayah dan ibu tercinta, menjenguk kerabat yang sakit, atau meringankan beban pekerjaan teman di kantor, selama menyenangkan hati sesama muslim, itu bernilai mulia di mata Allah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

16. Menuntut Ilmu 

Ilmu adalah sumber kebaikan, karena ia menjadi cahaya yang mendobrak gelapnya kebodohan. Ilmulah yang mengantarkan manusia ke peradaban. Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”

Tapi ilmu yang dicari ini bukan sembarang ilmu, melainkan ilmu bermanfaat yang didasari keimanan kepada Allah. Buya Hamka pernah berucap, “Iman tanpa ilmu bagai lentera di tangan bayi, dan ilmu tanpa iman bagai lentera di tangan pencuri.”

17. Berolahraga 

Dakwah Islam adalah kewajiban yang diwariskan Nabi ﷺ kepada kita umatnya, sehingga Islam tetap tegak hingga akhir zaman. Maka mensyiarkan Islam tentu memerlukan stamina tangguh, otak cerdik, dan fisik tangguh. Semua bisa didapat dengan berolahraga. Selain itu, Islam adalah agama seimbang. Muslim dituntut tak hanya menguatkan jiwanya, tapi juga raganya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)

Itulah 17 amalan harian sesuai tuntunan Baginda Nabi ﷺ, semoga Allah mudahkan kita meneladaninya.

Semoga bermanfaat....

Minggu, 29 Maret 2020

17 MANFAAT BERSYUKUR KEPADA ALLAH YANG LUAR BIASA

Edisi Ahad, 29 Maret 2020 M / 4 Sya'ban 1441 H

Sebagai manusia sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala. Yakni berterimakasih atas segala nikmat yang telah kita peroleh. Untuk  cara bersyukur menurut islam bisa dilakukan dengan perbuatan, lisan ataupun qolbu. Dengan memperbanyak rasa syukur maka insyaAllah kenikmatan dan pahala akan berlipat ganda.

Berikut ini beberapa manfaat bersyukur kepada Allah:

1. Ditambahkan Nikmat 

Seseorang yang selalu senantiasa mengucap syukur dengan kondisi apapun, maka Allah akan menambahkan nikmatnya. Sebaliknya orang yang banyak mengeluh dan selalu iri dengan kehidupan orang lain maka ia hidupnya akan semakin menderita.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)

2. Diampuni dosa-dosanya 

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Allah SWT tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah SWT menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Hakim dan Baihaqi)

3. Bersyukur adalah Hal Utama di sisi Allah Ta’ala 

Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Allah SWT tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia memuji Allah SWT atas nikmat-Nya,kecuali pujiannya itu lebih utama dari nikmat itu, meskipun kenikmatan itu besar.” (HR. Tabrani)

4. Disayang Allah Ta’ala 

“Jika engkau tidak mampu membalasnya maka doakan dia hingga engkau merasa bahwa engkau telah mensyukuri kebaikan tersebut, karena sesungguhnya Allah SWT sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur”. (HR. Abu Dawud).

5. Dilipatgandakan Pahalanya 

Dari Abu Abdillah a.s, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang menyantap makanan dengan rasa syukur, maka dia diberi pahala, seperti orang yang berpuasa menjaga dirinya. Orang yang sehat yang mensyukuri kesehatannya, maka dia diberi pahala, orang yang menanggung penderitaan (jasmani)-nya dengan sabar. Dan orang yang memberikan dengan rasa syukur, maka dia mendapat pahala yang sama dengan orang yang menanggung kerugian dari menjaga diri”. (H.R Abu Hurairah dan al-Qudha’i)

6. Dihindarkan dari Cobaan 

“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang tadi) :“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (HR. Abu Dawud)

7. Meningkatkan Iman 

Bersyukur juga bisa menjadi cara meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT . Kita ridha dengan pemberian Allah Ta’ala. Dalam urusan dunia, kita memandang orang-orang yang berada di bawah kita sehingga bisa meningkatkan rasa syukur.

“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi)

8. Membuat Hati Tenang 

Seseorang yang kufur nikmat, selalu merasa hidupnya kurang dan iri dengan milik orang lain maka hatinya tidak akan tenang. Hatinya dipenuhi penyakit. Bahkan ia menjadi semakin jauh dari Allah Ta’ala. Berbeda dari orang yang senantiasa bersyukur. Susah ataupun senang ia tetap tersenyum dan ridha. Ia tidak memperdulikan omongan orang lain. Ini akan membuat hati lebih damai dan tenang.

9. Dijanjikan Surga 

Orang yang saat ditimpa musibah, lantas ia menerima keadaannya dengan syukur dan sabar maka Allah menjajikan surga kepada orang tersebut. Coba bayangkan, nikmat mana yang lebih indah dari pemberian surga? Surga adalah akhir bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa

“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan surga baginya.” (HR. Bukhari)

10. Mendapatkan Kebaikan dari Allah Ta’ala 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa mengucap subhanallah maka baginya sepuluh kebaikan. Barang siapa membaca la ilahaillallah maka baginya duapuluh kebaikan. Dan barang siapa membaca alhamdulillah baginya tiga puluh kebaikan.”

11. Meningkatkan Kesejahteraan Hidup 

Seseorang yang senang bersyukur biasanya pikirannya juga lebih optimis. Walau mungkin ia mengalami kegagalan atau bangkrut, ia tetap semangat dan percaya pada Allah Ta’ala. Ia menjalani hidupnya yang berkecukupan tanpa mengeluh. Sehingga itu semua pun menjadi berkah baginya. Pernyataan ini pernah dijelasakan dalam Journal of Personality and Social Psychology tahun 2013 yang mana mengatakan bahwa banyak-banyak bersyukur dapat meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang.

12. Meningkatkan Kualitas Tidur 

Rasa syukur bisa meningkatkan kualitas tidur. Seseorang yang jarang bersyukur maka hatinya tidak tenang. Hal itu membuat ia jadi terus berpikir dan sulit tidur. Sebaliknya dengan rajin bersyukur maka perasaan jadi tenang. Tidur pun akan mudah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Journal Applied Psychology: Healt and Well-Being yang mengungkapkan bahwa seseorang yang meluangkan waktu untuk bersyukur selama 15 menit setiap sebelum tidur, maka orang tersebut akan memiliki kulitas tidur yang lebih baik. Atau dengan kata lain tidurnya nyenyak.

13. Mengurangi Risiko Penyakit Degeneratif 

Munculnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, hipertensi atau stroke ternyata tidak hanya dipicu oleh pola makan yang buruk. Tapi juga dipengaruhi kondisi mental. Seseorang yang tertekan dan stress biasanya lebih gampang penyakitan. Menurut penelitian yang dimuat dalam American Journal of Cardiology tahun 1995, menyatakan bahwa seseorang yang punya emosi dan pikiran positif maka organ tubuhnya berfungsi lebih baik. Irama denyut jantungnya normal dan aliran darah juga lancar. Sehingga orang tersebut akan hidup lebih sehat.

14. Menimbulkan Rasa Bahagia 

Bersyukur dan manfaat ucapan alhamdulillah bisa menimbulkan perasaan bahagia. Saat kita rela dengan apa yang kita miliki maka hidup jadi tentram. Tidak ada perasaan iri, dengki, kufur atau penyakit hati lainnya. Kita hanya perlu berjuang untuk menjaga apa yang telah kita punya. Berusaha dan berdoa untuk hidup lebih baik tanpa perlu memaksakan takdir.

Dalam Firman Allah:
“Dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” (Thaa-Haa: 130).

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’du: 28).

15. Hidup Jadi Lebih Berkah 

Bersyukur bisa membuat hidup lebih berkah. Maksudnya walaupun mungkin rezeki kita tidak banyak tapi manfaatnya sangat terasa. Mungkin rezeki itu bermanfaat bagi orang lain, juga cukup untuk memenuhi segala kebutuhan.

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaitu nikmat syukur kepada Allah. Barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur maka Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12)

16. Terhindar Dari Penyakit Hati 

Manfaat bersyukur kepada Allah juga bisa menghindari diri dari penyakit hati, seperti sombong, dengki, dendam dan sebagainya. Perlu Anda tahu bahwa penyakit hati itu membuat hidup jadi sumpek. Selain itu juga meningkatkan risiko penyakit. Bahkan Allah Ta’ala pun tidak menyukai orang-orang yang menyimpan penyakit dalam hatinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh anggota dan jika rusak maka rusaklah seluruh anggota, ketahuilah itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

17. Terlihat Awet Muda 

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang hatinya rajin bersyukur maka ia cenderung awet muda. Ini dikarenakan energi positif dari pikirannya. Sehingga mempengaruhi organ dan jaringan tubuh menjadi lebih sehat.

Sebenarnya bersyukur kepada Allah Ta’ala masih memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Bersyukur bisa mempermudah datangnya kesuksesan, membangkitkan semangat, hidup menjadi lebih produktif, dan kepercayaan diri pun juga bertambah. Maka itu perbanyaklah bersyukur. Terkakang kita menganggap bahwa hidup kita yang paling menyedihkan, padahal nyatanya banyak orang-orang yang hidupnya lebih susah dari kita. Kita harus percaya dengan Allah Ta’ala bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah takdirnya dan itu pasti yang terbaik untuk kita. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran:

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Demikianlah info seputar manfaat bersyukur kepada Allah Ta’ala. Semoga dengan memperbanyak rasa syukur bisa membantu kita lebih mudah dalam mengamalkan rukun iman, rukun islam, dan Iman dalam Islam.

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 28 Maret 2020

17 KATA BIJAK ISLAMI TENTANG HATI, PENUH NASEHAT PENYEJUK KALBU

Edisi Sabtu, 28 Maret 2020 M / 3 Sya'ban 1441 H

Oleh : Fathurrohim 

Dalam islam, hati bukan sekedar sebagai bagian dari organ tubuh manusia. Rasulullah saw bahkan menyatakan bahwa kondisi hati seseorang menjadi tolak ukur bagi baik buruknya seluruh anggota badan yang lain. Itu artinya, penting bagi kita untuk selalu menjaga hati, menjaga diri dari segala keburukan dan perbuatan dosa yang hanya akan menodai hati. Ibarat sebuah kaca yang dipenuhi kotoran debu, sulit bagi cahaya untuk bisa menembusnya. Demikian halnya dengan hati, jika hati sudah dipenuhi kotoran dosa, maka akan sulit baginya menerima cahaya hidayah Allah.

Kotornya hati seseorang bisa disebabkan oleh banyaknya penyakit hati yang dibiarkan bersemayam dalam dirinya. Seperti dendam, iri, dengki, marah, dan lain sebagainya. Berbeda dengan penyakit fisik yang tampak secara lahiriyah, penyakit hati justru tersembunyi sehingga tidak mudah mengobatinya.

Bahkan seringkali orang yang bersangkutan tidak sadar bahwa dirinya sedang memelihara penyakit hati. Hanya dengan bertaubat, memperbanyak dzikir, mengerjakan berbagai amalan saleh, serta senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, hati ini akan menjadi bersih.

Dari segi etimologi bahasa arab, kata “hati” berasal dari akar kata qalaba yang berarti membalik, mudah berubah-ubah. Dengan kata lain, kondisi hati memang mudah berbolak-balik, tidak konsisten. Kadang merasa senang dan di saat lain merasa susah, kadang mau menerima dan di saat lain menolak. Oleh karena itu, hati kita perlu bimbingan dan nasehat.

Kata-kata mutiara islami tentang hati berikut ini penuh dengan nasehat dan kata kata bijak yang menyentuh dan menyejukkan hati. Berupa nasehat-nasehat islami dari para ulama dan tokoh islam, dan dari ayat-ayat alquran, serta dari hadits Nabi saw.

1. Tak mungkin bersatu 

Indeed, sincere good will does not include animosity, but is against it.

Nasihat tidak mungkin bersatu dengan kedengkian, bahkan ia (nasihat) adalah lawannya. – Ibn al-Qayyim

2. Bagai air 

Truth lifts the heart like water refreshes thirst.

“Kebenaran membuat hati bungah seperti air menyapu dahaga.” – Rumi

3. Pengetahuan 

Knowledge enlivens the soul.

Pengetahuan akan menghidupkan jiwa. – Ali ibn Abi Thalib

4. Ada penyakit di hati 

A man will never fear something besides Allah unless it be due to a disease in his heart.

Seseorang tidak akan pernah takut kepada selain Allah, kecuali ada penyakit dalam hatinya. – Ibn Taimiyah

5. Dekat dengan kebenaran 

When you feel a peaceful joy, that’s when you are near the Truth.

Ketika kamu merasakan kedamaian yang sangat menentramkan, saat itulah kamu sedang dekat dengan Kebenaran.

6. Menyucikan hati 

Whoever desires to purify his heart, then let him prefer Allah to his desires.

Siapapun yang ingin menyucikan hatinya, maka arahkan hatinya untuk lebih memilih Allah daripada hawa nafsu.

7. Cinta dunia 

When love of this world enters the heart, the fear of the Hereafter exits from it.

Ketika cinta akan dunia masuk ke dalam hati, takut pada Akhirat akan keluar darinya. – Hasan al-Bashri

8. Hati yang tenteram 

Verily in the remembrance of Allah do hearts find rest!

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. – Ar-Ra’d Ayat 28

9. Menggambarkan hati 

A person’s tongue can give you the taste of his heart.

Lidah seseorang dapat menggambarkan bagaimanakah hatinya. – Ibnu Qayyim

10. Kebenaran atau kebatilan? 

Your nafs, if you don’t keep it busy with the truth it will keep you busy with falsehood.

Dan jiwamu, jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebathilan. – Imam Syafi’i

11. Apa itu iman? 

Imaan is knowledge in the heart, words on the tongue and action with the physical faculties.

Iman itu ialah dipercaya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. (H.R. Ibnu Majah)

12. Bagai bulu 

Rasulullah (saw) said: The likeness of the heart is that of a feather blown by the wind in the desert.

“Perumpamaan hati seperti bulu di tengah padang pasir yang dibolak-balikan angin.” (HR. Ibnu Majah)

13. Lebih sulit 

Never have I dealt with anything more difficult than my own soul, which sometimes helps me and sometimes opposes me.

Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang kadang-kadang membantuku dan kadang-kadang menentangku. – Imam Al Ghazali

14. Allah maha membolak-balikkan hati 

Rasulullah (saw) said: 0 Allah, the Turner of the hearts, turn our hearts to your obedience.

“Ya Allah yang Maha membolak-balikkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)

15. Teguhkan hati kami 

Oh Turner of hearts, keep my heart firm on your deen

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR.Tirmidzi)

16. Hati yang tidak khusyu’ 

O Allah! I seek refuge in You from the knowledge which is not beneficial, and from a heart which does not fear (You), and from desire which is not satisfied, and from prayer which is not answered

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”(HR Muslim)

17. Penyakit hati 

The disease of the heart is worse than the disease of the body.

Penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik. – Ali bin Abi Thalib

Beberapa koleksi kata mutiara islam tentang hati tersebut semoga bisa menjadi penyejuk kalbu yang menyejukkan hati, menjadi sumber ketenangan, dan menambah pemahaman kita tentang hakikat hati.

Semoga bermanfaat....

Jumat, 27 Maret 2020

17 FAIDAH DALAM BULAN SYA'BAN (BAGIAN : 2)

Edisi Jum'at,  27 Maret 2020 M / 2 Sya'ban 1441 H

Oleh : Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid hafizahullah 

1. Faidah 16: 

Sebagian manusia mengeluh/mengadu kesulitan puasa dan sholat serta menyelesaikan bacaan Al-Quran di Ramadhan, karena mereka tidak berpuasa dan tidak sholat kecuali pada romadhon, maka dimana latihan dan persediaan (apa yg telah kita siapkan) untuk Ramadhan pada bulan Sya’ban?

Dan umumnya jiwa manusia ketika istirahat dan tidur, kesulitan baginya untuk bangun dan terganggu tanpa ada latihan atau persiapan (sebelumnya) !

Sebagaimana perkataan Abu Bakar Al-Balkhi rahimahullah : “Bulan Rajab adalah bulan menanam, dan bulan Sya’ban adalah bulan mengairi tanaman, dan bulan ramadhan adalah bulan panen”.
Dan perkataan beliau : “Permisalan bulan Rajab seperti angin, bulan Sya’ban adalah seperti awan, dan ramadhan seperti hujan”. (Lathoiful Maarif hal 121)
Maka siapa yang tidak menanam pada bulan Rajab dan mengairi pada bulan Sya’ban maka bagaimana mendapatkan hasil panen pada Ramadhan?!
Dan bagaimana dia tamak serta mendapatkan kelezatan taat dan ibadah dalam ramadhan, dan dia tidak mendahului dirinya (dengan berbuat ketaatan) sebelum Ramadhan ?!
Maka hendaknya kita bersegera sebelum berlalunya waktu, berkata Yahya bin Muadz rahimahullah : Tidaklah aku menangisi diriku ketika akan meninggal (ketika sakaratul maut), sesungguhnya aku menangisi atas hidupku yang telah berlalu”.
(Hilyatul Auliya (10/51), Siyar Alamin Nubala(13/15))

2. Faidah 17 : 

Adalah para salaf mendedikasikan/mengkosongkan waktunya, digunakan untuk membaca Al-Quran pada bulan Sya’ban. Dan mereka mengatakan : “Bulan Sya’ban adalah bulan membaca Al-Quran”. (Lathoiful Ma’arif hal.135)

3. Faidah 18 : 

Sya’ban memberikan peluang memberikan bantuan/pertolongan kepada orang fakir dan miskin dan memberikan sedekah kepada mereka, untuk memperkuat hal tersebut untuk puasa ramadhan dan sholat malamnya.

4. Faidah 19 : 

Dari perkara yang salah adalah kebanyakan manusia memberikan zakat mereka pada rajab atau syaban dan mengakhirkannya pada bulan ramadhan. Mereka menyangka hal itu lebih utama dan memiliki pahala yg banyak!
Maka mengakhirkan zakat (mal) tidak boleh, ketika telah sampai hal dan nishabnya, karena hal ini kedhaliman kepada org fakir dengan mengakhirkan hak mereka, hal ini termasuk bentuk maksiat kepada Rabbul alamin.
Akan tetapi tidak boleh bergegas-gegas menyampaikan zakat sebelum waktunya karena dgn alasan membantu kaum fakir.

5. Faidah 20 : 

Siapa yang masih mempunyai qadha puasa ramadhan tahun kemarin, wajib baginya qadha di bulan Sya’ban sebelum masuk ke Ramadhan, dan tidak boleh baginya mengakhirkan qadha-nya setelah Ramadhan tanpa ada udzur/halangan.
Berkata Ummul Mukmimin Aisyah rodhiyallahu anha : “Adalah aku berpuasa pada bulan Ramadhan, maka ketika tidak mampu maka aku meng-qadha nya pada bulan Sya’ban”. Berkata rawi : di karenakan sibuk bersama Nabi
(HR Bukhari no.1950 dan Muslim no.1950)

Berkata Al-hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari : Dan bersegera dalam hal ini di Syaban : sesungguhnya tidak boleh mengakhirkan qadha sampai masuk ramadhan berikutnya.

6. Faidah 21 : 

Siapa yang mendapatkan sesuatu dari qadha ramadhan, dan tidak bisa meng-qadhanya sampai masuk padanya ramadhan berikutnya :
1. Jika terdapat udzur yang terus menerus maka baginya qadha setelah ramadhan yang kedua, hal ini seperti orang yang sakit terus-menerus sampai masuk ramadhan berikutnya maka tidak ada dosa baginya karena mendapatkan udzur, dan tidak ada baginya kecuali qadha saja. Maka dia meng-qadha jumlah hari yang dia tinggalkan/jumlah hari yg dia berbuka.
2. Jika dia tidak mempunyai udzur maka berdosa baginya ketika mengakhirkan qadha puasa. Sepakat para ulama bahwa dia harus meng-qadha. Namun berbeda pendapat ulama : apakah baginya juga kafarah karena mengakhirkannya atau tidak ?
Maka dijawab : meng-qadha, dan memberi makanan pada hari dia berbuka pada setiap harinya kepada orang miskin. Hal ini pendapat Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad, juga atsar dari sebagian para sahabat.
Pendapat lainya : qadha, namun tidak perlu memberi makan kepada orang miskin, ini adalah pendapat Abu Hanifah dan juga yg dipilih Syaikh Utsaimin rahimahullah (Al-Mughni (4/400), Ibnu Qudamah (6/366), Majmu An Nawawi, Lathoiful Maarif hal.134, Syarhul Mumti’ (6/445))

7. Faidah 22 : 

Tidak boleh memperingati malam nisfu sya’ban, atau mengkhususkan malam itu dengan sholat atau mengkhususkan hari itu dengan puasa atau dengan ziarah kubur atau bersedekah kepada orang yang telah meninggal, atau dengan jenis ibadah tertentu, akan tetapi hal itu adalah perkara baru dalam agama.
Dan tidak ada kekhususan keutamaan pada malam nisfu sya’ban, yg ada dalam hadits shahih, akan tetapi hadits yang menjelaskannya, termasuk apakah dhoif atau maudhu’.
Dan hadits yang datang tentang sholat pada malam harinya, termasuk apakah dhoif atau maudhu, dan tidakada riwayat yang pasti dari Nabi dan para sahabat rodhiyallahu anhum.

8. Faidah 23 : 

Siapa yang mempunyai kebiasaan sholat malam, maka hendaknya dia berdiri untuk sholat pada malam nisfu sya’ban seperti pada malam-malam sebelumnya yang dia biasa sholat malam, tanpa ada keyakinan keutamaan/kekhususun didalamnya, dan dia menambah dan bersungguh-sungguh didalamnya, maka hal ini tidak mengapa.

9. Faidah 24 : 

Tidak disyariatkan menyendirikan puasa pada hari nisfu sya’ban, kecuali hari itu bertepatan dengan kebiasaan dia yang berpuasa, seperti hari senin atau kamis, tanpa ada keyakinan keutamaan atau kekhususan di dalamnya. Dan hadits yang menjelaskan tentang anjuran untuk berpuasa pada hari nisfu sya’ban adalah dhoif dan tidak shahih.

10. Faidah 25 : 

Adapun hari nisfu sya’ban bertepatan dengan jumlah hari yang ada pada ayamul bidh, yang disunahkan berpuasa setiap bulan (13,14,15), maka siapa yang berpuasa pada hari 13 dan 14, maka sesuai dengan sunnah, tanpa ada keyakinan ada keutamaan pada hari nisfu syaban.
Adapun siapa yang bersendiri berpuasa, maka tidak/janganlah dikatakan : sesungguhnya berpuasa pada nisfu syaban dari ayamul bidh, akan tetapi tidaklah dia menyendirikannya kecuali dengan berkeyakinan keutamaan puasa pada hari nisfu syaban selain hari tersebut, dan ini terlarang.
(Iqtidha Sirathal Mustaqim:2/138, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah; Lathoiful Maarif hal.136; Fatawa Syaikh Ibnu Baz:1/186; Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

11. Faidah 26 : 

Adapun hadits : “Ketika sampai pertengahan Syaban maka jangan kalian berpuasa”.
Maka ini di dhaifkan oleh para ulama, dan berkata para imam : hadits munkar.
Dan dari mereka antara lain : Abdurrahman bin Mahdi, Imam Ahmad, Abu Zur’ah Ar-Rozi dan selain mereka. (Lathoiful Ma’arif hal.135)
Maka atas hal ini, tidaklah dilarang berpuasa setelah pertengahan syaban, kecuali sebelum Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya, maka itu terlarang.

12. Faidah 27 : 

Atas perkataan yang membenarkan hadits dan melarang berpuasa setelah pertengahan syaban, maka itu madzab syafi’iyah – maka dikecualikan dari pelarangan ini : Siapa yang biasa dalam berpuasa, seperti seorang yang biasa berpuasa pada senin dan kamis, maka bisa berpuasa keduanya walaupun setelah pertengahan syaban.
Dan siapa yang memulai puasa sebelum pertengahan syaban, dan bersambung dgn sesudahnya maka hal ini tidak termasuk pelarangan ini. Karena Nabi : “Adalah beliau berpuasa Sya’ban seluruhnya, adalah beliau berpuasa kecuali sedikit (berbuka)”.  (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no.1152) dan lafadz bagi Imam Muslim.

Dan dikecualikan juga : siapa yang berpuasa setelah nisfu syaban untuk qadha ramadhan.
(lihat Majmu Nawawi:2/399; Riyadhus Shalihin hal:354 dan Tahdzib Sunan Abi Dawud:2/20, Ibnul Qoyyim) dan Lathoiful Maarif hal.136.

13. Faidah 28 : 

Diharamkan mendahului sebelum Ramadhan dengan puasa tathowwu dengan sehari atau dua hari, kecuali siapa yang sudah biasa berpuasa, atau qadha nadzar atau qadha dari ramadhan sebelumnya atau menyambung dengan apa sebelumnya.
Hadits : “Janganlah kalian mendahului romadhon dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali seorang yang biasa berpuasa maka berpuasalah”.  (HR. Bukhari no.1914 dan Muslim no:1082)

14. Faidah 29 : 

Puasa pada akhir bulan sya’ban ada tiga keadaan :
Pertama : berpuasa dengan niat untuk waspada/hati-hati terhadap ramadhan, maka ini terlarang.
Kedua : berpuasa dengan niat nadzar atau qadha ramadhan atau kafarah dan semisalnya maka hal ini boleh.
Ketiga : berpuasa dengan niat tathowwu mutlak, maka ini terlarang, kecuali seorang yang bertepatan dengan kebiasaaannya berpuasa, atau mendahului baginya berpuasa syaban sebelum akhir dua hari dan menyambungnya dengan ramadhan.
(Syarah Nawawi lil Shahih Muslim dan Lathoiful Maarif)

15. Faidah 30 : 

Hikmah dilarangnya berpuasa sebelum ramadhan, sehari atau dua hari : karena (seperti) menambah ramadhan yang bukan termasuk di dalamnya, peringatan dari apa yg ahlu kitab melakukan puasa mereka, mereka menambah dengan pemikiran dan hawa nafsu mereka.
Dan juga, karena sebagai pemisah antara puasa wajib dan sunnah, dan sesungguhnya jenis pemisah antara wajib dan sunnah di syariatkan, oleh karena itu Nabi melarang memisah antara sholat wajib dan sholat sunnah sampai memisahkan diantaranya dengan perkataan atau berpindah tempat. (Shahih Muslim no.883)

16. Faidah 31 : 

Hari syak adalah tgl 30 syaban, ketika mendung dan manusia tidak melihat hilal, dikatakan demikian karena ragu dalam hal ini : apakah hari akhir bulan syaban atau awal ramadhan?
Maka diharamkan puasa kecuali siapa yang kebiasaan puasa, atau bertepatan dgn hari senin dan kamis dan biasa berpuasa dalam dua hari tsb; karena ada hadits Nabi : “Siapa yg puasa pada hari syak, maka dia telah bermaksiat pada Abul Qosim”.
(HR. Bukhari muallaq dgn shighoh jazm, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah dan dishahihkan Al-Albani)

17. Faidah 32 :

Pada bulan Syaban terjadi beberapa peristiwa penting, antara lain :
1. diwajibkan puasa ramadhan pada tahun 2 H.
2. perpindahan kiblat dari baitul maqdis kemasjidil haram tahun 2 H (dan dikatakan : akan tetapi itu terjadi pada rajab dan dikatakan : terjadi di jumadil akhir).
3. pernikahan Nabi dengan hafshoh pada 3 H.
4. perang bani mustahaliq pada tahun 5 H.
5. perang tabuk pada 9 H, dan dikatakan di rajab, dan kembalinya Nabi ke madinah pada bulan Ramadhan, ada yg mengatakan : pada bulan syaban.
Dan selain dari itu.

Semoga Allah memberikan kita taufik, menyampaikan kita pada segala hal yang dicintai dan di ridhoi-Nya, dan menghantarkan kita pada bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiyat dan penuh keimanan. Segala puji hanyalah milik Allah semata.

Semoga bermanfaat....

Kamis, 26 Maret 2020

17 FAEDAH DALAM BULAN SYA'BAN (BAGIAN : 1)

Edisi Kamis, 26 Maret 2020 M / 1 Sya'ban 1441 H

Oleh : Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid hafizahullah 

1. Faidah 1 : 

Bulan Sya’ban adalah bulan ke delapan dari bulan-bulan Hijriyah, antara bulan Rajab dan Ramadhan.
Dikatakan demikian, karena orang Arab mereka berpencar-pencar dalam bulan tersebut untuk mencari air.
Dan dikatakan sya’ban : karena suku/kabilah berpencar dalam menghadapi serangan/peperangan.
Dan dikatakan sya’ban : karena percabangan, atau bulan yang muncul antara bulan Rajab dan Ramadhan.
(Fathul Bari:4/213)

2. Faidah 2 : 

Bulan Sya’ban adalah bulan yang diberkahi, manusia kebanyakan melalaikannya, antara rojab dan romadhon, dan di sunnahkan untuk memperbanyak puasa di dalamnya.

Dari Usamah bin Zaid rodhiyallahu anhu berkata :
“Aku berkata : Wahai Rasulullah! Tidaklah aku melihat engkau berpuasa dalam sebulan (banyak berpuasa) dari bulan2 lain seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?!
Nabi bersabda : Itulah bulan yg kebanyakan manusia lalai yaitu antara Rajab dan Ramadhan, dan dia adalah bulan diangkatnya amal kepada Allah azza wa jalla, dan aku suka ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa”.
(HR. Nasai dan di shahihkan Al-Albani)

3. Faidah 3 : 

Adalah Nabi berpuasa sunnah pada bulan Sya’ban dan tidaklah berpuasa seperti pada bulan itu (Sya’ban) dibanding bulan-bulan yang lainnya.

Ummul Mukminin Aisyah berkata : Tidaklah aku melihat Rasululah menyempurnakan puasanya kecuali bulan Ramadhan, dan tidaklah aku melihat beliau pada satu bulan banyak berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.

(HR. Bukhari:1969 dan Muslim no.1156, dan lafadznya Muslim)

Dan dalam riwayat lainnya : Adalah beliau berpuasa Sya’ban seluruh (harinya), adalah beliau berpuasa pada (seluruh hari) bulan Sya’ban kecuali sedikit. (HR. Bukhari no.1970 dan Muslim no.1156)

4. Faidah 4 : 

Tidaklah Nabi berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada Sya’ban dan Ramadhan, dan adalah Nabi banyak berpuasa pada bulan Sya’ban dan menyusulnya dengan bulan Ramadhan.
Sebagaimana perkataan Ummul Mukminin Ummu Salamah : Tidaklah aku melihat Nabi berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali Sya’ban dan Romadhon.
(HR. Tirmidzi no.736 dan Nasai no.2352, dan di shahihkan oleh Al-Albani)

5. Faidah 5 : 

Manusia kebanyakan lalai dari puasa bulan Sya’ban, karena sebelumnya didahului dengan bulan haram yaitu bulan Rojab, dan puasa pada bulan-bulan haram disunnahkan, tanpa ada keyakinan/keutamaan yang khusus untuk bulan Rajab dan di ikuti dengan bulan Ramadhan, maka manusia lalai dari Sya’ban dengan keduanya (Rajab dan Ramadhan), padahal di sunnahkan diperintahkan untuk puasa pada bulan Sya’ban.

6. Faidah 6 : 

Sabda Nabi : “Itu bulan yang manusia melalaikannya yaitu antara Rojab dan Romadhon”.
Di dalam hadits tersebut terdapat isyarat yang halus pada sesungguhnya seyogyanya memanfaatkan waktu lalai manusia tersebut dengan ketaatan, dan dari apa yang di cintai dan di ridhoi oleh Allah. Oleh karena itu, para salaf menyukai melakukan amalan sunnah antara Maghrib dan Isya, dan mereka mengatakan : bahwa itu waktu-waktu yang dilalaikan, melakukan sholat malam pada sepertiga malam yang kebanyakan manusia melalaikannya dari mengingat kepada-Nya. (HR. Tirmidzi dan Nasai)

Nabi bersabda : “Sedekatnya Rabb dengan seorang hamba adalah pada pertengahan malam yang akhir, maka jika engkau bisa mengingat-Nya pada waktu itu maka lakukan”.

Oleh karena itu di sunnahkan mengingat Allah pada tempat-tempat yang kebanyakan manusia lalai, seperti di pasar dan majelis sia-sia. (Lathoiful Maarif, Ibnu rajab)

7. Faidah 7 : 

Faidah beramal pada waktu yang lalai : sesungguhnya seorang muslim ketika menghidupkan waktu yang kebanyakan manusia lalai darinya maka dapat menyembunyikan amalnya, menyembunyikan amalan ketaatan sunnah lebih dekat kepada ikhlas, karena seorang muslim tidak aman dari dirinya terhadap riya ketika men-jaharkan/menampakkan amal sholihnya.

8. Faidah 8 : 

Puasa pada bulan syaban lebih utama dari puasa bulan-bulan haram, karena bulan sya’ban bersama Ramadhan kedudukannya seperti amalan sunnah rawatib ketika bersama amalan wajib. Sebagaimana sunnah rawatib lebih utama dari amalan sunnah mutlak dalam sholat wajib, maka puasa sebelum ramadhan dan sesudahnya lebih utama di bandingkan puasa yg jauh dari bulan tersebut (jauh dari bulan ramdahan)

9.Faidah 9 : 

Adapun sabda Nabi : “Puasa yang lebih utama setelah ramadhan adalah pada bulan-bulan Allah haram, dan sholat yg utama setelah wajib adalah sholat malam”.
Maka ini adalah tathowu mutlak, maka tathowu mutlak pada ibadah puasa, yg utamanya adalah pada bulan Muharam kemudian pada bulan-bulan haram, sebagaimana ibadah tathowu mutlak dalam sholat adalah sholat malam.
Adapun puasa syaban maka di ikuti puasa ramadhan dan di ikuti dengannya sebagaimana puasa enam hari pada bulan Syawal, maka ini lebih utama daripada amalam tathowwu mutlak.

Sebagaimana sholat rawatib setelah sholat wajib maka lebih utama dibandingkan dengan sholat malam, demikian seperti pendapat jumhur ulama, karena menyertai/mengikuti amalan wajib.
(Lathoiful Ma’arif hal.34, 129)

10. Faidah 10 : 

Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal dalam setahun kepada Allah. Sebagaimana dalam hadits : Dan dia adalah bulan diangkatnya amal kepada Rabbul alamin, dan aku suka ketika diangkat amalku dan aku dalam keadaan berpuasa.
Nabi suka ketika diangkat amalnya dan beliau dalam keadaan berpuasa, karena dapat dikabulkan/terima amal dan diangkat derajat, maka hendaknya kaum muslimin mendasarkan/mengikuti Nabi mereka sholallahu alaihi wassalam dalam hal ini, dan memperbanyak puasa dalam bulan Sya’ban.

11. Faidah 11: 

Diangkatnya amal dan dipalingkan/disetorkan amal kepada Allah ada tiga jenis, sebagaimana menunjukkan atas hal ini pada nash syar’i : (Tahdzibub Sunan Abu Dawud:3/199, Ibnul Qoyyim), (Thoriqul Hijrotain hal.75) dan (Lathoiful Maarif hal.126)
Jenis pertama :
Diangkatnya harian, sebanyak dua kali, pertama pada malam hari dan kedua siang hari. Sebagaimana dalam hadits : Diangkatnya amal malam sebelum amal siang dan amal siang sebelum amal malam. (HR. Muslim no.179)
Diangkatnya amal harian pada waktu akhirnya, amal malam hari pada akhirnya; maka para malaikat meletakkan/menyerahkan amal malam pada akhirnya yaitu awal siang, dan meletakkan amal siang setelah mengantinya pada awal malam, sebagaimana disebutkan dalam hadits :
“Para malaikat bergantian dengan malaikat malam dan siang, mereka berkumpul pada sholat subuh dan ashar”. (HR. Bukhari no.555 dan Muslim no.632)

Maka siapa yang berada dalam ketaatan diberikan berkah baginya dalam rizki dan amalnya. (Fathul Bari:2/37, Ibnu Hajar Al-Asqolani)

Oleh karena itu Adh-Dhohak : dia menangis pada akhir siang dan mengatakan : “Aku tidak tahu, apa yang diangkat dari amalku”. (Lathoiful Maarif hal.127)

Jenis kedua : diangkat pada mingguan.
Diangkatnya amal secara mingguan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada hari senin dan kamis. Sebagaimana dalam hadits Nabi :
“Diangkatnya amal-amal manusia pada setiap minggunya sebanyak dua kali : pada hari senin dan kamis , maka diampuni pada setiap hamba mukmin, kecuali seorang yang antara dia dan saudaranya bermusuhan/berseteru maka dikatakan : tinggalkan mereka berdua sampai mereka kembali/berdamai”. (HR. Muslim no.36)

Ibrahim An-Nakhai menangis kepada istrinya pada hari kamis dan istrinya juga menangis, dia mengatakan : “Hari ini di berikan/diangkat amal-amal kita kepada Allah azza wa jalla“. (Lathoiful ma’arif hal.127)

Jenis ketiga :
Daingkatnya amal pada setahun sekali, dan diangkatnya amal setahun tersebut pada jumlah keterangan yg banyak yang menunjukkan pada bulan Sya’ban, sebagaimana hadits Nabi diatas. Kemudian diangkatnya amal seluruh umur manusia setelah kematian, maka ketika tiba ajal, diangkatnya amal seluruhnya kepada Allah dan terlipat dalam satu lembar amal, dan ini di angkat yang terakhir kalinya.

12. Faidah 12 : 

Pada setiap diangkatnya amal terdapat hikmah yang Rabb kita mengetahuinya, dan dari Allah risalah tersebut, dan dari Rasulullah menyampaikan dan bagi kita menerimanya.

13. Faidah 13 : 

Disunnahkan bagi seorang muslim menambah amal ketaatan pada waktu-waktu diangkatnya amal kepada Allah; maka puasa pada senin kamis-sebagaimana petunjuk Nabi, dan memperbanyak puasa sya’ban, dan menambah amal sholeh pada malam dan siangnya dan amalan yg mendekatkan diri kepada Allah dari amal yang dicintai dan di ridhoi-Nya.

14. Faidah 14: 

Hendaknya seorang muslim mengingat bahwa amalannya diangkat kepada Allah pada bulan ini – yang baiknya dan jeleknya, maka hendaknya mengingatkan pada dirinya diangkatnya amal pada Rabb-nya, dan (amalan) apa menjadi sebab di tambahnya pahala ataupun jeleknya hukuman, dan (amalan) apa yang bisa menjadi sebab di terimanya amal dan di tolaknya amal – semoga Allah melindungi!-.

15. Faidah 15 : 

Sya’ban seperti mukadimah untuk Ramadhan, dan seperti latihan untuk berpuasa di dalam Ramadhan. Maka di syariatkan didalamnya apa yang di syariatkan di dalam Ramadhan seperti puasa, membaca Al-Quran; Untuk bersiap-siap menghadapi ramadhan dan memperkirakan diri untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Maka bersegera melakukan ketaatan pada bulan Sya’ban dan seorang muslim/muslimah hendaknya menghitung/mempersiapkan bekal untuk ramadhan, sehingga ketika masuk ramadhan menjadi berat, akan tetapi dengan puasa Sya’ban sebelumnya, menjadikan seorang muslim merasakan kelezatan puasa, maka ketika masuk puasa Ramadhan dengan kuat dan rajin.
(Lathoiful Ma’arif hal.134)

16. Faidah 16:

Sebagian manusia mengeluh/mengadu kesulitan puasa dan sholat serta menyelesaikan bacaan Al-Quran di Ramadhan, karena mereka tidak berpuasa dan tidak sholat kecuali pada romadhon, maka dimana latihan dan persediaan (apa yg telah kita siapkan) untuk Ramadhan pada bulan Sya’ban?

Dan umumnya jiwa manusia ketika istirahat dan tidur, kesulitan baginya untuk bangun dan terganggu tanpa ada latihan atau persiapan (sebelumnya) !

Sebagaimana perkataan Abu Bakar Al-Balkhi rahimahullah : “Bulan Rajab adalah bulan menanam, dan bulan Sya’ban adalah bulan mengairi tanaman, dan bulan ramadhan adalah bulan panen”.
Dan perkataan beliau : “Permisalan bulan Rajab seperti angin, bulan Sya’ban adalah seperti awan, dan ramadhan seperti hujan”. (Lathoiful Maarif hal 121)
Maka siapa yang tidak menanam pada bulan Rajab dan mengairi pada bulan Sya’ban maka bagaimana mendapatkan hasil panen pada Ramadhan?!
Dan bagaimana dia tamak serta mendapatkan kelezatan taat dan ibadah dalam ramadhan, dan dia tidak mendahului dirinya (dengan berbuat ketaatan) sebelum Ramadhan ?!
Maka hendaknya kita bersegera sebelum berlalunya waktu, berkata Yahya bin Muadz rahimahullah : Tidaklah aku menangisi diriku ketika akan meninggal (ketika sakaratul maut), sesungguhnya aku menangisi atas hidupku yang telah berlalu”.
(Hilyatul Auliya (10/51), Siyar Alamin Nubala(13/15))

17. Faidah 17 : 

Adalah para salaf mendedikasikan/mengkosongkan waktunya, digunakan untuk membaca Al-Quran pada bulan Sya’ban. Dan mereka mengatakan : “Bulan Sya’ban adalah bulan membaca Al-Quran”. (Lathoiful Ma’arif hal.135)

Semoga bermanfaat.....