Minggu, 30 Agustus 2020

17 PAHALA KHATAM AL-QUR'AN DI BULAN RAMADHAN

Edisi Senin, 31 Agustus 2020 M / 12 Muharram 1442 H

Bulan Ramadhan yang mulia dan penuh dengan pintu kebaikan memang sudah 4 bulan kita lalui dan baru 7 bulan lagi akan hadir kembali. Tapi tak ada salahnya kita mengobati kerinduan pada ramadhan dengan mengulas artikel tausiah  kali ini yang sempat terlewat di bulan Ramadhan lalu untuk menambah wawasan keilmuan kita. Semoga kita semua mendapat kesempatan indah untuk bisa berjumpa kembali di bulan penuh keberkahan tersebut dan bisa menjalankan rangkaian ibadah dengan sempurna serta mendapat kelancaran. 

Setiap kali bulan Ramadhan, sering kita melihat atau barangkali diantara kita banyak yang membaca Al Qur’an sepanjang malam atau di sela sela waktu dengan tujuan untuk mengkhatamkan mendapatkan keutamaan membaca Al Qur’an di bulan Ramadhan.

Memang hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan sejak jaman terdahulu. Mengkhatamkan Al Qur’an sekaligus mempelajarinya memang tepat dilakukan di bulan Ramadhan agar lebih memahami isinya sehingga setelah bulan Ramadhan diberi hidayah untuk tetap selalu membacanya. Pahala mulia apakah yang terkandung di dalamnya hingga banyak umat mukmin yang melakukan hal tersebut? Mari simak dalam artikel berikut, 17 pahala khatam Al Qur’an di bulan Ramadhan.

1. Menyempurnakan Ibadah Puasa 

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” QS. (Al Baqarah : 185). Bulan puasa ialah bulan dimana Al Qur’an diturunkan, sejak jaman dahulu di bulan tersebut semua umat islam berlomba untuk memahami maknanya dan mengambil hikmahnya serta salah satu cara menambah pahala di bulan Ramadhan.

Di jaman modern ini yang sudah memiliki banyak kemudahan untuk mempelajarinya, maka wajib lebih taat dan memberi target kepada diri sendiri agar disiplin dalam membaca Al Qur’an agar bisa menyelesaikan membacanya hingga khatam sehingga kita memiiki amal bulan ramadhan yang sempurna sebagai bentuk ikhtiar untuk mendapat keberkahan yang sempurna pula.

2. Pahala Ibadah Sunnah Terbaik 

“Mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadhan bagi orang yang berpuasa bukanlah perkara yang wajib. Akan tetapi sebaiknya seseorang memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadhan” (Majmu’ Fatawa wa Rasail 20/516). Memang tidak berdosa jika ada orang yang tidak khatam, namun tentu lebih baik jika bisa menjalankan ibadah sunnah yang dicintai Allah dan telah dicontohkan oleh Rasulullah tersebut. itulah salah satu keutamaan dan pentingnya mengenal Rasulullah.

3. Amal yang Mulia 

“Bahwa Imam membaca Al-Quran seluruhnya (sampai khatam) bersama jamaah pada Bulan Ramadhan termasuk dalam mudarasah ini (yaitu mudarasah Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam bersama malaikat Jibril alaihissalam). Oleh karena itu Imam Ahmad rahimahullah suka terhadap Imam yang mengkhatamkan Al-Quran. Ini merupakan amal para salaf yaitu mendengarkan Al-Quran seluruhnya. (Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah).

Membaca Al Qur’an sampai khatam ternyata telah dilakukan oleh para ulama sejak dahulu hingga sekarang dan dipandang sebagai amalan yang mulia. Mungkin kita memang orang yang belum sempurna dan belum memiliki sifat rajin yang kuat seperti para ulama, tapi tentu tidak ada salahnya berusaha untuk sesuatu yang baik sehingga memiliki jiwa tenang dalam islam.

4. Pahala Menuntut Ilmu 

Khatam Al Qur’an di bulan ramadhan sama seperti belajar atau menuntut ilmu, ayat ayat Al Qur’an tentang ilmu menjelaskannya yakni sebab  ketika membaca sekaligus berusaha memahami maknanya, dan Allah menyukai hambaNya yang berilmu serta memberinya derajat lebih tinggi dibanding mahklukNya yang lain. “yaitu mempelajari (mudarasah) semua ayat Al-Quran yang turun” ( Al-Jami’ fi Gharib Hadits, 4/64).

5. Pahala Seperti Shalat Sepanjang Malam 

Sungguh luar biasa, membaca AL Qur’an dengan rutin tiap malam akan dianggap seperti melakukan shalat semalamam, apalagi jika hal tersebut dilakukan sepanjang hari di bulan Ramadhan hingga khatam, tentu lebih luar biasa. “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam” ( HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).

6. Pahala Mengikuti Sunnah Rasul 

Dahulu malaikat jibril mengajarkan Al Qur’an secara langsung kepada Rasulullah setiap bulan Ramadhan, sebab itu termasuk amalan yang mulia jika dilakukan khatam yakni mengikuti apa yang telah Rasulullah lakukan. “Dahulu Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam setiap tahun sekali (pada bulan ramadhan).” ( HR. Bukhari no. 4614).

7. Pahala Memahami Isinya 

Khatam Al Qur’an tentu akan jauh lebih bernilai di mata Allah jika disertai dengan memahami maknanya agar bisa mengamalkannya pada orang lain dan dalam kehidupan sehari hari. sebab itu pahala lebih akan didapat jika dilakukan sambil dipahami. “Dan Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil)” (Al-Muzzammil 4).

8. Dijauhkan dari Sesat 

“…Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123). Di dalam Al Qur’an terdapat begitu banyak petunjuk, dengan membaca dan memahami maknanya, maka ia akan terus mengingat dan mencegahnya dari perbuatan yang salah sehingga ia jauh dari sesat baik di bulan Ramadhan maupun bulan berikutnya.

9. Pahala Terhindar dari Azab Alllah 

“Barangsiapa berpaling dari Al Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (Thaha: 100). Di hari kiamat nanti, ayat ayat Al Qur’an yang dibaca selama bulan Ramadhan akan menjadi jalan cahaya baginya sehingga ia terhindar dari azab. Seluruh tubuhnya akan bersaksi bahwa ia seorang hamba yang mencintai Al Qur’an.

10. Dijauhkan dari Penyakit Hati 

Bulan ramadhan ialah bulan dimana banyak orang memohon petunjuk lebih dalam lagi mengenai islam atau hal apapun, hal itu bisa didapat dengan membaca Al Qur’an agar terhindari dari penyakit hati. “Hai manusia, telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57).

11. Pahala Seperti Sebaik Baik Manusia 

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari). Bulan ramadhan akan menjadikan seseorang jauh lebih baik dari sebelumnya jika mampu istiqomah dalam beramal terlebih jika selalu beramal membaca kitab suci Al Qur’an yang diturunkan Allah hingga menjadi sebaik baik manusia di mata Allah.

12. Mengikuti Perintah Allah 

“Tidak boleh dengki kecuali dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur’an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang.” (Hadits Muttafaq alaih). Jelas bahwa khatam Al Qur’an di bulan Ramadhan artinya bisa menjalankan perintah Allah dengan sempurna dan megikuti petunjukNya.

13. Berlomba dalam Kebaikan 

Allah menyukai hambanya yang mengejar waktu untuk melakukan kebaikan, salah satunya ialah menjalankan ibadah khatam Al Qur’an di bulan Ramadhan. Dengan melakukan ibadah tersebut, ia telah berlomba untuk mengalahkan diri sendiri dan mengatur waktu antara kesibukan dunia dan membaca Al Qur’an, dan terbukti bahwa ia tidak mementingkan dunia semata.

14. Mulia di Mata Allah 

Orang yang khatam Al Qur’an dengan kesungguhan dan niat semata karena ingin mencapai ridho Allah maka akan mendapat kemuliaan dan derajat yang lebih tinggi dibanding manusia lainnya. Hal itu jelas sebab ia juga melakukan amalan yang berbeda yang menjadikan Allah dan akheratnya menjadi prioritas baginya. Tentu amalan yang luar biasa.

15. Pahala Tinggi Jika Dikerjakan dengan Khusyu’ 

Agar supaya bersegera dan tidak membaca secara perlahan-lahan. Ia tidak mencari kekhusyu’an dan tuma’ninah. Bahkan mencari hal ini (khusyu’ dan tuma’ninah) lebih utama daripada perhatian terhadap mengkhatamkan” (Majmu’ Fatawa bin Baz 15/324, Asy Syamilah). Maksud dari pendapat ulama tersebut ialah, khatam Al Qur’’an wajib dilakukan dengan khusyu’ agar mendapatkan pahala yang tinggi, dan hal tersebut hanya Allah yang mengetahui tingkat kekhusyu’kannya.

16. Pahala Mengikuti Teladan Rasulullah 

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” ( HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).

Barang siapa yang mengikuti teladan Rasulullah tentu akan mendapatkan pahala yang tinggi dan mendapat syafaat di akherat nanti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membaca Al Qur’an sampai khatam sehingga mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah serta kelak di akherat diakui sebagai umatnya.

17. Pahala Mendapatkan Berkah Ramadhan 

Berkah ramadhan dapat dicari dari apapun yang berhubungan dengan perintah Allah dan sunnah Rasul, salah satu yang jelas memiliki pahala ialah khatam Al Qur’an dimana di bulan ramadhan yang mulia, setiap kali membaca Al Qur’an tiap huruf akan dihitung sebagai pahala dan tiap huruf tersebut memiliki pahala yang jauh berlipat dibanding ketika dilakukan di bulan lainnya.

Demikian artikel kali ini, semoga dapat dipahami oleh anda dan menjadi semangat yang lebih tinggi untuk melakukan segala amalan ibadah di bulan Ramadhan. 

Sumber : DalamIslam.com 

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 29 Agustus 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG PEMBENTUKAN JANIN

Edisi Ahad, 30 Agustus 2020 M / 11 Muharram 1442 H

Jauh sebelum sains modern menemukan proses pembentukan embrio manusia,  pada abad ke-7 M Al-qur'an  telah menjelaskan proses pembentukan embrio manusia.  Prof Keith L Moore, guru besar Departemen Anatomi dan Biologi Sel Universitas Toronto pun telah membuktikan kebenaran firman Allah Subhanahu wa ta'ala itu.

"Saya tak tahu apa-apa tentang agama, namun saya meyakini kebenaran fakta yang terkandung dalam Alquran dan sunah," papar Moore yang terkagum-kagum dengan kandungan Alquran yang secara akurat menjelaskan perkembangan embrio manusia.

Alquran secara gamblang telah menjelaskan proses pembentukan embrio manusia. Alquran telah berbicara tentang pertumbuhan janin di dalam perut ibu fase demi fase, padahal janin dan pertumbuhannya tidaklah terlihat dengan mata kepala dan tidak mungkin juga dijelaskan hanya dengan duga dan kira.

Sains modern baru mengetahui proses penciptaan di alam rahim setelah ditemukannya  alat–alat pemeriksaan modern. "Saya sungguh sangat membahagiakan bisa membantu mengklarifikasi pernyataan Alquran tentang perkembangan manusia. Jelaslah bagi saya, pernyataan (Alquran) itu pastilah turun kepada Muhammad dari Tuhan," papar Moore, ilmuwan terkemuka dalam bidang anatomi dan embriologi.

Proses penciptaan manusia di dalam rahim dijelaskan dalam Alquran surat al-Mu'minun ayat 12-14.  ''Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu, segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain ...."

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin dalam rahim.  Tahap pertama penciptaan janin  disebut Sulalah dimulai dari  saripati mani. Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan “ dari saripati air yang hina (air mani)”. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani yang keluar dari suami – istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang dimaksud dengan “ Sulalah”

Menurut riset yang telah diteliti oleh para ahli sekarang, bahwa manusia itu tercipta dari satu sperma saja. Itu sangat sedikit sekali bila dibanding dengan sperma yang keluar dari laki-laki yang mencapai jutaan sperma.  Sulalah adalah kata yang paling tepat dan cocok untuk menggambarkan proses terbentuknya janin ini, karena satu dari jutaan sperma ini bergerak menuju ke rahim untuk membuahi ovum dari wanita.

Tahap kedua disebut  Alaqoh. “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ( ‘Alaqoh ).”  ‘Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada waktu minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah ).

Bentuk janin pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa membedakkan bentuk dan gambar keduanya.

Tahap ketiga, Mudghah (Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al-Mukminun dijelaskan ''Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.” Tahap keempat ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. “Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang.”

Para ahli dan spesialis dalam bidang medis telah menyimpulkan bahwa tulang itu muncul sebelum daging sebagai penutupnya. Setelah itu barulah muncul daging. Ini hanya baru diketahui oleh para ahli pada zaman sekarang, itu pun dengan bantuan alat – alat fotografi.

Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. “Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging...''  Didahulukannya penciptaan tulang sebelum daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel padanya. Maka tulang mesti sudah ada sebelum daging.

Tahap keenam  adalah perubahan janin ke bentuk yang lain. “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain..''  Menurut Dr Ahmad Hamid Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan ketujuh, panjang Mudghah sudah mencapai 8 – 16 milimeter”

Termasuk yang membedakan pada periode ini adalah: bahwa bentuk tulang berbentuk bengkok menyerupai bulan sabit, kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi ada sesuatu yang membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu sempurnanya bentuk tubuh pada pekan kedelapan.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rizki dan ajalnya, serta celaka atau bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari `Abdullah).

Begitulah, proses penciptaan janin di dalam rahim seorang ibu, hingga akhirnya melahirkan diusia kehamilan sembilan bulan. Sungguh  Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Berikut ini beberapa Ayat-ayat Al-Qur'an tentang pembentukan janin :

1. QS Ali Imran : 6

 هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

2. QS Al Araf : 189 

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur“.

3. QS Al Hajj : 5 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

4. QS Al Muminun : 12

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

5. QS Al Muminum : 13

 ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

6. QS Al Muminun : 14

 ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

7. QS As Sajdah : 8

 ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.

8. QS As Sajdah : 9 

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

9. QS Fathir : 11 

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا ۚ وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.

10. QS Yasin : 77 

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

11. QS Az Zumar : 6 

خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ ۚ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلَاثٍ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?

12. QS An Najm : 46 

مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَىٰ

dari air mani, apabila dipancarkan.

13. QS Al Maarij : 39 

كَلَّا ۖ إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ

sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani).

14. QS Nuh : 14

 وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا

Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.

15. QS Al Qiyamah : 37

 أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَىٰ

Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),

QS Al Qiyamah : 38 

ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ

kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,

16. QS Al Insan : 2 

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

17. QS Al Mursalat : 20

 أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ

Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?

Referensi : Republika.com, Tafsir.com 

Semoga bermanfaat....

Jumat, 28 Agustus 2020

17 ISTILAH VIRUS COVID-19, CARA MENGHADAPI SECARA MEDIS DAN HIKMAH ADANYA MUSIBAH COVID-19 MENURUT ISLAM

Edisi Sabtu, 29 Agustus 2020 M / 10 Muharram 1442 H

Virus corona baru atau COVID-19 telah menginfeksi 24.937.294 penduduk di seluruh dunia berdasarkan data dari Johns Hopkins University Center for Systems Science and Engineering (JHU CCSE) Dan data yang terekam di Worldometer hingga Sabtu , 29 Agustus 2020  pukul 17.17 WIB.

Dari angka tersebut setidaknya 17.318.510 berhasil sembuh dan 841.030 orang meninggal dunia. Sementara itu, dalam kasus atau pemberitaan yang berkaitan dengan Corona virus, COVID-19 ada banyak istilah atau diksi yang digunakan pemerintah, mulai dari ODP hingga WFH, lalu apa penjelasan dari istilah-istilah tersebut?

Istilah yang berkaitan dengan Corona Virus Diase (Covid-19)

1. ODP (Orang Dalam Pemantauan) 

Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan-salah satu RS rujukan kasus virus corona, Rita Rogayah, ODP adalah orang dalam pemantauan, biasanya memiliki gejala ringan seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, tetapi tidak ada kontak erat dengan penderita positif.

Orang dengan status ODP biasanya tidak perlu rawat inap di rumah sakit tetapi akan diminta untuk melakukan isolasi secara mandiri di rumah setidaknya selama 14 hari hingga kondisi membaik.

Namun jika selama melakukan karantina mandiri kondisi tak kunjung membaik dan justru memburuk maka sebaiknya segera menghubungi rumah sakit terdekat.

2. PDP (Pasien Dalam Pengawasan) 

Berbeda dengan ODP, orang yang dinyatakan PDP akan menjalani proses observasi melalui proses cek laboratorium yang hasilnya akan dilaporkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI.

PDP dikriteriakan sesuai gejalanya, seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan. Atau dari hasil observasi ada saluran nafas bawah yang terganggu serta terjadi kontak erat dengan penderita positif atau dari daerah yang terjangkit.

3. Suspect 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjelaskan "suspect" ialah orang atau pasien dengan pengawasan yang menunjukkan gelaja infeksi Corona, pernah melakukan perjalanan ke daerah yang menjadi lokasi pesebaran Corona, melakukan kontak atau bertemu dengan orang yang positif COVID-19.

Secara singkat sebetulnya istilah suspect Corona ini sama pemahamannya dengan pasien dalam pengawasan atau PDP yang diharuskan untuk menjalasi isolasi di rumah sakit dan melakukan pemeriksaaan swab.

4. Positif 

Pasien yang dinyatakan positif terinfeksi Corona virus harus menjalani perawatan di rumah sakit atau di lokasi yang ditentukan oleh pemerintah seperti Wisma Atlet hingga dinyatakan pulih dan bebas dari virus tersebut.

Pasien akan dinyatakan positif COVID-19 setelah melakukan serangkaian pemeriksaan seperti cek darah, rontgen paru-paru hingga swab.

5. Lockdown 

Istilah lockdown akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan setelah beberapa negara seperti Italia melakukan lockdown untuk menghindari semakin menyebarnya virus Corona.

Lockdown artinya sebuah negara seperti Italia melakukan pengawasan ketat di semua wilayah negara, mengunci masuk atau keluar dari suatu wilayah/daerah/negara untuk mencegah penularan virus corona COVID-19.

Pengawasan ketat ini dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu yang dilakukan Italia ini adalah menutup semua toko kecuali toko makanan dan apotek.

6. Social Distancing 

Social distance atau social distancing adalah cara atau imbuan yang dilakukan kepada masyarakat untuk menjauhi segala bentuk perkumpulan, menjaga jarak antar manusia, menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan banyak orang.

Jika Anda harus berada di sekitar orang, jaga jarak dengan orang lain sekitar 6 kaki (2 meter).

Konsep social distancing saat ini juga telah dilakukan di hampir seluruh negara Di dunia dengan harapan dapat meminimalisir pesebaran virus Corona.

7. Isolasi 

Bagi orang-orang yang dipastikan memiliki COVID-19, isolasi adalah langkah tepat. Isolasi adalah istilah perawatan kesehatan yang berarti menjauhkan orang-orang yang terinfeksi penyakit menular dari mereka yang tidak terinfeksi.

8. Karantina 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karantina dapat direkomendasikan untuk individu yang diyakini telah terpapar penyakit menular seperti COVID-19, tetapi tidak bergejala.

Selain memantau jika gejalanya berkembang, berada di karantina berarti seseorang yang mungkin terpapar tidak akan menularkan penyakit kepada orang lain, karena mereka tinggal di rumah.

9. Work From Home (WFH) 

Kebijakan work from home atau bekerja dari rumah dipilih oleh beberapa perusahaan hingga lembaga pemerintahan. Bekerja dari rumah dalam kondisi saat ini diyakini dapat meminimalisir penularan virus Corona.

10. Imported Case 

Berdasarkan penjelasan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), imported case berarti kasus virus corona COVID-19 yang menimpa seseorang yang baru kembali dari luar negeri, tanpa terkait dengan kluster manapun.

11. Local Transmission 

Local transmission adalah penularan Corona virus yang terjadi secara lokal atau di lokasi tempat pasein positif COVID-19 berada saat ini.

Contohnya adalah seseorang yang terinfeksi atau tertular Corona virus saat ia berada di Indonesia, tetapi ia juga tidak pernah memiliki riwayat perjalanan keluar negeri.

12. Wabah 

Wabah adalah peningkatan secara mendadak suatu penyakit di tempat tertentu.

13. Epidemi 

Epidemi adalah suatu wabah besar atau peningkatan secara mendadak, cepat dan dalam jumlah yang banyak suatu penyakit tertentu di tempat atau wilayah tertentu.

14. Pandemi 

Pandemi berarti epidemi atau penyebaran penyakit tertentu yang tejadi secara global dibanyak negara di dunia. 

ABC News mewartakan, pandemi tidak ada kaitannya dengan seberapa serius penyakit, tetapi pandemi adalah label bagi penyakit yang telah menyebar luas ke seluruh dunia.

15. Rapid test 

Para ilmuwan dari Departemen Ilmu Teknik Universitas Oxford dan Oxford Suzhou Centre for Advanced Research (OSCAR) telah mengembangkan teknologi pengujian cepat (rapid test) untuk virus corona baru SARS-CoV-2 (COVID-19).

Tes baru ini jauh lebih cepat dan tidak memerlukan instrumen yang rumit. Tes viral load sebelumnya membutuhkan 1,5 hingga 2 jam untuk memberikan hasil. Tim peneliti telah mengembangkan tes baru, berdasarkan pada teknik yang mampu memberikan hasil hanya dalam setengah jam atau tiga kali lebih cepat daripada metode saat ini.

"Keindahan tes baru ini terletak pada desain deteksi virus yang secara khusus dapat mengenali fragmen RNA dan RNA SARS-CoV-2 (COVID-19). Tes ini memiliki pemeriksaan bawaan untuk mencegah positif atau negatif palsu dan hasilnya sangat akurat," ujar Prof Wei Huang, seperti dikutip situs web Oxford.

16. Antiseptik 

Antiseptik, dilansir dari Healthline, merupakan zat yang dapat menghentikan atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme.

Penggunaan antiseptik aman pada jaringan hidup seperti pada permukaan kulit atau membran mukosa. Tidak jarang, antiseptik juga digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh.

17. Cairan disinfektan 

Dilansir dari Pharma Guideline, cairan disinfektan merupakan zat kimia yang digunakan untuk membersihkan dan membunuh kuman pada benda tak hidup.

Pada umumnya, disinfektan digunakan untuk mensterilkan benda-benda dari pertumbuhan kuman dan bakteri.

Penulis: Nur Hidayah Perwitasari 

17 Cara Menghadapi Covid-19 Secara Medis 

Dr. Faheem Younus 

Kepala Klinik Penyakit Menular, Universitas Maryland,

Amerika Serikat :

1. Kita mungkin harus hidup dengan C19 selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.  Jangan menyangkal atau panik.  Jangan membuat hidup kita tidak berguna.  Mari belajar hidup dengan fakta ini.

2. Anda tidak dapat menghancurkan virus C19 yang telah menembus dinding sel, minum galon air panas - Anda hanya akan pergi ke kamar mandi lebih sering.

3. Mencuci tangan dan menjaga jarak fisik dua meter adalah metode terbaik untuk perlindungan Anda.

4. JIka Anda tidak memiliki pasien C19 di rumah, tidak perlu mendisinfeksi permukaan di rumah Anda.

5. Kargo dikemas, pompa bensin, kereta belanja dan ATM tidak menyebabkan infeksi.

 Cuci tangan Anda, jalani hidup Anda seperti biasa.

6. C19 bukan infeksi makanan.  Berhubungan dengan tetesan infeksi seperti flu.  Tidak ada risiko yang ditunjukkan bahwa C19 ditularkan dengan memesan makanan.

7. Anda bisa kehilangan indra penciuman dengan banyak alergi dan infeksi virus.  Ini hanya gejala non-spesifik C19.

8. Begitu tiba di rumah, Anda tidak perlu mengganti pakaian dengan segera dan mandi!

 Kesucian adalah suatu kebajikan, paranoia tidak!

9. Virus C19 tidak menggantung di udara.  Ini adalah infeksi tetesan pernapasan yang memerlukan kontak dekat.

10. Udara bersih, Anda bisa berjalan melewati taman (hanya menjaga jarak perlindungan fisik Anda), melalui taman.

11. Cukup menggunakan sabun normal terhadap C19, bukan sabun antibakteri.  Ini adalah virus, bukan bakteri.

12. Anda tidak perlu khawatir tentang pesanan makanan Anda.  Tapi Anda bisa memanaskan semuanya dalam microwave, jika mau.

13. Kemungkinan membawa pulang C19 dengan sepatu Anda seperti disambar petir dua kali sehari.  Saya telah bekerja melawan virus selama 20 tahun - infeksi drop tidak menyebar seperti itu!

14. Anda tidak dapat dilindungi dari virus dengan mengambil cuka, jus tebu dan jahe!  Ini untuk kekebalan bukan obat.

15. Mengenakan masker untuk waktu yang lama mengganggu pernapasan dan kadar oksigen Anda.  Pakai itu hanya di tengah orang banyak.

16. Mengenakan sarung tangan juga merupakan ide yang buruk;  virus dapat terakumulasi ke dalam sarung tangan dan mudah ditularkan jika Anda menyentuh wajah Anda.  Lebih baik cuci tangan saja secara teratur.

17. Kekebalan tubuh sangat lemah dengan selalu tinggal di lingkungan yang steril.  Bahkan jika Anda makan makanan penambah kekebalan, silakan keluar dari rumah Anda secara teratur ke taman / pantai mana pun.

Kekebalan ditingkatkan oleh Sambungan  Ke Patogen, bukan dengan duduk di rumah dan mengkonsumsi makanan yang digoreng / pedas / manis dan minuman aerasi.

Artikel asli https://theazb.com/we-will-live-with-covid19-for-months-lets-not-deny-it-or-panic- dr-faheem-younus/ 

17 Hikmah Adanya Musibah Covid-19 Menurut Islam 

Ada 17 Hikmah dan pesan yang diberikan dari musibah Covid-19 

1. Makanlah yang  menyehatkan lagi Halal. Jauhi makanan dan minuman Haram. Bukankah awalnya virus muncul setelah binatang binatang, liar, buas dan kelelawar dibantai dengan kasar atau dibakar hidup hidup lalu dimakan?

2. Jangan lagi berpakaian  minim lagi ketat mengumbar aurat. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita berpakaian serba tertutup?, dan memang kan semua agama Samawi memuliakan pakaian yang rapih, bersih dan sopan.

3. Jaga ucapan, makanan, dan pendengaran. Bukankah masker Covid-19 telah mendidik kita  menutup mulut, lidah, telinga dan hidung?

4. Jangan lagi ada "pergaulan bebas" tanpa batas, selingkuh dan kumpul tanpa ikatan sah. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita untuk Sosial Distancing dan Physical Distancing, jaga jarak, bahkan bersalamanpun tidak bersentuhan?.

5. Jangan lagi malas ke rumah rumah Ibadah, Masjid dll. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita, bagaimana sedih dan stress nya kita tanpa ada tempat memohon, berdoa, tak bisa beribadah berjamah dan shalat di Masjid dalam suasana batin yang damai. Bagaimana sedihnya melepas saudara kita yang meninggal tanpa dishalatkan beramai ramai di Masjid?.

6. Jangan lagi pernah abaikan rumah, keluarga dengan terlalu sibuk di luar rumah. Bukankan Covid-19 telah mendidik kita untuk banyak tinggal di dalam rumah bersama keluarga ?

7. Jangan lagi ada rasa angkuh, sombong, dan merasa besar serba bisa.

Bukankah Virus Corona yang kecil dan tak tampak mata itu telah mendidik kita, bahwa tidak ada yang mampu mencegahnya jika Covid-19 ingin datang mampir?, dan Covid-19 tidak mengenal status sosial miskin atau kaya, tua atau muda pembesar atau rakyat biasa, semua dihinggapi jika abai.

8. Jangan lagi jauh dari Tuhan...Sang Maha Pencipta. Bukankan Covid-19 telah mendidik kita, dalam suasana Covid-19 aktif menyebar, semua orang ketakutan dan semua orang baru mendekat berdzikir dan berdoa, memohon perlindungan Tuhan Sang Kholiq?

9. Jaga kebersihan dan ketertiban. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, barang dan lingkungan dengan rajin mandi, mencuci tangan, semprot antiseptik dan disinfektan, dan tidak sembarangan membuang sampah?

10. Jangan lagi abai dan masa bodoh pada anugerah Allah yang melimpah tak terbatas, seperti sinar matahari, tumbuhan yang menyehatkan dll. Perbanyaklah bersyukur atas  karunia gratis itu semua.

Bukankah Covid-19 telah mendidik kita agar rajin berjemur dan OR di pagi hari, rajin minum jahe, sereh, kunyit, lemon dll agar daya tahan tubuh kita lebih kuat? Tanam dan peliharalah tumbuhan yang memberi manfaat kesehatan.

11. Tingkatkan semangat kebersamaan, solidaritas, saling tolong. Jangan lagi semua dihitung berdasarkan kepentingan pribadi dan pamrih. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita bahwa kita tidak mampu mengurus diri sendiri seorang diri, kita butuh orang lain yang meski bukan saudara seperti dokter, dll. Kalau tidak ditolong orang,  bisa mati mendadak di jalanan saat  dihindari orang karena takut tertular.

12.  Berimanlah, beragamalah dengan baik. Percayalah yakinilah pada hal hal Ghaib yang tak tampak mata, seperti adanya Tuhan, ada Malaikat dan ada Jin. Jangan lagi menantang Allah dengan mengatakan, bagaimana percaya pada Tuhan sedang kita tidak bisa melihat Tuhan.

Bukankah Covid-19 mendidik kita bahwa meski Virus Corona tidak tampak. tapi ada, buktinya,  banyak yang terpapar oleh Covid-19 dan meninggal.

13. Selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan Akhirat dengan perbanyak  kebaikan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah dan amal sholeh. Hidup di Dunia ini hanya sementara saja, sewaktu waktu bisa mati.

Bukankah Covid-19 telah mendidik kita bahwa kematian bisa datang menjemput secara tiba tiba dan di mana saja.

14. Daya tahan tubuh akan kuat jika selalu berbaik sangka, sabar, syukur, ikhlas dan jujur. 

Daya tahan tubuh akan melemah saat pikiran dikuasai dengki, fitnah, iri, hasut, ujaran kebencian dan cacian, seks bebas, seks sesama jenis, dan Narkoba.

Maka perkuatlah ketahanan tubuh dengan selalu berbaik sangka,  husnudzon, ikhlas dan tawakal. Jangan lagi ada iri, caci, dengki, ujaran kebencian, fitnah dan kekerasan, Narkoba dan penyimpangan seksual.

Bukankah Covid-19 telah mendidik kita bahwa Virus Corona mudah menyerang mereka yang daya tahan tubuhnya lemah?

15. Perkuat Silaturrahim. Jaga harmoni sesama makhluk. Jangan lagi merusak alam. Jangan ekspoilitasi kekayaan bumi secara berlebihan. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita bahwa, adanya  keseimbangan dan pengurangan polusi industri, asap mesin, keseimbangan semburan kimia beberapa bulan ini, telah membuat udara, awan dan alam ini lebih cerah dan bersih?

16. Taubat, Menjaga lisan,Istighfar dan Sabar

"New normal"  dengan Taubat sebagai landasan perubahan pola kehidupan kita yang telah melenceng dari rel Syariat, kembali menuju jalan yang diridloi dengan menjadi hamba yang rajin beribadah.

"Masker"  dengan Asshumtu (diam meninggalkan perkataan jelek/tak berguna) agar kita tak menulari/tertular virus ghibah, bohong, fitnah/hoax, dll.

"Sanitizer"  dengan Istighfar kalau-kalau kita telah terkontaminasi dosa maksiat saat berinteraksi dengan orang lain.

"Sosial distancing"  dengan SABAR, menahan diri dan meninggalkan hal-hal yang tak berfaedah dan menjaga jarak dari perkara-perkara yang mengundang nafsu syahwat.

17. Muhasabah, dzikir Dan berdoa

"Cek suhu"   dengan MUHASABAH apakah ada indikasi bahwa nafsu dan emosi kita meningkat atau tak terkendali.

"Rapid test"  dengan MUNAJAT memohon petunjuk agar batin kita dibersihkan kembali jika telah terpapar sifat-sifat jelek dengki, egois, marah, malas, su'udhon dll.

"Imunisasi"  dengan Dzikir, Tilawah /Tadarus Dan Doa agar batin kita memiliki imun/kekebalan terhadap virus-virus yang dibawa nafsu dan setan yang mmbayangi setiap langkah kita.

Sungguh pelajaran yang luar biasa dari Virus Corona.

Semoga  kita semua selalu dalam  lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan dijauhkan dari semua musibah dan penyakit. Dan wabah Covid-19 cepat berlalu. Aamiin...

Semoga bermanfaat....

Kamis, 27 Agustus 2020

17 AMALAN HARI ASYURA YANG MENGHASILKAN PAHALA

Edisi Jum'at, 28 Agustus 2020 M / 9 Muharram 1442 H

Hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 bulan Muharram memiliki banyak keistimewaan dan menjadi salah satu bulan mulia dari empat bulan haram atau dengan kata lain bulan yang disucikan. Hari Asyura menjadi hari yang sangat terkenal untuk kalangan Syiah dan juga sebagian Sufi karena merupakan hari berkabung atas kesyahidan Husain bin Ali, cucu dari Nabi Islam Muhammad pada saat pertempuran Karbala di tahun ke-61 H [680]. Ada banyak amalan yang bisa dilakukan pada hari Asyura ini dan akan kami ulas secara lengkap pada ulasan kali ini.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah 12 bulan (yang telah ditetapkan) di dalam kitab Allah sejak menciptakan langit dan bumi. Di antara 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan yang suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian pada bulan-bulan (suci) tersebut.” (QS. At Taubah : 36)

Berikut ini 17 amalan hari asyura yang menghasilkan pahala :

1. Melaksanakan Puasa Asyura 

Hari Asyura menjadi hari yang paling di jaga keutamaannya oleh Rasulullah seperti yang tertulis dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dimana beliau berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam begitu menjaga keutamaan satu hari di atas hari-hari lainnya, melebihi hari ini (yaitu hari ‘Asyuro) dan bulan yang ini (yaitu bulan Ramadhan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu cara terbaik untuk mengutamakan hari Asyura ini sebagai umat muslim yang beriman adalah dengan menjalankan puasa pada hari tersebut dimana seseorang yang menjalankan puasa pada hari Asyura akan menjadi penebus dosa setahun yang sudah lewat [HR Muslim].

2. Melapangkan Nafkah Untuk Keluarga 

Amalan berikutnya pada hari Asyura adalah dengan melapangkan nafkah untuk keluarga seperti pada anak dan istri. Seseorang yang menjalankan amalan ini fadhilahnya adalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga akan melapangkan rezeki orang tersebut selama setahun. Sunnah untuk membelikan hadiah untuk keluarga di hari Asyura dan juga para sahabat ini juga menjadikan puasa untuk anak anak mereka seperti yang diriwayatkan dalam hadits pada shahih muslim jika sahabat mengumpulkan anak mereka di masjid kemudian membuatkan mainan untuk mereka. Jika anak anak tersebut menangis karena lapar, maka mainan tersebut diberikan pada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan haus.

3. Memuliakan Fakir Miskin 

Hari Asyura juga menjadi hari yang paling tepat untuk memuliakan fakir miskin dengan cara memberikan sebagian rezeki yang kita miliki pada mereka yang kekurangan. Seseorang yang menjalankan amalan memuliakan fakir miskin ini akan dilapangkan alam kuburnya sesuai dengan yang dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Memuliakan fakir miskin ini tidak hanya menjadi amalan baik yang bisa dilakukan pada hari Asyura, namun juga sangat baik apabila selalu diamalkan dalam kehidupan sehari hari sebagai tabungan pahala untuk hari penghakiman Allah Subhanahu Wa Ta'ala nantinya.

4. Menahan Emosi dan Amarah 

Hari Asyura ini selayaknya juga dijadikan hari baik untuk menahan segala bentuk emosi seperti amarah dimana fadhilahnya sesuai dengan yang dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala bagi yang menjalankannya adalah memasukkan orang tersebut ke dalam golongan yang ridha dan diridhoi-Nya. Namun, menahan emosi dan juga amarah ini hendaknya tidak dilakukan saat hari Asyura saja, namun juga untuk keseharian hidup kita.

5. Memperlihatkan Jalan Kebenaran Untuk Orang Tersesat 

Amalan di hari Asyura berikutnya adalah memberikan jalan kebenaran bagi setiap orang yang tersesat dengan fadhilah amalan ini berupa Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang juga akan menyinarkan cahaya iman dalam hati orang yang melaksanakan amalan tersebut.

6. Mengusap Kepala Anak Yatim 

“Lindungilah dan sayangilah mereka [anak yatim] karena jika kamu melindungi dan menyayangi mereka berarti kamu menyayangiku dan jika kamu menyakiti mereka [anak yatim] berarti kamu juga menyakitiku”

Ini diriwayatkan jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat menyayangi anak anak yatim dan jauh lebih menyayangi mereka di hari Asyura [10 Muharram].

Hadits tersebut sudah sangat menjelaskan jika amalan mengusap kepala anak yatim dalam arti memberikan mereka kegembiraan dan rezeki di hari Asyura sangatlah dianjurkan sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga akan memberi anugerah kebaikan di dalam surga atas setiap rambut anak yatim yang sudah diusap pada hari Asyura tersebut.

7. Banyak Bersedekah 

Bersedekah di hari Asyura yang dimaksud bukan hanya dilakukan hanya pada anak yatim saja, namun juga untuk keluarga, anak, istri, suami serta semua orang terdekat dan berkesusahan seperti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila amalan banyak bersedekah ini dilakukan pada hari Asyura, maka akan mendapat fadhilah yakni Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang juga akan menjauhkan orang tersebut dari siksa neraka sejauh jarak seekor gagak yang terbang tiada henti dari kecil sehingga ia mati.

8. Menjaga Kehormatan Diri 

Menjaga kehormatan diri sendiri juga menjadi amalan selanjutnya yang harus dilakukan umat muslim pada hari Asyura yakni tanggal 10 Muharram. Dengan melaksanakan amalan ini, maka Allah akan mengaruniakan hidup yang selalu diterangi dengan cahaya keimanan.

9. Membaca Surat Al-ikhlas 1000 Kali 

Membaca Surat Al-ikhlas sebanyak seribu kali juga sangat disarankan agar bisa menerima pahala dimana nantinya Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga akan memandang orang tersebut di akhirat dengan pandangan penuh kasih sayang.

10. Perbanyak Membaca Hasballah 

Bacaan Hasballah yakni, “Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal mawla wa ni’man nashir” merupakan bacaan yang juga harus diperbanyak pada hari Asyura. Amalan hari Asyura ini akan memberikan fadhilah berupa insya Allah orang tersebut tidak akan meninggal pada tahun ini.

11. Shalat 4 Raka'at 

Shalat 4 reka'at ini bisa dilakukan pada tanggal 10 Muharram yakni hari Asyura [tanggal 9 malam] dengan beberapa ketentuan yakni di setiap rekaat-nya membacakan surat Al Fatihah sebanyak satu kali dan juga Surat Al Ikhlas sebanyak 51 kali.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa shalat 4 reka'at dihari Asyura (10 Muharram) setiap rekaat membaca Al-Fatihah 1 x dan Al-Ikhlas 51 x, Maka Allah akan memberikan ampun dosa-dosanya selama 50 tahun.”

12. Mandi Pada Hari Asyura 

Mandi yang dilakukan pada hari Asyura juga sudah disebutkan jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala membedah komunikasi air zamzam dengan seluruh air di malam Asyura. Oleh karena itu, barang siapa yang mandi di hari Asyura tersebut, maka insya Allah akan selalu aman dari berbagai macam penyakit selama satu tahun. Ini bukanlah sebuah hadits, melainkan riwayat dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan sudah selayaknya dilakukan sebagai salah satu amalan di hari Asyura.

13. Memberikan Minum dan Berbuka Puasa 

Barang siapa yang memberikan minum di hari Asyura, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga akan melepaskan kehausan orang tersebut yang sangat besar pada hari pengadilan Allah. Sementara jika amalan memberikan berbuka puasa maka akan mendapatkan fadhilah dimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan menolak harapan orang tersebut [dimakbulkan].

14. Beribadah 

Amalan menghidupkan malam Asyura dengan beribadah akan menjanjikan pahala berupa ibadah seperti ahli langit tujuh yakni para malaikat.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang menghidupkan malam Asyura dengan beribadah, maka orang tersebut beribadah seperti ibadahnya ahli langit tujuh [para malaikat].

15. Berwudhu Dengan Sempurna dan Membaca Doa 

Amalan yang dianjurkan pada malam hari Asyura adalah melakukan wudhu dengan sempurna dan kemudian dilanjutkan dengan shalat dua rekaat serta membacakan ayat Kursi sebanyak tiga ratus enam puluh kali dan selalu diawali dengan Basmalah. Apabila salah satu amalan di bulan Asyura ini dilakukan, maka orang tersebut akan selalu berada di bawah penjagaan Allah pada tahun tersebut.

16. Banyak Berdoa 

Pada malam hari Asyura juga disarankan untuk lebih banyak berdoa, membaca Al Quran dan juga melakukan shalat malam. Beberapa hal ini sangatlah dianjurkan oleh para ulama karena pada malam hari Asyura akan ada banyak pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Barangsiapa di saat malam hari Asyura menyempurnakan wudhunya lalu menghadap ke kiblat dengan duduk diatas kedua lututnya serta membacakan ayat kursi sebanyak 360 kali disertai dengan Bismillah memiliki keutamaan dan rahmat Allah lebih baik dari yang sudah dikumpulkan.

Setelah itu, dilanjutkan kembali dengan membacakan, “Allahumma inna haadzihi lailatun jadiidatun wasanatun jadiidatun fa-a’thiniy. Allahumma khoirohaa wa khoiromaa fiihaa washrif ‘anny syarrohaa wasyarromaa fiihaa wasyarro fitnatihaa kamu udah saat khas wasyarronnafsi wal hawa wasy syaithoonirrojiim” sebanyak duabelas kali.

17. Menengok atau Menjenguk Orang Sakit 

Amalan berikutnya dari hari Asyura adalah menengok atau menjenguk orang sakit, dimana pahala yang akan didapat bagi seseorang yang menjalankannya adalah seperti sudah menengok orang sakit seluruh dunia sehingga sangat baik diamalkan pada tanggal 10 Muharram tersebut.

Demikian ulasan yang bisa kami berikan mengenai beberapa amalan penting pada hari Asyura, dimana apabila dijalankan akan mendapatkan pahala yang sangat berlimpah. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan selalu senantiasa memberikan kita sebagai umat muslim taufik agar selalu tetap teguh untuk berjalan di jalan kebenaran yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sumber : Dalamislam.com 

Semoga bermanfaat....

17 AMALAN DI TANGGAL 10 MUHARRAM

Edisi Kamis, 27 Agustus 2020 M / 8 Muharram 1442 H

Bulan Muharram menjadi salah satu bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala,  sebab memiliki banyak pahala yang akan diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk para hamba-Nya pada bulan tersebut. Bulan Muharram menjadi bulan pertama di tahun Hijriah dan sering disebut dengan lebaran bagi yatim piatu dan juga fakir miskin. Dalam bulan Muharram ini, ada sangat banyak amalan yang bisa dilakukan dan akan memberikan pahala besar seperti yang sudah dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk hamba yang melaksanakan amalan tersebut dan akan kami ulas secara lengkap berikut ini.

“Tatkala Nabi shalallaahu ‘alaihi wassalam datang ke Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau shalallaahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa alaihis salam berpuasa pada hari ini. Nabi shalallaahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk melakukannya”. (HR. Al Bukhari)

1. Puasa 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa berpuasa dihari Asyura (10 Muharram), maka pahalanya 10.000 kali haji dan umroh dan seperti 10.000 mati Sahid”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Barang siapa memberi makan kepada orang yang berpuasa dihari Asyura (10 Muharram), maka pahalanya seperti memberi makan sejumlah umatnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.”

Dalam hadits ini sudah sangat jelas dikatakan jika bulan Muharram menjadi bulan yang sangat mulia dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah sangat murah hati dalam memberikan banyak pahala seperti yang dijanjikan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, “Berpuasalah pada hari Asyura, dan bedakanlah dengan orang Yahudi yaitu dengan berpuasa sehari sebelum dan sehari sesudah hari Asyura (10 Muharram).”

2. Pembeda umat muslim dengan umat lain 

Dalam hadits kedua dijelaskan untuk membuat perbedaan antara umat muslim dengan orang Yahudi sehingga dianjurkan untuk berpuasa satu hari sebelum dan sesudah tanggal 10 Muharram. Akan tetapi, jika hanya ingin berpuasa di tanggal 10 Muharram juga diperbolehkan sebab sudah bisa menutupi dosa yang diperbuat selama satu tahun yang sudah berlalu.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Aku mencari pahala puasa Asyura kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena dapat menutupi dosa setahun yang terlewati”.

“Dahulu Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. (HR. Al Bukhari No 1897)

Abu Qatadah radhiallahu anhu, Dan puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu”. [Sunan Abu Dawud]

3. Sholat 4 Rakaat 

Sholat 4 rakaat dilakukan pada malam tanggal 10 Muharram yakni tanggal 9 malam dengan ketentuan setiap rakaat membacakan surat Al-Fatihah sebanyak satu kali dan juga surat Al-Ikhlas sebanyak 51 kali.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa shalat 4 rekaat dihari Asyura (10 Muharram) setiap rekaat membaca Al-Fatihah 1 x dan Al-Ikhlas 51 x, Maka Allah akan memberikan ampun dosa-dosanya selama 50 tahun.”

4. Memberikan Harta Untuk Keluarga dan Istri 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Dan berikan kelonggaran harta kepada Keluargamu di hari Asyura, sebab orang yang memberikan kelonggaran harta kepada Istri dan Keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan melonggarkan rizkinya orang tersebut setiap tahun.”

Dalam hadits tersebut sangat dianjurkan untuk memberikan atau menyisihkan sedikit harta yang dimiliki untuk keluarga dan juga istri supaya akan dilapangkan harta setiap tahunnya bagi orang yang memberikan harta tersebut. Memberikan harta bisa dilakukan dengan cara berbelanja makanan dan juga minuman melebihi dari hari biasanya dan juga menggembirakan hati keluarga seperti melakukan belanja lebih.

5. Shodaqoh 

Bershodaqoh pada tanggal 10 Muharram atau hari Asyura juga sangat dianjurkan seperti sabda dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, “Barang siapa bershodaqoh dihari Asyura, maka dirinya tersebut seakan-akan belum pernah menolak terhadap orang yang meminta-minta”.

“Barang siapa bersedekah dengan seteguk air kepada orang lain di hari asyura’ maka ia akan merasakan tegukan air di hari yang sangat menghauskan kelak (ketika hari qiyamat) dan ia tidak akan pernah merasakan haus selamanya setelah minum air tersebut kelak dan seolah-olah ia tidak pernah berbuat durhaka kepada Allah sekejap mata pun. Dan barang siapa bersedekah dengan sekali sedekahan, maka ia seolah selalu bersedekah kepada setiap pengemis yang meminta-minta padanya”

6. Puasa Asyuro dan Tasu’a 

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Shaum yang paling utama setelah shaum Ramadhan adalah shaum dibulan  Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim 1162).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, “Shaumlah kalian pada hari ‘Assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (HR Ath-Thahawy dan Al-Baihaqy serta Ibnu Khuzaimah 2095). Oleh karena itu, puasa sunnah yang dilakukan pada hari kesembilan dan kesepuluh pada bulan Muharram sering disebut dengan Asyuro dan Tasu’a.

7. Mandi 

Mandi yang dimaksud disini tidak hanya sekedar mandi seperti yang sudah biasa dilakukan sehari hari, akan tetapi merupakan mandi besar atau mandi junub. Barang siapa yang mandi dan juga membersihkan dirinya pada hari Asyura atau tanggal 10 Muharram, maka ia tidak akan terkena penyakit apapun juga pada tahun tersebut.

8. Muhasabah dan Intropeksi Diri 

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, masa hidupku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”

Dengan terus berjalannya waktu dan bertambah usia, maka kita harus menyadari dan melakukan intropeksi diri mengenai apakah amal sudah semakin bertambah atau justru dosa yang semakin bertambah.

9. Memperkuat Silaturahmi 

Umat muslim dilarang untuk memutuskan tali silaturahmi dan bahkan ada dalam suatu hadits yang menyebutkan jika haram hukumnya untuk mendiamkan sesama muslim lebih dari tiga hari. Apabila mungkin kita pernah melanggar aturan ini, maka tanggal 10 Muharram menjadi waktu yang sangat tepat untuk bertaubat dan lebih memperbaiki tali silaturahmi yang sudah terputus tersebut.

10. Mengunjungi Kyai atau Orang Alim 

Ziarah orang alami atau kyai akan membuat kita menjadi tentram, baik itu orang alim atau kyai yang masih hidup dengan sowan  pada para kyai atau tokoh alim ulama atau orang alim dan kyai yang sudah wafat yakni dengan melakukan ziarah kubur.

11. Menjenguk Orang Sakit 

Apabila mengunjungi atau menjenguk orang sakit dilakukan pada tanggal 10 Muharram atau asyura, maka mengartikan ia juga sudah menjenguk semua orang sakit yang ada di dunia sehingga akan memberikan pahala yang sangat besar.

12. Mengusap Rambut Anak Yatim 

Mengusap rambut anak yatim yang dimaksud bukanlah hanya mengusap kepala anak yatim, namun memberikan rizki lebih yang dimiliki pada anak yatim piatu. Setiap helai dari rambut anak yatim piatu yang diusap tersebut akan menggugurkan dosa bagi orang yang mengusapnya sehingga berbagi dengan anak yatim ini sangat dianjurkan.

13. Baca Surat Ikhlas 

Dianjurkan juga untuk membacakan Surat Ikhlas sebanyak seribu kali, membacakan ayat kursi sebanyak seratus kali dan juga membacakan Hasbunallahu wa ni'mal wakiil, ni’mal maulaa wa ni’mannashiir sebanyak 70 kali dan lain sebagainya.

“Barang siapa menghidupkan malam asyura’ dengan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, maka seolah-olah ia telah beribadah seperti ibadahnya para malaikat di langit”. Imam al-Ajhury berkata jika seseorang yang mengucapkan doa Hasbunalloh wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashir (Cukup bagi kita Allah dzat pemberi nikmat, kemulyaan  dan pertolongan) sebanyak 70 kali di malam hari as-syura’ maka ia akan dihindarkan dari berbagai macam keburukan di tahun yang akan dihadapinya.

13. Memuliakan Fakir Miskin 

Memuliakan fakir miskin juga menjadi salah satu amalan di tanggal 10 Muharram dimana nantinya akan dilapangkan kubur bagi hamba yang memuliakan fakir miskin tersebut.

14. Menahan Marah 

Menahan marah juga dianjurkan untuk dilakukan umat muslim pada tanggal 10 Muharram yang akan memberikan fadhilah bahwa Allah Subhanallahu Wa Ta'ala akan memasukkan orang tersebut ke dalam golongan yang ridha dan dirihai-Nya.

15. Memperlihatkan Jalan Kebenaran 

Memperlihatkan atau menunjukkan jalan kebenaran bagi orang yang tersesat pada tanggal 10 Muharram akan memberikan pahala dimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menyinarkan cahaya iman di dalam hati bagi hamba yang melakukan amalan tersebut.

16. Memelihara Kehormatan Diri 

Memelihara kehormatan diri di hari Asyura atau tanggal 10 Muharram akan memberikan fadhilah yakni Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberikan karunia hidup yang senantiasa diterangi cahaya keimanan.

17. Memakai Celak 

Celak merupakan alat yang sering dipakai untuk membuat alis mata supaya bisa terlihat lebih hitam. Namun, untuk sebagian ulama hanafy, memakai celak hukumnya adalah haram dan pengarang kitab Jam’ut ta’alig menghukumi makruh karena hari Asyura bertepatan dengan peristiwa Sahara Nainawa dimana Sayyidina husein dan ahlu bait Rasulullah dibantai dan darah sayyidina husein dipakai untuk celak oleh Yazid beserta putranya.

Demikian tausiah yang bisa kami berikan kali ini mengenai apa saja amalan amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada tanggal 10 Muharram atau hari Asyura, semoga bisa menambah wawasan anda seputar amalan shaleh dalam Islam.

Referensi : Dalam.Islam.com 

Semoga bermanfaat.....

Rabu, 26 Agustus 2020

17 ISTILAH-ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN RAWI HADITS

Edisi Rabu, 26 Agustus 2020 M / 7 Muharram 1442 H

 Hadits dalam Islam merupakan sebuah dalil yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ; bisa berupa perkataan, perbuatan, ataupun penegasan Rasulullah. Hadits dalam perkembangannya pun dijadikan sebuah sumber ilmu Islam karena kondisi sosial saat itu yang kerap mencatut nama Rasulullah untuk kepentingan tertentu.

Ilmu hadits juga dilahirkan guna menguji validitas sebuah kebenaran pesan-pesan yang me-mention nama Rasulullah. Secara simpel, ilmu hadits adalah ilmu memfilter mana-mana yang dapat diidentifikasi sebagai hadits dan mana saja yang bukan. Tak hanya itu, ilmu hadits juga dapat mengklasifikasi derajat-derajat hadits, yakni sahih, hasan, hingga dhaif.

Namun demikian, bagi sebagian umat Islam, mempelajari ilmu hadits terkadang terkendala oleh istilah-istilah yang tak cukup familier. 

Pengertian ilmu hadits sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan hadits, baik dari segi keadaan hadits atau periwayat hadits. Kemudian, dari sini muncul 2 cabang ilmu hadits yang disebut dengan istilah Ilmu Hadits Dirayah (Ilmu Musthalah Hadits) dan Ilmu Hadits Riwayah. 

Selain itu, dalam ilmu hadits ada beberapa istilah yang sangat sering disebut-sebut, tak jarang pula istilah-istilah itu sering didengar dan dilihat dalam hadits-hadits, di mana istilah-istilah tersebut berkaitan erat dengan para rawi hadits. Untuk itulah, tema posting kali ini akan membahas beberapa istilah yang akrab didengar dan dilihat dalam beberapa tulisan hadits.

Berikut ini beberapa istilah hadits yang perlu kita ketahui :

1. Istilah Muttafaqun Alaih (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) 

Muttafaqun alaih berarti hadits tersebut telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Sudah tentu hadits tersebut merupakan hadits shahih.

2. Istilah Rawahul Bukhari (رَوَاهُ الْبُخَارِى) dan Rawahu Muslim (رَوَاهُ مُسْلِمٌ) 

Istilah rawahu bukhari berarti hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari, sedangkan rawahu muslim berarti hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim. Nah, setiap hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari atau Imam Muslim atau keduanya, maka hadits tersebut menunjukkan hadits shahih.

Demikian pula jika hadits tersebut didasarkan dengan kalimat ala syarthis syaikhoini (عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ), ala syarthil bukhari (عَلَى شَرْطِ البُخَارِى), atau ala syarthi muslim (عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ), maksudnya hadits tersebut diriwayatkan berdasarkan syarat syaikhoni, syarat Imam Bukhari, atau syarat Imam Muslim, yang menunjukkan hadits shahih.

3. Istilah Rawahu Syaikhoni (رَوَاهُ شَيْخَانِ) 

Syaikhoni berarti 2 syekh, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim. Artinya, hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang menunjukkan hadits shahih.

4. Istlilah Rawahus Tsalatsah (رَوَاهُ الثَّلَاثَةُ) 

Artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh tiga Imam, yaitu Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, dan Imam Nasa'i.

5. Istilah Rawahul Arba'ah (رَوَاهُ الْاَرْبَعَةُ) 

Artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh empat Imam, yaitu Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa`i, dan Imam Ibnu Majah..

6. Istilah Rawahul Khamsah (رَوَاهُ الْخَمْسَةُ) 

Artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh lima Imam, yaitu Imam Ahmad (Imam Ahmad bin Hambal atau Imam Hambali), Imam Tirmidzi, Imam Nasa'i, Imam Ibnu Majah, dan Imam Abu Dawud.

7. Istilah Rawahus Sittah (رَوَاهُ السِّتَّةُ) 

Artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh enam Imam, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Nasa'i, Imam Ibnu Majah, dan Imam Abu Dawud.

8. Istilah Rawahus Sab'ah (رَوَاهُ السَّبْعَةُ) 

Artinya hadits tersebut diriwayatkan oleh tujuh Imam, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad (Ahmad bin Hambal atau Imam Hambali), Imam Tirmidzi, Imam Nasa'i, Imam Ibnu Majah, dan Imam Abu Dawud.

9. Istilah Rijalul Hadits (رِجَالُ الْحَدِيْثِ) 

Rijalul Hadits berarti rawi-rawi yang meriwayatkan hadits.

10.Istilah Jayyid (جَيِّدٌ) dan Qawiy (قَوِيٌّ) 

Jayyid dan Qawiy menunjukkan makna yang sama yaitu hadits tersebut kuat, jadi dua istilah ini juga menunjukkan bahwa hadits tersebut merupakan hadits shahih.

11. Istilah Tsabit (ثَابِتٌ), Mujawwad (مُجَوَّدٌ) dan Shalih (صَالِحٌ) 

 Ketiga istilah itu menunjukkan hadits tersebut adalah hadits shahih dan hasan.

12. Istilah Musyabbih (مُشَبِّهٌ) 

Istilah Musyabbih ditunjukkan pada hadits hasan atau hadits yang mendekati hasan.

13. Istilah Ashahhul Asanid (اَصَحُّ الْاَسَانِيْدٌ) 

Istilah ashahhul asanid berarti hadits yang memiliki sanad paling baik atau paling shahih. Contoh ashahhul asanid adalah sebagaimna yang dikatakan oleh Imam Bukhari, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik, dari Nafi', dan dari Ibnu Umar. Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Buraid bin Abdillah bin Abu Burdah, dari ayahnya (Abdillah), dari kakeknya (Abu Burdah), dan dari Abu Musa Al-Asy'ari.

14. Istilah Hasan Shahih (حَسَنٌ صَحِيْحٌ) 

Istilah tersebut kadang membuat pengertian ambigu di mana kadang dimaknai oleh awam dengan bahwa hadits tersebut hasan dan juga shahih. Tentu membingungkan, karena pengertian hadits hasan berbeda dengan hadits shahih. Namun, para ulama' ahli hadits memberikan pengertian bahwa istilah tersebut bermakna hadits hasan atau hadits shahih. Artinya adalah hadits tersebut merupakan hadits hasan dari satu jalur dan juga merupakan hadits shahih dari jalur lainnya (atau hadits shahih lighairihi).

15. Istilah Tarjih (تَرْجِيْحُ) 

Tarjih berarti membandingkan atau mengunggulkan kekuatan riwayat masing-masing hadits.

16. Istilah Asbabul Wurud (اَسْبَابُ الْوُرُوْدِ) 

Asbabul Wurud adalah sebab-sebab tersampaikannya hadits, baik karena keadaan, kondisi, waktu, dan lainnya. Misalnya, hadits tentang larangan marah, dikarenakan ada seorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam untuk diajarkan sebuah amalan, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepadanya untuk tidak boleh marah dikarenakan kemungkinan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam  mengetahui sifat orang itu kurang bisa mengendalikan emosi dan amarahnya.

17. Istilah I'tibar (الْاِعْتِبَارُ) 

Dalam ilmu hadits, istilah i'tibar diartikan sebagai penyelidikan terhadap jalur-jalur hadits yang diduga sebagai hadits fard (hadits yang diriwayatkan seorang diri) untuk mengetahui apakah hadits itu merupakan hadits mutabi, hadits syahid, atau salah satunya.

Semoga bermanfaat....

Selasa, 25 Agustus 2020

17 KEUTAMAAN MENJAGA LISAN DALAM ISLAM

Edisi Selasa, 25 Agustus 2020 M / 6 Muharram 1442 H

Anda pasti pernah mendengar peribahasa yang mengatakan bahwa “lidah lebih tajam daripada pedang”. Ya, hal itu memang benar. Allah Subhanahu Wa ta'ala memberikan karunia lisan kepada manusia untuk berbicara. Tentu saja karunia tersebut amat luar biasa. Namun sayangnya, banyak dari kita yang sulit mengendalikan lisan.

Berhati-hatilah terhadap lisan karena sebuah ucapan bisa menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Apabila kita tidak mengetahui sebuah perkara dengan pasti, sebaiknya kita diam saja. Dan janganlah kita mengucapkan perkataan yang menyakiti hati orang lain, sekalipun itu hanya candaan. Sebab di akhirat kelak, segala apa yang kita ucapkan dengan lisan pasti akan dimintai pertanggung jawaban.

Allah Ta’ala berfirman: “Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaf: 18).

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Rasullulah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan manusia agar tak banyak bicara, kecuali berbicara untuk hal-hal yang penting, bermanfaat ataupun untuk mengingat Allah Subhanahu wa ta'ala.

“Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir kepada Allah; sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras.” (HR. Tirmidzi).

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Al-Syafi‘i menjelaskan pula:“Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya.”

Berikut ini beberapa keutamaan menjaga lisan dalam islam yang harus diketahui.

1. Memiliki kedudukan tinggi sebagai muslim 

Keutamaan menjaga lisan yang pertama yakni menjadikan kita sebagai seorang muslim yang berkedudukan tinggi di mata Allah Ta’ala. Dengan menjaga lisan kita akan terhindar dari perkataan-perkataan dosa yang bisa berujung pada dosa.

Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ditanya, “Siapakah Muslim yang paling utama?” Beliau menjawab,“Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR. Bukhari).

2. Dijanjikan surga

 Orang-orang yang mampu menjaga lisannya dari ucapan buruk dan tidak berguna juga dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadits:

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah – serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya.” (HR. Al-Bukhari)

3. Dijauhkan dari neraka jahanam 

Untuk pembicaraan yang tidak jelas maslahatnya, atau mungkin ia tidak memiliki ilmu dalam bidang tersebut, maka sebaiknya seorang hamba diam saja. Berbicara sesuatu yang salah atau buruk justru membuat ia terjerumus ke dalam neraka jahannam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (HR. Al-Bukhari)

4. Dijauhkan dari kebinasaan

 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang-orang yang berbicara tanpa berpikir dan tidak mampu menjaga lisannya, maka ia akan binasa di akhirat. Bahkan wajahnya akan tersungkur dalam neraka.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berbincang dengan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu: “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi)

5. Meningkatkan iman

 Seseorang yang banyak diamnya dan tak suka mengumbar ucapan yang sia-sia, biasanya ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk berpikir. Apabila ia berpikir tentang kebesaran Allah Subhanahu wa ta'ala, mengingat akan nikmat yang telah didapat, mengingat kematian, maka kadar keimanannya pun juga akan bertambah.

Menjaga lisan termasuk dalam perbuatan yang meningkatkan iman seseorang. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwasahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

6. Amalan sedekah yang mendatangkan pahala 

Perbuatan yang termasuk dalam menjaga lisan tidak hanya menjauhi perkataan berdosa ataupun diam. Tetapi juga menyampaikan kebaikan. Ketika seseorang mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, seperti menyampaikan ayat-ayat Al-Quran atau dengan kata lain berdakwah lewat lisan, maka orang tersebut akan mendapatkan pahala. Perbuatannya tersebut dianggap sebagai sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam:

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda: “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

7. Menghindari sifat keras hati 

Keutamaan menjaga lisan selanjutnya adalah untuk menghindari sifat keras hati. Umumnya seseorang yang banyak berbicara dan suka mengumbar-umbar perkataan dosa, hatinya dipenuhi dengan penyakit. Mereka itu orang-orang yang berhati keras. Tidak mudah menerima nasehat. Bahkan jika mendengar firman Allah (Al-Quran) hatinya sama sekali tak bergetar. Naudzubillah mindzalik.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhu, katanya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Janganlah engkau semua memperbanyak kata, selain untuk berzikir kepada Allah Ta’ala, sebab sesungguhnya banyaknya pembicaraan kerasnya hati dan sesungguhnya sejauh – jauh manusia dari Allah ialah yang berhati keras, yakni enggan menerima petunjuk baik.” (HR. At Tirmidzi)

8. Menyelamatkan diri dari dosa 

Selain menunaikan sholat, puasa dan mengaji, cara lain untuk menyelamatkan diri dari dosa serta azab kubur yakni dengan menjaga lisan. Daripada mengunjing atau membicarakan sesuatu yang tak bermanfaat, akan lebih baik jika kita diam sambil memperbanyak istighfar.

Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab, “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu dan tangisilah kesalahanmu”. (HR. Tirmidzi)

9. Diangkat derajatnya oleh Allah 

Menjaga lisan dengan memperbanyak mengingat Allah Subhanahu wa ta'ala, berdizikir, mengucap asma-asma Allah Ta’ala dan berucap kebaikan-kebaikan akan membuat kita diridhai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan Allah juga akan meninggikan derajat seseorang yang mampu menjaga lisannya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwasahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari).

10. Memperoleh ridha Allah di akhirat 

Keutamaan menjaga lisan juga membuat kita memperoleh ridha Allah Ta’ala di akhirat kelak. InsyaAllah kita akan mendapatkan surga dan dapat bertemu dengan Allah Subhanahu wa ta'ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Imam Malik dan Ahmad)

11. Memperoleh keberuntungan di akhirat 

Selain ditinggikan derajatnya dan memperoleh ridha Allah Subhanahu wa ta'ala, orang-orang yang menjaga lisannya dari perkataan dusta, akan diberikan keberuntungan dan keselamatan di akhirat. Serta dijauhkan dari keburukan.

Diriwayatkan oleh Khlaid bin Abi ‘Imran, bahwasahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sambil memegang lisannya dalam waktu yang lama,“Semoga Allah merahmati seorang hamba, yang telah berkata benar maka ia akan mendapatkan keberuntungan yang besar atau diam dari keburukan maka ia akan selamat.” (HR. Ibnu Al Mubarak)

12. Menjaga lisan laksana emas 

Seseorang diharuskan berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Namun apabila ia masih tak mampu berbicara baik atau mungkin tak menguasai ilmunya, maka lebih baik ia diam. Tindakan diam bukanlah sesuatu yang bodoh. Justru diam itu lebih baik bagi seorang muslim. Bahkan Luqman Al Hakim mengibaratkan diam seperti emas. Begitu sangat berharga dan bernilai bagi kita.

Wasiat Lukman Al Hakim kepada anaknya: “Anakku, tiada penyesalan sama sekali dalam diamku. Karena sesungguhnya jika berbicara laksana perak maka diam bagaikan emas”

13. Mendapatkan pahala yang besar 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (Q.S. an-Nisaa'[4]: 114).

14. Diberikan keselamatan dunia akherat 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  juga bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (H.R. al-Bukhari).

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)" (HR: al-Bukhari dan Muslim).

15. Dijauhkan dari godaan syetan 

Diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

"Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (H.R. Ahmad).

Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk. Allah Ta'ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50]: 18)

16. Dijauhkan menjadi orang yang bangkrut Di akherat 

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda. أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ وًِصِيَامِهِ وِزَكَاتِهِ وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرحَ فِي النَّارِ “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.

17. Menjaga lisan membawa pada amal kebaikan 

Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya”.

Rasulullah bersabda. وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Pada intinya, sebaiknya manusia berbicara perihal kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat. Janganlah mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati orang lain, menghina, berlagak sok pintar, sombong atau perkataan dusta. Apabila tidak mampu berbicara baik, maka diam bisa menjadi pilihan tepat. Namun ingat, diam pun ada saatnya. Apabila kita melihat keburukan maka seharusnya berbicara dan mencegah kemungkaran tersebut. Dan apabila kita ditindas, kita juga diperbolehkan membela diri. Yang terpenting, pikirkan terlebih dahulu kata-kata yang hendak diucapkan. Sebab perkataanmu adalah kualitas dirimu.

Referensi : Almanhaj.or.id, Dalam.islam.com, Ummi.id 

Semoga bermanfaat....

Senin, 24 Agustus 2020

17 TIPS MENJAGA LISAN DALAM ISLAM DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Edisi Senin, 24 Agustus 2020 M / 5 Muharram 1442 H

Lisan merupakan salah satu fitrah yang di karuniakan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada seluruh umat manusia. Meskipun ukurannya lebih kecil di bandingkan bagian tubuh lainnya seperti tangan dan kaki. Lisan dapat menempatkan seseorang pada posisi sebagai penghuni surga atau sebaliknya di lemparkan kedalam api neraka. Jangan menyepelekan setiap perkataan yang keluar dari mulut kita.

Karena pada dasarnya perkataan tersebut memiliki dampak yang besar dan bisa mendatangkan murka Allah Ta’ala. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur setiap tatanan dalam kehidupan manusia. Begitupula dengan kewajiban dan keutamaan menjaga lisan dalam islam . Secara jelas telah di terangkan dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala Surah Al-Isra ayat 36 yang berbunyi :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Sebagai umat muslim yang baik kita dituntut untuk dapat menjaga lisan. Hal itu, juga merupakan upaya untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kita juga di anjurkan untuk berbicara sesuai dengan apa yang diketahui dan makna kebaikan yang terkandung di dalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi).

“Mulut lebih Tajam daripada Pedang” pepatah ini memang benar adanya. Karena dampak yang di timbulkan dari ucapan yang keluar melalui lisan akan sangat beragam. Ucapan yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sedangkan ucapan yang buruk akan dapat memicu permusuhan. Sudah banyak bukti percekcokan yang dimulai karena ketersinggungan pihak lain atas ucapan yang dilontarkan. Karena itu, dalam meningkatkan kadar keimanan kita serta upaya untuk semakin memperkokoh persatuan, berikut 17 tips menjaga lisan dalam islam di kehidupan sehari-hari . Simak selengkapnya.

1. Jauhi Topik Bicara yang Tak Bermanfaat 

Ketika seseorang berbicara sesuatu yang tak bermanfaat seringkali membuatnya tak bisa mengendalikan emosi. Tentunya dengan emosi yang menggebu-gebu bisa membuat lisan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. 

Jadi sebaiknya hindari membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. 

“Kemana kamu pergi, siapa yang kamu lihat, apa yang kamu lakukan, dan berapa harga bawang yang kamu bayar di pasar adalah hal-hal yang termasuk kategori tidak penting” ujar Imam Al-Ghazali ketika membicarakan ciri-ciri orang yang mendedikasikan hidupnya di jalan nabi.

2. Berta'awudz 

Saat marah, seseorang akan mudah berkata kasar dan kotor.

Hal ini tentunya bisa menyakiti perasaan orang lain. 

Untuk menghindari hal ini sebaiknya banyak-banyaklah berta'awudz. 

Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah yang tertuang dalam hadits HR. Bukhari Muslim.

“Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim.”( HR. Bukhari Muslim).

3. Tidak Selalu Menyampaikan apa yang Didengarkan Kepada Orang Lain 

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari apa yang disebut dengan sosialisasi. Tentunya untuk menjalin keakraban maka kita akan berkomunikasi satu sama lain. Dari komunikasi ini kemudian terjalin obrolan-obrolan yang kadang melibatkan pihak lain. Tentunya sebagai seorang muslim kita tidak patut menyampaikan semua ucapan yang kita dengar. Seperti yang dikutip Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR.Muslim dan Abu Dawud)

4. Jauhi Sikap Sombong dan Membanggakan Diri 

Sifat sombong dalam islam , dan membanggakan diri atau pamer dalam islam memang sudah kodrati ada dalam setiap diri manusia. Sikap itu tercermin dari gaya bahasa dan ucapan yang keluar dari lisan seseorang. Padahal dalam islam kedua sifat ini merupakan sifat tidak terpuji yang harus dihindari. Dalam sebuah hadits Dari aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan:

“Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.” ,   berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam : “orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (muttafaq alaihi)

5. Perbanyak  Membaca Al-quran 

Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda:

“Dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca”.  (HR.abu daud dan attirmidzi).

Membaca Al-quran merupakan salah satu cara membentengi diri dalam menjaga lisan. Selain itu juga akan mampu mengontrol diri semakin mampu membedakan antara akhlaq terpuji dan tercela. Amalan yang baik adalah terutama dengan keutamaan membaca al-quran di bulan ramadhan.

6. Banyak Berdzikir 

Berdizkir merupakam salah satu cara manusia untuk mengingat kebesaran sang pencipta. Salah satu keutamaan dari dzikir ialah dapat membantu kita dalam mengontrol perkataan dan perbuatan kita. Selain itu juga, Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191).

7. Hindari Sikap Berlebihan Dalam Berbicara 

Berlebihan dalam berbicara merupakan salah satu hal yang tidak di anjurkan dalam islam. Apalagi jika hal yang di bicarakan lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Hal tersebut justru akan bisa membawa dampak buruk bagi citra anda di mata umum. Sebaiknya anda berbicara sesuai dengan porsi dan usahakan apa yang keluar dari lisan anda ialah ucapan yang bermanfaat dan bernilai kebaikan.

8. Jangan Memotong Pembicaraan atau Membantahnya 

Memotong atau membantah perkataan orang lain, apalagi orang yang lebih tua merupakan hal yang di benci dalam islam. Selain itu, bagi sebagian besar orang Indonesia, hal ini juga merupakan etika yang buruk dan tidak baik. Sehingga tentunya hal ini harus kita hindari dan jangan sampai dilakukan. Terutama kepada orang tua dan orang orang terdekat.

9. Jangan Memperolok Cara Bicara Orang Lain 

Allah Subhanahu wa ta'ala terkadang menciptakan sebagian kecil umatnya dengan kekurangan fisik yang dimiliki. Sebagian dari mereka ada yang kesulitan dalam berbicara dan terbata-bata dalam pengucapannya. Sebagai muslim yang baik, hendaknya kita tidak memperolok kekurangan yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS.Al-Hujurat:11)

10. Jauhkan Diri Dari Ghibah (Gossip) dan Namimah (Adu Domba) 

Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”.

Saat ini, ghibah dalam islam telah berkembang menjadi budaya terutama dikalangan perempuan dan ibu-ibu. Sepertinya hal ini telah berakar dan menjadi kebiasaan yang sulit untuk di hilangkan. Namun, jika anda telah menyimak hadits di atas, seharusnya anda akan sadar untuk menghilangkan kebiasaan tidak terpuji tersebut. Karena tidak jarang ghibah yang dilakukan akan berdampak pada timbulnya fitnah.

11. Jangan Menggunjing Orang Lain 

Bergunjing merupakan salah satu sifat tercela yang sangat di benci Allah Subhanahu wa ta'ala. Dengan jelas dalam firmannya ia menyebutkan bahwa seorang yang suka bergunjing terhadap orang lain diibaratkan sebagai seorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Berikut petikan Firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam QS Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]

12. Hindari Perkataan yang Tidak Berdasar 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” 

Perkataan yang tidak berdasar tidak hanya dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala tapi juga dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Timbulnya sengketa, perpecahan dan permusuhan dapat terjadi akibat dari ucapan lisan yang tidak berdasar.

13. Lebih Banyak Menggunakan Telinga Ketimbang Mulut 

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 47.

” Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

14. Mengendalikan Lisan Lewat Hati 

Dalam buku yanga sama Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti juga berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 49.

“Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.

15. Hindari Berbicara Tanpa Berfikir 

Dalam berbicara entah kepada siapapun itu sebaiknya kita memikirkan dengan baik apa yang akan kita katakan. Apakah dampaknya? Bagaimana menyampaikannya dan kata-kata apa yang harus di gunakan sebagaimana hukum menyakiti hati orang lain dalam islam . Sehingga jangan sampai apa yang keluar dari lisan kita ini tanpa dilalui dengan proses berfikir. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”

16. Jangan Menghina Orang Lain 

Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi.

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”

Dalam kehidupan, tidak sekalipun kita diajarkan untuk menghina orang lain. Apalagi menghina saudara sendiri selaku umat muslim. Rosullullah Shallallahu 'alaihi wasallam sendiri dengan menyatakan sangat membenci orang yang sengaja menghina saudaranya sesama umat muslim.

17. Selalu Menjaga Ucapan Kepada Orang Lain 

Pangkal dari sebuah perkara yang timbul bisa disebabkan karena kesalahan dalam berucap. Pada faktanya ada banyak sekali pertikaian dan perselisihan yang timbul akibat tidak bisa menjaga lisan satu sama lain. Tentunya hal ini dapat dihindari jika kesadaran antara kita semakin tinggi dalam menjaga ucapan kepada orang lain. Terlebih lagi sifat dan karakter masing-masing orang berbeda. Jangan sampai anda di cap sebagai seseorang yang berlidah tajam dan berbisa.

Demikian 17 tips menjaga lisan dalam islam di kehidupan sehari-hari yang dapat disampaikan. Tentu dapat menjadi hal yang bisa anda praktekan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini juga dapat membantu anda dalam meingkatkan kadar iman dalam islam terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala serta sebagai salah satu cara membuat hati tenang dalam islam . Sehingga nantinya kita termasuk kedalam orang-orang yang beruntung di surgaNya. 

Aamiin...

Referensi : DalamIslam.com dan berbagai sumber lainnya 

Semoga bermanfaat....