Rabu, 30 September 2020

17 TOKOH-TOKOH PENYEBAR PERTAMA AGAMA ISLAM PADA MASA SEJARAH INDONESIA

Edisi Rabu, 30 September 2020 M / 13 Shafar 1442 H

Agama Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat. Mula-mula Islam dikenal dan berkembang di daerah Sumatra Utara, tepatnya di Pasai dan Peurelak. Dari daerah tersebut, Agama Islam terus menyebar ke hampir seluruh wilayah Nusantara. Agama Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia waktu itu. Mengapa agama Islam dapat diterima dengan mudah? Sebab-sebabnya antara lain sebagai berikut:

- Syarat-syarat Untuk masuk Islam seseorang cukup mengucapkan dua kalimat syahadat.

- Peran ulama, kyai, dan para pendakwah giat melakukan siar agama.

- Banyak tokoh penyebar agama Islam menggunakan sarana budaya Misalnya, beberapa wali di Pulau Jawa menggunakan sarana wayang untuk sarana dakwah.

Siapa saja 17 tokoh-tokoh penyebaran Agama Islam di tanah air? Kita akan membahas tokoh-tokoh penyebaran agama Islam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi pada artikel tausiah kali ini :

A. Tokoh-Tokoh Sejarah Islam di Sumatera 

Di Sumatra pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam, yaitu Samudra Pasai dan Kerajaan Aceh. Beberapa tokohnya sebagai berikut.

1. Sultan Malik Al-Saleh 

Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai.

Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

2. Sultan Ahmad (1326-1348) 

Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga. Beliau bergelar Sultan Malik Al-Tahir II. Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh seorang ulama Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari Sultan Delhi, India untuk berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di Samudera Pasai.

Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan Islam. Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Samudera Pasai. Beliau juga memperhatikan kemajuan kerajaannya.

3. Sultan Alauddin Riayat Syah 

Sultan Alauddin Riayat Syah adalah sultan Aceh ketiga. Beliau memerintah tahun 1538-1571. Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasar-dasar kebesaran Kesultanan Aceh. Untuk menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerja sama dengan Kerajaan Turki Usmani dan kerajaan- kerajaan Islam lainnya. Dengan bantuan Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat membangun angkatan perang yang baik.

Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan Persia. Ulama-ulama tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Selain itu, beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke Minang Kabau dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada tanggal 28 September 1571.

4. Sultan Iskandar Muda (1606-1637) 

Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun 1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan te hadap Portugis dan Johor untuk merebut Selat Malaka.

Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang agama. Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem perundang-undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda juga menerapkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam puteranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau mengatakan, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.” Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.

B. Tokoh-Tokoh Sejarah Islam di Jawa 

Di pulau Jawa terdapat sembilan ulama pelopor dan pejuang pengembangan Islam. Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka lebih populer dengan sebutan Wali Songo.

5. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) 

Sunan Gresik juga dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim, Maulana Magribi atau Syekh Magribi, dan Jumadil Kubra. Tapi masyarakat umum di Jawa lebih mengenalnya sebagai Sunan Gresik, karena beliau menyiarkan agama Islam dan dimakamkan di Gresik.

Sunan Gresik adalah pendiri pondok pesantren pertama di Indonesia. Beliau menyebarkan agama Islam dengan bijaksana. Waktu itu penduduk di sekitar Gresik belum beragama Islam. Penyebaran agama yang dilakukan Sunan Gresik dapat diterima dengan cepat. Beliau wafat pada tahun 1419 dan dimakamkan di Gresik.

6. Sunan Ampel (Raden Rahmat) 

Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Beliau adalah putra Maulana Malik Ibrahim. Beliau dilahirkan di Campa, Aceh sekitar tahun 1401. Ketika berumur 20 tahun, Sunan Ampel hijrah ke Pulau Jawa. Beliau meneruskan cita-cita dan perjuangan Maulana Malik Ibrahim.

Sunan Ampel memulai kegiatan dakwahnya dengan mendirikan dan mengasuh pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Di pesantren inilah, Sunan Ampel mendidik para pemuda untuk menjadi dai-dai yang akan disebar ke seluruh Jawa. Murid-murid beliau yang terkenal adalah Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (raja/sultan pertama kerajaan Demak), Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.

Sunan Ampel merancang kerajaan Islam di Pulau Jawa, yaitu kerajaan Demak. Beliau yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak. Selain itu, beliau juga berperan besar dalam membangun Masjid Agung Demak. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481. Jenazahnya dimakamkan di daerah Ampel.

7. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) 

Sunan Bonang adalah penyebar Islam di pesisir utara Jawa Timur. Beliau adalah putra Sunan Ampel. Nama lain beliau adalah Maulana Makdum Ibrahim atau Raden Ibrahim. Ketika masih remaja, bersama dengan Raden Paku, Sunan Bonang dikirim oleh Sunan Ampel ke Pasai untuk memperdalam ilmu agama. Sepulang dari sana, beliau mulai berdakwah dengan cara menjadi guru dan mubalig. Beliau juga mendirikan pesantren di daerah Tuban, Jawa Timur. Santri-santri yang menjadi muridnya berasal dari berbagai daerah di Nusantara.

Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Bonang selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa. Beliau dianggap sebagai pencipta gending (lagu) pertama dalam rangka siar agama Islam. Sunan Bonang dan wali-wali lainnya, menggunakan wayang dan musik gamelan sebagai sarana dakwah Islam. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu-lagu  untuk kegiatan dakwah yang dikenal dengan nama Tembang Durma. Sunan Bonang wafat tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, Jawa Timur.

8. Sunan Giri (Raden Paku) 

Sunan Giri adalah seorang ulama yang menyebarkan agama di daerah Blambangan. Beliau adalah saudara Sunan Gunung Jati. Nama asli beliau adalah Raden Paku, dikenal juga dengan nama Prabu Satmata.

Ketika remaja beliau belajar agama di Pondok Pesantren Ampel Denta yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Bersama Sunan Bonang, beliau memperdalam ilmu agama di Pasai. Setelah kembali dari Pasai, Sunan Giri menyebarkan agama Islam lewat berbagai cara. Beliau mendirikan pesantren di daerah Giri. Sunan Giri mengirim juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa, antara lain Madura, Bawean, Kangean, Ternate, dan Tidore. Sunan Giri mendidik anak-anak melalui berbagai permainan yang berjiwa agamis, misalnya melalui permainan Jelungan, Jamuran, Gendi Ferit, Gula Ganti, Cublak-cublak Suweng, dan Ilir-ilir.

Selain aktif menyebarkan agama, beliau juga menjadi pemimpin masyarakat di daerah Giri. Daerah yang dipimpinnya kemudian berkembang menjadi kerajaan kecil yang bernama Kerajaan Giri. Sebagai raja Giri, beliau bergelar Sultan Abdul Faqih. Beliau juga sangat berpengaruh dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Setiap ada masalah penting yang harus diputuskan, para wali yang lain selalu menanti keputusan dan pertimbangannya. Sunan Giri wafat pada tahun 1506. Beliau dimakamkan di Bukit Giri, Gresik.

9. Sunan Drajat (Syarifuddin) 

Sunan Drajat adalah penyebar agama Islam di daerah Sedayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Nama asli beliau adalah Raden Kosim atau Syarifuddin. Namun, kebanyakan masyarakat mengenalnya sebagai Sunan Sedayu.

Untuk melancarkan kegiatan dakwah, Sunan Drajat menciptakan satu jenis lagu yang disebut gending pangkur. Beliau menjadikan Sedayu sebagai wilayah penyebaran dakwahnya. Murid-muridnya berasal dari berbagai wilayah Nusantara. Bahkan, ada yang berasal dari Ternate dan Hitu Ambon. Sunan Drajat sangat menekankan sifat sosial sebagai pengamalan agama Islam. Beliau memberi pertolongan kepada masyarakat umum dan menyantuni anak yatim serta fakir miskin.

10. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid) 

Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Syahid. Beliau juga mendapat julukan Syek Malaya. Beliau adalah putra seorang bupati Tuban, yang bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali berjiwa besar, berpikiran tajam, dan berpandangan jauh.

Beliau berdakwah sebagai mubalig dari satu daerah ke daerah lain. Karena dakwahnya yang intelek, beliau dapat diterima di kalangan para bangsawan, kaum cendikiawan, dan para penguasa. Beliau juga menjadi penasihat Kesultanan Demak.

Sunan Kalijaga memiliki pengetahuan luas dalam bidang kesenian dan kebudayaan Jawa. Beliau menggunakan wayang dan gamelan sebagai sarana dakwah. Sunan Kalijaga mengarang cerita wayang yang bernafaskan Islam. Selain itu, beliau juga berjasa dalam mengembangkan seni ukir, seni busana, seni pahat, dan kesusastraan. Salah satu karya beliau yang terkenal adalah lagu Ilir-ilir. Lagu ini berisi ajakan untuk masuk Islam.

11. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq) 

Sunan Kudus adalah putera Raden Umar Haji, penyebar agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Timur. Nama asli beliau adalah Ja’far Sadiq. Ketika kecil beliau biasa dipanggil Raden Undung.

Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Selain menjadi pendakwah, Sunan Kudus juga menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Beliau dipercaya untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus. Di wilayah tersebut, beliau menjadi pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin agama. Beliau dianggap sebagai pendiri Masjid Raya Kudus. Masjid Kudus memiliki menara yang indah. Oleh karena itu, masjid tersebut terkenal dengan nama Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 dan dimakamkan di kota Kudus.

12. Sunan Muria (Raden Umar Said) 

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama aslinya Raden Umar Said. Beliau menjadi wali yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan pulau Jawa. Ciri khas Sunan Muria adalah menyiarkan agama Islam di desa-desa terpencil. Beliau lebih suka menyendiri dan tinggal di desa serta bergaul dengan rakyat biasa. Beliau mendidik rakyat di sekitar Gunung Muria. Cara beliau menyiarkan agama Islam adalah dengan mengadakan kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa. Sebagai sarana dakwah beliau menciptakan Tembang Sinom dan Kinanti.

13. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) 

Sunan Gunung Jati adalah wali yang banyak berjasa dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Beliau masih keturunan raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Ibunya, Nyai Larang Santang, adalah putri Prabu Siliwangi. Sementara ayahnya, Maulana Sultan Mahmud (Syarif Abdullah), adalah seorang bangsawan Arab. Nama kecil beliau adalah Syarif Hidayatullah.

Ketika dewasa, Syarif Hidayatullah memilih berdakwah ke Jawa, daripada menetap di tanah kelahirannya, Arab. Beliau menemui pamannya Raden Walangsungsang di Cirebon. Setelah pamannya wafat, beliau menggantikan kedudukannya. Syarif Hidayatullah berhasil meningkatkan Cirebon menjadi sebuah kesultanan.

Setelah Cirebon menjadi keraja-an Islam, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi Kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Dari Cirebon Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau meletakkan dasar bagi pengembangan dan perdaganan Islam di Banten. Ketika beliau kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada Putranya, Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570. Beliau dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.

C. Tokoh-Tokoh Sejarah Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku 

Perkembangan Islam di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku juga terjadi melalui jalur perdagangan. Perkembangan Islam di daerah ini semakin cepat karena peran putra-putra daerah ini menuntut ilmu agama Islam ke Jawa. Ketika pulang mereka menjadi ulama yang menyebarkan agama di daerahnya. Perkembangan Islam di wilayah ini ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam seperti Kesultanan Kutai Kertanegara, Ternate, dan Kerajaan Gowa-Tallo. Beberapa tokoh dari sejarah perkembangan Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku antara lain sebagai berikut:

14. Dato ri Bandang dan kawan-kawan 

Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam    di Sulawesi Selatan. Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal), Dato ri Patimang (Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro (Jawad Khatib Bungsu). Dato ri Bandang bersama dengan Dato Suleman datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk menyiarkan agama Islam. Mereka berdua dengan giat mengenalkan agama Islam dan seluk-beluknya kepada masyarakat setempat. Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam Sultan Gowa tersebut bergelar Sultan Alauddin.

15. Sultan Alauddin 

Sultan Alauddin adalah raja Gowa ke-14. Beliau adalah raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Beliau masuk Islam bersamaan dengan raja Tallo. Raja Tallo tersebut sekaligus menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa. Setelah masuk Islam, raja Tallo itu dinamai Sultan Abdullah Awwal al-Islam.

SetelahSultan Alauddin dan Mangkubuminya Sultan Abdullah Awwal al-Islam masuk Islam, berangsur-angsur rakyat Gowa-Tallo juga diislamkan. Sultan Alauddin juga berusaha menyebarkan Islam ke kerajaan tetangganya. Kerajaan-kerajaan yang berhasil diislamkan antara lain Kerajaan Soppeng (1607), Wajo (1610), dan Bone (1611). Beliau masih melanjutkan penyebaran Islam ke Buton, Dompu (Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora, Sumbawa).

16.Tuan Tunggang Parangan 

Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini ada dua ulama yang melakukan siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang Parangan dan Dato ri Bandang. Namun setelah beberapa lama, Dato ri Bandang kembali ke Makasar (Kerajaan Gowa- Tallo) melanjutkan siar yang telah beliau rintis di sana. Tuan Tunggang Parangan tetap tinggal di Kutai.

Berkat ajaran Tuan Tunggang Parangan, Raja Aji Mahkota memeluk Islam. Hal itu diikuti oleh putranya, Ai Di Langgar, yang menggantikan kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota diikuti juga oleh pangeran, hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan masuk Islam semakin terdesak masuk ke pedalaman.

Kerajaan Kutai Kertanegara berganti nama menjadi Kesultanan Kutai Kertanegara. Ajaran Islam berkembang pesat di kesultanan ini. Raja memberlakukan undang-undang kesultanan yang berpedoman pada ajaran Islam.

17. Sultan Zainal Abidin 

Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate (1486-1500). Beliau pernah pergi ke Giri, untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas pengajaran Islam untuk rakyat. Beliau mendirikan pesantren dan mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya.

Semoga bermanfaat....

Selasa, 29 September 2020

17 HIKMAH DI BALIK SAKIT YANG TERKADANG LUPA DISYUKURI MANUSIA

Edisi : Selasa, 29 September 2020 M / 12 Shafar 1442 H

Sakit bukanlah musibah jika kita bisa mengambil hikmah di dalamnya.

Kesehatan merupakan nikmat terbesar yang Allah Subhanahu WaTa'ala berikan kepada umat manusia. Bukan hanya dilimpahkan kepada umat Muslim, mereka yang non-muslim pun juga dapat merasakan nikmatnya sehat sehingga kita dapat menjalani aktivitas kesehariannya dengan lancar dan bisa selesai tepat waktu.

Namun ada kalanya kita juga bisa dilanda sakit dari hanya hitungan hari sampai bulanan. Akibatnya kita merasa sedih karena kita tidak lagi bisa menjalani aktivitas keseharian dengan baik. Lalu, jika sehat adalah nikmat maka apakah sakit adalah musibah?

Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “ Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir).

Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia dan hikmah yang tidak dapat dinalar oleh akal manusia.

Lalu, apa hikmah saat sakit datang menghampiri kita? Berikut beberapa hikmah sakit menurut pandangan Islam dari beberapa sumber:

1. Menghindarkan dari Api Neraka 

Rasa sakit yang diterima oleh orang-orang beriman akan Allah Subjanahu WaTa'ala tukar dengan menghindarkan orang itu dari siksa api neraka.  Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya.

Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih).

2. Mengukur Keimanan Kita 

Sakit merupakan barometer pengukur keimanan seorang hamba, tingkat keimanan seseorang akan tampak saat datangnya ujian. Jika ia bersabar maka ia merupakan seorang mukmin yang baik.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda. “ Betapa mengaggumkannya keadaan seorang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal tersebut tidak dimiliki kecuali orang yang beriman, saat ia mendapatkan kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya, sedangkan ia tertimpa kesulitan ia bersabar dan hal itupun baik baginya.” (HR. Muslim)

3. Semakin Dekat dengan Allah 

Sakit akan mendorong seorang hamba untuk semakin dekat dan takut kepada Allah, saat seorang tertimpa sakit, ia akan semakin sadar terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah.  Sebagaimana yang diketahui, kadang kita hanya ingat Allah di kala kesusahan dan diberi cobaan. Sementara saat diberikan kebahagiaan, kita mendadak lupa dengan Rabb semesta alam.  

Sehingga datangnya rasa sakit akan meningkatkan rasa tawakkal seorang hamba kepada Allah yang Maha Kuasa. “ Dan apabila kami memberi nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushilat:51).

4. Menjadi Penghapus Dosa 

Sakit dapat menjadi pengugur dosa bagi setiap mukmin yang mengalami kepayahan dalam menghadapi penyakitnya itu.

“ Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” (HR Muslim).

5. Sakit Menyulitkan Setan Untuk Menggoda 

Saat kita sakit tentunya diajak maksiat tak mampu atau tak mau. Bahkan dosa-dosa yang pernah dilakukannya perlahan disesalinya. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis, satu sikap keinsyafan yg disukai Nabi dan para makhluk langit.

6. Sakit Mengingatkan Pada Kematian 

Tanpa berziarah ke makam orang wali atau melayat tetangganya yang meninggal, orang yang sakit akan lebih mengingat mati, dan bersiap amal untuk menyambutnya. Inilah yang akan mendongkrak derajat ketakwaan kepada Allah Subhanahu WaTa'ala.

7. Sakit Mengingatkan Kita Bersyukur 

Saat kita diberi sakit, seringkali kita lalai untuk bersyukur, padahal kalau kita berpikir lebih banyak waktu sehat dari pada waktu sakit yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Maka, bersyukurlah saat kita selalu diberi nikmat sehat oleh Allah karena nikmat yang paling berharga di dunia ini selain iman dan islam adalah nikmat sehat, sebab dengan keadaan tubuh yang sehat kita bisa menikmati nikmat-nikmat Allah yang lainnya.

8. Sakit Menyambung Silaturrahmi 

Ketika sakit maka keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang menjenguk, menghibur, penuh senyum, rindu mesra. Maka itulah sakit adalah perekat tali silaturrahmi.

9. Sakit Dapat Memperbanyak Istighfar 

Jika datang sakit maka dosa-dosa akan mudah diingat sehingga dapat membimbing lisan kita untuk memohon ampunan Allah Subhanahu WaTa'ala. Bahkan sakit akan menguatkan tauhid, bahwa tidak ada kekuasaan yang lebih besar kecuali Allah Subhanahu WaTa'ala karena hanya Dia-lah yang mampu menyembuhkan penyakitnya.

10. Sakit dapat Memperbaiki Akhlak 


Orang yang menderita sakit akan lebih khusuk dan lebih sering menyebut Asma Allah daripada ketika ia sehat. Sakit menjadikan kita beribadah lebih khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki akhlak, kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.


11. Orang Sakit Doanya Mustajab 


Di antara doa yang mustajab adalah doa yang dipanjatkan dari seseorang ketika dalam kondisi lemah, kepepet, terdesak, yang sangat membutuhkan pertolongan dari Allah. Karena itu, doa mereka lebih mustajab dibandingkan doa mereka yang sehat dan dalam keadaan longgar.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan. (QS. An-Naml: 62)

Dan kita semua tahu, orang sakit termasuk diantara mereka. Bahkan Imam As-Suyuthi pernah keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.

12. Mengingatkan agar Tidak Terlalu Fokus Pada Duniawi 

Sakit sebenarnya adalah cara Allah Subhanahu wa ta'ala memberitahukan kepada kita bahwa nikmat sehat sangatlah berharga, lebih berharga dari harta apapun di dunia ini.

Buktinya ketika masih sehat terkadang kita mati-matian mencari harta dunia, sampai tak mengenal lelah, dan ketika sakit sudah menghampiri bisa jadi apa-apa yang telah kita timbun ludes secara perlahan untuk mengembalikan nikmat sehat itu kembali dirasakan.

Maka, bersyukurlah ketika masih sehat, jangan terlalu gencar mencari harta dunia yang hanya sesaat, apalagi sampai lupa kepada yang memberi nikmat sehat dan nikmat harta, karena disitulah sakit kita sebenarnya, yaitu sakitnya sebuah hati karena tidak bisa bijaksana bersyukur kepada Allah.

13. Allah Menguji Kesabaran Kita 

Ketika kita sakit sebenarnya Allah Subhanahu wa ta'ala hanya ingin menguji seberapa besar sabar yang kita miliki saat sedang sakit, maka jangan sampai kita lupa untuk bersabar menerima semuanya dan mengeluh dengan bahasa yang tak pantas.

Tetaplah bersyukur dengan bijak, ajarkan hati dan mulut untuk terus berucap nama baik Allah, seperti halnya kalimat istighfar, hamdalah, ataupun kalimat tasbih.

Karena insyaallah dengan hal itu dosa-dosa kita akan dihapus oleh Allah. Sebab, sakit pula adalah cara Allah untuk menghapus dosa-dosa yang ada dalam diri.

14. Memperlihatkan Kebesaran Allah 

Dan ketika nanti kita diberikan kesehatan kembali oleh Allah, tak lain karena Allah ingin pula melihat seberapa besar rasa syukur kita pada-Nya dan menunjukkan betapa besar Kuasa-Nya.

Maka, tetaplah bersyukur dalam keadaan apapun, entah sakit ataupun sehat karena nikmat Allah itu selalu ada dalam setiap peristiwa, dan setiap peristiwa pasti mengandung hikmah yang luar biasa.

15. Allah Sedang Mengistirahatkan Kita 

Allah memberi kita waktu agar kita tenang hanya mengingat-Nya, maka ketika sedang sakit bersabarlah, karena itu semua adalah cara Allah untuk mengetuk hati kita agar belajar untuk bersabar dan bersyukur.

16. Sakit bisa menjadi sumber kebaikan bagi seseorang jika dia bersabar. 

Hal tersebut sejalan dengan sebuah hadits di mana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

“Sungguh semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapapt kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR Muslim) 

 17. Sakit bisa membuat kita kembali mengingat Allah. 

Sebagaimana yang diketahui, kadang kita hanya ingat Allah di kala kesusahan dan diberi cobaan. Sementara saat diberikan kebahagiaan, kita mendadak lupa dengan Rabb semesta alam. 

 Allah Subhanahu WaTa'ala telah berfirman: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus (para Rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS al-An’am: 42)  

Maka dari itu, perlu kita sadari dari sekarang agar kita tidak menjadi pribadi yang mudah mengeluh saat sedang sakit ataupun saat sedang sehat, bahwa sesungguhnya sakit maupun sehat itu adalah nikmat yang harus sama-sama kita syukuri.

Karena jika nikmat sakit adalah cara Allah menguji sabar kita, maka nikmat sehat adalah cara Allah menguji besarnya syukur kita.

Semoga bermanfaat ....

Senin, 28 September 2020

17 FAEDAH TENTANG HADIAH

Edisi Senin, 28 September 2020 M / 11 Shafar 1442 H

Menurut istilah syar’i, hadiah ialah menyerahkan suatu benda kepada seorang tertentu agar terwujudnya hubungan baik dan mendapatkan pahala dari Allah tanpa adanya permintaan dan syarat.

Dan di sana ada sisi keumuman dan kekhususan di kalangan para ulama antara hibah, pemberian (athiyah) dan shadaqah. Dan poros definisi di antara tiga perkara ini adalah niat, maka shadaqah diberikan kepada seseorang yang membutuhkan dan dalam rangka mencari ridha Allah Ta’ala.

Sedangkan hadiah diberikan kepada orang yang fakir dan orang kaya, dan diniatkan untuk meraih rasa cinta dan membalas budi atas hadiah yang diberikan (sebelumnya). Dan terkadang pemberian hadiah itu juga bertujuan untuk mencari ridha Allah. Adapun hibah dan athiyah, tidak ada di antara keduanya perbedaan dan terkadang dimaksudkan untuk memuliakan orang yang diberikan hibah atau athiyah saja dikarenakan suatu keistimewaan atau sebab tertentu dari sebab-sebab yang ada.

Hukum Hadiah diperbolehkan dengan kesepakatan (ulama) umat ini. Apabila tidak terdapat di sana larangan syar’i. Terkadang disunnahkan untuk memberikan hadiah apabila dalam rangka menyambung silaturrahim, kasih sayang dan rasa cinta. Terkadang disyariatkan apabila dia termasuk di dalam bab ‘Membalas Budi dan Kebaikan Orang Lain dengan Hal yang Semisalnya’. Dan terkadang pula, bisa menjadi haram atau perantara menuju perkara yang haram, dan ia merupakan hadiah yang berbentuk suatu yang haram, atau termasuk dalam kategori sogok-menyogok dan yang sehukum dengannya. 

Hadiah itu punya pengaruh yang besar, semakin mempererat cinta dan mempersatukan hati, juga memperbaiki hubungan.

Ada beberapa faedah tentang hadiah yang barangkali di antara kita belum mengetahuinya.

Berikut ini beberapa diantara faedah hadiah :

1.Terimalah hadiah dan berusahalah untuk membalasnya. 

Aisyah radhiyallahu ‘anha menyatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari, no. 2585)

Hendaknya membalas hadiah. Kalau tidak bisa, maka hendaknya mendoakan orang yang memberi.

Dalam hadits disebutkan,

مَن صَنَعَ إِليكُم مَعرُوفًا فَكَافِئُوه ، فَإِن لَم تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوا بِهِ فَادعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوا أَنَّكُم قَد كَافَأتُمُوهُ

“Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan AnN-asa’i no. 2568. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi).

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ ، فَقَالَ لِفَاعِلِهِ : جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

“Siapa yang diberikan kebaikan, lalu ia katakan kepada orang yang memberikan kebaikan tersebut, “Jazakallah khoiron (semoga Allah membalas dengan kebaikan)”, seperti itu sudah sangat baik dalam memuji.” (HR. Tirmidzi, no. 2035 dan An-Nasa’i dalam Al-Kubro, no. 10008, juga dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 180. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

2. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menerima hadiah, namun tidak menerima sedekah. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disodorkan makanan, beliau bertanya dahulu apakah makanan tersebut berasal dari hadiah ataukah sedekah. Kalau itu sedekah, beliau berkata, “Kalian makan saja makanan tersebut.” Namun kalau makanan tersebut adalah hadiah, maka beliau menyantapnya. (HR. Bukhari, no. 2576 dan Muslim, no. 1077)

Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah dan tidak menerima sedekah.” (HR. Ahmad, 4: 189, sanadnya hasan kata Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 67)

3.Tetap memberi hadiah walau jumlahnya sedikit. 

Coba perhatikan apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan pada para wanita,

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا ، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

“Wahai para wanita muslimah, tetaplah memberi hadiah pada tetangga walau hanya kaki kambing yang diberi.” (HR. Bukhari, no. 2566 dan Muslim, no. 1030)

Ini pertanda bahwa tetaplah perhatikan tetangga dalam hadiah dengan sesuatu yang gampang bagi kita. Memberi sedikit tetap lebih baik daripada tidak sama sekali.

4. Rajin memberi hadiah akan menimbulkan rasa cinta. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, tahaadu tahaabbu,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 1601. Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam catatan kaki Fiqh Al-Akhlaq menyatakan bahwa sanad haditsnya hasan dengan syawahidnya)

Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ

“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908/ 16. Syaikh Al-Albani menukilkan pernyataan dari Ibnu ‘Abdil Barr bahwa hadits ini bersambung dari beberapa jalur yang berbeda, semuanya hasan) 

5. Hendaknya hadiah itu diterima, jangan ditolak. 

Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

أَجِيبُوا الدَّاعِىَ وَلاَ تَرُدُّوا الْهَدِيَّةَ وَلاَ تَضْرِبُوا الْمُسْلِمِينَ

“Terimalah hadiah, janganlah menolaknya. Janganlah memukul kaum muslimin.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 157; Ahmad, 1: 404; Abu Ya’la, 9: 284, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya, 6: 555. Syaikh Musthofa Al-‘Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 69. Hadits ini juga dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 1616) 

6. Hadiah yang sedikit tetap diterima sebagaimana jika diberi banyak. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لأَجَبْتُ ، وَلَوْ أُهْدِىَ إِلَىَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ

“Kalau aku diundang untuk menghadiri undangan yang di situ disajikan dziro’ (paha), aku hadir sebagaimana pula ketika disajikan kuro’ (kaki). Kalau aku diberi hadiah dziro’ (paha), aku terima sebagaimana ketika diberi hadiah kuro’ (kaki).” (HR. Bukhari, no. 2568)

Dziro’ (paha) menandakan suatu yang mahal dan disukai. Kuro’ menandakan suatu yang remeh dan tidak punya nilai apa-apa. Demikian kata Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 69.

7. Boleh saja hadiah itu ditolak atau dikembalikan. 

Kalau ada yang diberi hadiah lantas ia mengembalikan hadiah tersebut hendaklah kita tidak bersedih dan menaruh uzur padanya selama alasan yang diutarakan pada kita benar-benar jelas.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengenakan pakaian yang bergaris-garis, lalu beliau memandang kepada garis-garisnya sepintas. Maka, tatkala beliau selesai dari shalatnya, beliau bersabda,

اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي.

“Bawalah pakaianku ini kepada Abu Jahm dan bawalah untukku ambijaaniyahnya Abu Jahm, sesungguhnya pakaian ini telah melalaikan aku dari shalatku.”

Dari Ash-Sha’b bin Juttsamah Al-Laitsi -ia termasuk sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bahwa ia pernah memberi hadiah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa keledai liar saat beliau berada di Abwa -atau di Waddan- dan beliau sedang ihram, maka beliau pun menolaknya. Sha’b berkata, “Tatkala beliau melihat perubahan raut wajahku karena penolakannya terhadap hadiahku. Beliau bersabda,

لَيْسَ بِنَا رَدٌّ عَلَيْكَ وَلَكِنَّا حُرُمٌ

“Kami tidak menolak (karena ada sesuatu) atas dirimu, akan tetapi (karena) kami sedang dalam keadaan ihram.” (HR. Bukhari, no. 2596) 

8. Boleh menyedekahkan sesuatu terus mewarisinya setelah itu. 

‘Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata, “Seorang wanita datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyedekahkan seorang budak wanita kepada ibuku, dan ia (ibuku) telah wafat.’ Lalu beliau bersabda,

قَدْ آجَرَكِ اللَّهُ وَرَدَّ عَلَيْكِ فِى الْمِيرَاثِ

“Semoga Allah memberimu pahala dan Allah mengembalikan warisan kepadamu.” (HR. Ahmad, 5: 349. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarah Muslim)

9. Boleh menerima hadiah dari lawan jenis selama tidak menimbulkan godaan. 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وسَمْنًا وَأَضُبًّا فَأَكَلَ مِنَ الأَقِطِ والسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَّذُّرًا وَأَكَلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, ia berkata, “Bibiku Ummu Hufaid pernah memberikan hadiah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa mentega, keju dan daging dhabb (sejenis biawak). Beliau makan keju dan menteganya, dan beliau meninggalkan daging biawak karena merasa jijik, kemudian makanan yang dihidangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimakan (oleh para shahabat). Jika (dhabb itu) haram, niscaya kami tidak akan makan hidangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, no. 2575 dan Muslim, no. 1544) 

10. Jangan sampai kita mengharap hadiah kita dikembalikan. 

Kalau memang punya harapan semacam itu, baiknya tidak memberi hadiah sama sekali.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَائِدُ فِى هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَقِىءُ ، ثُمَّ يَعُودُ فِى قَيْئِهِ

“Orang yang meminta kembali hadiahnya seperti anjing muntah lalu menelan muntahannya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 2589 dan Muslim, no. 1622)

Namun seorang ayah masih boleh mengambil kembali apa yang ia beri pada anaknya.

Dari Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُعْطِىَ عَطِيَّةً أَوْ يَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلاَّ الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِى وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِى يُعْطِى الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَإِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِى قَيْئِهِ

“Tidak halal bagi seseorang memberikan suatu pemberian kemudian ia memintanya kembali kecuali ayah pada apa yang ia berikan kepada anaknya (maka boleh diminta kembali). Permisalan orang yang memberi hadiah lantas ia memintanya kembali seperti anjing yang makan, lalu ketika ia kenyang, ia muntahkan, kemudian ia menelan muntahannya.” (HR. Abu Daud, no. 3539; Tirmidzi, no. 1299; An-Nasa’i, no. 3720; Ibnu Majah, no. 2377. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnul Jarud, 994; juga oleh Imam Al-Hakim, 2: 46, begitu pula disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi) 

11. Jangan pula mengungkit-ungkit hadiah yang telah diberi. 

Allah Ta’ala berfirman,

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ  ,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 263-264)

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan memandangnya, tidak akan meyucikannya, bagi mereka azab yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi hal itu sampai tiga kali. Abu Dzar berkata, “Benar-benar rugi mereka-mereka itu.” Abu Dzar pin bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Beliau pun menjawab,

الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

1- Orang yang isbal, pria yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki.

2- Orang yang mengungkit terus apa yang ia sedekahkan.

3- Orang yang melariskan dagangan dengan sumpah yang dusta.” (HR. Muslim, no. 106)

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan, “Al-mannan itu yang tidak memberi sesuatu melainkan ia selalu mengungkit-ungkitnya.”

12. Saling memberi hadiah antara suami istri 

Juga penting untuk semakin langgengnya cinta antara keduanya.

Coba lihat yang dibicarakan tentang mas kawin dalam ayat berikut.

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’: 4)

Ayat tersebut menunjukkan boleh saja istri memberi hadiah pada suami dari mahar (mas kawin) yang telah diberi.

Hadiah antara suami istri menunjukkan cinta antara mereka. Bentuknya juga bisa dengan bertutur kata yang baik, mengutarakan kata-kata romantis antara mereka hingga pada senyuman manis.

13. Bagaimana jika hanya punya satu hadiah, kepada siapakah diberi? 

Kata Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 72, dahulukan orang yang paling dekat. Dahulukan yang punya kedekatan nasab (keturunan) dan kedekatan sebagai tetangga.

Coba perhatikan dahulu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama Maimunah, ketika itu ia memiliki seorang budak wanita dan ia merdekakan budak tersebut (sebagai bentuk sedekah, -pen.). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan pada Maimunah,

أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِيهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لأَجْرِكِ

“Coba engkau memberikan budak tersebut pada bibimu tentu lebih besar pahalanya.” (HR. Bukhari, no. 2592 dan Muslim, no. 999).

14. Boleh menerima hadiah dari non-muslim dan boleh juga memberi hadiah padanya. 

Seorang Yahudi pernah memberikan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam daging kambing, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima dan menyantapnya.

Juga masih boleh berbuat baik dengan memberi hadiah pada non-muslim sebagaimana kesimpulan dari ayat,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ , إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 8-9)

Umar juga pernah memberikan hadiah berupa kain pada saudaranya yang musyrik di Makkah sebelum saudaranya masuk Islam.

Catatan:

Selama non-muslim tersebut dengan hadiah tadi tidak menindas kaum muslimin, maka tidak masalah memberi hadiah padanya.

Termasuk juga tidak boleh menerima dan memberi hadiah pada non-muslim terkait dengan hari raya atau ibadah mereka.

 15. Ada hadiah yang tidak boleh ditolak yaitu minyak wangi, susu dan bantal

 Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ الْوَسَائِدُ وَالدُّهْنُ وَاللَّبَنُ

“Tiga hal yang tidak boleh ditolak; (1) bantal, (2) minyak rambut dan (3) susu.” (HR. Tirmidzi, no. 2790. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menolak jika diberi hadiah minyak wangi. (HR. Bukhari, no. 2582)

Dalam hadits juga disebutkan, “Siapa yang diberi hadiah minyak wangi, maka janganlah menolaknya karena yang paling mudah untuk dibawa adalah bau yang wangi.” (HR. Muslim, no.  2253, dari Abu Hurairah)

16. Sebaliknya hadiah yang mesti ditolak 

di antaranya:

Hadiah dalam rangka sogok pada agama. Contohnya pada kisah ratu Balqis yang memberi hadiah pada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan tujuan supaya Nabi Sulaiman menyembah matahari, lantas Nabi Sulaiman menolaknya.

Hadiah dalam rangka sogok untuk memutar balikkan kebenaran dan kebatilan.

Hadiah pada pegawai dan pekerja negara yang ada sangkut pautnya dengan jabatan dan pekerjaannya.

Hadiah yang asalnya dari barang curian atau dari sesuatu yang haram.

Hadiah yang maksudnya diberi untuk dapat gantian lebih banyak. Jika tidak dapat gantian lebih banyak, ia murka.

Hadiah karena sebab utang, sebelum utang tersebut dilunasi.

Hadiah dari al-mannan, yang biasa mengungkit-ungkit pemberian.

 17. Ada hadiah yang dilarang untuk diberikan , 

Hadiah yang diberikan pada safih, orang yang menggunakan hadiah dalam maksiat atau membuat kerusakan.

Hadiah yang diberikan secara tidak adil pada anak-anak. Dalam hadits disebutkan, “Bertakwalah pada Allah dan adillah pada anak-anak kalian.” (HR. Bukhari, no. 2587 dan Muslim, no. 1623)

 Seringnya di tengah-tengah kita memberikan hadiah sebagai tips dan yang diberi menerimanya.

Uang tips semacam ini terlarang jika memang yang diberi sudah diberi gaji dari tugasnya seperti pada pegawai negeri atau pejabat.

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri, ia mendengar ‘Urwah telah mengabarkan kepada kami, Abu Humaid As Sa’idi mengatakan,

Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempekerjakan seseorang dari bani Asad yang namanya Ibnul Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Orang itu datang sambil mengatakan, “Ini bagimu, dan ini hadiah bagiku.” Secara spontan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar -sedang Sufyan mengatakan dengan redaksi ‘naik minbar’-, beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda,

مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ ، فَيَأْتِى يَقُولُ هَذَا لَكَ وَهَذَا لِى . فَهَلاَّ جَلَسَ فِى بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَنْظُرُ أَيُهْدَى لَهُ أَمْ لاَ ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ يَأْتِى بِشَىْءٍ إِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ ، إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ

“Ada apa dengan seorang pengurus zakat yang kami utus, lalu ia datang dengan mengatakan, “Ini untukmu dan ini hadiah untukku!” Cobalah ia duduk saja di rumah ayahnya atau rumah ibunya, dan cermatilah, apakah ia menerima hadiah ataukah tidak? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang datang dengan mengambil hadiah seperti pekerja tadi melainkan ia akan datang dengannya pada hari kiamat, lalu dia akan memikul hadiah tadi di lehernya. Jika hadiah yang ia ambil adalah unta, maka akan keluar suara unta. Jika hadiah yang ia ambil adalah sapi betina, maka akan keluar suara sapi. Jika yang dipikulnya adalah kambing, maka akan keluar suara kambing.“

ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَتَىْ إِبْطَيْهِ « أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ » ثَلاَثًا

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami melihat putih kedua ketiaknya seraya mengatakan, “Ketahuilah, bukankah telah kusampaikan?” (beliau mengulang-ulanginya tiga kali). (HR. Bukhari, no. 7174 dan Muslim, no. 1832)

Ada hadits pula dari Abu Humaid As Sa’idiy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُولٌ

“Hadiah bagi pejabat (pekerja) adalah ghulul (khianat).” (HR. Ahmad, 5: 424. Syaikh Al-Albani menshohihkan hadits ini sebagaimana disebutkan dalam Irwa’ul Gholil, no. 2622)

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Adapun hadits Abu Humaid, maka di sana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelek-jelekkan Ibnul Lutbiyyah yang menerima hadiah yang dihadiahkan kepadanya. Padahal kala itu dia adalah seorang pekerja saja (ia pun sudah diberi jatah upah oleh atasannya, pen).” (Fath Al-Bari, 5: 221)

Perbedaan hadiah dan sedekah. 

Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah berikut ini, “Sedekah itu dikeluarkan dalam rangka ibadah tanpa maksud diberikan kepada orang tertentu, dikeluarkan pada orang-orang yang butuh. Sedangkan hadiah itu dikeluarkan untuk memuliakan orang tertentu, bisa jadi maksudnya karena cinta atau bentuk sedekah, atau bisa juga diserahkan pada orang yang butuh.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 31: 269).

Ditulis oleh : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc 

Semoga bermanfaat...

Minggu, 27 September 2020

17 PENYEBAB PACARAN DILARANG DALAM ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Ahad, 27 September 2020 M / 10 Shafar 1442 H

Hubungan antara lelaki dan wanita yang sering disebut pacaran merupakan salah satu dosa besar dalam Islam. Sebenarnya tidak ada kata pacaran dalam Islam. Larangan berpacaran dalam Islam dikeluarkan karena pacaran hanya mendatangkan kemudharatan. 

“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhrimnya.” (H. R. Muslim). 

Ketua Komisi Dakwah MUI Ustaz Moh Zaitun Rasmin mengatakan sesuai ayat tentang pacaran dalam islam, bahwa bagi seseorang yang ingin menikah janganlah melalui dosa pacaran dalam islam, sebab caranya yang salah akan mempengaruhi keberlangsungan rumah tangganya kelak. Dalam Islam yang diajarkan adalah melalui ta’aruf. Perbuatan dosa pacaran dalam islam ini sudah jelas semuanya haram hukumnya menurut syari’at Islam.

Beberapa penyebab pacaran dilarang dalam Islam antara lain:

1. Termasuk zina 

Pacaran adalah perkara yang termasuk ke dalam dosa yang tak terampuni, yakni zina. Sedangkan zina dalam Islam dilarang. Sebagaimana firman Allah:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Artinya: “Dan jangalah kalian dekat-dekat dengan zina, karena sesungguhnya zina itu kotor dan sejelek-jeleknya jalan” (Q.S. Al Isro’ : 32)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).

2. Menciptakan kemurkaan Allah 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Wahai kaum muslimin, takutlah kamu sekalian pada zina sebab didalamnya ada 6 perkara (yang pasti ditetapi), 3 perkara di dunia dan 3 perkara di akhirot. Adapun 3 perkara di dunia adalah hilangnya kewibawaan wajah, pendeknya umur dan kekalnya kefakiran, sedangkan 3 perkara di akhirot adalah murka Alloh yang Maha Barokah dan Maha Luhur, jeleknya hisaban dan siksa akhirot” (HR Baihaqi)

3. Membangkitkan nafsu 

Mereka yang melakukan pacaran pasti akan memancing nafsu masing-masing. Bahkan hanya dengan suara lembut sekalipun. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala :

يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا

Artinya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,”(Al Ahzaab:32)

Dari Jarir bin Abdullah ra : “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang memandang (lawan jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku.” (HR. Imam Muslim).

4. Rugi waktu 

Pacaran hanya kegiatan yang juga merugikan waktu karena semua waktu terbuang sia-sia untuk pekerjaan yang sia-sia.

Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memegang kedua pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata.” Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang).  Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang). Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.” (HR. Bukhari)

5. Boros 

Pacaran hanya membuat kantong bolong. Membuang uang dengan percuma untuk kemaksiatan hanya akan merugikan pelakunya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ : 26-27).

6. Merusak hubungan sosial 

Pacaran akan menyebabkan hubungan sosial atau pergaulan dalam Islam dengan teman yang lain menjadi renggang,  bahkan hubungan dengan keluarga.  Nafsu yang membuat kedua insan selalu ingin bersama menyita waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk berkumpul dengan keluarga atau teman.

Namun sering kali seseorang melakukan pacaran karena teman,  untuk itulah kita harus mengetahui cara memilih teman yang baik dalam Islam agar tidak terjerumus dalam pacaran.

7. Menjadi bodoh 

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pacaran akan membangkitkan nafsu.  Orang yang selalu berada dalam nafsu yang tinggi akan cepat menjadi bodoh.  Sebuah tim psikologi dari Kanada yang dipimpin oleh Shayna Skakoon-Sparling melakukan penelitian untuk mempelajari dampak rangsangan seksual kepada pengambilan risiko seksual dan pembuatan keputusan pada pria dan wanita.

Dan hasilnya adalah otak yang berpikiran tentang seks bukanlah otak yang dapat diandalkan untuk nasihat-nasihat penting dalam kehidupan yang termasuk dalam bahaya kebodohan dalam Islam.

8. Mematikan hati 

Pacaran adalah penyebab matinya hati dalam Islam. Otak yang sudah rusak karena pacaran akan sulit untuk menerima nasehat baik sehingga akan mematikan hati.

Sebagaimana Firman Allah : “Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata (Q. S. az-Zumar :22)

9. Sering berbohong 

Pacaran sering membuat seseorang harus melakukan kebohongan agar selalu terlihat menarik di depan pacarnya.  Bahaya berbohong dan hukumnya dalam Islam adalah dilarang.

Sebagaimana dalam sebuah riwayat: “Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsoh (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya”. (Dinukil dari Riyadhush Sholihin, Bab. Al Ishlah bainan naas)

10. Terkena penyakit 

Bukan hanya menyebabkan penyakit hati menurut Islam,  tapi juga penyakit fisik.  Otak dan tubuh yang kelebihan hormon endorfin akan menyebabkan tubuh mudah terkena penyakit seperti sakit kepala,  maag,  mual,  kembung,  dan penyakit lainnya.

11. Menjadi susah tidur 

Keinginan untuk terus bertemu dan bersama antara dua orang manusia akan terus bergaung selama keduanya masih mengikat diri dalam hubungan pacaran. Otak pun terus memutar bayang-bayang sang pujaan hati hingga menjadi sulit tidur. Salah satu adab tidur dalam Islam adalah berwudhu sebelum tidur seperti cara tidur yang dilakukan Rasulullah.

12. Menyebabkan stres 

Siapa bilang pacaran itu membahagiakan?  Pacaran itu selain merugikan juga menyebabkan stres. Seseorang yang berada dalam hubungan pacaran akan selalu memiliki kecemasan terhadap pasangannya.  Takut direbut orang,  takut tidak dicintai lagi,  dan ketakutan lainnya.  Hal inilah yang menyebabkan orang pacaran lebih mudah stres bahkan depresi. Cara menghilangkan stress dalam Islam adalah dengan tidak  mendekati pacaran.

13.  Mendapat azab 

Allah berfirman:

“Dan orang orang yang tidak mempersekutukan Allâh dengan sembahan lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allâh kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti oleh Allâh dengan kebaikan. Allâh Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q. S. al-Furqân: 68-70)

14. Jalan rezeki terhalang 

Pacaran adalah dosa besar sehingga akan menghalangi jalan rezeki pelakunya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam :

“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki.

Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

15. Dapat menyebabkan hamil di luar nikah 

Selain zina mata,  tangan,  dan pikiran,  pacaran yang terlalu ekstrim juga dapat menyebabkan terjadinya hamil di luar nikah. Hukum hamil di luar nikah adalah dilarang.  Itulah sebabnya Islam melarang pacaran agar tidak terjadi hal ini.

16. Dosa Seluruh Tubuh (Mata, Kulit, Hati, dsb) 

Sesungguhnya barangsiapa yang meletakkan tangannya (memegang) perempuan yang tidak halal baginya dengan syahwat, maka dia datang di hari kiamat dengan tangan dibelenggu pada lehernya. Maka jika dia mencium (perempuan) itu, maka diguntinglah bibirnya di dalam neraka. Maka jika dia zina, maka berbicaralah pahanya dan dia bersaksi untuk tuannya di hari kiamat.

Berkatalah si paha : ” Aku dengan (perempuan) yang haram, digunakan untuk menaikinya (menzinainya)”. Maka Alloh melihat pada orang tersebuit dengan tatapan murka, maka jatuhlah daging wajah orang itu dan bengkaklah dia. Alloh berfirman : “Apa yang telah kamu perbuat ?”.

Maka bersaksi untuk orang tersebut lisannya, dan berkata : “Terhadap apa-apa (perempuan) yang haram bagiku, telah bicara aku”, Berkata tangannya : “Terhadap (perempuan) yang haram bagiku, telah lung-lungan aku”, memberi sesuatu secara langsung dari tangan Fulan ke tangan Fulanah yg bukan mahromnya.

Berkata matanya : “Terhadap (perempuan) yang haram bagiku, telah melihat aku”, Berkata kakinya : “Terhadap (perempuan) yang tidak halal bagiku, telah berjalan aku” Dan berkata farjinya : “Dan akulah yang melakukan (zina)”. Maka berkata Malaikat Hafadhoh dari golongan malaikat : “Dan aku mendengar (perbuatannya) “, berkata beberapa malaikat yang lain : “Dan aku yang mencatat (perbuatannya) “.

17. Mencabut Imannya Sendiri dari Dalam Hati dan Jiwa 

“Barangsiapa yang zina atau meminum khomr, maka Alloh mencabut keimanannya sebagaimana melepasnya manusia pada qomisnya dari kepalanya” (HR Malik).

Demikian beberapa penyebab pacaran dilarang dalam islam dan dalilnya.

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 26 September 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG LARANGAN PACARAN

Edisi Sabtu, 26 September 2020 M / 9 Shafar 1442 H

 Pacaran pada jaman sekarang menjadi sesuatu yang umum. Pacaran seolah menjadi sebuah ikatan bukti resmi nya hubungan dua insan manusia. Pada jaman sekarang pacaran menjadi hal yang biasa dan menjadi sesuatu yang dibangga bangga kan. Pacaran dilakukan oleh hampir semua kalangan, baik itu pelajar, mahasiswa, pekerja, bahkan orang yang sudah tak lagi muda juga menjalankannya. Orang yang tidak ber pacaran dengan niat menjaga diri dipandang sebagai sesuatu yang aneh, disebut terlalu tertutup atau bahkan disebut sebagai orang yang belum laku.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat beliau, “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang cuma selintas atau tidak sengaja, kemudian beliau memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku”. (HR Muslim no 5770). 

Hadits tersebut bermakna bahwa tidak diperkenankan dengan sengaja memandang kepada lawan jenis, memandang saja tidak dibolehkan dalam islam, sebab menimbulkan hawa nafsu dan mudah sekali tergoda oleh bisikan syetan.

Apalagi pacaran yang identik dengan berduaan, komunikasi intens, berpandangan mata, bahkan melakukan sentuhan seperti berpegangan tangan. tidak ada istilah pacaran dalam islam, sebab pacaran menjurus kepada maksiat dan zina. Pendekatan sebelum menikah dalam islam dilakukan dengan jalan Istikharah, berikut 17 ayat tentang larangan pacaran beserta uraian singkat nya:

1. QS Al Isro’ Ayat 32 

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."

Pacaran bukan sebuah ikatan yang resmi, ikatan resmi hanya didapat dengan menikah. Pacaran mendekatkan pelakunya ke arah zina yang jelas dilarang oleh Allah dan bukan jalan yang baik dalam islam. Untuk itulah larangan berpacaran dalam islam dijelaskan dalam ayat ini guna menegaskan perilaku tidak baik tersebut.

2. QS An Nuur Ayat 30 

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Pacaran yang identik dengan berpandangan, berdekatan, dll tidak sesuai dengan perintah Allah kepada semua laki laki beriman untuk menjaga pandangan dan menjaga diri, hendaknya setiap lelaki mukmin mengamalkannya dengan tidak menjalankan pacaran. Salah satu cara menghindari pacaran bisa dengan menahan diri untuk tidak bertemu dengan lawan jenis hanya berduaan saja.

3. QS An Nuur Ayat 31 

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Wanita yang dijunjung tinggi kehormatannya dalam islam juga hendaknya menjauhi pacaran dan mendekatkan diri hanya kepada suami nya kelak. Wanita baik yang senantiasa istiqomah menjaga diri akan mendapat jodoh yang baik pula. 

4. QS Al Ahzab Ayat 32 

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,"

Salah satu hal yang umum dalam pacaran ialah saling bertutur kata lembut bahkan merayu pada lawan jenis yang belum halal baginya, hal ini tidak diperkenankan oleh Allah sebab dapat memancing hawa nafsu orang lain.

5. QS Al Mu’minun Ayat 5 

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

"dan orang-orang yang menjaga kemaluannya."

Allah menjunjung tinggi dan menyukai mukmin laki laki dan perempuan yang mampu menjaga diri dengan menghindari pacaran sehingga terhindar dari perbuatan tercela. 

 6. QS Al Mu’minun Ayat 6 

إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

"kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan jalan dalam islam yang halal yaitu melalui pernikahan bukan pacaran yang haram hukumnya. 

7. QS Al Ahzab Ayat 35 

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."

Allah menjanjikan pahala besar untuk mukmin laki laki dan perempuan yang mampu menjaga dirinya, mampu mengalahkan hawa nafsu nya, dan mampu menjalankan perintah Allah dengan menjalankan hubungan yang halal melalui ikatan pernikahan bukan berpacaran. 

8. QS Al Mu’minun Ayat 7 

فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ

"Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas."

Pacaran sama saja dengan mencari zina sebab memiliki kedekatan dengan lawan jenis tanpa ada ikatan yang syah.

9. QS At Tahrim : 6 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Ada sebagian orang tua yang merasa bangga jika anaknya berpacaran, bahkan merasa khawatir jika anaknya tidak berpacaran karena takut dianggap tidak laku. Dalam keluarga wajib menuntun dan mengingatkan dalam kebaikan, sebagai orang tua pula wajib melarang jika anaknya berbuat hal yang maksiat seperti pacaran, sebab salah satu kewajiban orang tua adalah memelihara keluarga nya dari api neraka. 

10. QS Al Baqarah Ayat 169

 إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."

Ada sebuah hadist dari Rasulullah, “Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan wanita kecuali yang ketiga adalah syetan”. (HR Tirmidzi). Pacaran menjadikan jalan mudah bagi syetan untuk memberi bisikan yang menjurus pada perbuatan maksiat dan keji. Tidak sedikit orang berpacaran yang akhirnya rugi karena berbuat zina. 

11. QS Al Ahzab Ayat 33 

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

Perempuan yang berpacaran tentu sering berhias diri agar terlihat menarik di mata lelaki yang berpacaran dengan nya, hal itu tidak dibenarkan dalam islam, sebab wanita hanya boleh berhias diri dan tampil menarik di hadapan suami nya. 

12. QS An’am Ayat 119 

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ

"Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas."

Jangan terpengaruh dengan orang lain yang membanggakan diri karena berpacaran, setiap mukmin hendaknya istiqomah dan tetap berada pada jalan Allah, tidak mengikuti sesuatu yang sesat yang melampaui batas seperti pacaran. 

13. QS Qasas Ayat 50 

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Orang yang menjalankan perbuatan seperti pacaran termasuk merugi sebab termasuk perbuatan sesat yang tidak ada dalam syariat islam, perbuatan tersebut hanya mengikuti kehidupan seperti jaman jahiliyah dahulu sebelum mendapat petunjuk dari Allah dan para Rasul Nya.

14. QS Al Maidah Ayat 77 

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang orang terdahulu sebelum kedatangan Muhammad dan mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. 

Pada jaman dahulu wanita tidak mendapat kehormatan, wanita hanya digunakan sebagai penghias dan pelayan bagi pria, banyak wanita yang merugi dan menderita.

Allah telah menurunkan para Nabi dan Rasul Nya untuk memberi petunjuk kepada setiap umat tentang syariat islam agar mendapat jalan yang lurus. Seseorang yang tidak mengikuti petunjuk dari Allah dan Rasul Nya tentu akan merugi sebab segala syariat dan hukum islam pasti memberikan kebaikan dan banyak manfaatnya.

15. QS Al Furqon Ayat 43 

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا

"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?"

Allah tidak menjamin ketenangan hidup orang orang yang tidak mengikuti syariat Nya. Pacaran adalah salah satu perbuatan yang tidak sesuai syariat islam, yang hanya bertujuan untuk mengikuti hawa nafsu dan membanggakan diri.

16. QS An Naziat Ayat 40 

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ

“Dan orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keingingan hawa nafsu nya ”. 

Allah memberi jaminan surga untuk orang mukmin baik laki laki ataupun perempuan yang mengikuti syariat Nya dengan niat ibadah dan tidak mengikuti hawa nafsu nya karena Allah. Orang tersebut akan mendapat jalan lurus dan jauh dari godaan syetan sehingga jauh pula dari berbagai bentuk perbuatan maksiat.

17. QS An Naziat Ayat 41 

فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).

Pacaran bukan jalan dalam islam untuk meresmikan sebuah hubungan, pacaran justru terdapat ketidak pastian di dalam nya, hubungan yang serius adalah hubungan yang dibuktikan denga pernikahan, perempuan dan laki laki yang serius juga mereka yang menjauhi pacaran untuk menjaga diri dan kehormatannya, serta mengikti syariat Allah. Orang yang baik dan suci tentu kelak akan mendapat jodoh yang baik untuknya pula.

Demikian artikel 17 ayat Al Qur’an tentang pacaran. Jelas dari ayat ayat di atas bahwa pacaran adalah perbuatan yang tidak ada dalam hukum islam, pacaran termasuk perbuatan tercela dan menjurus ke arah maksiat serta zina. Jelas bahwa berpandangan, berduaan, bersentuhan, dll yang menjadi hal biasa dalam pacaran hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang telah memiliki hubungan yang halal berdasarkan syariat islam yaitu dengan jalan pernikahan.

Sebagai umat islam hendaknya tidak mengikuti kebiasaan tersebut, wajib bagi setiap mukmin untuk mempertahankan jati diri dan menjaga diri serta kehormatan dengan melakukan pergaulan yang dibolehkan oleh syariat islam. Setiap hukum islam yang diciptakan pastilah lebih banyak manfaat dan kebaikan di dalam nya. Semoga bisa bermanfaat dan menjadi perbaikan diri terima kasih.

Semoga bermanfaat....

Jumat, 25 September 2020

17 KEUTAMAAN HARI JUM'AT BAGI WANITA

Edisi Jum'at, 25 September 2020 M / 8 Shafar 1442 H

Seperti diketahui Jum'at merupakan hari paling istimewa di antara hari lain bagi umat muslim.

Rasulullah pun sangat memuliakan hari Jum'at bahkan di dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda:

“Hari terbaik di mana matahari terbit di dalamnya ialah hari Jum'at. Pada hari itu Adam Alaihissalam diciptakan, dimasukkan ke surga, dikeluarkan daripadanya dan kiamat tidak terjadi kecuali di hari Jum'at.” (Riwayat Muslim)

Pada hari yang sangat istimewa tersebut, akan sangat banyak pahala yang akan diturunkan sekaligus banyak juga kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk menghapus dosa dan sangat disayangkan jika terlewatkan atau disia-siakan begitu saja.

Bagi kaum adam ibadah shalat Jum'at hukumnya adalah wajib. Lalu bagaimana dengan keutamaan Hari Jum'at bagi seorang wanita?

Berikut beberapa keutamaan hari Jum'at bagi wanita :

1. Hari Paling Baik 

Hari Jum'at menjadi hari terbaik dimana matahari terbit pertama kali adalah di hari Jumat dan pada hari itu juga, Adam diciptakan serta dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya sekaligus kiamat tidak akan terjadi kecuali di hari Jum'at.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabada, “Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum’at.

2. Waktu Mustajab Untuk Berdoa 

Tidak hanya lelaki yang diharapkan untuk melaksanakan shalat dan juga memanjatkan sesuatu pada Allah, namun para wanita juga bisa melakukan hal serupa sebab di hari tersebut niscaya Allah akan mengabulkan permohonan tersebut. Rasulullah sudah memberi isyarat tentang gambaran sedikitnya waktu tersebut.

Ibnu Qayyim Al Jauziah, setelah menjabarkan perbedaan pendapat tentang kapan waktu itu mengatakan, “Diantara sekian banyak pendapat ada dua yang paling kuat, sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang sahih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua,  sesudah Ashar dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi” (Zadul Ma’ad Jilid I/389-390).

3. Sedekah 

Hari jum'at juga diutamakan untuk lebih banyak melakukan sedekah dibandingkan dengan hari lainnya. Ibnu Qayyim mengatakan, “Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya”. Hadits dari Ka’ab  menjelaskan: “Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya”. (Mauquf Shahih)

4. Hari Allah Menampakkan Diri 

Hari jumat juga menjadi hari dimana Allah menampakkan diri pada hamba-Nya yang beriman di surga. Sahabat Anas bin Malik  dalam berpendapat dalam ayat, “Dan Kami memiliki pertambahannya” (QS.50:35) mengatakan: “Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum’at”.

5.Membaca Surat Al Kahfi 

Kaum muslim dan juga muslimah diharapkan juga untuk membaca surat Al Kahfi pada hari jumat. Hari jum'at yang dimaksud adalah hari jum'at dalam perhitungan pada kalender hijriah yaitu dimulai pada hari Kamis petang di saat matahari terbenam sampai hari jum'at petang di saat matahari terbenam.

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya hingga baitul Atiq.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dishahihkan Al-Albani)

6. Perbanyak Shalawat 

Keutamaan berikutnya yang harus dilaksanakan kaum muslimah pada hari jum'at adalah lebih memperbanyak shalawat. Amalan shalawat ini terbilang sesuatu yang ringan dan mudah untuk dilakukan kapan pun dan dimana pun terutama jika ingin mendapatkan pahala sunnah di hari Jum'at.

Shalawat ini dibacakan pada hari kamis petang saat matahari terbenam sampai hari jum'at petang di saat matahari terbenam.

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro; hasan lighairihi)

7. Perbanyak Doa 

Tidak hanya memperbanyak shalawat, keutamaan muslimah lain di hari jum'at adalah lebih memperbanyak doa pada hari istimewa tersebut. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sendiri sudah memberi penjelasan mengenai keutamaan doa pada hari jum'at di dalam hadits yakni,

“Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Shalat Dhuhur Awal Waktu 

Meski tidak menunaikan ibadah shalat Jum'at, akan tetapi kaum muslimah masih bisa mendapatkan pahala sunnah dengan cara melaksanakan shalat dhuhur pada awal waktu.

Selain itu, shalat dhuhur juga tidak boleh ditunda bahkan sampai dilalaikan.

9. Hari Penghapusan Dosa 

Hari jum'at juga menjadi hari penghapusan dosa tidak hanya untuk kaum muslimin namun juga kaum muslimah. Salman Al Farisi berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mandi pada hari Jum’at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum’at”. (HR. Bukhari).

10. Hari Terhindar Dari Siksa Kubur 

Sudah disebutkan dalam sebuah hadits jika ada seseorang yang meninggal di malam Jum'at atau hari jum'at, maka orang tersebut juga akan terhindar dari fitnah siksa kubur.

“Barangsiapa yang meninggal dunia di malam Jum'at atau hari Jum'at terjaga dari fitnah siksa kubur”. (HR. Imam At Tirmidzi dari Abdullah bin Amr bin Ash)

11. Hari Kesaksian 

Di dalam Al Qur'an setidaknya ada tiga hari yang paling penting yakni hari kiamat, hari yang disaksikan yakni hari arafah dan juga hari persaksian yakni hari jum'at.

“Hari yang dijanjikan yaitu hari Qiyamat, hari yang disaksikan adalah hari Arafah dan hari persaksian adalah hari Jum'at”. (HR. Imam At Tirmidzi dari Abu Hurairah). Ini menyebabkan hari jum'at menjadi salah satu hari paling penting untuk umat muslim di seluruh dunia.

12. Rizki Berkelimpahan 

Hari jum'at menjadi hari dimana rizki akan berkelimpahan. Di dalam Surat Al-Jumu’ah ayat ke 10, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."

Dalam kitab tafsir Jalalayn juga dijelaskan tentang ayat ini yang turun di hari Jum'at dimana Nabi sedang berkhutbah dan sekumpulan kafilah datang membawa banyak barang dagangan kemudian dipukul generang untuk menyambut kafilah seperti biasa sehingga banyak ornag berhamburan keluar masjid dan hanya tersisa 12 orang saja bersama Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam.

Dalam ayat tersebut memberi pengertian jika karunia tersebut bisa dicari asalkan tetap mengingat Allah sehingga nantinya Allah akan memberikan keberuntungan selama di dunia dan juga akhirat.

13. Memotong Kuku 

Pada hari jum'at, keutamaan wanita lainnya adalah membersihkan diri serta memotong kuku yang merupakan cara penambah keberkahan untuk menyambut hari raya setiap pekan yakni jum'at yang mulia sekaligus memuliakan hari jum'at tersebut. Sementara untuk pria disarankan untuk memotong kuku, memotong kumis dan juga membersihkan diri secara khusus sebelum berangkat shalat jum'at.

14. Mandi jumat 

Jum'at menjadi hari raya untuk semua umat muslim tanpa terkecuali sehingga penampilan dan juga fisik harus sangat disiapkan untuk menyambut dan menghias kemuliaannya.

Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam sendiri juga sudah mempraktekkan sendiri bagaimana Beliau menggunakan pakaian khusus di hari jum'at dan juga memberi perintah pada sahabat untuk melakukan hal yang serupa. Selain itu, mandi dan mengenakan wewangian tidak hanya dilakukan sebagai syiar, namun juga kekhusyukan untuk melakukan ibadah. Meskipun mandi jum'at tidak diwajibkan untuk wanita serta anak-anak, namun tetap baik untuk dilakukan.

15. Tidak Mengkhususkan Puasa 

Hari jum'at juga tidak boleh dikhususkan untuk berpuasa dan ini juga diperkuat oleh riwayat dari Abi hurairah  radliyallah ‘anhu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah salah seorang kamu berpuasa pada hari Jum’at, kecuali dia juga berpuasa sehari sebelumnya atau sesudahnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Jabir radiyallah’anhu pernah ditanya: “Apakah Nabi shallallahu’alaihi wasallam melarang tentang puasa hari Jum’at? Beliau menjawab, “ya.” dalam riwayat lain terdapat tambahan, “Kecuali digandengan dengan puasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan lainnya)

16. Memperbanyak Dzikir 

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian diseru untuk shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah.” (QS Al Jumuah : 9)

Di dalam Al-Quran Surat Al Jumuah disebutkan bahwa di hari Jum'at kita bisa memperbanyak Dzikir agar mendapatkan keutamaan dari Allah. Untuk itu, bersegeralah diri kita mengingat Allah untuk mendapatkan keutamaan tersebut di hari Jum'at.

17. Ibadah yang Mendapat Keutamaan Pahala 

”Barangsiapa yang mandi lalu berwudhu pada hari Jum’at, lalu ia bersegera dan bergegas (untuk sholat), kemudian ia mendekat kepada imam dan diam, maka baginya pada setiap langkah kaki yang ia langkahkan (ada pahala) puasa dan sholat setahun, dan yang demikian ini adalah sesuatu yang mudah bagi Alloh.” (HR Ahmad dan Ashhabus Sunnan)

Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa dengan melaksanakan ibadah di hari Jumat, bergegas untuk shalat, maka akan mendapatkan pahala yang lebih dari puasa dan shalat setahun. Hal ini tentu saja berhubungan dengan pengertian hari Jum'at bahwa Jum'at adalah persahabatan atau persatuan.

Demikian, itulah tadi 17 keutamaan hari Jumat bagi kaum hawa.

Semoga bermanfaat...

Rabu, 23 September 2020

17 KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Edisi Kamis, 24 September 2020 M / 7 Shafar 1442 H

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini tidak lain karena syiar Islam yang masuk ke Indonesia diterima dengan baik oleh penduduk saat itu.

Keterlibatan Kerajaan islam di Indonesia pun turut memberikan peran dalam penyebaran islam ke seluruh penjuru Indonesia.

Sejarah Indonesia tak lepas dari kerajaan Islam yang pernah berdiri dan memberi beragam warisan budaya. Peninggalan kerajaan Islam di Indonesia ini sebagian masih bisa disaksikan dan menjadi saksi biru perkembangan zaman.

Berbagai buku dan situs sejarah mencatat berdirinya kerajaan Islam di Indonesia, sosok di baliknya, masa kejayaan, dan peninggalan yang bersejarah. Kerajaan Islam kadang disebut kesultanan mengikuti sebutan pemimpin utama di wilayah tersebut. 

Kerajaan islam di Indonesia antara lain kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Aceh Darussalam, Kesultanan Malaka, Kerajaan Demak, dan masih banyak lagi yang akan dibahas dalam artikel ini.

Berikut ini beberapa kerajaan islam yang pernah ada di Indonesia:

1. Kerajaan Samudera Pasai 

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh persisnya di Aceh Utara kabupaten Lhokseumawe. Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M.

Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.

Diantara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Pada masa pemerintahan Sultan Malik At-Tahir, Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

2. Kerajaan Aceh Darusaalam 

Kerajaan Aceh Darussalam (1496-1903 M) berdiri pada masa runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan Aceh Darussalam atau yang disebut juga sebagai Kerajaan Aceh atau Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra  dengan ibu kota Banda Aceh Darussalam.

Sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam,Sultan Ali Mughayat Syah, dinobatkan pada hari Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H bertepatan dengan tanggal  8 September 1507 kalender Masehi. Kerajaan Aceh Darussalam mengalami kejayaan pada masa perintahan Sultan Iskandar Muda atau Sultan Meuku Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh luas hingga menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama.

3. Kesultanan Malaka 

Kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan Islam Melayu yang berdiri di tanah Malaka. Kerajaan ini pertama kali dibentuk dan didirikan oleh Parameswara dari Sriwijaya Palembang pada tahun 1405 dan merubah namanya menjadi Sultan Iskandar syah setelah memeluk Islam. 

Setelah Sultan Iskandar Syah, kepemimpinan kerajaan Malaka dipegang oleh anaknya, yakni Sultan Muhammad Syah di tahun 1424 sampai 1444. Di masa kepemimpinannya, wilayah kerajaan diperluas ke seluruh Semenanjung Malaka. Setelah itu, ia digantikan oleh saudaranya Sultan Muzaffar Syah dari tahun 1444 hingga 1459. Selanjutnya, pemerintahan dipegang oleh Sultan Mansur Syah di tahun 1459 hingga 1477, Sultan Alauddin Syah pada 1477 hingga 1488, dan terakhir Sultan Mahmud Syah 1488 hingga 1528.

Kerajaan Malaka tercatat memiliki hubungan baik dengan Cina yang dimana tercatat sudah banyak hubungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Kerajaan ini terkenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di selat Malaka sekitar abad 15. Runtuhnya Kesultanan Malaka akibat dari invasi Portugis pada tahun 1511 dan peristiwa tersebut menjadi salah satu awal mula invasi militer Eropa ke Nusantara.

4. Kesultanan Perlak 

Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang terletak di Peureulak Aceh Timur pada tahun 840 sampai 1292 Masehi. Perlak atau Peureulak merupakan sebuah area produksi kayu perlak, sejenis kayu yang sangat cocok digunakan untuk pembuatan kapal.

Pada masa itu, daerah tersebut dikenal sebagai negeri Perlak. Oleh karena itu, daerah tersebut ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dari negara Arab dan Persia. Hal ini menyebabkan perkembangan komunitas Islam di daerah ini hingga pernikahan campuran pedagang Muslim dengan wanita asli daerah Perlak.

Raja pertama Kerajaan Perlak adalah Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah. Namun, masa kekuasaannya tidak banyak diketahui. Raja terakhir Muhammad Amir Syah mengawinkan putrinya dengan Malik Shaleh lalu Malik Shaleh mendirikan Kerajaan Samudra Pasai.

5. Kerajaan Demak 

Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama dan terbesar di pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1478 yang dipimpin oleh Raden Patah. Kerajaan Demak terletak di wilayah Demak daerah pesisir utara Jawa Tengah.

Kerajaan Demak merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Hal ini lantaran dukungan dari para Wali Songo kala itu. Munculnya Kerajaan Demak terjadi pada masa kemunduran Kerajaan Majapahit yang kala itu beberapa wilayah kekuasaan Majapahit memisahkan diri.

Kerajaan ini tercatat memiliki 5 raja yang pernah berkuasa yaitu Raden Fatah, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawata dan Arya Penangsang. Pada masa kejayaannya kerajaan ini menjadi kerajaan yang tak tersaingi di pulau Jawa khususnya.

Kemunduran Kerajaan Demak dipicu olehh perang saudara antara Pangeran Surowiyoto dan Trenggana yang berujung saling bunuh antar saudara untuk merebut tahta Kerajaan Demak. Pada tahun 1554 Kerajaan Demak mengalami keruntuhan akibat pemberontakan Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Oleh Hadiwijaya pusat kekuasaan Kerajaan Demak dialihkan ke daerah Pajang sehingga berdirilah Kerajaan Pajang.

6. Kerajaan Islam Pajang 

Kerajaan Pajang berdiri sebagai kelanjutan Kerajaan Demak setelah mengalami keruntuhan. Pajang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau biasa disebut Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging yakni di lereng Gunung Merapi. Ia adalah menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Pasca membunuh dan merebut kekusaan Demak dari Aria Penangsang, seluruh kekuasaan dan benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya dan sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.

Islam yang semula berpusat di pesisir utara Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman membawa pengaruh yang besar dalam penyebarannya. Selain Islam yang mengalami perkembangan, politik juga mengalami perkembangan.

Pada masanya, Jaka Tingkir memperluas kekuasaannya ke arah timur hingga Madiun di area pedalaman tepi aliran sungai Bengawan Solo. Pada tahun 1554 Jaka Tingkir mampu menduduki Blora dan Kediri pada 1577. Karena Kerajaan Pajang dengan raja-raja di Jawa Timur sudah bersahabat, pada tahun 1581 Jaka Tingkir mendapat pengakuan sebagai sultan Islam oleh raja-raja penting di Jawa Timur.

7. Kerajaan Mataram Islam 

Kerajaan Mataram Islam merupakan sebuah Kerajaan Islam yang berdiri di Pulau Jawa pada abad ke-16. Pusat pemerintahan Kerajaan Matarama Islam terletak di Kotagede Yogyakarta. Kerajaan ini dipimpin oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan Majapahit yaitu Keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan.

Awal mula Kerajaan Mataram Islam adalah dari Kadipaten yang berada di bawah Kesultanan Pajang dan berpusat di Bumi Mentaok. Kemudian diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya. Raja yang berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Penembahan Senapati), yang merupakan putra Ki Ageng Pemanahan. Pada masa pemerintahan Sutawijaya, kerajaan ini menjadi kerajaan independen.

Kerajaan Islam Mataram mengalami masa kejayaan pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Sultan Agung berhasil melakukan ekspansi dan menguasai hampir seluruh wilayah di tanah Jawa. Ia juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan bekerja sama bersama Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.

Kerajaan Mataram Islam atau yang disebut dalam Bahasa Jawa Nagari Kasultanan Mataram menerapkan kerajaan berbasis pertanian dengan berasaskan ajaran Islam. Kerajaan Mataram meninggalkan beberapa peninggalan seperti kampung Matraman di Batavia  / Jakarta, sistem persawahan di Pantura, Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dan lainnya.

8. Kerajaan Islam Cirebon 

Kerajaan Cirebon atau Kasultanan Cirebon adalah Kasultanan Islam yang cukup besar di Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Kasultanan Cirebon pertama kali di didirikan pada tahun 1430 dan penguasa atau Sultan pertama yang menjabat di kerajaan adalah Pangeran Walangsungsang sebagai Sultan Cirebon I dan menjabat dari tahun 1430 hingga 1479 M.

Kemudian pada tahun 1479 Sultan Cirebon I menyerahkan jabatan dan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati yang tidak lain ada keponakannya sendiri dan menjabat sebagai Sultan Cirebon II.

Sultan atau penguasa Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Sultan Abdul Karim yang merupakan penguasa Kasultanan Cirebon terakhir sebelum terbagi menjadi dua yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.

9. Kerajaan Islam Banten 

Kesultanan Banten atau Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam di pulau Jawa tepatnya di Pasundan, Banten pada tahun 1526. Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini adalah Sultan Maulana Hasanudin dan pemimpin terakhir dari Kasultanan Banten sebelum dipaksa bubar oleh kolonial Inggris adalah Sultan Maulana Muhammad Syafiudin.

Raja atau sultan yang paling terkenal di Kesultanan Banten adalah Sultan Agung Tirtayasa yang dimana masa kejayaan Kesultanan Banten terjadi di masa kepemimpinannya.

Kerapuhan dan akhir dari Kesultanan Banten terjadi akibat banyak faktor salah satunya adalah adanya perang saudara yang terjadi di kerajaan dimana Sultan Haji anak dari Sultan Ageng Tirtayasa berusaha untuk mendapatkan kekuasaan dari tangan sang ayah.

Dari kejadian tersebut akhirnya berimbas pada pembubaran Kesultanan Banten pada tahun 1813 oleh pemerintah Inggris yang sedang berkuasa di Indonesia.

Didirikan oleh Hasanuddin pada tahun 1552 di Banten. Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Setelah Hasanuddin wafat kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Yusuf. Kemunduran Kerajaan Banten terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Muffakir.

10. Kerajaan Islam Banjar 

Kesultanan Banjar berdiri sejak tahun 1520 dan bertahan hingga tahun 1905. Sultan atau pemimpin pertama dari Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah yang dilantik pada tahun 1526 dan memimpin hingga tahun 1550.

Masa keemasan dari Kesultanan Banjar terjadi sejak periode awal tahun 1526 hingga 1787 yang dimana kerajaan ini terkenal akan aktivitas pertanian dan juga agensi militernya.

Pada tahun 1860, Belanda secara langsung membubarkan Kesultanan Banjar yang mengharuskan Kesultanan Banjar ditiadakan kembali. Namun sejarah mencatat bahwa pemerintahan Banjar tetap ada hingga tahun 1905 yang dimana rakyat Banjar meyakini adanya pemerintahan darurat. Pemimpin atau sultan terakhir Kerajaan Banjar adalah Sultan Muhammad Seman.

11. Kerajaan Sukadana atau TanjungPura 

Kerajaan Tanjungpura merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat yang berdiri pada abad ke-8. Kerajaan ini mengalami beberapa kali pemindahan ibukota kerajaan. Ibukota pertama terletak di Negeri Batu (saat ini dikenal sebagai Kabupaten Ketapang), kemudian pindah ke Sukadana (saat ini kota di Kabupaten Kayong Utara) pada abad ke-14 dan berubah menjadi Kerajaan Matan pada abad ke-15 semenjak Sorgi (Giri Kesuma) berkuasa dan memeluk islam.

12. Kerajaan Islam Ternate 

Kerajaan Islam Ternate didirikan oleh Sultan Marhum. Keberadaan Kerajaan ini adalah di Maluku Utara. Di Maluku sendiri terdapat 4 Kerajaan yaitu Ternate, Tidore, Obi, dan Bacan. Dari keempat Kerajaan tersebut Ternate dan Tidore merupakan Kerajaan yang berkembang cepet karena sumber rempah-rempah yang sangat besar.

Banyak para saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan Ternate, dan selain bertransaksi perdagangan mereka juga menyebarkan agama islam. Setelah Sultan Mahrum wafat digantikan oleh Sultan Harun. Sultan Harun kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Baabullah.

Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya. Sultan Baabulah kemudian meninggal pada tahun 1583. Tampuk kekuasaan kemudian digantikan putranya yang bernama Sahid Barkat. Kerajaan Ternate mengalami kemunduran karena tidak mampu melawan Spanyol dan VOC.

13. Kerajaan Islam Tidore 

Berdiri pada tahun 1801 yang dipimpin oleh raja Muhammad Naqil. Kerajaan Islam Tidore terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate Agama islam menjadi agama resmi Kerajaan Tidore dan disahkan oleh raja Tidore ke-11 yaitu Sultan Djamalludin berkat dakwah dari Syekh Mansur dari Arab.

Kerajaan Tidore menjadi pusat perdagangan karena banyaknya bangsa Eropa yang melakukan transaksi perdagangan. Bangsa tersebut seperti Spanyol, Portugis dan Belanda. Kerajaan Islam Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M).

14. Kerajaaan Islam Makassar 

Terdapat beberapa Kerajaan yang berada  di Sulawesi Selatan yaitu Kerajaan Gowa, Bone, Waju, Luwu, Tallo, dan Soppeng. Diantara kerajan tersebut yang berkembang sangat pesat hanya Kerajaan Gowa dan Tallo saja. Hal tersebut dikarenakan letak Gowa dan Tallo  yang berada ditengah jalur pelayaran yang strategis. Oleh karena itu raja kedua Kerajaan maju itu memutuskan untuk bergabung dan mendirikan Kerajaan Islam Makassar dengan raja pertamanya adalah Sultan Alauddin.

Kerajaan Islam Makassar ini gemar menyebarkan dakwah Islam. Masa puncak kejayaan Kerajaan Islam Makassar ini ialah pada saat pemerintahan Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin adalah cucu dari Sultan Alauddin.

15. Kerajaan Bone 

Kerajaan Bone dikenal dengan Akkarungen ri Bone, merupakan kerajaan islam yang terletak di Sulawesi bagian barat daya yang sekarang dikenal dengan provinsi Sulawesi Selatan.

Kerajaan Bone berdiri pada awal abad ke-16 dengan datangnya Tomanurung ri Matajang Matasilompoe mempersatukan 7 komunitas yang dipimpin oleh Matoa.

Bone meraih puncak kejayaan setelah berakhirnya perang Makassar pada tahun 1667 sampai 1669. Bone kemudian menjadi kerajaan paling dominan di wilayah selatan Sulawesi. Perang Makassar mengantarkan La Tenritatta Arung Palakka Sultan Saadudin menjadi penguasa tertinggi. Selanjutnya tahta diwariskan ke keponakannya yaitu La Patau Matnna Tikka dan Batari Toja. La Patau Matanna Tikka kemudian menjadi leluhur utama aristokrat di Sulawesi Selatan.

16. Kerajaan Buton 

Kerajaan Buton merupakan salah satu kerajaan islam yang terletak di Kepulauan Buton Sulawesi Tenggara. Kerajaan Buton resmi menjadi kerajaan Islam pada masa pemerintahan Raja Buton yang ke-6 yaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo. Baginda diislamkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani yang datang dari Johor.

Agama islam berkembang pesat di wilayah Kerajaan Buton. Ajaran islam banyak diterapkan dalam pemerintahan dan masyarakat. Peraturan undang-undang Kerajaan Buton disebut Murtabat Tujuh yang erat dengan ajaran tasawuf.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Buton menjalin hubungan yang baik dengan seluruh kerajaan di Sulawesi hingga pulau Jawa. Hubungan diplomatik ini membuat perekonomian wilayah Kerajaan Buton lebih baik karena hubungan perdagangan.

17. Kerajaan Gowa 

 Kesultanan Gowapun tidak mau kalah meramaikan list kerajaan Islam di Indonesia terbesar. Di mana kerajaan ini berdiri sejak tahun 1300 dengan nama rajanya, Tumanurung. Letaknya berada diwilayah Sulawesi bagian Selatan. Perdagangan rempah-rempah menjadi aktivitas utama rakyatnya.

Masa kejayaan kerajaan ini adalah saat dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Silsilah raja Kerajaan Gowa ini lebih dari 20 orang. Sekitar 30 sultan pernah memimpin kerajaan ini. 

Tepat satu tahun setelah Indonesia merdeka, Kesultanan Gowa resmi menjadi bagian dari Indonesia. Sampai sekarang Kesultanan Gowa masih dilestarikan. Peninggalan-peninggalan sejarahnya pun menarik perhatian.

Demikian mengenai 17 Kerajaan Islam di Indonesia beserta penjelasannya. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca.

Semoga bermanfaat....