Rabu, 31 Maret 2021

17 BAHAYA CEMBURU DALAM ISLAM BAGI SUAMI ISTRI

Edisi Rabu, 31 Maret 1442 H / 17 Sya'ban 1442 H

Rasa cemburu mungkin kerap hadir dalam perasaan diri kita. Dimana rasa ini timbul karena rasa yang tidak suka jika orang yang kita sayangi lebih memilih orang lain dibandingkan kita.

Di dalam bahtera rumah tangga, rasa cemburu terhadap pasangan merupakan fitrah manusia yang bisa datang kapan saja. Dimana jika rasa cemburu tidak ada, bahkan hal tersebut sangatlah dikuatirkan. Bisa jadi pasangan anda tidak memiliki rasa kasih dan sayang yang begitu besar terhadap anda.

Dalam kehidupan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam , rasa cemburu kerap diperlihatkan oleh istri Nabi. Terutama bagi Ummu Aisyah yang memang memiliki rasa cemburu yang lebih besar dibandingkan istri-istri Nabi lainnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbali, Imam An-Nasa’i, dan Imam Abu Dawud, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

“Sungguh ada sifat cemburu yang disukai oleh Allah Ta'ala yaitu sifat cemburu yang disertai dengan keragu-raguan dan ada pula sifat cemburu yang sangat dibenci oleh Allah Ta'ala yaitu rasa cemburu yang tanpa disertai rasa keragu-raguan lagi.”

Cemburu di dalam islam sebenarnya diperbolehkan, asalkan jika rasa cemburu yang timbul tidak memiliki sifat yang berlebihan hingga menyebabkan pertengkaran di antara keduanya. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam memiliki seorang istri yang bernama Aisyah, beliau merupakan sesosok istri yang memiliki rasa cemburu yang besar kepada Nabi.

Terutama untuk istri-istri Nabi lainnya. Namun, hal tersebut tidaklah dilarang justru menjadi tolak ukur rasa cintanya kepada Nabi yang begitu besar. Hal ini berkaitan dengan keutamaan Khadijah istri Rasulullah yang begitu Beliau sayangi.

Namun bagaimana jika rasa cemburu tersebut sudah melewati batasnya. Misalnya seorang istri yang memiliki rasa cemburu buta terhadap suaminya hingga ia melakukan apa saja untuk menjaga suaminya dari perempuan lain. Atau sebaliknya suami yang memiliki rasa cemburu berlebihan hingga terus menerus mengawasi istrinya dari laki-laki lain bahkan sampai mengurungnya seharian di rumah. 

Adakah bahaya cemburu dalam islam? Berikut pembahasan mengenai bahaya cemburu dalam islam yang memang harus anda ketahui dan pahami secara betul:

1. Rasa Percaya yang Berkurang 

Saat rasa cemburu mulai menyapa pada diri anda, tentu kepercayaan yang semula anda tanamkan kepada pasangan secara perlahan mulai berkurang dengan sendirinya. Hal inilah yang ditakutkan dalam kehidupan rumah tangga. Dimana apabila rasa percaya terhadap pasangan mulai berkurang, tentu akan berakibat fatalnya kehidupan rumah tangga yang selama ini anda bina. Anda bisa mempelajarinya dari tips menjaga hati dalam islam.

2. Ragu Terhadap Pasangan 

Cemburu bisa timbul karena ada dugaan yang jelas terhadap pasangan. Maka rasa cemburu yang seperti inilah yang masih dalam tahapan yang wajar. Namun apabila keraguan yang anda tanamkan kepada pasangan tanpa adanya landasan atau tuduhan yang kuat. Maka hal tersebut merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah Subhanhu wa ta'ala.

Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah bersabda: “Ada jenis cemburu yang disukai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan adapula cemburu yang dibenci oleh-Nya, yaitu cemburu yang didasari atas tuduhan atau sangkaan. Sedangkan cemburu yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala yaitu cemburu yang tidak dilandasi dengan keraguan.” (Sunan Al-Baihaqi).

3. Menimbulkan Persepsi yang Buruk 

Kecemburuan terhadap pasangan bukan hanya mengurangi rasa percaya kepada mereka. Melainkan juga menimbulkan persepsi yang buruk kepada pasangan kita. Hal ini juga telah dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala yang berbunyi:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah apabila mereka ditimpa rasa was-was yang berasal dari syaitan, maka mereka langsung mengingat kepada-Ku. Maka dari itu pula mereka akan melihat kesalahan-kesalahan.” (QS. Al-A’raf: 201).

4. Memicu Kemarahan 

Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Sa’ad bin Ubadah menyatakan: “Seandainya aku telah melihat seorang laki-laki bersama istriku, maka aku akan memukulnya dengan sisi padangku yang sangat tajam.”

Saat mendengar berkataan tersebut, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

“Tidak herankan kalian terhadap kecemburuan Sa’ad? Jika aku berada di posisinya, maka aku akan lebih cemburu daripadanya. Dan Allah Subhanahu wa ta'ala akan lebih cemburu lagi dari apa yang ada pada diriku.” (HR. Bukhari). 

Hal ini berkaitan dengan bahayanya sifat marah dalam islam yang harus anda ketahui juga.

5. Ancaman Dosa 

Saat kemarahan mulai ada di dalam rasa cemburu yang anda tanamkan, maka hal tersebutlah yang mengancam dosa bagi anda. Hal inilah yang paling ditakuti oleh Allah Ta'ala. Dimana saat seseorang memiliki rasa cemburu berlebih kepada pasangannya, maka bukan nikmat atas pahala yang mereka dapatkan. Melainkan justru dosa yang terus tertumbuk dari rasa marah yang mereka tanamkan pada dirinya.

Seperti halnya dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala : “Hai orang-orang beriman, jauhkanlah dirimu dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya yang demikian itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12).

6. Berburuk Sangka Terhadap Pasangan 

Berburuk sangka terhadap pasangan tidak hanya memicu pertikaian diantara keduanya. Melainkan juga menimbulkan rasa yang kurang baik di dalam diri mereka. Dimana sifat inilah yang sangat dibenci oleh Allah Ta'ala.

Dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala : Dan janganlah engkau iri hati terhadap apa yang telah Aku karuniakan terhadap sebagian dari kamu. Karena bagi (laki-laki) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segalanya.” (QS. An-Nisa’: 32).

7. Adanya Luka dalam Hati 

Saat prasangka sudah ada di dalam hati, maka kecemburuan juga semakin menjadi-jadi. Hal inilah yang menimbulkan adanya luka dalam hati kita. Dimana saat kita merasa benci terhadap seseorang, tentu luka hati juga akan tertanam pada diri kita.

Untuk itu, islam melarang bagi mereka yang memiliki sifat cemburu yang berlebih kepada pasangannya. 

8. Memicu Timbulnya Permasalahan Baru 

Kecemburuan yang besar bukan hanya menyakiti diantara satu pasangan kita, melainkan juga dapat memicu timbulnya permasalahn baru di dalam rumah tangga. Yang awalnya hanya sebuah prasangka kecil bisa semakin besar dengan rasa cemburu yang meluap di dalamnya. Hal inilah yang harus dihindari ketika cemburu sudah membutakan hati kita.

9. Komunikasi yang Semakin Buruk 

Cemburu bukan hanya menimbulkan permasalahan baru di dalam rumah tangga, melainkan juga memperburuk komunikasi diantara keduanya. Apabila komunikasi sudah tidak terjalin seperti sediakala. Maka sebaiknya ada pihak penengah agar rasa cemburu tidak menimbulkan permasalahan yang berujung ke tanduk pertikaian.

10. Menimbulkan Pertikaian Diantara Keduanya 

Saat rasa cemburu sudah membutakan mata hati anda, maka rasa sakit hati akan tertanam pada diri anda. Tidak hanya mengurangi keharmonisan di dalam rumah tangga, melainkan juga berimbas ke pertikaian diantara sepasang suami dan istri. Hal inilah yang sangat dilarang dalam islam. Dimana sebuah rumah tangga yang seharusnya dibangun dengan rasa cinta dan kasih. Justru berujung ke dalam jurang kehancuran.

11. Menyebabkan Kehancuran 

Bukan hanya ketidakharmonisan di dalam rumah tangga, melainkan juga adanya permasalahan baru yang terus diungkit-ungkit. Apabila rasa cemburu sudah mengarah ke suatu yang tidak wajar dan justru menimbulkan permasalahan baru di dalam keluarga yang menyebabkan kehancuran.

Maka setidaknya ada salah satu pihak yang mencoba untuk mengalah demi keutuhan bahtera rumah tangga yang anda bina selama ini. Anda bisa mempelajari hal lain dari Baginda Nabi yaitu cara Rasulullah menyayangi istri dan cara Rasulullah marah kepada istri.

12. Haramnya Masuk Surga 

Memiliki sifat cemburu terhadap pasangan memang dibenarkan dalam islam, namun tidak bagi mereka yang memiliki sifat cemburu hingga berlebih (cemburu buta). Sifat cemburu yang seperti inilah yang akan memicu terjadinya kehancuran di dalam rumah tangga hingga Allah Ta'ala mengharamkan bagi mereka untuk menikmati surga-Nya.

Seperti halnya sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berikut ini:

“Ada tiga golonganku yang mana Allah Subhanahu wa ta'ala mengharamkannya masuk surga yaitu mereka pecandu khamr, mereka yang durhaka kepada orang tuanya, dan mereka yang membiarkan kefasikan dan kekafiran di dalam rumah tangganya.” (HR. An-Nasa’i).

13. Adanya Pihak yang Tersakiti 

Bukan hanya dari kedua belah pihak yang merasa tersakiti, melainkan akan ada pihak lain yang akan tersakiti dari rasa cemburu yang ada dalam diri anda. Hal inilah yang bisa memicu adanya pertengkaran yang sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Sebenarnya cemburu dalam islam diperbolehkan, selama hal tersebut masih dalam batasan yang wajar. Hal tersebut juga terjadi dalam kehidupan pernikahan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersama Aisyah istrinya. Dimana dalam sebuah hadits, Sahabat Anas bin Malik menceritakan:

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di rumah salah satu istrinya, Anas berkata: “Menurutku adalah istrinya Aisyah. Lalu salah satu dari istri Beliau mengantarkan sebuah makanan dengan mengutus seorang sahabat lainnya. Namun pada waktu itu, istri Beliau marah dan melempar piring sehingga terbelah menjadi dua.” Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: “Ibu kalian sedang dalam keadaan marah (cemburu). Lalu beliau menyatukan kedua pecahan piring tersebut dan merapikan makanannya seraya mengatakan: “Makanlah kalian” dan para sahabat pun memakannya”.

14. Termasuk perbuatan fasiq 

Orang yang salah menggunakan rasa cemburu sehingga sampai pada tingkatan menuduh keluarganya tanpa suatu keraguan pun dan selalu tidak mempercayai seluruh perbuatan mereka. Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa Nabi Dawud mengatakan kepada anaknya, Nabi Sulaiman, “Hai anakku, janganlah memperbanyak cemburu pada keluargamu tanpa suatu keraguan pun sehingga engkau menuduhnya (yakni, istri) berlaku buruk padamu, padahal ia tidak melakukannya.”

Maksudnya adalah bahwa bila lelaki dikenal terlalu tidak percaya, banyak menuduh, dan terlalu mengawasi keluarganya dengan cara yang tidak biasa menurut orang yang memiliki akal sehat, maka orang itu fasik dan pelaku kemaksiatan akan berkata, “Kalaulah bukan karena ia melihat adanya hal yang buruk pada diri istrinya, tidaklah mungkin ia amat tidak percaya padanya.”

15. Menimbulkan fitnah 

Disebutkan dalam hadits suatu penjelasan makna kecemburuan dan perintah untuk bersikap fair di dalamnya secara hati-hati dan benar, sehingga dapat menjaga segala kehormatan dan mencapai tujuan tanpa mengurangi kemuliaan atau menyebarkan fitnah. Nabi bersabda, “Di antara kecemburuan ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci Allah. Yang disukai Allah adalah kecemburuan dalam keraguan, sedangkan yang dibenci Allah adalah kecemburuan tanpa suatu keraguan.” (H.R. Abu Dawud dalam kitab al Jihad, bab “al-Khaila’ fi alHarb”; H.R. Ibn Majah dalam kitab an-Nikah bab “al-Ghirah”)

16. Prasangka yang diharamkan 

Sikap cemburu yang berlebih-lebihan serta prasangka yang tidak dilandasi bukti dan akal sehat, dan juga selalu mengontrol dan mengawasi suami atau isteri dalam segala perbuatannya, maka ini termasuk perbuatan yang tercela lagi diharamkan. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :  “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain” [al-Hujurat/49:12] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang para suami mencari-cari kesalahan isteri. Sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tegaskan dalam hadits: “Ada jenis cemburu yang Allah membencinya. Yaitu kecemburuan suami kepada isteri yang tidak disertai adanya indikasi kuat yang mendukungnya”.

17. Termasuk berbuat zhalim 

Cemburu Suami dengan mengurung istri dirumah, menguncinya sampai ia pulang kerja dan setelah itu memeriksa semua kamar dan ruangan, maka perbuatan itu

tidak lebih sekedar kekhawatiran yang berlebihan, sehingga  telah membelenggu isterinya dari hak syar’inya. Dalam keadaan demikian, isteri seperti bukan makhluk hidup padahal bukan pula benda mati. Suami ini telah memadamkan cahaya kemuliaan dan kehormatannya. Nama baiknya akan menjadi pembicaraan di tengah publik. Sekiranya Ia termasuk orang muslim yang benar, yang berpegang pada akhlak dan etika Islam, tentu ia akan melaksanakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain”. [al Hujurat/49:12].

Di dalam islam cemburu memang diperbolehkan selama hal tersebut tidak menimbulkan bahaya di dalam keretakan rumah tangga. Semoga informasi mengenai bahaya cemburu dalam islam di atas dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semoga bermanfaat...,,

Selasa, 30 Maret 2021

17 LARANGAN HUBUNGAN SUAMI ISTRI MENURUT ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Selasa, 30 Maret 2021 M / 16 Sya'ban 1442 H

Bagi pasangan suami dan istri bercinta memiliki beragam manfaat, salah satunya mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Hubungan intim ini merupakan sunah yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai bentuk kasih sayang dan keharmonisan pasangan yang telah menikah.

Bahkan, hubungan antara suami istri ini telah telah diatur dalam firman Allah Ta'ala pada QS. Al-Baqarah ayat 223. "Nisaaukum harsul lakum fa'tuu harsakum annaa syitum wa qaddimuu li`anfusikum, wattaqullaaha wa'lam? annakum mulaaquuh, wa basysyiril-mu'miniin,"

Artinya:

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Memang salah satu kebutuhan dalam rumah tangga adalah kebutuhan biologis. Namun ternyata hubungan suami istri ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Terdapat beberapa larangan dalam hubungan suami istri menurut Islam. 

Berikut adalah 17 larangan hubungan suami istri menurut Islam:

1. Larangan menggauli ketika istri sedang haid 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah Ta'als kepadamu. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al Baqarah : 222)

2. Bersetubuh melalui dubur atau anus 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Terkutuklah orang yang menyetubuhi isteri di duburnya.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i dari Abu Hurairah.)

3. Dilarang menyebarkan rahasia ranjang 

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا

“Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia ranjangnya.” (HR. Muslim no. 1437). Syaikh Abu Malik berkata, “Namun jika ada maslahat syar’i sebagaimana yang dilakukan istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebarkan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berinteraksi dengan istrinya, maka tidaklah masalah” (Shahih Fiqh Sunnah, 3: 189).

4. Dilarang berhubungan pada malam awal, pertengahan, dan akhir bulan 

Ibnu Yamun berkata :“Dilarang senggama (menurut pendapat yang masyhur) dimalam hari raya Idul Adha, Demikian pula dimalam pertama pada setiap bulan. Dimalam pertengahan pada setiap bulan, Bagitu pula dimalam terakhir pada setiap bulan.” Hal itu berdasarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam : “Janganlah kamu bersenggama pada malam permulaan dan pertengahan bulan”

Al-Imam Ghazali mengatakan, bahwa bersenggama makruh dilakukan pada tiga malam dari setiap bulan, yaitu: pada malam awal bulan, malam pertengahan bulan, dan pada malam terakhir bulan. Sebab setan menghadiri setiap persenggamaan yang dilakukan pada malam-malam tersebut.

5. Dilarang datang diam-diam pada istri 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَدِمَ أَحَدُكُمْ لَيْلاً فَلاَ يَأْتِيَنَّ أَهْلَهُ طُرُوْقًا حَتَّى تَسْتَحِدَّ الْمَغِيْبَةُ وَتَمْتَشِطَ الشَّعِثَةُ

“Jika salah seorang dari kalian datang pada malam hari maka janganlah ia mendatangi istrinya. (Berilah kabar terlebih dahulu) agar wanita yang ditinggal suaminya mencukur bulu-bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya” (HR. Bukhari no. 5246 dan Muslim no. 715).

Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata,

نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ لَيْلاً يَتَخَوَّنُهُمْ أَوْ يَلْتَمِسُ عَثَرَاتِهِمْ

“Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam melarang seseorang mendatangi istrinya di malam hari untuk mencari-cari tahu apakah istrinya berkhianat kepadanya atau untuk mencari-cari kesalahannya” (HR. Muslim no. 715).

6. Dilarang berjima’ saat ihram 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ

“Barang-siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS. Al Baqarah: 197)

Ibnu Abbas berkata dalam menafsiri ayat di atas : “Ar-Rafats adalah jima’ (melakukan hubungan seks)

7. Dilarang berjima’ saat puasa 

Diriwayatkan oleh Bukhari, 2600 dan Muslim, 1111. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata,

قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هَلَكْتُ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالَ وَقَعْتُ بِأَهْلِي فِي رَمَضَانَ قَالَ تَجِدُ رَقَبَةً قَالَ لا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لا قَالَ فَتَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لا قَالَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الأَنْصَارِ بِعَرَقٍ وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ اذْهَبْ بِهَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ قَالَ عَلَى أَحْوَجَ مِنَّا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا بَيْنَ لابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ مِنَّا قَالَ اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ

“Seseorang datang kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, celakalah saya!” Beliau bertanya, “Ada apa dengan anda?” Dia menjawab, “Saya telah berhubungan intim dengan istri sementara saya dalam kondisi berpuasa (Di bulan Ramadan),” Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallalm bertanya, “Apakah anda dapatkan budak (untuk dimerdekakan)?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah anda mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya, “Apakah anda dapatkan makanan untuk memberi makan kepada enampuluh orang miskin?” Dia menjawab, “Tidak.” Kemudian ada orang Anshar datang dengan membawa tempat besar di dalamnya ada kurmanya. Beliau bersabda, “Pergilah dan bershadaqahlah dengannya.” Orang tadi berkata, “Apakah ada yang lebih miskin dari diriku wahai Rasulullah? Demi Allah yang mengutus anda dengan kebenaran, tidak ada yang lebih membutuhkan diantara dua desa dibandingkan dengan keluargaku.” Kemudian beliau mengatakan, “Pergilah dan beri makanan keluarga anda.”

8. Boleh telanjang tapi harus ditutupi selimut 

Dari ‘Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya (berjima’), maka hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti dua ekor himar. (HR Ibnu Majah)

9. Jangan memulai hubungan intim tanpa doa 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang mereka akan menggauli istrinya, hendaklah ia membaca: “Bismillah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami”. Sebab jika ditakdirkan hubungan antara mereka berdua tersebut membuahkan anak, maka setan tidak akan membahayakan anak itu selamanya.” (Shahih Muslim No.2591)

10. Tidak langsung berhubungan intim 

Rasulullah bersabda, “Siapa pun di antara kamu, janganlah menyamai isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu ? Rasul Allâh Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. Bukhâriy dan Muslim).

11. Suami dilarang mendahului istri 

Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu menjima’ istrinya, hendaklah ia menyempurnakan hajat istrinya. Jika ia mendahului istrinya, maka janganlah ia tergesa meninggalkannya.” (HR. Abu Ya’la)

12. Dilarang berjima’ di tempat terbuka 

Ketika melakukan hubungan suami istri haruslah dilakukan di tempat yang tertutup dan tidak dapat dilihat oleh siapapun. Islam sangat melarang memperlihatkan aurat apalagi hubungan badan pada siapa saja.

13. Tidak berhubungan badan saat badan masih kotor 

Seperti Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).

14. Menggunakan alat bantu seks termasuk perilaku menyimpang yang diharamkan 

Alat bantu seks yang cukup banyak variasinya seringkali digunakan untuk meningkatkan gairah seksual selama berhubungan di atas ranjang. Tak jarang penggunaan alat bantu seks diperlukan oleh sebagian pasangan dalam menciptakan suasana baru saat sesi bercinta.

Hanya saja, penggunaan alat bantu seks termasuk perilaku menyimpang yang diharamkan oleh syariat Islam. Hal ini dikarenakan mencari kepuasan seksual yang sesuai syariat hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami istri. 

Tangan istri dan suami diperbolehkan untuk mencari kepuasan seksual, namun penggunaan alat bantu termasuk melampaui batas syariat. 

Di dalam surat Al Ma'arij ayat 29-31 pun sudah dijelaskan secara tersirat. 

"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas."

15. Berselingkuh dan menjalani hubungan seks bersama orang lain, termasuk ke dalam zina muhsan 

Ada Aktivitas seksual lain yang dilarang oleh agama Islam, yakni berselingkuh dan menjalani hubungan seks. 

Perlu diketahui bahwa pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan, bahkan telah melakukan hubungan seks masuk ke dalam zina muhsan. 

Zina muhsan sendiri termasuk salah satu zina yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah menikah atau telah memiliki suami atau istri. Dalam arti, seseorang yang telah menikah sebaiknya terus menjaga diri dari orang lain yang bukan mahram. 

16. Onani termasuk aktivitas seksual yang seharusnya perlu dihindari 

Onani termasuk aktivitas seksual yang dilarang oleh agama Islam. Kebiasaan ini memang sering sekali dilakukan oleh kaum laki-laki untuk mencapai kepuasan seksual, sehingga bisa orgasme. 

Bagi seseorang yang sudah menikah, onani bisa dilakukan oleh laki-laki apabila ingin mencari kepuasan seksual sendiri atau sedang menjalani Long Distance Marriage (LDM) bersama istrinya. 

Aktivitas seksual ini dilarang oleh agama Islam dan dianggap haram karena tidak sesuai firman Allah Ta'ala, seperti yang ada di dalam surat Al Ma'arij ayat 29-31. 

"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas."

17. Bersetubuh dengan Posisi Miring 

Bila melihat melihat dari buku Arabic Kamasutra Seni Membahagiakan Pasangan Hidup karya Muhammad al-Baz, berhubungan badan dengan posisi miring dapat menimbulkan encok, sedangkan persanggamaan pada pagi hari sebelum sarapan dapat mematahkan punggung, mengurangi kekuatan, dan melemahkan pandangan.

Dalam bukunya Al Baz mengatakan, posisi ini menimbulkan penyakit tulang punggung dan penyakit jantung.

Juga dapat mengakibatkan penyakit kuning yang mematikan. Sedangkan menahan air mani saat keluar dapat menimbulkan pembatuan dan mengakibatkan hernia. 

Sementara itu, kitab al-Nashihah mengatakan, bersetubuh dengan posisi tidur miring juga dapat mengakibatkan sakit pinggang, penyakit pada lambung serta sulitnya keluar air mani.

Itulah 17 larangan hubungan suami istri dalam Islam yang perlu kita ketahui. Mohon maaf apabila ada tulisan dalam artikel tausiah ini yang kurang berkenan. Trimakasih. 

Semoga bermanfaat....

Senin, 29 Maret 2021

17 SYARAT BERHUBUNGAN INTIM DALAM ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Senin, 29 Maret 2021 M / 15 Sya'ban 1442 H

Hubungan intim atau dikenal dengan istilah Jima’ adalah salah satu bentuk ibadah dalam islam yang tentunya wajib diawali dengan doa hubungan badan dalam islam. Ibadah menjadi wujud ketaatan, cinta serta kasih sayang yang mendalam, dan sebagai bentuk pemberian kewajiban dan hak untuk satu sama lain dimana antara suami istri memiliki hak untuk mendapatkan nafkah lahir dan batin. Nafkah batin yaitu berupa kasih sayang dan pemenuhan syahwat.

Hubungan intim dalam islam boleh dilakukan kapan saja demi kebahagiaan dan merekatkan hubungan antara suami istri untuk mencapai keluarga harmonis menurut islam, dalam islam terdapat syariat untuk mengatur berbagai aspek kehidupan manusia termasuk tata cara atau syarat dalam hubungan intim. Syarat ini tentunya membawa kebaikan dan menjadi jalan sempurnanya bentuk ibadah diantara keduanya, berikut Syarat Berhubungan Intim dalam Islam :

1. Dalam Keadaan Bersih 

Islam adalah agama yang bersih dan terdapat cara menjaga kebersihan diri wanita dalam islam, begitu pula Allah menyukai kebersihan, kebersihan diibaratkan sebagai suatu hal yang menjadi sebagian dari iman karena keutamaannya. “Agama islam adalah agama yang bersih dan suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan”. (HR Baihaqi).

Syarat hubungan intim dalam islam salah satunya ialah dilakukan dalam keadaan bersih, baik itu bersih dalam hal tempat, baju atau pakaian yang dikenakan, juga kebersihan badan sebagai keutamaan kebersihan dalam islam. Wajib untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan intim. Selain sunnah dalam islam, keadaan bersih juga akan memberikan kenyamanan pada pasangan sehingga tercapai hubungan yang lebih nyaman. Karena sudah sangat jelas bahwa kebersihan wajib dilakukan.

2. Menggunakan Wewangian 

“Empat macam diantara sunnah para Rasul yaitu berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah”. (HR Tirmidzi). Wewangian apalagi bagi kaum wanita hanya boleh digunakan untuk menarik hati suaminya sesuai dengan hukum wanita memakai parfum menurut islam, dianjurkan untuk memakai wewangian sebelum berhubungan intim agar timbul keinginan yang lebih dalam. Wewangian bisa digunakan pada baju atau pada tempat tidur (ruangan). Lebih baik lagi jika wewangian tersebut yang disukai oleh suami.

3. Berdandan yang Disukai oleh Suami atau Istri 

Dianjurkan baik suami maupun istri untuk berhias sesuai dengan sesuatu yang disukai oleh pasangan nya, berhias dengan tujuan untuk menarik pasangan yang sudah halal merupakan salah satu bentuk ibadah. “Sebaik baik istri kalian adalah yang pandai menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat suaminya”. (HR Ad Dailami). Berhias dalam hal ini dapat dilakukan dengan memakai baju menarik yang disukai pasangan, merapikan rambut dan tubuh, juga dengan cara melakukan perawatan tubuh sebelum melakukan hubungan intim.

4. Di Tempat Tertutup 

Hal ini penting. Tentu semua orang sudah memahami bahwa hubungan intim baik itu bermesraan ataupun hubungan dalam bentuk lain, hendaknya tidak dilakukan di tempat umum atau tempat yang ada orang lain, sebab tidak diperkenankan aurat dilihat oleh orang yang bukan mahramnya serta wujud dari rasa malu yang pasti dimiliki oleh orang yang beriman. “Malu itu kebaikan seluruhnya”. (HR Muslim).Bermesraan cukup dinikmati secara pribadi, tidak untuk dipamerkan kepada orang lain.

Orang yang memamerkan hubungan apalagi bermesraan di hadapan umum merupakan salah satu tindakan tercela sebab menjurus pada riya dan kesombongan. Selain itu hal yang demikian menjadi sesuatu yang tidak pantas dalam kehidupan bermasyarakat serta dalam hukum islam. Kecuali jika hal yang dilakukan tidak ditujukan untuk riya, misalnya menggandeng tangan istri dan mendekatkan tubuh dengan niat melindungi istri dari bahaya.

5. Berdoa 

Hal ini merupakan anjuran dari Rasulullah sebab segala urusan yang diawali dengan doa akan lebih berkah dan terlindung dari syetan. “Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkan kami dari syetan dan lindungi kami dari syetan agar tidak mengganggu apa yang Engkau rezekikan (anak) pada kami”. (HR Bukhari dan Muslim). Doa ini dibaca oleh kedua belah pihak (suami dan istri) sebelum melakukan hubungan intim.

6. Pendahuluan 

Dalam berhubungan intim tidak diperkenankan untuk menyakiti pasangan, hubungan intim wajib diawali dengan pendahuluan atau bermesraan terlebih dulu agar keduanya merasa lebih nyaman. “Janganlah salah seorang diantara kalian menggauli istri seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan”. (HR Tirmidzi). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kedekatan dengan pasangan dan mencegah perasaan tidak nyaman.

7. Bersuci Jika Ingin Mengulangi 

“Jika salah seorang diantara kalian mendatangi istrinya lalu ia ingin mengulanginya, maka hendaklah ia berwudhu”. (HR Muslim). Tidak ada batasan bagi suami istri dalam melakukan hubungan jima’, boleh diulang jika berkehendak dengan berwudhu terlebih dulu agar tubuh kembali bersih.

8. Mandi Besar (Janabat) 

Dilakukan setelah selesai melakukan hubungan intim. Hal ini wajib sebab akan menghalangi sah nya shalat dan ibadah lainnya jika tidak diakhiri dengan mandi besar. “Apabila kalian junub maka bersucilah”. (QS Al Maidah : 6). Mandi besar diawali dengan membaca niat dan wajib mengguyur seluruh badan dengan air.

9. Tidak Diperkenankan Menolak Keinginan Suami 

Hubungan intim adalah bentuk nafkah batin yang suami memiliki hak sepenuhnya atas istri nya. Seorang istri tidak diperkenankan menolak jika suami menginginkannya. Istri yang menolak keinginan suami berhubungan intim termasuk perbuatan dosa sebab ridho Allah ada pada ridho suami. “Istri mu adalah laksana tempat bercocok tanam bagimu, maka datangilah sebagaimana saja yang engkau kehendaki”. (QS Al Baqarah : 223). Jelas dari firman Allah tersebut bahwa seorang suami berhak mendatangi istrinya kapan saja sesuai kehendaknya.

Dalam hal ini dapat dibicarakan oleh kedua pasangan kapan waktu yang tepat untuk melakukan hubungan intim, tentu sebagai manusia terkadang memiliki rasa lelah, tetapi jika kedua belah pihak memiliki hubungan komunikasi yang baik tentunya satu sama lain akan mengerti kondisi pasangan nya sehingga hubungan intim dilakukan dengan bahagia dan rasa nyaman. Semuanya tetap kembali kepada syariat islam bahwa seorang istri memang wajib melayani suaminya.

10. Tidak Boleh Dilakukan Ketika Istri Sedang Haid 

Salah satu syarat hubungan intim ialah tidak boleh dilakukan ketika sedang haid atau masa nifas, hal ini disebut Allah dalam firman Nya, “Hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid dan janganlah dekati mereka sebelum mereka suci” (QS Al Baqarah : 222). 

Darah haid dan nifas adalah darah kotor dan masih terdapat luka di dalam rahim wanita, beresiko menimbulkan infeksi atau penyakit baik pada sang suami maupun istri.

11. Tidak Melalui Dubur 

Hubungan intim juga tidak boleh dilakukan lewat dubur, dubur adalah area kotor yakni tempat untuk membuang kotoran, sangat beresiko menyakiti dan menimbulkan penyakit baik bagi suami ataupun istri, “Barangsiapa menyetubuhi wanita di duburnya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad”. (HR Tirmidzi).

12. Tidak Ada Batasan 

“Hubungan intim wajib dilakukan oleh suami yaitu ia punya kewajiban menyetubuhi istrinya selama tidak ada udzur”. (Ibnu Qudamah dalam Al Mughni hal 30). Diperbolehkan melakukan hubungan intim sesuai kehendak keduanya, tidak ada batasan sebab syahwat sudah menjadi sesuatu yang halal.

13. Diniatkan untuk Mendapat Pahala 

Beruntung bagi anda yang telah menikah, selain mendapatkan kebahagiaan, sebagai jalan meneruskan keturunan, juga anda mendapat nilai ibadah yang amat luas. Apapun yang dilakukan oleh suami istri dengan niat ibadah karena Allah dan wujud ketaatan pada pasangan maka disitulah anda mendapat pahala. Simak hadits berikut, “Barang siapa memegang tangan istri sambil merayunya, maka Allah Subhanahu wa ta'ala akan menulis baginya 1 kebaikan dan melebur 1 kejelekan serta mengangkat 1 derajat. Apabila merangkul, akan ditulis baginya 10 kebaikan dan melebur 10 kejelekan serta mengangkat 1 derajat,. Apabila menciumnya, akan ditulis baginya 20 kebaikan dan melebur 20 kejelekan serta mengangkat 20 derajat. Dan apabila senggama dengan nya, maka lebih baik daripada dunia dan isi isinya”. (HR Muslim).

Dari hadits tersebut jelas bahwa se sepele apapun wujud kasih sayang antara suami istri akan mendapatkan pahala dari Allah. Hubungan intim juga termasuk amal ibadah yang bernilai tinggi di mata Allah. Sungguh suatu nikmat dari Allah sebagai wujud kasih sayang Allah pada hamba Nya yang wajib disyukuri. Semoga bisa menjadi motivasi bagi yang belum menikah untuk segera menjalin hubungan yang halal agar dapat mencegah dari perbuatan maksiat dan menjadikan ladang pahala.

14. Menjaga Kerahasiaan 

Tidak ada yang sempurna termasuk pasangan, suami atau istri adalah manusia biasa yang tentu memiliki kekurangan dalam dirinya. sebagai pasangan suami istri wajib menjaga aib atau menjaga kerahasiaan satu sama lain. Syarat hubungan intim dalam islam salah satunya ialah menjaga kerahasiaan, tidak diperbolehkan menjelek jelekkan atau menyebarkan kelemahan pasangan kepada orang lain.

Hal yang demikian dilarang oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabda nya “Sesungguhnya termasuk manusia paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki laki yang menggauli istrinya kemudian dia sebarkan rahasia ranjangnya”. (HR Muslim no. 1437).

15. Berdoa dengan Meletakkan Tangan di Kening Istri 

Aturan yang ini dianjurkan untuk pasangan yang baru melakukan malam pertama. Suami hendaknya memegang kening istri dengan tangannya seraya membaca doa: “Allahummaa innii as-aluka min khairihaa wa khairi maa jabaltahaa alaihi Wa ‘audzubika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa syarri maa jabaltahaa alaihi.”

Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk kebaikan dirinya dan kebaikan tabiat (sikap atau perilaku) yang dia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya (keburukannya) dan kejelekan tabiat (sikap atau perilaku) yang ia bawa. (HR. Bukhari).

16. Shalat Sunnah Dua Rakaat 

Sama dengan poin sebelumnya, aturan ini juga dianjurkan untuk pasangan yang hendak melakukan malam pertama. Sebaiknya kedua pasangan melakukan sholat sunnah 2 rakaat sebelum berjimak. Dimana suami menjadi imam si istri. Hal ini bertujuan untuk mengurangi suasana canggung dan agar hati lebih tenang.

Abu Sa’id berkata: para sahabat radhiyallahu ‘anhum memberitahukanku dan mereka berkata: “Jika kamu masuk menemui istrimu maka shalatlah dua raka’at, kemudian mohonlah kepada Allah kebaikan yang dimasukkan kepadamu, berlindunglah kepada Allah dari keburukannya, kemudian setelah itu terserah urusanmu dan istrimu.” (HR. Ibnu Abu Syuaibah dalam Al Mushannaf).

17. Diawali Sendau Gurau (Bercumbu) 

Untuk menghindari ketegangan, dianjurkan untuk melakukan senda gurau sebelum melakukan jimak. Pemanasan ini juga termasuk memberikan ciuman, meraba tubuh istri dan memeluk sebagai pemanasan (foreplay) untuk merangsang syahwat. Menurut beberapa ulama ciuman yang nikmat adalah dengan menjulurkan lidah suami ke mulut istrinya, atau sebaliknya. Air liur dapat meningkatkan suhu tubuh sehingga gairan dapat memuncak. Dijelaskan dalam hadits:

“Janganlah salah seorang diantara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu melakukan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR.Tirmidzi).

Hubungan intim yang dilakukan dengan niat ibadah dan wujud taat kepada pasangan kelak keduanya akan sama sama mendapat kebahagiaan. Sudah selayaknya menjalankan amal ibadah sesuai syariat atau syarat yang telah diatur dalam syariat islam. 

Semoga bermanfaat....

Minggu, 28 Maret 2021

17 AMALAN RASULULLAH SEBELUM TIDUR YANG ISTIMEWA

Edisi Ahad, 28 Maret 2021 M / 14 Sya'ban 1442 H

Allah Subhanahu WaTa'ala dalam menurunkan ajaran islam tentunya memberikan petunjuk serta teladan dari adanya seorang Rasul. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah Rasulullah yang memberikan teladan dan juga petunjuk bagi orang-orang Islam untuk melaksanakan hidup sesuai yang Allah kehendaki. Untuk itulah, Umat Islam diperintahkan juga oleh Allah untuk mengikuti apa yang Rasul contohkan termasuk yang sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

Adanya Sunnah Rasul tentunya mempermudah kita untuk melaksanakan ajaran Islam dan menjalankan kehidupan kita dengan sebaik-baiknya. Tentu saja tanpa adanya Rasulullah yang mencontohkan umat islam akan kesulitan dan tidak bisa berlaku benar.

Untuk itu, salah satu amalan atau sunnah yang Rasulullah contohkan adalah saat manusia tidur. Sunnah Sebelum Tidur adalah bagian dari ajaran islam. Islam agama yang sangat lengkap, yang memberikan petunjuk mulai dari bangun tidur hingga manusia tertidur kembali. Adanya aturan ini tentunya bukan untuk mempersulit manusia, melainkan untuk mempermudah dan memberikan jalan kebenaran kepada manusia.

Amalan-amalan sunnah yang Rasulullah contohkan salah satunya adalah mengenai hal tidur. Walaupun tidur adalah hal yang sangat mudah, tetapi dibalik fungsi tidur sangat penting sekali dan banyak sekali aspek kesehatan di dalamnya yang dibutuhkan oleh manusia. 

Berikut adalah amalan sunnah yang bisa kita lakukan sebelum melaksanakan istirahat atau tidur dari berbagai hadits yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam :

1. Berwudhu sebelum Tidur 

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Di dalam hadits di atas dijelaskan bahwa sebelum tidur sangat dianjurkan untuk melakukan wudhu. Hal ini tentu selain menjaga kesucian saat tidur juga dapat memberikan kesegaran pada diri kita sebelum tidur.

2. Tidur Dengan Posisi Menyamping Ke Kanan 

Mengenai masalah posisi tidur yang tepat Rasulullah menyampaikannya dalam beberapa riwayat hadits berikut. Misalnya saja adalah hadits, “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Selain dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, tidur menyamping ke kanan juga dianalisa sebagai posisi tidur yang sehat menurut para pakar kesehatan. Hal ini dikarenakan membantu proses detoks dan lancarnya pernafasan.

3. Meletakkan Tangan Kanan Di Pipi Kanan 

Riwayat ini menunjukkan bahwa diajurkan untuk tidur berbaring ke kanan. Hadits serupa juga ditemukan, dan isi riwayatnya adalah, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

4. Jangan Tidur dengan Posisi Tengkurap 

Posisi Tidur Menurut Islam ternyata juga sangat penting untuk dilakukan. Mengenai masalah posisi tidur, Rasulullah juga melarang untuk kita tidur dalam posisi yang tengkurap. Hal ini tentu jika dilihat dari aspek biologis dan kesehatan, sangat tidak sehat karena menghambat kerja jantung dan pernafasan. Hal ini disampaikan dalam hadits,

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR Abu Dawud).

5. Membersihkan Tempat Tidur 

“Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Sunnah Rasul ini menunjukkan bahwa sebelum tidur hendaknya kita menjaga kebersihan tempat tidur. Saat tidur tentu pernafasan bisa terganggu jika banyak debu atau bakteri. Selain itu kotornya tempat tidur dapat mengganggu kesehatan kulit kita.

6. Tidur Sesegera Mungkin Setelah Isya 

“Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits ini disampaikan bahwa hendaknya kita tidur setelah melaksanakan shalat isya. Walaupun shalat isya memiliki waktu yang panjang, akan tetapi jika dilalaikan maka kita bisa saja meinggalkannya. Misal bangun terlalu siang, akhirnya sampai terlupa untuk shalat isya. Hal ini dikarenakan saat tidur kita tidak sadar dan sangat mudah untuk melalaikannya. Cara Tidur Rasulullah ini sangat baik jika kita terapkan.

7. Melaksanakan Shalat Witir 

“Kekasihku yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepadaku tiga wasiat: (1) berpuasa tiga hari setiap bulannya, (2) mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha, (3) mengerjakan witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari).

Selain shalat isya wajib sebelum tidur, Rasulullah juga menyarankan untuk melaksanakan shalat witir sebelum tidur. Shalat witir sangat baik dilakukan karena selain mendapatkan pahala dari Allah, membantu kita menenangkan diri dan berdoa sebelum tidur. Shalat witir atau Shalat Malam Sebelum Tidur Menurut Islam tentu saja diperbolehkan, dan akan lebih baik jika dilanjut dengan tahajud setelah tidur, dan bangun dini hari.

8. Membaca Doa Sebelum Tidur 

Membaca doa sebelum tidur dapat juga memberikan ketenangan dan juga menjadikan tidur sebagai ibadah yang kita lakukan. Untuk itu, Rasulullah mengajarkan doa sebelum tidur yang disampaikan dalam riwayat hadits berikut.

Dari Hudzaifah, ia berkata, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari).

9. Meniup Telapak Tangan 

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)

Hadits diatas menunjukkan bahwa maksudnya meniup telapak tangan bukan sekedar meniup, namun juga memiliki makna doa dan dzikir yang ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.  Jangan terjebak kepada persoalan teknis meniupnya, maksudnya adalah dengan berdoa dan membaca kalimat dzikir lainnya.

10. Membaca Ayat Kursi 

Persoalan membaca ayat kursi sebelum tidur juga disampaikan oleh Rasulullah dalam riwayat hadits berikut, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari)

Sebetulnya selain membaca ayat kursi kita juga bisa membaca ayat-ayat Al-Quran lainnya yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan kita. Untuk itu diperbolehkan membaca ayat-ayat lainnya, surat-surat pendek, yang kita hafal.

11. Membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah: 

“Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membedabedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.’”

(QS. Al-Baqarah : 285-286). (lihat HR. Al-Bukhari, no. 5051 dan Muslim, no. 807-808).

12. Membaca Surat Al ikhlas, Al Falaq Dan An Naas 

Membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas, dengan cara mengumpulkan dua tapak tangan lalu ditiup dan dibacakan, “Qul Huwallaahu Ahad, qul a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas, kemudian dengan dua telapak tangan mengusap bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan, hal ini diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

(lihat HR. Al-Bukhari dalam Fat-hul Baari XI/277 no. 4439, 5016 dan Muslim, no. 2192).

13. Membaca surat as-Sajdah ayat pertama hingga akhir dan membaca surat al-Mulk 

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan HR Bukhari :

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tidur sebelum beliau membaca Alif laam miim tanziilus Sajdah (Surat As-Sajdah) dan Tabaarakalladzii biyadihilmulku (Surat Al-Mulk).”

(HR. Al-Bukhari dalam al-Adaabul Mufrad no. 1207, Ahmad, III/340. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 585).

14. Membaca surat Al-Kaafiruun: 

“Katakanlah hai orang-orang kafir…” (sampai akhir surat Al-Kafirun)

Manfaatnya : “(Membaca surat al-Kafirun) dapat membebaskan diri dari kesyirikan.”

(HR. Abu Dawud, no. 5055, at-Tirmidzi, no. 3464, dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 1161).

15. Hendaknya membaca berbagai dzikir dan do’a tidur sebagai berikut: 

“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.”

(HR. Al-Bukhari, no. 6320, dan Muslim, no. 2714).

Atau bisa membaca ;

“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu karena mengharap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utus.”

(HR. Al-Bukhari, no. 247, dan Muslim, no. 2710).

Atau bisa membaca ;

“Ampunilah dosa-dosaku di masa lalu dan masa yang akan datang, yang tersembunyi, serta yang nampak. Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau.”

(HR. Al-Bukhari, no. 1120 dan Muslim, no. 2717).

Atau bisa membaca ;

“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksa-Mu pada hari dimana Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.”

(HR. Abu Dawud, no. 5045, dan at-Tirmidzi, no. 3399, dinilai hadits shahih oleh ahli hadits syaikh Al albani dalam Shahiih at-Tirmidzi no. III/143).

16. Membaca doa ketika membalikan tubuh 

Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur malam untuk mengucapkan do’a :

“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah Yang Mahaesa, Maha Perkasa, Rabb Yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun.”

(HR. Al-Hakim, I/540 disepakati dan dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah no. 2066).

17. Membaca doa terhindar dari rasa takut dan gelisah 

Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdo’a sebagai berikut :

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.”

(HR. Abu Dawud, no. 3893, at-Tirmidzi, no. 3528 dan lainnya. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahii-hah no. 264).

Itulah 17 Amalan Sunnah yang dapat kita lakukan sebelum melaksanakan tidur. Semoga dengan apa yang kita lakukan ini dapat menjadikan pahala dan kebaikan untuk diri kita yang telah melaksanakan tidur sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. 

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 27 Maret 2021

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG HIJRAH

Edisi Sabtu, 27 Maret 2021 M / 13 Sya'ban 1442 H

Makna (الْمُهَاجَرَةُ), -Hijrah- sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah keluar dari negeri kafir kepada negeri iman, sebagaimana para sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah. [Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, dari asal kata hajaro, hal. 537. Lihat pula, Tahriru Alfadhit Tanbih, hal. 313 dan Kitab At-Ta’rifat, hal. 27].

Dan hijrah di jalan Allah itu, sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha harus dengan sebenar-benarnya. Artinya, maksud orang yang berhijrah dari negerinya itu adalah untuk mendapatkan ridha Allah dengan menegakkan agamaNya yang ia merupakan kewajiban baginya, dan merupakan sesuatu yang dicintai Allah, juga untuk menolong saudara-saudaranya yang beriman dari permusuhan orang-orang kafir. [Lihat Tafsirul Manar 5/359]

Sederhananya. Hijrah itu meninggalkan apa yang dilarang Allah menuju apa yang  dicintai/disukai Allah. Pada artikel tausiah kali ini kita akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan tentang hijrah. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Q.S. Al-Ahzaab : 50 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالَاتِكَ اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُؤْمِنَةً إِنْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ أَنْ يَسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَكَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzaab : 50)

2. Q.S. An-Nisaa’ : 97 

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (Q.S. An-Nisaa’ : 97)

3. Q.S. An-Nisaa’ : 100 

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nisaa’ : 100)

4. Q.S. Al-Anfaal : 72 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Anfaal : 72)

5. Q.S. Al-Anfaal : 74 

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (Q.S. Al-Anfaal : 74)

6. Q.S. Al-Anfaal : 75 

وَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْ بَعْدُ وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَٰئِكَ مِنْكُمْ ۚ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Anfaal : 75)

7. Q.S. Al-Baqarah : 218 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah : 218)

8. Q.S. Al-Hajj : 58 

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki. (Q.S. Al-Hajj : 58)

9. Q.S. Al-Hasyr : 8 

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Hasyr : 8)

10. Q.S. Al-Hasyr : 9 

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (Q.S. Al-Hasyr : 9)

11. Q.S. Al-Mumtahanah : 10 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ ۖ اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ ۖ فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلَا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ ۖ لَا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ ۖ وَآتُوهُمْ مَا أَنْفَقُوا ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ ۚ وَلَا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَاسْأَلُوا مَا أَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْأَلُوا مَا أَنْفَقُوا ۚ ذَٰلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ ۖ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Mumtahanah : 10)

12. Q.S. Ali ‘Imran : 195 

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ ۖ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (Q.S. Ali ‘Imran : 195)

13. Q.S. An-Nahl : 41 

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (Q.S. An-Nahl : 41)

14. Q.S. An-Nahl : 110 

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا فُتِنُوا ثُمَّ جَاهَدُوا وَصَبَرُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nahl : 110)

15. Q.S. An-Nisaa’ : 89 

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ أَوْلِيَاءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوهُمْ وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (Q.S. An-Nisaa’ : 89)

16. Q.S. An-Nuur : 22 

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Q.S. An-Nuur : 22)

17. Q.S. At-Taubah : 19-20 

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. At-Taubah : 19-20)

Itulah berbagai ayat Al-Quran yang membahas dan menjelaskan tentang hijrah. Semoga tulisan ini menambah khazanah pengetahuan agama kita.

Semoga bermanfaat....

Jumat, 26 Maret 2021

17 BAHAYA HEDONISME DALAM ISLAM

Edisi Jum'at, 26 Maret 2021 M / 12 Sya'ban 1442 H

Hedonisme merupakan sifat atau pandangan dimana manusia akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dan menanggalkan kesedihan serta perasaan-perasaan yang menyakitkan. Seorang penganut hedonisme cenderung menjadikan kesenangan duniawi merupakan tujuan hidupnya.

Tentunya pandangan ini berlawanan dengan ajaran islam untuk selalu dapat menerima semua peristiwa yang terjadi dengan ikhlas dan sabar. Serta menjalani hidup sebagaimana apa yang telah menjadi takdir dari sang pencipta.

Pandangan hedonisme merupakan paham yang dibawa oleh kaum non-muslim. Namun bukan berarti dalam islam kita tidak diperbolehkan mencari kesenangan dan bahagia dalam islam . Dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala berikut diterangkan mengenai pandangan islam tentang kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan yang berbunyi sebagai berikut :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar”(QS. Al Buruj : 11).

Sebagai bagian dari budaya yang mementingkan urusan duniawi dan mengabaikan akhirat, Hedonisme memiliki bahaya jika sampai budaya ini masuk kedalam diri pribadi seorang muslim. Bahayanya adalah akan bertolak belakang dengan rukun islam , rukun iman , dasar hukum islam , fungsi iman kepada allah , dan sumber syariat islam . Sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala berikut :

Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”(QS. An Nisa : 77).

Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai 17 bahaya hedonisme dalam islam. Simak selengkapnya.

1. Muncul Sifat Matrealistik 

Sifat keduniaan yang terkandung dalam paham hedonisme sudah pasti akan menyebabkan kemunculan sifat matrealistik pada individu yang menganutnya. Matre merupakan sifat yang memandang segala sesuatu berdasarkan materi atau harta. Sifat ini sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasululullah.  Sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala berikut:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perkerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” [Hud/11 :15-16]

2. Lebih Mementingkan Urusan Duniawi 

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisyaratkan keadaan mayoritas manusia ini dalam firman-Nya,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. ar-Ruum: 7).

Allah Subhanahu wa ta'ala telah memprediksikan bahwa suatu masa akan datang dimana manusia lebih mementingakan sifat dan kepentingan duniawi. Bisa jadi era moderen dan milenial seperti saat ini telah menjadi bagian dari masa ini.

Dimana paham hedonisme yang dibawa oleh mayoritas non-muslim telah menyebab kepada kelompok muslim. Tentunya ini bukanlah merupakan bagian dari tujuan  penciptaan manusia ,  proses pencitaan manusia , hakikat penciptaan manusia , hakikat manusia dalam islam dan konsep manusia dalam islam agar sesuai dengan fungsi agama , dunia menurut islam , sukses menurut islam , sukses dunia dan akherat menurut islam , dan cara sukses menurut islam

3. Bergaya Hidup Mewah 

Penganut hedonisme selalu menunjukkan kesan yang glamour dan  mewah. Hal ini tidak lain adalah karena mereka tidak mau bahwa harta yang diperoleh  tidak dapat dilihat dan dipamerkan pada orang lain. Padahal ajaran Rasullullah yang utama ialah bersikap hidup sederhana. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

“Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewah-mewahan”.

4. Cenderung Menjadi Pribadi yang Sombong 

Penganut paham hedonisme akan memiliki sifat sombong, karena merasa bahwa ialah yang paling banyak harta dan terhormat. Ia tidak percaya bahwa apa yang ia peroleh memiliki sumber yaitu pemberiaan Allah Subhanahu wa ta'ala. Ia beranggapan bahwa harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Sebagaimana kisah Qarun pada zaman nabi Musa Alaihissalam, Karena itu, Al-Qur’an menyebutnya,

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)

5. Menimbulkan Sikap Congkak dan Angkuh 

Selain sombong, sifat yang pasti alan muncul juga ialah congkak dan angkuh. Kedua sifat ini sendiri sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.  Sebagaimana firman Allah,

إِذْ قَاؿَ لَوُ قَػوْمُوُ لََ تَػفْرَحْ إِفَّ اللَّوَ لََ يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

Artinya, ” (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS.Al-Qashash,76)

6. Ingin Selalu Dihormati 

Paham hedonimsme yang mengerogoti individu juga akan membuatnya merasa selalu ingin dihormati. Baginya kehormatan berasal dari sejumlah harta yang dimiliki. Semakin banyak harta maka akan semakin dihormati. Budaya inilah yang mulai muncul saat ini, dimana mereka yang memiliki jabatan dan kekayaan melimpah akan dihormati dibanding mereka yang biasa-biasa saja.

7. Takabur 

Satu lagi bahaya dari hedonisme yakni memunculkan adanya sifat takabur. Dimana manusia yang memegang paham hedonisme akan mulai melupakan penciptanya, dan menganggap bahwa apa yang ia miliki merupakan hasil yang ia lakukan sendiri tanpa campur tangga Allah Subhanahu wa ta'ala. Sesungguhnya Allah benar-benar membenci orang-orang yang takabur sebagaimana dalam firmannya berikut :

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ الَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”

8. Menghilangkan Kepekaan Sosial 

Tahukah anda, bahwa bahaya dari hedonisme yang lain ialah mengikis sifat kepekaan sosial. Dimana mereka yang memiliki paham ini, akan cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri, dan enggan melihat apa yang dihadapi orang lain.

Rasa iba, dan kasihan seolah-olah tidak ia punyai lagi. Maka orang-orang yang seperti ini akan sangat di benci oleh Allah dan juga lingkungan masyarakatnya.

9. Mengurangi Hubungan dengan Sang Pencipta 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa paham hedonisme yang merasuk akan membuat individu menjadi mengejar urusan duniawi.

Maka lama-kelamaan urusan dengan sang pencipta akan terabaikan. Mereka akan mengejar kekayaan dan kejayaan dunia sebanyak-banyaknya sehingga tidak memiliki waktu hanya untuk sekedar mengingat Allah apalagi beribadah kepadaNya.

10. Menjadi Pribadi yang Shopaholic 

Bahaya sifat hedonisme yang lain ialah akan menciptakan pribadi yang gemar berbelanja. Karena mrmentingkan urusan dunia,maka tentu hal-hal duniawilah yang dipentingkan. Seperti kebiasaan belanja barang-barang mewah. Tentunya ini merupakam bagian dari budaya boros yang sangat dibenci oleh Allah sekaligus Rasulnya. Sebagaimana Ali bin Tsâbit rahimahullah berkata:

“Kelemahan akal itu bangga diri dan emosi Dan penyakit harta itu pemborosan dan perampokan”. 

11. Tidak Menyukai Kesederhanaan 

Cenderung mementingkan kemewahan, maka tentu para penganut atau mereka yang terpengaruh paham hedonisme tidak menyukai bentuk-bentuk kesederhanaan. Yang ada dalam benak mereka adalah kemewahan, kekayaan dan kejayaan. Budaya hidup sederhana telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.  Sebagaimana juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [al-A’râf/7:31].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْبَذَاَةَ مِنَ الْإيْمَانِ

“Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman.”

12. Menciptakan Pemimpin yang Korup 

Bahaya paham hedonisme bagi para pemimpin atau pejabat, ialah akan dapat menciptakan keinginan untuk memperkaya diri sendiri.

Apalagi sebagai pejabat tentunya telah difasilitasi dan digaji dari uang rakyat, namun ketidakpuasan dan keserakahan akan kepentingan duniawi akan mempengaruhi mereka untuk dapat melakukan tindakan korupsi.

Dari ‘Adiy bin ‘Amirah Al Kindi Radhiyallahu ‘anhu berkata : Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul (belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat”.

13. Foya-foya 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menegaskan dalam sabdanya, yang artinya:

“Makanlah, bersedekahlah, dan pakailah dalam keadaan tanpa menghamburkan uang dan kesombongan”.

Dalam islam berfoya-foya merupakan hal yang sama sekali tidak dianjurkan dan termasuk kedalam akhlaq yang tidak terpuji. Secara langsung pengaruh paham hedonisme akan berpengaruh pada imdividu dalam memanfaatkan uang yang diperoleh.

Mereka akan cenderung mengambur hamburkannya, karena bagi mereka kenikmatan dan kesenangan dunia ialah segala-galanya.

14. Dekat pengaruh syeitan 

Bahaya hedonisme dalam islam, tentu memberikan kita sebuah gambaran bahwa paham in memiliki sisi negatif yang sangat dekat dengan pengaruh syetan.

Oleh karena itu, selalu tingkatkan kadar keimanan setiap waktu dengan cara bersyukur dan selalu mengingat akan kuasa Allah. Karena sesungguhnya rezeki, maut, dan jodoh telah digariskan oleh sang pencipta. 

15. Menghilangkan rasa malu 

Hedonisme dapat menipiskan rasa malu. Lama kelamaan rasa malu yang mengendalikan kita dari berbagai keburukan dalam bersikap.

Sebagimana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam :

“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepas pada kerumunan hewan ternak lebih merusak daripada agama seseorang akibat bernafsukan ia terhadap harta dan kehormatan,” (HR Tirmizi)

16. Pola hidup konsumtif 

Secara kajian Al-Quran dan Hadits, seorang muslim sudah sepantasnya menggunakan kekayaannya untuk konsumsi yang bermanfaat dan tidak digunakan untuk hal yang sia-sia. 

Pada zaman modern sekarang ini, perilaku konsumtif seperti hedonisme, sudah seperti menjadi hal yang lumrah bagi kebanyakan orang. Sedangkan dalam Al-Quran telah diatur tiga prinsip dasar konsumsi yaitu halal, bersih dan menyehatkan, serta kesederhanaan.

Kita sebagai seorang muslim harus menjauhi prilaku konsumtif karna memiliki banyak bahaya seperti boros, sombong dan juga angkuh karna merasa dapat membeli semuanya serta selalu ingin di hormati. 

17. Merusak pemikiran generasi muda 

Budaya hedonisme memang sudah membutakan generasi muda. Hal ini terjadi karena usia mereka yang belum cukup dewasa sehingga masih sangat labil dan selalu berkeinginan untuk mencoba hal baru. Anak muda jaman sekarang sudah terperdaya dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi sehingga yang mereka kejar adalah ridho dari manusia. 

Sebagaimana yang diutarakan oleh Dr Ali Syari’ati, beliau berkata bahwa tantangan terbesar bagi remaja muslim saat ini adalah budaya hedonisme (kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup) yang seolah sudah mengurat nadi. Budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam ini digemari dan dijadikan sebagai gaya hidup (life style) kawula muda masa kini, kaya atau miskin, ningrat atau jelata, sarjana atau kaum proletar, di desa ataupun di kota seolah sepakat menjadikan hedonisme yang sejatinya kebiasaan hidup orang barat ini sebagai tauladan dalam pergaulannya. 

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "...dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa." (Q.S. Hud : 116).

Semoga bermanfaat....

Kamis, 25 Maret 2021

17 AZAB MENGHINA AL-QUR'AN YANG MENGERIKAN

Edisi Kamis, 25 Maret 2021 M / 11 Sya'ban 1442 H

Al-Quran adalah pedoman umat islam. Sebagai pondasi dasar dalam kehidupan umat islam, Al-Quran memiliki peran penting terhadap kehidupan umat islam dan juga pondasi dalam bangunan aturan islam. Al-Quran adalah kitab petunjuk dan penting kiranya untuk selalu dipelajari dan menjadi panduan dalam hidup kita.

Walaupun begitu, ada juga orang-orang kafir atau munafik yang tidak mau untuk mengimani bahkan menjalankan kitab Al-Quran. Mereka menganggap bahwa Al-Quran adalah kitab yang tidak sesuai dengan hak hak mereka, kebebasan, tertinggal zaman, bahkan juga penghalang kehidupan mereka. Untuk itu, banyak diantaranya mereka yang suka menghina Al-Quran dan menjatuhkan Al-Quran.

Orang-orang yang menghina Al-Quran bukan saja akan dibiarkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Kelak akan ada balasannya bagi mereka yang menghina Al-Quran dan adzab yang pedih yang didapatkan di dunia dan akhirat.

Penghina Al-Quran sejatinya telah menghina Allah dan Rasululllah sebagai penyampai wahyu. Begitupun ia menghina rukun islam, rukun iman, fungsi agama islam, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia. Mereka yang menghina Al-Quran tentu saja bukan berarti akan dibiarkan dan tidak diadzab oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Baik di dunia ataupun di akhirat, mereka akan mendapatkan sanksi. Tentunya di akhirat lebih pedih. Penghinaannya bagi Al-Quran membuat cahaya Al-Quran tidak bisa masuk ke dalam dirinya karena ia tutup sendiri dengan penghinaannya. 

Berikut adalah balasan dari Allah bagi mereka yang menghina Al-Quran.

1. Tergolong Orang-Orang yang Dzalim 

Orang-orang yang menghina Al-Quran tentu akan mendapat adzab Allah. Orang-orang tersebut adalah orang-orang yang dzalim. Orang yang dzalim adalah yang tidak bisa menempatkan sesuatu secara fungsi dan kebenarannya. Ia menempatkan Al-Quran sebagai hinaan atau mungkin olokan padahal Al-Quran adalah kitab suci yang seharusnya diangkat dan dihargai keberadannya bagi umat manusia. 

Bagi mereka yang dzalim terhadap Al-Quran, sejatinya ia telah dzalim terhadap dirinya sendiri. Membiarkan Al-Quran tidak masuk ke dalam diri dan hidupnya sendiri.

2. Tergolong Orang-Orang Munafikin 

Orang-orang yang menghina Al-Quran akan Allah berikan balasan yaitu tergolong sebagai orang-orang munafikin. Orang-orang munafik adalah mereka yang menutup kebenaran, bukan mempelajari atau mendalaminya namun menghina. Orang-orang seperti ini tentu tertutup mata hatinya akan kebenaran yang ada. Tentu adzab Allah sangat pedih kelak bagi orang-orang munafikin.

Hal ini juga disampaikan Allah, “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, “ (QS An Nisa : 140)

3. Seperti Kaum Yahudi dan Nasrani 

Di zaman Rasulullah dulu, bahkan sejak nabi-nabi terdahulu, kaum Yahudi dan Nasrani selalu saja menghina Al-Quran, Islam, dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka sering kali mengolok-olok Nabi dan tidak pernah berhenti sebelum Rasulullah mengikuti mereka. Tentu saja mereka itu bukanlah orang-orang yang akan mendapat rahmat dan hidayah Allah, hidupnya akan penuh kesesatan.

4. Tidak Mendapatkan Hidayah Allah 

Hidayah Allah sejatinya bukan datang tiba-tiba begitu saja. Hidayah Allah Ta'ala turun dan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar mencari kebenaran, sungguh-sungguh terhadap apa yang menjadi kebenaran, bukan sekedar menunggu tanpa sebuah proses.

Banyak sekali orang-orang yang awalnya tidak mengerti dan paham Al-Quran akhirnya benar-benar beriman kepada Al-Quran karena telah membandingkan, berproses, mengikuti kajiannya dan lain sebagainya. Untuk itulah hidayah diturunkan bagi mereka yang benar-benar berproses, bukan menghina AL-Quran saja.

5. Tidak Mendapatkan Rahmat dan Karunia Allah 

Orang-orang yang menghina Al-Quran tentunya tidak akan mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Orang-orang seperti ini tidak akan mendapatkan cahaya kebenaran dari Allah Ta'ala karena mata dan hatinya tertutup. Rahmat dan Karunia Allah tentu akan Allah berikan kepada mereka yang hatinya tulus ikhlas dan lurus mencari kebenaran, bukan tertutup oleh budaya, keturunan, kebiasaan, dsb.

Tidak mengdapatkan Rahmat dan Hidayat Allah adalah sebuah bentuk adzab tersendiri. Tentu kehidupan manusia tanpa hal tersebut akan kosong dan hampa.

6. Tidak Akan Mendapatkan Petunjuk Kebenaran 

Orang-orang yang menghina Al-Quran tidak akan mendapat petunjuk kebenaran. Dalam hidup tentunya kita membutuhkan petunjuk dalam hidup. Hal ini tentunya dibutuhkan agar kita tahu harus bagaimana melangkah dan mengarahkan hidup. Sebagaimana kita di jalan raya dan berpergian, tentunya membutuhkan petunjuk tersebut.

Hal ini sebagaimana cerita dalam Al-Quran tentang orang-orang yang hanya mengikuti Nenek Moyangnya dan menutup kebenaran Al-Quran.

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.(QS Al Baqarah : 170)

7. Tersesat Hidupnya dalam Kegelapan 

Orang-orang yang menghina Al-Quran dalam hidupnya akan benar-benar tersesat sebagaimana seorang yang buta dan tidak tau arah. Mungkin ia akan bahagia di dunia menikmati kehidupannya di dunia, tetapi di akhirat tidak akan selamat. Hal ini juga sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran,

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al Maidah : 77)

8. Mendapat Penghinaan dari Allah 

Seburuk-buruknya adzab dari Allah, bagi mereka yang menghina Al-Quran akan mendapatkan penghinaan dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Penghinaan dari Allah lebih kejam dan buruk ketimbang penghinaan dari sekedar manusia. Tentu itu adalah adzab yang pedih. Hal ini juga sebagaimana yang Allah sampaikan dalam Al-Quran,

“Allah berfirman: “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku”. (QS Al Mu’minun : 108)

9. Bermuka Hitam di Hari Kiamat 

Saat kiamat nanti, ada sebagian orang yang memiliki muka putih berseri. Sedangkan sebagian lagi akan bermuka hitam dan muram yang didapat karena sudah melakukan dosa besar dalam Islam yakni selalu menghina Islam semasa hidupnya.

Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu“. [Al Imron 3:116]

10. Tidak Dibukakan Pintu Langit 

Allah Subhanahu wa ta'ala juga berfirman jika orang orang yang sudah melakukan fitnah dalam Islam dan juga mendustakan ayat Al Quran dan menghina agama Islam juga tidak akan pernah dibukakan pintu pintu langit atau ampunan dan tidak akan masuk ke surga sampai unta masuk lubang jarum dan akan mendapat pembalasan yang sangat kejam.

Allah Ta'ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit (ampunan) dan mereka tidak (pula) masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum.  Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat kejahatan.”[al-A’raaf:40].

11. Balasan di Neraka Bagi Mereka yang Menghina Al-Quran 

Tentu, orang-orang yang menghina Al-Quran akan mendapatkan Adzab dari Allah kelak di akhirat. Tentunya sebagaimana disampaikan Al-Quran, adzab Akhirat lebih pedih ketimbang di dunia. “Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS Ar Rad : 34)

Tentunya adzab ini bukan dalam arti kekejaman Allah tanpa adanya kasih sayang pada manusia. Sesungguhnya Allah telah memberikan petunjuk, alat indra, fisik, jiwa atau ruhani yang sejatinya dapat manusia gunakan memahami ayat-ayatNya. Untuk itu, adzab nya sangat berat kelak di akhirat.

Bentuk Azab yang Allah berikan kelak di akhirat diantaranya adalah sebagaimana orang-orang dzalim, munafik, dan kafir yang tidak mau mengikuti Al-Quran. 

12. Mendapatkan Selimut dan Tikar Tidur Api 

Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut api neraka.  Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim, (QS Al-Araf : 41)

13. Minum Air Mendidih 

Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (QS Al-An’am : 70)

14. Pakaian dari Api Neraka 

Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. (QS Al Hajj : 19)

15. Muka dibakar oleh Api Neraka 

Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (QS Al Mu’minunn : 104)

Neraka (Api) terpecah

“hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” (QS Al Mulk : 8)

16. Kekal di dalam Neraka 

Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (QS Athtaghabun : 10)

17. Makan Pohon Buah Zakum 

Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. (QS Ash shaffat : 63)

Itulah 17 gambaran adzab kelak jika Allah memasukkan manusia yang dzalim, sombong, dan menutup kebenaran ke dalam neraka. Semoga kita bukan termasuk kedalam golongan tersebut dan dapat selamat dari api neraka. 

Semoga bermanfaat......