Rabu, 12 Mei 2021

17 KEUTAMAAN MENGHIDUPKAN MALAM HARI RAYA IED

Edisi Rabu, 12 Mei 2021 M / 30 Ramadhan 1442 H. 

Setelah melalui satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa ramadhan, umat Islam kini mulai menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Idul Fitri kali ini diperingati secara sederhana tanpa ada perayaan atau takbiran keliling. Pasalnya, acara-acara yang berpotensi mengundang kerumunan massa ditiadakan guna memutus laju penyebaran virus corona di Indonesia yang sampai sore ini sudah menginfeksi 1.723.596 penduduk Indonesia. (Update Worldo.info pkl. 17.17).

Kendati demikian, umat Islam tak perlu khawatir tak bisa menghidupkan malam Idul Fitri. Sebab, hal itu bisa dilakukan di mana pun, termasuk di rumah. Kegiatan ibadah yang bisa dilakukan adalah zikir, shalat, membaca Al Quran, membaca takbir, tasbih, istighfar, dan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. 

Hal itu didasarkan atas hadits berikut:

"Barangsiapa yang qiyamul lail (menghidupkan malam) pada dua malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati," (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah).

Malam hari raya atau Ied adalah malam yang berisi dengan kebahagiaan sebab merupakan hari kebanggaan umat Muslim dimana semua umat muslim bisa berkumpul dan merayakan bersama menghilangkan segala perbedaan dan meningkatkan solidaritas, tentunya terdapat kebaikan dan keutamaannya untuk menghidupkannya, berikut 17 keutamaan menghidupkan malam hari raya ied secara lengkap.

 1. Memiliki Hati yang Hidup 

Menghidupkan malam ied dengan niat kegembiraan karena Allah akan menjauhkan dari hati yang mati karena bergembira atas dasar bersyukur atas nikmat Allah atas kasih sayang Allah kepada hambaNya. Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha karena Allah dan mengharapkan ganjaran dari-Nya, hatinya tidak akan mati tatkala hati-hati itu mati.” (HR. Ibnu Majah no. 1782).

2. Bentuk Doa 

Allâhu Akbar Allâhu Akbar, Lâ ila illallâh wallâhu Akbar. Al-hamdu lillâhi ‘alâ mâ hadânâ wa lahusy syukru ‘alâ mâ awlaynâ. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, doa tersebut merupakan doa yang dianjurkan untuk menghidupkan malam ied yang berarti bentuk doa dan pengakuan atas kebesaran Allah dan doa setelah ramadhan berakhir.

3. Ampunan Dosa 

Yâ Dzal manni wath-thawli, yâ Dzal jûd, yâ Musthafiya Muhammadin wa Nâshirahu, shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, waghfir-lî kulla dzanbin ahshaytahu, wa huwa ‘indaka fî kitâbin mubîn. Merupakan doa yang dipanjatkan untuk malam ied sebagai upaya untuk memohon ampun pada Allah sehingga memiliki kehidupan dunia akherat yang lebih baik setelah menjalankan amalan pelebur dosa di bulan ramadhan.

4. Bentuk Syukur 

Tentunya menghidupkan malam ied adalah suatu bentuk syukur karena diberi kesempatan Allah untuk bisa berjumpa dengan hari yang agung, hal itu bisa diwujudkan dengan memakai pakaian yang terbaik sesuai cara berpakaian wanita muslimah dan cara berpakaian pria menurut islam. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya radhiallahu anhuma berkata : ( Bahwa Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam memakai pakaian burdah dari Yaman yang berhias di setiap hari raya.) HR Imam Syafi’ie

5. Kebaikan Keluarga 

Yâ Dzal manni wal jûd, yâ Dzal manni wath-thawli, yâ Mushthafiya Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi, shalli ‘alâ Muhammadin wa ‘âlihi waf’al-bî kadzâ wa kadzâ. Menghidupkan malam ied terlebih jika berkumpul dengan keluarga akan memberikan kedekatan satu sama lain dan meningkatkan kasih sayang serta kebersamaan satu sama lain sehingga tercapai keluarga bahagia menurut islam.

6. Taubat Dosa Dosa 

Disarankan pula untuk melakukan amalan di malam ied sebagai upaya memohon ampun atas dosa dosa dengan Shalat dua rakaat bakdah shalat Maghrib dan nafilah maghrib. Rakaat pertama setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash (1000 kali) atau (100 kali). Pada rakaat kedua setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash (sekali).

7. Memohon yang Diinginkan 

Yâ Dâimal fadhli ‘alal bariyyah, yâ Bâsithal yadayni bil-’athiyyah, yâ Shâhibal mawâhibis saniyyah, shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi khayriwarâ sajiyyah, waghfir lanâ yâ Dzal ‘ulâ fî hâdzihil ‘asyiyyah. Doa tersebut ialah doa yang dianjurkan untuk memohon kepada Allah, diantaranya ialah keberkahan untuk bisa merayakan ied dengan khidmat dan atas dasar memohon kebaikan serta keselamatan dari Allah.

8. Mohon Keberkahan 

Ketika menghidupkan malam ied disarankan untuk makan dengan sederhana seperti makan dengan kurma sebagai wujud syukur. Di dalam riwayat Anas radhiallahu ‘anhu berkata: “adalah Nabi shallawahu ‘alaihi wasallam tidak berangkat shalat ‘ied sehingga Beliau makan kurma dan Beliau makan dalam jumlah ganjil.” (HR Ahmad dan Bukhari).

9. Menyatukan Umat Muslim 

Menghidupkan malam ied bisa dilakukan siapa saja umat muslim untuk menjalin kebersamaan baik itu wanita laki laki ataupun anak anak, dengan demikian kebersamaan akan lebih terasa tanpa emmbedakan suatu apapun, tentunya dilakukan dengan banyak bersyukur dan berdzikir kepada Allah dan jauh dari segala yang berlebihan atau bermewah mewahan.

Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah radhiallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk mengeluarkan wanita-wanita di hari raya ‘Iedul Fitri dan Adha yaitu wanita-wanita yang baligh dan haidh dan sedang dipingit, adapun wanita-wanita yang haidh mereka menjauhi tempat shalat.” (HR Bukhari dan Muslim dan yang lainnya).

10. Menunjukkan Pakaian Islami 

Dianjurkan untuk memakai pakaian yang islami sebagai identitas umat muslim, tentuya tidaklah sopan jika merayakan malam ied dengan pakaian yang tidak menutup aurat. Dalam lafadz lain, “menjauhi tempat shalat dan menyaksikan kebaikan dan doa kaum muslimin, maka aku berkata: wahai Rasulullah, sebagian kami tidak memiliki jilbab, Beliau berkata: hendaklah sebagian meminjamkan untuk saudaranya.” (HR Bukhari dan Muslim dan yang lainnya).

11. Tidak Membedakan Umat 

Dalam menghidupkan malam ied, tidak boleh dibedakan misalnya antara yang kaya dengan yang miskin, semua wajib mendapatkan kegembiraan yang sama sebab itu siapa yang lebih mampu harus lebih banyak memberikan bantuan kepada yang tidak mapu sehingga semua dapat menikmati dan merayakan atau menghidupkan malam ied dengan kebahagiaan yang sama dan tidak membeda bedakan satu sama lain.

Berkata Imam Syaukani: “hadits tersebut dan semacamnya menjelaskan disyariatkannya mengikutkan wanita dalam dua hari raya ke tempat shalat tanpa membedakan antara gadis atau yang menikah, yang masih muda atau nenek, yang haidh atau tidak, kecuali yang sedang dalam iddahnya atau adanya fitnah atau yang sedang dalam uzur.”

12. Mendekatkan Kebaikan 

Namun tempat wanita terpisah dari laki-laki sehingga tidak terjadi ikhtilath yang menyebabkan fitnah sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu anhu : “….ketika Rasulullah selesai memberi nasihat kepada kaum pria beliau turun mimbar lalu mendatangi wanita dan mengingatkan mereka.” (HR Muslim).

Dalam menghidupkan malam ied, tetap wajib untuk memiliki sopan santun dan menjunjung tinggi aturan islam, diantaranya ialah tidak mencampur antara laki laki dan perempuan terlebih yang bukan muhrim sebab dapat menjurus kepada keburukan dan menimlbulkan fitnah, satu sama lain harus teta menjaga diri dengan berada di tempat yang berbeda sehingga menghidupkan malam ied benar benar dengan niat karena Allah dan karena mensyukuri nikmat umur yang diberikan olehNya.

13. Merayakan dengan Kesederhanan 

Apabila tempat shalat mungkin dicapai dengan berjalan kaki maka disunahkan mendatanginya dengan berjalan kaki sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata: “adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketempat shalat ‘Ied dengan berjalan kaki dan pulang juga berjalan kaki.” (HR Ibnu Majah:4932).

Tidak pernah dicontohkan bahwa menghidupkan malam ied dilakukan dengan sesuatu yang berlebihan atau yang bermewah mewahan, sebaiknya dilakukan dalam kesederhanaan yang penting adalah makna dari acara menghidupkan tersebut mampu memberi pemahaman bahwa setiap manusia wajib bersyukur sebab diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa bertemu dengan malam ied yang merupakan kebahagiaan dan anugrah dimana tidak semua orang bisa merayakannya.

14. Menyerukan Asma Allah 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu: “bahwa beliau apabila berangkat ketempat shalat bertakbir dan beliau bertakbir dengan suara kencang.” Dalam riwayat lain: “beliau berangkat ketempat shalat pada hari raya apabila matahari telah terbit lalu bertakbir sampai mendatangi tempat shalat lalu bertakbir di tempat shalat sampai ketika imam telah duduk beliau berhenti bertakbir.”

Tentunya menghidupkan malam ied dilakukan dengan sesuatu yang bisa mengingatkan dan mendekatkan kepada Allah seperti banyak menyebut asma Allah, bukan menghidupkan dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariat islam, hal itu yang akan menjadi jalan kebaikan jika dilakukan karena Allah maka akan menjadi sesuatu yang berkah dan bermanfaat serta menjadi jalan kebaikan dan keberkahan untuk seterusnya.

15. Menjalin Kebersamaan 

Berkata ibnu Syaibah: berkata Ibnul Qayyim: “beliau tidak pernah shalat ‘Ied di masjidnya kecuali sekali karena hujan bahkan beliau selalu melakukannya di lapangan. Dan madhab Hanafi: “bahwa shalat di lapangan lebih utama dari di masjid.” Dan berkata Malikiyah dan Hanbaliyah: “kecuali di Makah.” Dan berkata ulama Syafiiyyah: “kecuali di tiga masjid lebih utama karena keutamaan ketika masjid tersebut.”

Menghidupkan malam ied akan menjalin kebersamaan dan meningkatkan rasa kasih sayang serta solidaritas antar sesama juga bisa menjadi jalan untuk mengingatkan kebaikan kepada satu sama lain dan mengingatkan satu sama lain untuk menjadi seseorang yang lebih banyak bersyukur dan lebih banyak melakukan amal kebaikan di hari hari berikutnya agar tetap mendaat keberkahan dan kebaikan dari Allah, bukan melupakan dan menjadi lalai atas segala nikmat yang diberikan Allah.

16. Sarana mendekatkan diri kepada Allah 

Cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan beribadah, seperti berzikir, bertakbir, bertahlil, bertasbih, bershalawat, shalat sunnah malam, dan kegiatan yang bernilai ibadah lainnya. Sebuah riwayat mengatakan,

“Barang siapa menghidupkan malam Idul Fitri dan Idul Adha dengan niat mencari ridha Allah, hatinya tidak akan mati pada hari dimana hati umat manusia mati.” (HR Al-Thabarani).

17. Mengerjakan sholat malam 

Salah satu wujud ketakwaan sesudah bulan Ramadhan adalah menghidupkan malam Idul Fitri dengan gema takbir dan ibadah lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ. (رواه الشافعي وابن ماجه) Artinya, “Siapa saja yang qiyamul lail pada dua malam Id (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati,” (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah).

Demikian artikel kali ini mengenai 17 keutamaan menghidupkan malam hari raya ied, semoga menjadi wawasan islami yang bermanfaat untuk anda dan bisa mengambil sisi positif yakni dengan melaksanakannya sesuai dengan anjuran dan sunnah Rasul. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.