Edisi Jum'at, 10 September 2021 M / 3 Shafar 1443 H.
Sungguh indah, Islam mengatur semua kehidupan kita dengan sangat sempurna. Bahkan dalam hal makan pun Islam memiliki aturan dan adab tersendiri. Hal itu telah Allah Subhanahu Wa Ta'ala sampaikan melalui sunnah yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam maupun langsung melalui Al-Qur'an.
Makan bagi orang beriman dilakukan semestinya bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan asasi biologi tubuh. Tetapi juga sebagai manifestasi bentuk ketaatan pada tuntunan Allah dan mengikuti contoh-teladan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga dapat menjadi bernilai ibadah. Sesuai dengan misi hidup kita di dunia yang telah diamanahkan Allah : “Dan tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” (Q.S. 51: 56).
Dengan demikian akan dapat diperoleh nilai ganda dari makanan yang dikonsumsi. Yakni badan menjadi sehat dengan asupan gizi, sekaligus juga mendapat ganjaran-pahala dan kebaikan, dunia wal akhirah, dengan ibadah yang dilakukan itu.
Sebenarnya telah jelas tuntunan dan teladan/contoh dari Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, tentang hal yang sangat urgen ini. Sehingga, sebagai Muslim yang beriman kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, tentu kita harus mengikuti contoh-teladan yang telah Beliau lakukan. Perhatikanlah perintah Allah dengan makna: “Dan apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S. Al-Hasyr, 59:7).
Berikut ini 17 adab makan dalam Islam yang harus kita ketahui dan amalkan :
1. Memakan makanan yang halal
Dalam Al-Quran Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan makanan apa yang halal lagi baik untuk manusia. Salah satunya dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 168:
“Hai orang-orang yang beriman makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.Al-Baqarah [2]:168).
2. Membaca ‘Bismillah’ sebelum makan
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Telah terjadi silang pendapat di antara ulama tentang hukum mencuci tangan sebelum makan, apakah hal itu termasuk sunnah ataukah tidak? Yang lebih mendekati kebenaran, bahwa mencuci tangan sebelum makan bukan termasuk perkara ibadah, karena tidak adanya hadits yang shahih dalam masalah ini.
Imam al-Baihaqi berkata, “Hadits mencuci tangan setelah makan adalah hasan. Dan tidak ada hadits yang shahih tentang mencuci tangan sebelum makan.” (Al-Adab asy-Syar’iah 3/371).
Namun mencuci tangan dianjurkan apabila sekadar untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada tangan. Walhasil, mencuci tangan sebelum makan bukan sunnah secara mutlak, juga jangan ditinggalkan secara mutlak. Apabila ada kotoran melekat, maka hendaklah dicuci, jika tidak ada, maka tidak mengapa makan tanpa mencuci tangan.
4. Makan dengan tangan kanan
Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan hal ini. “Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim no. 2020).
5. Segera makan ketika makanan sudah siap dengan posisi duduk
Dari Anas Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Anas, ia berkata: “Dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam di mana beliau melarang seseorang minum sambil berdiri.” Qotadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya (pada Anas), “Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?” Anas menjawab, “Itu lebih parah dan lebih jelek.” (HR. Muslim no. 2024).
Para ulama menjelaskan, dikatakan makan dengan berdiri lebih jelek karena makan itu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada minum.
6. Memuji makanan dan dilarang mencelanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. (HR. Bukhari dan Muslim). Apabila makanan yang dihidangkan beliau sukai, maka beliau menyantapnya. Sedangkan sikap beliau saat menghadapai jamuan yang tidak menarik hati, beliau tidak menjamahnya dengan tanpa mengeluarkan komentar miring apapun terhadapnya.
Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. (HR al-Bukhâri dan Muslim).
7. Memakan makanan yang berada di dekat kita
Anjuran ini senada seperti dalil yang telah kita sebutkan di atas sebelumnya, “Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).
8. Anjuran makan bersama pada satu nampan
Dalam Islam ternyata makan berjamaah lebih dianjurkan, karena akan mendatangkan keberkahan. Sebagaimana riwayat dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berkata :
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764).
Sedangkan Ibnu Baththol berkata, “Makan secara bersama-sama adalah salah satu sebab datangnya barakah ketika makan.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 18: 121).
9. Anjuran makan dari pinggir piring
Melanjutkan riwayat di atas, dari Ibnu ‘Abbas berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Keberkahan tersebut akan turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-pinggirnya dan jangan dari tengahnya!” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (IV/260) Kitaabul Ath’imah bab Maa Jaa-a fii Karaahiyatil Akli min Wasathith Tha’aam, ia berkata: “Hadits ini shahih.”
10. Makan dengan tiga jari dan menjilati makanan dan sisa makanan
Di antara petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam adalah makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sesudah selesai makan.
Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim no. 2032 dan lainnya).
11. Anjuran makan sambil berdzikir
Ibnul Muflih menyebutkan keteragan Ishaq bin Ibrahim, “Suatu ketika aku makan malam bersama Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hanbal ditambah satu kerabat beliau. Ketika makan kami sedikit pun tidak berbicara sedangkan Imam Ahmad makan sambil mengatakan alhamdulillah dan bismillah setelah itu beliau mengatakan:
“Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam.” Tidak aku dapatkan pendapat lain dari Imam Ahmad yang secara tegas menyelisihi nukilan ini. Demikian juga tidak aku temukan dalam pendapat mayoritas ulama pengikut Imam Ahmad yang menyelisihi pendapat beliau di atas.
Kemungkinan besar Imam Ahmad berbuat demikian karena mengikuti dalil, sebab di antara kebiasaan beliau adalah berupaya semaksimal mungkin untuk sesuai dengan dalil.” (Adab Syariyyah, 3/177).
12. Tidak duduk dengan bersandar
Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau, “Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.” (HR. Bukhari no. 5399).
13. Tidak tengkurap atau telungkup
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Burqan dari Az Zuhri dari Salim dari Ayahnya dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang makan sambil telungkup.
14. Menyantap sesudah makanan dingin
Dari Asma’ binti Abu Bakar, jika beliau membuat roti Tsarid maka beliau tutupi roti tersebut dengan sesuatu sampai panasnya hilang. Kemudian beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hal tersebut lebih besar berkahnya.” (HR. Darimi no. 2047 dan Ahmad no. 26418).
Abu Hurairah mengatakan, “Makanan itu tidak boleh disantap kecuali jika asap makanan yang panas sudah hilang.” (Dalam Irwa’ul Ghalil no. 1978 diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, 7/2580).
15. Mengambil makanan yang jatuh
Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Jika makanan salah satu kalian jatuh maka hendaklah diambil dan disingkirkan kotoran yang melekat padanya, kemudian hendaknya di makan dan jangan dibiarkan untuk setan.”
Dalam riwayat yang lain dinyatakan, “Sesungguhnya setan bersama kalian dalam segala keadaan, sampai-sampai setan bersama kalian pada saat makan. Oleh karena itu jika makanan kalian jatuh ke lantai maka kotorannya hendaknya dibersihkan kemudian dimakan dan jangan dibiarkan untuk setan. Jika sudah selesai makan maka hendaknya jari jemari dijilati karena tidak diketahui di bagian manakah makanan tersebut terdapat berkah.” (HR Muslim no. 2033 dan Ahmad 14218).
16. Berwudhu terlebih dahulu, jika keadaan junub
Jika kita dalam kondisi junub dan hendak makan, maka dianjurkan berwudhu terlebih dahulu. Aisyah menuturkan, bahwa Rasulullah jika dalam keadaan junub lalu hendak makan atau tidur, maka beliau berwudhu terlebih dahulu, seperti berwudhu untuk shalat.” (HR Bukhari, no. 286 dan Muslim, no. 305).
17. Berdoa setelah makan
Adab selanjutnya yang harus dilakukan seorang muslim ketika selesai dari makan adalah mengucapkan salah satu dari doa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam di bawah ini,
Dari Mu’adz bin Anas, bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memakan makanan lalu ia mengucapkan, “Alhamdulillah alladzi ath’amanaa hadza wa razaqaniihi min ghairi haulin minni wa laa quwwatin..”
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan memberikan rizki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku.”
Maka akan diampuni baginya dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian”. (HR Abu Dawud: 4023, at-Turmudziy: 3458, Ibnu Majah: 3285, Ahmad: III/ 439).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.