Edisi Rabu, 31 Agustus 2022 M / 3 Shafar 1444 H.
Dzikir adalah aktivitas seorang hamba dalam menyebut nama Allah. Dalam berdzikir, kondisi orang berbeda-beda. Ada orang yang mulutnya berdzikir, tetapi hatinya lalai. Ada juga yang menyebut nama Allah dengan hati terjaga. Sebagian orang berdzikir dengan hati waspada sebagai disinggung Ibnu Athaillah dalam hikmah berikut ini.
“Jangan tinggalkan dzikir karena kelalaian hatimu yang tidak bersama Allah karena kelalaian tanpa dzikir lebih buruk daripada kelalaian dengan dzikir. Bisa jadi Allah mengangkatmu dari dzikir dengan kelalaian ke dzikir dengan hati terjaga, dari dzikir dengan hati terjaga ke zikir dengan hati waspada, dari dzikir dengan hati waspada ke dzikir fana. Allah berfirman, ‘Dan yang demikian itu bagi Allah tidak sulit,’ (Surat Ibrahim ayat 20).”
Ibnu Athaillah menganjurkan kita berdzikir dengan hati lalai sekalipun. Ini menunjukkan betapa pentingnya dzikir. Mengapa demikian? Dzikir merupakan jalan utama mereka yang menempuh perjalanan Ilahi. Berikut ini beberapa fadhilah, keutamaan, dan khasiat dzikir selengkapnya :
1. Dzikir membuahkan cinta dan ridha Allah‘Azza wa Jalla. Dan sekaligus menjadikan ahli dzikir juga dicintai, disayangi dan diterima oleh manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Apabila Allah Ta’ala mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril, dan disampaikan kepadanya bahwa, Allah telah mencintai si-A, maka cintailah dia olehmu. Lalu Jibril-pun mencintainya juga. Selanjutnya Jibril berseru kepada para penghuni langit (para malaikat) bahwa, Allah telah mencintai si-A, maka cintailah dia oleh kalian. Sehingga yang bersangkutan dicintai pula oleh para malaikat penghuni langit. Dan akhirnya, ditetapkanlah (sebagai buah dan efeknya), penerimaan terhadapnya di muka bumi”. (HR. Muttafaq ‘alaih)
2. Menghilangkan noda-noda kemaksiatan, dan menghapuskan dosa-dosa kedurhakaan. Karena dzikrullah adalah salah satu kebaikan paling agung dan paling utama. Sedangkan kebaikan itu akan menutup dan menghapus keburukan dan kesalahan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang mau ingat”. (QS. Huud: 114).
3. Bila seorang hamba mengenal dan menginat Allah dengan dzikirnya di saat lapang, maka Allah-pun akan mengenal dan mengingatnya di waktu sempit dan terhimpit.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya selalu di hadapanmu. Ingatlah Allah di saat lapang, maka Dia-pun akan mengingatmu di waktu sempit/sulit”. (HR. ‘Abd bin Humaid dari Ibnu ‘Abbas radhiyalahuanhu).
4. Menyelamatkan dan melepaskan dari adzab Allah Ta’ala.
Di dalam hadits: “Tidak ada satu amalpun yang dilakukan seorang anak manusia, yang lebih istimewa untuk bisa menyelamatkannya dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla, selain dzikrullah (dzikir kepada Allah Ta’ala)”. (HR. Ahmad dari sahabat Mu’adz radhiyallahu'anhu).
5. Ahli dzikir berbahagia dengan dzikirnya, dan sekaligus membahagiakan orang yang berada bersamanya. Karena inilah orang yang selalu membawa keberkahan dimanapun berada. Sedangkan orang yang hatinya lalai dari dzikir akan merugi dan sengsara akibat kelalaiannya, dan bahkan juga bisa merugikan orang lain yang berada bersamanya.
Di dalam sebuah hadits yang cukup panjang disebutkan bahwa, Allah mengampuni orang-orang yang berada di majlis dzikir. Dan ketika dilaporkan oleh para malaikat –tentu Allah Maha Tahu– bahwa, di tengah-tengah mereka ada seorang hamba pendosa yang lewat lalu secara tidak sengaja duduk bersama mereka, Allh-pun berfirman: “Dan diapun termasuk yang Aku ampunkan. Karena mereka itu (para ahli dzikir) adalah kelompok orang yang tidak akan sengsara dan merugi siapapun yang duduk bersama mereka (HR. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu).
6. Di dalam setiap hati bercokol potensi kekerasan yang tidak bisa dilembutkan dan dileburkan kecuali dengan dzikir. Maka hendaklah setiap kita senantiasa meng-ajeg-kan dzikirnya, demi mengobati dan menghilangkan kekerasan hatinya itu. Sehingga hatipun menjadi lembut, dan semakin bergairah dalam ber-taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka dalam berdzikir mengingat Allah dan (tunduk) kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al-Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati merekapun menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Hadiid: 16).
Allah juga berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan Allah-lah mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfaal: 2).
7. Banyak berdzikir menjaga kehidupan dan kesehatan hati. Sehingga ia merupakan “sabuk” pengaman dan penyelamat efektif dari penyakit kemunafikan. Karena salah satu ciri utama orang munafik adalah bahwa, mereka sedikit berdzikir mengingat Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka berdzikir menyebut dan mengingat Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An-Nisaa’: 142).
8. Menghilangkan kerisauan, kesedihan dan kegalauan dalam hati, serta menggantikan semuanya dengan kebahagiaan, keceriaan dan kelapangan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’ad: 28).
9. Dzikir akan memberikan kecerahan cahaya wajah bagi ahlinya di dunia, juga cahaya baginya di alam kubur, dan cahaya lain baginya di akhirat kelak. Dimana cahaya tersebut akan menerangi jalannya dan membimbingnya saat melewati titian menuju Surga. Dan memang tidak ada satu amalpun yang memberikan cahaya di hati dan di alam barzakh, serta di hari Kiamat, seistimewa ibadah dzikrullah ini.Sehingga para ahli dzikir adalah orang yang paling cerah wajahnya di dunia, paling terang alam kuburnya, dan paling bersinar serta bercahaya di Akherat.
10. Ke-ajeg-an atau keistiqamahan berdzikir dalam segala situasi dan kondisi, baik di rumah maupun di jalan, saat tinggal ataupun bepergian, serta dimana saja seseorang berada, berarti memperbanyak saksi bagi yang bersangkutan kelak di Akhirat. Karena semua tempat berpijak, baik rumah, tanah lapang, gurun sahara, gunung, lembah, maupun tempat manapun di muka bumi ini, semuanya akan menjadi saksi yang baik bagi ahli dzikir pada hari Kiamat nanti.
11. Dzikrullah merupakan ibadah yang paling ringan pelaksanaannya, namun di saat yang sama ia justru termasuk ibadah yang paling agung dan paling utama nilainya. Karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah. Dimana seandainya anggota tubuh lain harus digerakkan seperti gerakan lisan, niscaya hal itu akan terasa sangat berat sekali, atau mungkin bahkan tidak mampu dilakukan.
12. Dzikir merupakan sarana penghalang dan penutup antara seorang hamba dan Neraka Jahannam. Sehingga seandainya terbentang jalan ke Neraka baginya gara-gara sebagian amal buruknya, maka dzikirnya akan menjadi penutup jalan itu. Maka jika dzikirnya adalah dzikir yang sempurna dan ajeg (istiqamah), maka ia akan menjadi penghalang atau penutup sangat kokoh dan kuat yang tidak menyisakan celah sedikitpun untuk bisa ditembus atau dilewati.
13. Dzikir juga merupakan salah satu sarana pengundang berbagai kenikmatan (dari Allah) yang paling utama, dan wasilah penolak bala’ teristimewa. Sehingga tidak ada sarana dan wasilah apapun sebagai pengundang kerahmatan ataupun penolak bencana, yang seutama dan seistimewa ibadah dzikir kepada Allah Ta’ala.
14. Secara lebih khusus dan spesifik, ia juga mengundang rezeki. Karena dzikir memang merupakan salah satu alat dan sarana utama pembuka pintu-pintu rezeki Allah dari berbagai arah dan penjuru
15. Mengamankan dan membebaskan seorang hamba dari penyesalan tiada tara di hari Kiamat. Sementara itu majelis yang tidak ada dzikirnya akan mengakibatkan penyesalan dan kerugian pada hari Kiamat bagi yang ada di dalamnya.
16. Di hati setiap insan terdapat celah dan “ruang hampa” yang tidak bisa di isi dan di tutup kecuali dengan dzikrullah ‘Azza wa Jalla.
Dzikir adalah sarana terapi dan obat penyembuh mujarab bagi hati yang sakit. Dimana sakit-nya hati adalah akibat kelalaian. Dan dzikirlah terapi maupun obat ampuhnya.
17. Dzikrullah dengan beragam macam dan lafalnya, secara umum berfungsi mengusir syetan, melemahkan daya godanya dan melumpuhkan tipu muslihatnya
Mengokohkan hati, menguatkan fisik, meneguhkan iman di dada, dan membukakan pintu ilmu ma’rifatullah.
Semoga bermanfaat....