Edisi Ahad, 21 Agustus 2022 M / 23 Muharram 1444 H.
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam bukunya Secercah Tinta (2014) menjelaskan tentang siapakah ahli zikir itu. Ia menyatakan bahwa ahli zikir adalah para wali dan para ulama yang dalam hatinya terdapat rasa takut (khasyyah) kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Para wali, ulama, dan orang-orang ‘arif itulah sumber-sumber akidah, bagaimana umat Islam bisa memahami agama dengan sumber-sumber mutawatir, dapat dipertanggungjawabkan, dan tersambung hingga kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam kemudian sampai kepada seluruh umat. Sebab, orang-orang yang disebutkan di atas mendapatkan kesaksian dalam Al-Qur’an yang disaksikan oleh Nabi Muhammad sekaligus diangkat oleh Baginda Nabi. Kebesaran Al-Qur’an pertama kali disaksikan pertama kali oleh Nabi Muhammad. Kemudian Al-Qur’an menjadi syahadah (saksi) kebesaran Baginda Nabi. Baginda Nabi menjadi saksi bagi kebesaran sahabat yang diangkat oleh Allah.
Ahli zikir adalah orang-orang berilmu, maka perlu dipahami bahwa ahli zikir bukan sekadar orang yang pintar. Itu artinya semua orang pintar bukan berarti ahli zikir. Ahli zikir ialah orang yang ‘arif, rijalul ‘arif. Habib Luthfi menyebutkan, kalau orang ‘arif sudah dipastikan ibadahnya baik. Itu semua disaksikan dan diakui oleh Allah yang menciptakan. Berikut kelanjutan hal terpuji yang terhimpun dalam dzikir :
1. Kedelapan belas, bersaksi atasmu segala sesuatu dari seluruh makhluk yang mendengarmu dan menyayangimu semua tempat di bumi di mana engkau berdzikir kepada Allah dan mereka membanggakan rasa sayangnya itu antara satu dengan yang lainnya.
2. Kesembilan belas, lembut hati dan khusyuk saat berdzikir.
3. Kedua puluh, dihapuskan sepuluh kejahatan dengan satu kalimat dzikir.
4. Kedua puluh satu, tenang dan diam hati karena firman Allah: “Sesungguhnya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.”
5. Kedua puluh dua, dua malaikat yang bernama Kiraman dan Katibin beristirahat mencatat keburukanmu dan malahan mendoakanmu dipelihara dari (biwiqaayati) segala kejahatan, mendapatkan kemenangan surga dan dilepaskan dari neraka dan bersama dengan malaikat yang menjunjung ‘Arasy karena firman Allah Ta’ala: “Dan malaikat yang mengucap tasbih dengan memuji Tuhan mereka” hingga akhir ayat (QS. Al-Mu’min: 7).
6. Kedua puluh tiga, meringankan hal-hal yang berat pada hari kiamat. Sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam “Mendahului kamu al-mufradun. Para sahabat berkata: Apakah al-mufradun itu Wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Itulah orang-orang yang mengekalkan menyebut Allah Ta’ala. Dzikir mereka menyingkirkan beban-beban dosa mereka pada hari Kiamat.”
7. Kedua puluh empat, dzikr itu lebih baik dari haji, jihad, al-ribath (memerangi kafir yang hendak masuk ke negeri Islam), sedekah, dan segala amal lainnya yang termasuk fardhu. (Hendaknya jangan disalahpahami bahwa statement ini meremehkan hal yang fardhu. Justru perlu digarisbawahi bahwa Syekh al-Palimbani menekankan pentingnya keberimbangan antara syariat dan hakikat. Terkait dengan poin ke-24 ini, apa yang bisa dimaknai dari sini adalah keutamaan dzikir itu sangat dan sangat besar).
8. Kedua puluh lima, sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kepada orang yang berdzikir lebih banyak dari yang dimintanya bahkan yang tidak dimintanya sekalipun karena firman Allah dalam Hadits Qudsi: “Barang siapa menyibukkan diri berdzikir kepada-Ku ketimbang meminta-minta pada-Ku, Aku akan memberikan kepadanya yang lebih baik bahkan yang tidak dipintanya daripada yang diminta para peminta-minta.”
9. Kedua puluh enam, orang yang berdzikir dilengkapkan atasnya rahmat, diturunkan kepadanya ketenangan hati dan barakah, meliputi (tahaffa) dan menjaga malaikat atasnya.
10. Kedua puluh tujuh, sesungguhnya hamba yang terbuka hati untuk berdzikir kepada Allah pada permulaan hari dan menutup harinya dengan dzikrullah niscaya ia diampuni pada awal dan akhir suratannya (tharafayi).
11. Kedua puluh delapan, orang-orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala diseru oleh para penghuni langit: “Berdirilah kalian! Kejahatan-kejahatan kalian telah digantikan dengan kebaikan-kebaikan dan dosa-dosa kalian telah diampuni.”
12. Kedua sembilan, satu majelis orang-orang saleh yang berdzikir menghapuskan satu juta perkumpulan kegiatan mukmin yang berbuat kejahatan.
13. Ketiga puluh, sesungguhnya orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah pada hari Kiamat berada di atas mimbar yang berasal dari cahaya, kedua tangannya adalah tangan kanan. Para malaikat dan para nabi bergantung pada tempat duduk (maq’ad) mereka. Wajah mereka bercahaya lebih terang daripada bulan purnama. Manusia takut pada mereka, tapi mereka tidak. Manusia gentar pada mereka, tapi mereka tidak.
14. Ketiga puluh satu, orang yang banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala adalah orang yang amat mulia pada hari Kiamat karena kemuliaan mereka diberikan Allah.
15. Ketiga puluh dua, sesungguhnya ahli dzikir itu bermain-main dan mengambil buah-buahan dari kebun surga karena sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dalam hadits: “Apabila engkau lewat di kebun-kebun surga maka ambillah buah-buahan di dalamnya. Para sahabat bertanya, ”Apakah kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tempat perhimpunan orang-orang yang duduk berdzikir”. Ketahuilah bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Majelis dzikir itu menyerupai kebun di dalam surga karena majelis itu tempat turunnya rahmat, hidayah, rahasia yang ajaib-ajaib dan ma’rifat yang gharib-gharib. Yang didapat oleh orang yang berdzikir itu layaknya orang yang masuk ke dalam kebun karena di situ ia mengambil buah-buahan yang indah.
16. Ketiga puluh tiga, sesungguhnya dzikrullah Ta’ala di bumi merupakan cahaya bagi orang yang berdzikir itu sendiri. Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Orang yang berdzikir di dalam kumpulan orang-orang yang lupa laksana pohon kayu yang hijau di di tengah kumpulan pohonan kayu yang kering.
17. Ketiga puluh empat, sesungguhnya orang yang berdzikir khafi (tersembunyi) itu disebut-sebut di hadirat Allah Ta’ala dan dipertaruhkan (wayaddakhiru) atasnya satu perbendaharaan (kanzan) hingga hari Kiamat yang apabila ia masuk surga, maka Allah akan bersabda padanya: Aku memiliki pahala yang akan kuberikan padamu, yaitu pahala dzikir khafi yang tak terlihat oleh seorang pun kecuali oleh-Ku.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.