Edisi Ahad, 25 Oktober 2020 M / 8 Rabi'ul Awwal 1442 H
Sayyidina Ali adalah anak Abdu Manaf, yang lebih dikenal dengan sebutan “Abu Thalib” (ayah Thalib ). Thalib adalah anak tertua Abdu Manaf. Berbeda dengan kebiasaan petinggi kaum Quraisy lainnya, Abu Thalib memiliki kebiasaan khusus, yaitu berpantang meminum minuman keras.
Ibunda Sayyidina Ali adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim. Ia tercatat sebagai wanita pertama dari Bani Hasyim yang menikah dengan pria dari Bani Hasyim pula. Sebelum itu telah menjadi kebiasaan bagi pria Bani Hasyim menikah dengan wanita Quraisy lain yang bukan Bani Hasyim.
Berikut ini Keistimewaan dan karomah Sayyidina Ali radhiyallahu'anhu
1. Kesatu
Abul Abbas berkata:
“Ali memiliki empat keistimewaan yang tidak dimiliki oleh siapapun selain Ali yaitu dia adalah orang yang pertama kali diantara orang Arab dan orang Ajam menjalankan sholat bersama Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam; dia adalah orang yang membawa bendera Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam didalam setiap pasukan besar; dia adalah orang yang sabar menyertai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika orang lain lari meninggalkan beliau ( ketika perang ) dan dia adalah orang yang memandikan jenazah Rasulullah, sekaligus mensemayamkan beliau ke dalam kubur.”
2. Kedua
Imam Hasan Al-Basri berkata:
“Demi Allah dia adalah anak panah yang sangat tepat sasaran. Dia adalah Alim Robbani nya umat ini, yang memiliki keutamaan serta memiliki kekerabatan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Dia telah mendapat Al Qur’an lewat keteguhan hatinya.”
3. Ketiga
Imam Ahmad bin Hanbal, Ismail Al Qadli, An Nasa’i berkata:
“Tidak ada hadits yang menerangkan tentang diri salah seorang dari sahabat dengan sanad-sanad yang bagus sebanyak hadits yang menerangkan tentang Ali radhiyallahu 'anhu.”
4. Keempat
Memiliki kemampuan bersabar dan memaafkan yang luar biasa; ketika ada sebagian orang mengundurkan diri dari pembaiatan dirinya sebagai Khalifah; beliau hanya berkata : “Mereka itu adalah golongan yang menelantarkan kebenaran dan juga tidak menolong kebatilan, mereka telah mengundurkan diri dari kebenaran dan tidak pula berdiri menyertai kebatilan.”
5. Kelima
Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu bahwa beliau berkata : “Orang yang paling ahli membaca diantara kami adalah Ubai dan orang yang paling ahli memutuskan perkara diantara kami adalah Ali.”(HR.Bukhari)
6. Keenam
Memiliki daya ingat yang kuat ( Udzunun Wa’iyah ) : mendengar dan hafal terhadap apa yang telah didengarnya dan tidak menghilangkannya hanta karena sebab tidak mengamalkannya.
7. Ketujuh
Menjadi penyampai ( Tabligh ) sebagai wakil Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
Imam Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Al-Bara’ bin Azib bahwa ia berkata :”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah berkata kepada Sayyidina Ali ” : “Engkau adalah bagian dari diriku dan Aku adalah bagian dari dirimu”
8. Kedelapan
Imam Bukhari meriwayatkan dari Sayyidina Ali ; bahwa beliau berkata : “Saya adalah orang yang pertama kali berlutut untuk menyelesaikan pertengkaran di hadapan Ar-Rahman pada hari kiamat nanti”
9. Kesembilan
Sayyidina Ali adalah orang laki-laki paling terakhir bertemu dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wadallam menyatakan: "Manusia diciptakan dari berbagai jenis pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib diciptakan dari satu jenis pohon (unsur). Apakah yang hendak kalian katakan tentang sebatang pohon yang aku sendiri merupakan pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya, al-Hasan dan al-Husein buahnya, dan para pencinta kami adalah dedaunannya! Barangsiapa yang bergelantung pada salah satu dahannya ia akan diantar ke dalam surga, dan barangsiapa yang meninggalkannya ia akan terjerumus ke dalam neraka.”
10. Kesepuluh
Berbicara dengan Ahli Kubur.
Sid bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama Sayyidina Ali. Ali berseru, "Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan keadaan kami kepada kalian." Lalu terdengar jawaban, "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai Amirul Mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami". Ali berkata, "Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?" Salah satu mayat menjawab, "Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kerugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami". (Riwayat Al-Baihaqi)
11. Kesebelas
Mengobati Orang yang Menderita Lumpuh.
Dalam Kitab Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, Ali dan kedua putranya, Hasan dan Husein radhiallahu anhuma mendengar seseorang bersyair: "Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kezaliman. Wahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakit. Utusan-Mu tertidur di rumah Rasulullah sedang orang-orang kafir mengepungnya. Dan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah tidur. Dengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa-dosaku. Wahai Zat tempat berharap makhluk di Masjidil Haram. Kalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah. Siapa yang akan menganugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka.
12. Kedua belas
Menyatukan Kembali Tangan yang Terpotong atas Izin Allah.
Fakhrurrazi yang hanya sedikit memasukkan cerita-cerita tentang karamah para sahabat dalam kitabnya, juga meriwayatkan bahwa seorang budak kulit hitam penggemar SayyidinaAli mencuri. Budak itu dihadapkan kepada Ali dan ditanya, "Betulkah kau mencuri?" Ia menjawab, "Ya,". Maka Ali memotong tangannya. Budak itu berlalu dari hadapan Ali, kemudian berjumpa dengan Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kawwa'. Ibnu al-Kawwa' bertanya, "Siapa yang telah memotong tanganmu?" Ia menjawab, "Amirul mukminin, pemimpin besar umat muslim, menantu Rasullah, dan suami Fatimah".
Ibnu al-Kawwa’ bertanya, "Ia telah memotong tanganmu dan kamu masih juga memujinya?" Budak itu menjawab, "Mengapa aku tidak memujinya? Ia mcmotong tanganku sesuai dengan kebenaran dan berarti membebaskanku dari neraka".
Selanjutnya Ali memanggil budak hitam itu, lalu meletakkan tangan yang telah dipotong di bawah lengannya, dan menutupnya dengan selendang, kemudian Ali memanjatkan doa. Orang-orang yang ada di sana tiba-tiba mendengar seruan dari langit, "Angkat selendang itu dari tangannya!" Ketika selendang itu diangkat, tangan budak hitam itu tersambung kembali dengan izin Allah.
13. Ketiga belas
Menyembuhkan Penyakit.
Dalam Kitab Al-Iktibar, Usamah bin Munqidz mengemukakan kisah yang didengarnya dari Syihabuddin Abu al-Fath, pelayan Mu'izuddaulah bin Buwaihi di Mosul pada tanggal 18 Ramadhan 566 M. Diceritakan ketika Syihabuddin berada di dalam Masjid Shunduriyah di pinggir Kota Anbar daerah Tepi Barat, Khalifah Al-Muqtafi datang berkunjung bersama salah seorang menterinya.
Al-Mugtafi memasuki masjid tersebut, yang dikenal dengan sebutan Masjid Amirul Mukminin Ali, dengan memakai baju biasa dan menyandang pedang yang hiasannya dari besi. Tak seorang pun mengetahui bahwa ia adalah seorang khalifah, kecuali orang-orang yang telah mengenalnya. Pengurus masjid mendoakan sang menteri. Lalu sang menteri berkata, "Celaka, doakanlah khalifah!"
Kemudian Khalifah Al-Mugtafi berkata kepada menterinya, "Tanyakan sesuatu yang bermanfaat pada pengurus masjid itu. Katakan padanya bahwa dulu pada masa pemerintahan Maulana Al-Mustazhhir, aku melihat ia menderita sakit di wajahnya. Wajahnya penuh bisul schingga jika mau makan, bisulnya harus ditutup dengan sapu tangan, agar makanan bisa masuk ke mulutnya.”
Ali berkata, 'Engkau termasuk orang yang menginginkan dunia'. Kemudian aku terbangun, dan tiba-tiba bisul-bisul di wajahku lenyap."Khalifah Al-Mugtafi berkata, "Ia benar," lalu menoleh ke arah Syihabuddin dan berkata, "Bicaralah pada pengurus masjid itu, cari tahu apa yang ia minta, tuliskan permintaannya disertai tanda tangannya, dan berikan padaku untuk kutandatangani".
14. Keempat belas
Alat Penggiling Bergerak Sendiri.
Kisah lainnya menceritakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh Abu Dzar memanggil Ali bin Abi Thalib. Sesampai di rumah Ali, Abu Dzar melihat alat penggiling sedang menggiling gandum padahal tidak ada seorang pun di sana. Kemudian Abu Dzar menceritakan hal tersebut kepada Nabi. Beliau berkata, "Hai Abu Dzar! Tahukah kau bahwa Allah memiliki Malaikat-malaikat yang berjalan-jalan di bumi dan mereka diperintahkan untuk membantu keluarga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam". (Dikemukakan oleh Al-Shubban dalam kitab Is'af Al-Raghibin dan Al-Mala'’ dalam kitab Sirahnya)
15. Kelima belas
Diceritakan dari ja’far bin Muhammad dari ayahnya, ia mengisahkan: ada dua orang pria dihadapkan pada Ali bin Abi Thalib karena sengketa, sementara Ali duduk di dasar tembok. Salah satunya tiba-tiba mengingatkannya, “Wahai Amirul Mukminin, temboknya roboh.” Ali dengan tenang menjawab, “Teruskan saja, cukuplah Allah sebagai pelindung.” Ali kemudian menyampaikan keputusan hukum untuk keduanya, setelah itu beranjak pergi, seketika tembok pun langsung runtuh.
16. Keenam belas
Mengetahui akan terjadi perselisihan kekhalifahan
Dalam Riyadh an-Nudhrah dikisahkan dari al-Asbagh, ia berkata: Kami sedang pergi bersama Ali dan melewati sebuah tempat yang kelak akan menjadi makam Husain (di Karbala). Ali berkata, “di sana tempat menderumnya kendaraan mereka, di sana tempat pelana unta mereka, dan di sana tempat ditumpahkannya darah mereka. Beberapa pemuda dari keluarga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam akan dibunuh disebabkan bencana yang dahsyat ini, langit dan bumi akan menangis atas kejadian tersebut.
Apa yang dikatakan Ali bin Abi Thalib menjadi kenyataan, perselisihan kekhalifahan yang terjadi di tengah kaum muslimin, pada akhirnya mengakibatkan terbunuhnya Husain dan keluarganya pada perang Karbala tanggal 10 Muharram 61 H. / 680 M.
17. Ketujuh belas
Mengetahui penyebab kematiannya
Diceritakan dari Fadhalah bi Abi Fadhalah: ayahnya pernah menjenguk Ali adhiyallahu 'anhu. yang sedang sakit dan ingin membawanya ke Madinah, agar ketika meninggal bisa diurus dan disalati oleh para sahabat. Tetapi Ali tidak berkenan dan mengatakan: “Aku tidak akan meninggal karena sakit ini, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah berjanji padaku, bahwa aku tidak akan meninggal sebelum ditikam, dan (jenggotku) ini diwarnai (dengan darah) yang berasal dari kepalaku.
Perkataan Ali menjadi kenyataan, ia meninggal sebab tikaman pedang Abdurrahman bin Muljam, penganut Khawarij yang menyimpan kebencian padanya. Ibnu Muljam menyerang Ali saat mengimami shalat subuh hari Jum’at, 17 Ramadhan, tahun 40 H. hari itu juga ia meninggal dan malam harinya dimakamkan di Kufah. Meninggal di usia enam puluh tiga tahun.
Referensi : Dirangkum dari berbagai sumber
Semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.