Selasa, 06 Februari 2024

CARA MENYIKAPI SAKIT MENURUT ISLAM

Edisi Selasa, 6 Februari 2024 M / 25 Rajab 1445 H.

Sakit ialah berkurangnya fungsi normal dari tubuh karena adanya gangguan. Sakit sangat luas, dapat terjadi pada tubuh manapun, dalam bentuk apapun, selama waktu tertentu, dan juga menimbulkan rasa tidak nyaman atau gangguan yang berbeda beda. Umumnya orang yang sakit akan merasa kurang bersemangat karena aktifitasnya terganggu dan terkadang merasa sedih karena beban yang dialami dalam tubuhnya.

Sebagai seorang manusia normal tentu kita semua pernah merasakan sakit, jika saat ini kita dalam kondisi sehat, kita wajib bersyukur dan memanfaatkan waktu untuk mengisi hal yang baik, jika dalam kondisi sakit, juga wajib bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki diri. Hal yang terasa berat bagi sebagian orang ialah jika kita merasakan suatu penyakit berat atau penyakit tertentu dalam waktu yang lama.

Pada umumnya sakit yang lama akan menjadi beban karena selain merasakan sakit di tubuhnya, beban pada masalah keuangan atau biaya, juga beban karena merepotkan orang orang terdekat. Apa yang sebaiknya dilakukan ketika sakit? Bagaimana cara menjalaninya? Pada kesempatan kali ini penulis akan menguraikannya  yakni mengenai 17 cara menyikapi sakit dalam islam agar menjadi pahala dan menjadi ladang ibadah untuk kita. Mari simak artikel tausiah berikut ini :

1. Ikhlas 

“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadah ku, hidup ku, dan mati ku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS Al Bayyinah : 5). 

Cara menyikapi sakit dalam islam yang pertama ialah ikhlas, yakni menerima bahwa segala ketetapan hanyalah dari Allah dan segala yang dilalui seorang hamba adalah jalan takdir terbaik yang sudah digariskan. Jadikan semuanya sebagai lahan untuk beribadah kepadaNya sehingga apapun sakit yang dialami akan menjadi kebaikan dan keberkahan. cara membuat hati ikhlas dan tenang ketika sakit ialah dengan mendekatkan diri kepadaNya.

2. Berfikir Positif 

Dalam berbagai ayat Al Qur’an tentang motivasi selalu diperintahkan untuk berfikir positif dalam kondisi apapun. “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita”. (QS At Taubah : 40). 

Allah senantiasa memberikan pada hambaNya sesuai yang diprasangkakan, sehingga ketika dalam kondisi sakit harus tetap disikapi dengan berpikir positif kepada Allah bahwa sakit tersebut adalah ujian dan ujian akan menggugurkan dosa dosa orang yang terkena sakit tersebut.

3. Tawakkal 

“Sekali kali tidak akan menimpa apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami, Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang orang yang beriman akan bertawakal”. (QS At Taubah : 51). 

Tawakkal dalam islam ketika sedang sakit disertai usaha, bukan tawakkal yang berdiam diri, cari pengobatan yang baik semampunya, tetap jalin silaturahmi dan kasih sayang terhadap orang terdekat serta sesama, serta banyak mencari ilmu tentang penyakit yang dialami sehingga menjadi jalan ikhtiar untuk kesembuhan.

4. Sabar 

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar, yaitu yang ketika ditimpa musibah mereka mengucapkan : sungguh kita semua ini milik Allah dan sungguh kepada Nya lah kita kembali”. (QS Al baqarah 155,156). 

Cara menyikapi sakit menurut islam tentu saja dengan cara bersabar. Setiap orang yang diciptakan Allah memiliki ujian sendiri sendiri, belum tentu ujian yang menimpa seseorang lebih ringan dari ujiian orang yang lain. tetap sabar dan memperbanyak ikhtiar serta doa. Cara meningkatkan kesabaran dalam islam ketika sakit ialah dengan mengingat bahwa banyak orang yang lebih menderita di luar sana.

5. Berdoa 

“Berdoalah kepada ku pastilah aku kabulkan untukmu”. (QS Al Mukmin : 40). 

Jangan lupa libatkan Allah dalam setiap urusan, termasuk ketika menyikapi rasa sakit, berdoa adalah cara untuk berkomunikasi secara langsung kepada Allah, dengan berdoa, hati akan menjadi tenang dan segala urusan akan terasa mudah karena sudah menyampaikan segalanya kepada yang Maha Penolong. bacaan doa dan dzikir setelah sholat wajib dibaca dengan rutin.

6. Percaya Takdir Allah 

“Tidaklah seorang hamba itu beriman kepada takdir yang baik dan buruk dari Allah, hingga ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya bukan karena kesalahannya dan kesalahannya itu tidaklah akan menimpanya”. (HR Tirmidzi).

Percaya bahwa garis hidup sudah ditentukan, termasuk kondisi sakit yang saat ini menimpa, tak perlu menyalahkan keadaan atau menyalahkan penyebab sakit cukup jadikan sebagai pelajaran dan bagikan kepada orang lain agar orang lain tidak terkena hal yang sama. Percaya takdir adalah salah satu rukun iman sehingga merupakan kewajiban setiap muslim.

7. Berusaha Mencari Pengobatan 

“Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan sekali kali kamu merasa tidak berdaya”. (HR Abu Hurairah). 

Jangan berdiam diri ketika sakit, hal tersebut sama saja tidak memiliki semangat hidup dan tidak disukai oleh Allah, wajib berusaha mencari obat yang terbaik disertai doa kepada Allah agar mendapatkan berkah dan kesembuhan dari obat tersebut dan sakit yang diderita dapat sembuh.

8. Jangan Berandai Andai 

“Janganlah engkau berkata seandainya aku berbuat begini tentu begini dan begitu tentu akan seperti ini dan seperti itu”. (HR Muslim). Jangan membayangkan hidup orang lain yang lebih sehat atau membayangkan mengubah keadaan agar tidak terkena sakit, sebagai umat muslim yang beriman wajib menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan masa depan sebagai harapan, serta menjauhi angan angan yang hanya akan menyebabkan menjadi orang yang kufur nikmat.

9. Instropeksi Diri 

“Musibah yang menimpa kalian adalah hasil dari perbuatan tangan kalian sendiri”. (QS As Syuuraa : 30). 

Jangan lupa instropeksi diri, jika mungkin pernah berbuat salah atau menyakiti orang lain hingga orang tersebut mendoakan keburukan maka wajib segera meminta maaf dan menebus kesalahan semampunya. Juga instropeksi diri mengenai ibadah kepada Allah, apakah sudah maksimal, apakah sudah dilaksanakan dengan ikhlas, ataukah barangkali saat ini sedikit sekali beribadah dan hanya fokus pada kegiatan yang berhubungan dengan duniawi saja?  Sedangkan untuk akherat hanya memberi sisa waktu sekedarnya?

10. Tidak Meminta Belas Kasih Orang Lain 

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman”. (QS Ali Imran : 139). 

Jangan bersikap lemah dengan meminta belas kasihan dari orang lain, tetap berbuat dan berusaha semampu diri sendiri, meletakkan harapan pada manusia pada akhirnya hanya akan menimbulkan luka dan rasa kecewa, cukup letakkan harapan pada Allah semata.

11. Lakukan Kewajiban Semampunya 

“Hendaknya mereka memenuhi perintah Ku dan hendaklah mereka yakin kepada Ku agar selalu berada dalam kebenaran”.  (QS Al Baqarah : 186). 

Setiap umat muslim wajib melakukan kewajiban seperti sholat lima waktu yang harus dilakukan dalam keadaan apapun setiap hari, jika dalam kondisi sakit, jangan mengabaikan sholat, tetap lakukan sholat walaupun mampunya dalam keadaan duduk atau tidur. Sebab sholat adalah kewajiban yang utama dan nantinya akan dipertanyakan pertama kali di hari akhir nanti.

12. Percaya Pertolongan Allah 

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS Al Insyirah : 5). Allah tentu tidak pernah membebani seseorang dengan ujian yang melebihi kemampuannya, Allah yang lebih mengerti kemampuan hambaNya. Cara menyikapi sakit menurut islam, wajib melaksanakan hal tersebut, wajib percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata.

Kita harus yakin bahwa yang memberikan kesembuhan adalah Allah, bukan dokter atau obat. Penyembuh itu Allah, karena itu hendaklah hati kita tergantung kepada Allah saja, bukan kepada sebab-sebab kesembuhan. Ketergantungan hati kepada sebab-sebab merupakan kesyirikan.

13. Berserah Diri 

“Sesungguhnya Allah bebas melaksanakan kehendak Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu menurut takarannya”. (QS Ath Thalaq : 3). 

Ketika sudah melakukan yang terbaik seperti sudah berusaha mencari pengobatan yang terbaik atau sudah menjalankan terapi atau makan makanan yag dianjurkan dengan sungguh sungguh, serta sudah berusaha instropeksi diri tetapi belum juga mendapatkan kesembuhan, maka selanjutnya wajib berserah diri kepada Allah.

Yakni dengan tetap menjalankan usaha untuk proses kesembuhan dan menyerahkan segala hasilnya pada Allah, barangkali sakit tersebut adalah ujian yang mengurangi dosa dosa, barangkali juga sebagai ujian sehingga Allah mengangkat derajat kita menjadi lebih tinggi, atau barangkali juga sebuah teguran sehingga nantinya akan menjadi orang yag lebih bersyukur dan menjadi orang yang lebih baik lagi.

14. Ambil Hikmahnya 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al Baqarah : 216). Setiap ujian yang diberikan Allah tentu ada hikmahnya, contohnya ialah sakit yang dikarenakan misalnya karena terlalu banyak makan makanan berlemak, hikmahnya ialah ke depannya menjadi lebih berhati hati dan lebih mengutamakan makanan yang sehat ketika makan. Percayalah segala sesuatu selalu ada kebaikan di dalamnya.

Seyogiyanya berpikir tentang hikmah Ilahi dari musibah yang menimpa itu. Allah Maha Bijaksana, ketetapan dan takdir-Nya tidak lepas dari hikmah itu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Apapun musibah yang menimpamu, maka disebabkan oleh perbuatanmu sendiri dan Dia memaafkan banyak (kesalahanmu).” (QS Al-Syuura: 30).

15. Mohon Ampun Pada Orang Tua dan Sesama 

Bagi seseorang yang sakit dan masih memiliki orang tua serta keluarga lengkap, jalin silaturahmi dengan mereka, mohon ampun dan mohon doa terutama pada orang tua barangkali di masa lalu pernah menyakit hati beliau atau pernah berbuat tidak adil pada orang tua, hal itu juga yang berpengaruh pada kesehatan dan keberkahan hidup.

16. Hendaklah berprasangka baik kepada Allah. 

Luruskan akidah dengan menyadari bahwa ujian yang menimpa ini datang dari Allah yang Maha Pengasih, yang mengasihi melebihi kasih sayang ibu, bahkan melebihi kasih sayang manusia kepada diri sendiri. Allah Maha Suci, Dialah yang menguji manusia, dan ujian itu merupakan kasih sayang-Nya kepada hambanya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak menguji hamba-Nya yang beriman, menyangkut dirinya, hartanya, atau anaknya, kecuali untuk salah satu dari dua tujuan, yakni mungkin mempunyai dosa yang tidak bisa diampunkan kecuali dengan ujian ini atau ia akan memperoleh derajat di sisi Allah yang tidak bisa dicapainya kecuali dengan ujian ini.

Prasangka baik kepada Allah berarti menyadari bahwa musibah yang menimpa itu merupakan kebaikan bagi manusia itu sendiri, dan itu pasti, akan tetapi banyak orang yang tidak mengetahuinya. Allah berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216).

17. Tidak disibukkan dengan ujian dan cobaan itu, sehingga melupakan “yang memberi ujian dan cobaan”, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Banyak orang sakit yang sibuk dengan ujian yang dihadapinya, semua pemikiran mereka terfokus pada mencari dokter, pergi ke laboratorium, melakukan terapi radiologi, dan berbagai terapi modern lainnya,  tetapi lupa kepada Tuhannya. Padahal sepatutnya, manusia justru lebih dekat kepada Rabbnya pada saat sakit. Akan lebih bermanfaat dan lebih memberikan harapan jika pada saat sakit ia mengadu sepenuh hati kepada Rabbnya sambil berusaha mencari obat. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman kepada seorang hamba pada hari kiamat: “Hamba-Ku, Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku!” Si hamba berkata, ‘Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Rabb semesta alam?’ Allah berfirman, ‘Tidak tahukah engkau, bahwa hamba-Ku si fulan sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya. Tidakkah engkau tahu, jika engkau menjenguknya, niscaya engkau mendapati-Ku di sisinya?”

Para ulama mengatakan bahwa dalam hadist ini terdapat petunjuk mengenai kedekatan Allah kepada orang-orang yang hatinya sudah patah harapan kepada selain Allah. Kedekatan yang tentu saja selaras dengan keagungan dan kemahasempurnaan-Nya,“Tiada sesuatu yang seperti-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Demikian artikel tausiah kali ini, semoga kita semua dapat menjadi orang yang senantiasa lebih dewasa dan lebih memperbaiki diri dalam hal apapun serta menjadian setiap detik dalam hidup kita sebagai jalan untuk beribadah kepadaNya. Terima kasih sudah membaca.

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Selasa, 6 Februari 2024 M / 25 Rajab 1445 H.

Keutamaan Menjenguk Orang Yang Sakit

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata Rasulullah ﷺ  bersabda,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِى اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً »

“Barangsiapa menjenguk orang sakit, atau mengunjungi saudaranya seislam (karena Allah), maka akan ada yang memanggilnya, bahwa engkau telah berbuat baik dan perjalananmu juga baik serta engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di dalam Surga.” [HR. At-Tirmidzi  no.2008]. 

Beberapa Pelajaran yang Terdapat dalam Hadits :

1. Disiapkan surga baginya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata Rasulullah ﷺ  bersabda,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِى اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً »

“Barangsiapa menjenguk orang sakit, atau mengunjungi saudaranya seislam (karena Allah), maka akan ada yang memanggilnya, bahwa engkau telah berbuat baik dan perjalananmu juga baik serta engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di dalam Surga.”

2. Berada di taman surga dan memetik buah-buahnya

Tsauban mengabarkan dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama muslim maka ia terus menerus berada di khurfatil jannah hingga ia pulang (kembali).” [HR. Muslim].

Dalam lafadz lain,

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا، لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا خُرْفَةِ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: جَنَاهَا


“Siapa yang menjenguk seorang yang sakit maka ia terus menerus berada di khurfatil jannah.” Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah khurfatil jannah itu?”. Beliau ﷺ menjawab, “Buah-buahan yang dipetik dari surga.”[HR. Muslim].

3. Dimintakan ampun oleh para malaikat

Ali radhiallahu ‘anhu berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُوْدُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيْفٌ فِي الْجَنَّةِ

“Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain di pagi hari melainkan 70.000 malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di sore hari. Dan jika ia menjenguknya di sore hari maka 70.000 malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di pagi hari. Dan ia memiliki buah-buahan yang dipetik di dalam surga.” [HR. At-Tirmidzi].

4. Melembutkan hati dan membuat sering bersyukur

روي أن رجلا جاء إلى عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها فقال يا أم المؤمنين إن بي داء فهل عندك دواء قالت وما داؤك قال القسوة قالت بئس الداء داؤك عد المرضى واشهد الجنائز وتوقع الموت

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata,“Wahai Ummul mukminin, saya mempunyai penyakit, apakah engkau mempunyai obatnya?”. ‘Aisyah berkata, “apak penyakitmu?”. Ia berkata, “kerasnya hati”. Maka ‘Aisyah berkata, “obat bagimu adalah mengunjungi orang sakit dan mengiringi jenazah dan bersiap-siap terhadap kematian.”

Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an :

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِنْ يَّ‍‍مْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَ‍‍لَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَّ‍‍مْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَ‍‍هُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَ‍‍دِيرٌ

Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. Al-An'am : 17).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.