Edisi Ahad, 11 Februari 2024 M / 1 Sya'ban 1445 H.
Ajaran Islam meliputi segala aspek kehidupan kita, bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, apa saja yang harus kita jalani di dunia ini, serta apa saja kebutuhan dan bekal yang harus kita persiapkan untuk kehidupan di akhirat nanti. Tentunya, jika seorang hamba dihadapkan untuk memilih antara surga dan neraka, maka ia akan memilih surga.
Di lain waktu Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pernah bersabda:
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya” (HR. Tirmidzi).
Penegasan kata ‘paling baik’ di atas seakan-akan ingin menunjukkan kepada kita akan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Al-Qâdhi dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi menjelaskan:
أَيْ خَيْرُ الْأَبْوَابِ وَأَعْلَاهَا وَالْمَعْنَى أَنَّ أَحْسَنَ مَا يُتَوَسَّلُ بِهِ إِلَى دُخُوْلِ الْجَنَّةِ وَيُتَوَسَّلُ بِهِ إِلَى وُصُوْلِ دَرَجَتِهَا الْعَالِيَةِ مُطَاوَعَةُ الْوَالِدِ وَمُرَاعَاةُ جَانِبِهِ
“Tegasnya, maksud dari awsath al-bâb adalah sebaik-baiknya pintu dan paling mulianya pintu. Maknanya adalah, sesungguhnya sebaik-baiknya pintu yang menjadi wasilah masuknya seseorang ke dalam surga, juga menjadi wasilah bagi ia untuk mendapatkan derajat yang tinggi ialah dengan menaati orang tua dan merawat di sampingnya” (Imam al-Mubarâkfûri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi, juz 4, hal. 522).
Berikut ini adalah beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membicarakan tentang bakti pada orangtua :
1. Dosa Besar Melaknat Orang tua
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ
Dari Abdullah bin 'Amru radhiyallahu anhu dia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Sesungguhnya termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, " beliau ditanya; "Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama." (H.R. Bukhari no. 5973).
2. Shadaqah untuk orangtua yang telah meninggal dunia
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi Shallallahu alaihi Wassalam : Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bershadaqah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah untuknya (atas namanya). Beliau menjawab : Ya, benar. (H.R.Bukhari no. 1388).
3. Boleh Bersilaturrahim Kepada Orang Tua Non Muslim
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَدِمَتْ عَلَىَّ أُمِّى وَهِىَ مُشْرِكَةٌ ، فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ إِنَّ أُمِّى قَدِمَتْ وَهِىَ رَاغِبَةٌ ، أَفَأَصِلُ أُمِّى قَالَ نَعَمْ صِلِى أُمَّكِ
Dari Asma' binti Abi Bakr radhiyallahu anha berkata, Ibuku menemuiku saat itu dia masih musyrik pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam lalu aku meminta pendapat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Aku katakan : Ibuku sangat ingin (aku berbuat baik padanya), apakah aku harus menjalin hubungan dengan ibuku? Beliau menjawab : Ya, sambunglah silaturrahim dengan ibumu. (H.R. Bukhari no.2630).
4. Celakalah Bila Punya Orang Tua Usia lanjut Tidak Dapat Masuk Surga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ. قِيْلَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Celakalah dia, selakalah dia, celakalah dia, ditanyakan : Siapakah ya Rasulallah. Beliau bersabda : Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut, tapi dia tidak dapat masuk surga. (H.R. Muslim no. 6674).
5. Orang tua adalah Pintu Surga yang Paling Tengah
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ رَجُلاً أَتَاهُ فَقَالَ إِنَّ لِى امْرَأَةً وَإِنَّ أُمِّى تَأْمُرُنِى بِطَلاَقِهَا. قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
Dari Abu Darda` bahwa seorang laki-laki mendatanginya dan berkata : Sesungguhnya aku memiliki seorang isteri, sedang ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda` berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kamu mampu, letakkanlah pintu tersebut atau jagalah ia. (H.R. Tirmidzi no. 2022, Hakim no. 7361).
6. Berbuat Baik Kepada Orang Tua Meskipun Beda Agama
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَتْ قَدِمَتْ عَلَىَّ أُمِّى وَهِىَ مُشْرِكَةٌ، فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قُلْتُ { إِنَّ أُمِّى قَدِمَتْ } وَهِىَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُ أُمِّى قَالَ نَعَمْ صِلِى أُمَّكِ
Dari Asma' binti Abi Bakr Radhiyallahu anha berkata : Ibuku menemuiku saat itu dia masih musyrik pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam lalu aku meminta pendapat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Aku katakan : Ibuku sangat ingin (aku berbuat baik padanya), apakah aku harus menjalin hubungan dengan ibuku? Beliau menjawab : Ya, sambunglah silaturrahim dengan ibumu. (H.R. Bukhari no. 2620).
7. Seorang Ibu Boleh Memberi Nafkah Anak-Anaknya
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَلِىَ أَجْرٌ أَنْ أُنْفِقَ عَلَى بَنِى أَبِى سَلَمَةَ إِنَّمَا هُمْ بَنِىَّ. فَقَالَ أَنْفِقِى عَلَيْهِمْ، فَلَكِ أَجْرُ مَا أَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ
Dari Ummu Salamah berkata; Aku berkata : Wahai Rasulullah, apakah bagiku pahala bila aku menginfaqkan harta untuk anak-anak Abu Salamah padahal mereka itu anak-anakku?. Maka Beliau bersabda : Berinfaqlah untuk mereka dan kamu akan mendapatkan pahala dari apa yang kamu infaqkan buat mereka. (H.R. Bukhari no. 1467).
8. Keridhaan Allah tergantung dari keridhaan kedua orang tua
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رِضَا اللهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اللهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ. أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ.
Dan dari Abdullah bin Amr rah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Keridhaan Allah tergantung dari keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah tergantung dari kemurkaan kedua orang tua. (H.R. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim) . (Kitab bulughul Maram halaman 274).
9. Balasan bagi orang yang durhaka kepada orang tua
عَنْ أَبِيْ بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : كُلُّ الذُّنُوْبِ يُؤَخِّرُ اللهُ مَا شَاءَ مِنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلَّا عُقُوْقَ اْلوَالِدَيْنِ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَمَاتِ
Dari Abu Bakrah radhiyallahu anhu berkata ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Allah mengahirkan balasan seluruh dosa menurut apa yang dikehendaki Allah sampai hari kiamat, kecuali balasan durhaka kepada kedua orang tua, sebab sesungguhnya Allah akan memberikan siksaan-Nya di dunia kepada anak yang durhaka di waktu hidup sebelum meninggal dunia. (H.R.Hakim no. 7372).
10. Tiga orang diharamkan masuk surga
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلاَثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالْدَّيُّوْثُ الَّذِى يُقِرُّ فِى أَهْلِهِ الْخَبَثَ
Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Sesungguhnya Allah mengharamkan tiga orang untuk masuk surga, yaitu peminum khamer, orang yang durhaka kepada kedua orang tua dan orang yang membiarkan perzinaan dalam keluarganya. (H.R. Ahmad no. 5498).
11. Perbuatan yang menyebabkan tidak diterimanya amal
عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ثَلاثَةٌ لا يَنْفَعُ مَعَهُنَّ عَمَلٌ : اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَالْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ
Dari Tsauban, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Segala amal (perbuatan) tidak berguna (tidak diterima) bersama tiga perkara, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua dan lari dari perang. (H.R. Thabrani No. 1404).
12. Yang termasuk dosa besar
عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سُئِلَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَبَائِرِ قَالَ اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ
Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wassalam pernah ditanya tentang dosa-dosa besar, beliau menjawab : Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa dan kesaksian palsu. (H.R. Bukhari no. 2653, Muslim no 271).
13. Berbakti kepada orang tua laksana haji, umrah dan jihad
عَنْ أَنَسٍ قَالَ أَتَى رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّيْ أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلَا أَقْدِرَ عَلَيْهِ قَالَ هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ أُمِّيْ قَالَ قَاتِلُ لِلهِ فِي بِرَّهَا فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَ مُجَاهِدٌ
Dari Anas, ia berkata : Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam lalu berkata : Sesungguhnya aku ingin berjihad, namun tenagaku tidak mampu. Beliau bersanda : Apakah salah satu di antara kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab : Ibuku. Baliau bersabda : Berperanglah untuk Allah dalam memperbaikinya. Bila kamu melakukan yang demikian itu maka kamu laksana orang yang haji, umrah dan orang yang berjihad. (H.R. Abu Ya'la no. 2760).
14. Berbakti kepada orang tua sama saja dengan jihad
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيْهِمَا فَجَاهِدْ
Dari Abdullah bin Amr ram berkata : Datang seorang lelaki kepada Nabi Shallallahu alaihi Wassalamlalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka Beliau bertanya : Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab : Ya. Maka beliau bersabda : Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti). (H.R. Bukhari no. 3004).
15. Surga di bawah telapak kaki ibu
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Dari Mu'awiyah bin Jahimah As-Salamiy, bahwasanya Jahimah datang kepada Nabi Shallallahu alaihi Wassalam lalu berkata : Wahai Rasulullah, Aku ingin berperang dan aku datang untuk minta pendapatmu. Maka beliau bersabda : Adakah ibumu? Ia jawab : Ya. Beliau bersabda : Berbaktilah kepadanya terus-menerus, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah kakinya. (H.R. Nasa'i no. 3104, Baihaqi no. 18288).
16. Berbakti kepada ibu kemudian bapak
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam sambil berkata : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya? Beliau menjawab : Ibumu. Dia bertanya lagi : Kemudian siapa? Beliau menjawab : Ibumu. Dia bertanya lagi : Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab : Ibumu. Dia bertanya lagi : Kemudian siapa? Beliau menjawab : Kemudian ayahmu. (H.R. Bukhari no. 5971).
17. Doa Mustajab, Doa Orang Tua kepada Anaknya
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersanda : Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizhalimi, doa orang yang bepergian (musafir) dan doa orang tua pada anaknya. (HR. Ibnu Majah no. 3995).
Semoga bermanfaat...
ONE DAY ONE HADITS
Ahad, 11 Februari 2024 M / 1 Sya'ban 1445 H.
Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua Kita
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فـِيْ رِضَا الْوَالِدِ وسَخَطُ الرَّبِّ فِـيْ سَخَطِ الْوَالِدِ
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu,dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridha Allâh tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allâh tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari).
Beberapa Pelajaran yang Terdapat dalam Hadits
1. Hadits ini menjelaskan tentang wajibnya birrul wâlidain (berbakti kepada kedua orang tua) dan haramnya durhaka kepada keduanya.
2 Hak kedua orang tua sangat besar, Allâh Azza wa Jalla mengiringi penyebutan hak-Nya dengan hak kedua orang tua, sebagaimana dalam surat Luqmân ayat ke-14.
3. Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan ridha-Nya tergantung dari ridha orang tua, murka-Nya tergantung dari murka orang tua. Siapa yang orang tuanya ridha kepadanya, maka Allâh pun ridha kepadanya, begitu pula sebaliknya.
4. Wajibnya mendapat ridha dari kedua orang tua, karena mendapat keridhaan dari keduanya termasuk hal yang wajib
5. Haramnya membuat murka keduanya, karena mendapat murka dari keduanya merupakan hal yang diharamkan.
6. Taat kepada kedua orang tua hanyalah pada perkara yang ma’rûf saja, tidak ada ketaatan kepada keduanya dalam hal maksiat kepada Allâh Azza wa Jalla .
7. Tidak boleh taat kepada orang tua dalam hal yang Allâh murkai, misalnya: orang tua menyuruh berbuat syirik kepada Allâh Azza wa Jalla , berbuat bid’ah, melanggar syari’at, maka tidak boleh taat.
8. Tidak boleh mentaati larangan orang tua dalam hal yang Allâh ridhai. Misalnya:
melarang menuntut ilmu syar’i, karena menuntut ilmu syar’i wajib, melarang shalat berjamaah di masjid bagi laki-laki, karena shalat berjamaah wajib bagi laki-laki, melarang anak perempuannya yang sudah baligh untuk memakai jilbab, karena memakai jilbab wajib bagi wanita.
Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an :
1. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) ke-baikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya …” [QS. Al-‘Ankabût/29:8].
2. Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا ﴿٢٣﴾ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepadamu jangan-lah kamu beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,‘Wahai Rabb-ku!Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’”[QS. Al-Isrâ’/17:23-24].
3. Dan firman-Nya:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Danberibadahlah kepada Allâh dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu-bapak…” [QS An-Nisâ’/4:36].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.