Senin, 05 September 2022

17 ADAB MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM

Edisi Senin, 5 September 2022 M / 8 Shafar 1444 H.

Menuntut ilmu adalah salah satu aktivitas kehidupan yang dianjurkan oleh syariat dengan anjuran yang tegas. Sebagai bukti ketegasannya, umat manusia diperintahkan menuntut ilmu tanpa batasan dimensi waktu dan tempat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Tuntutlah ilmu semenjak kamu terbaring di ayunan sampai beristirahat panjang di liang kuburan”. Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China”.

Dua hadits Nabi di atas secara tersirat menggambarkan akan begitu pentingnya aktivitas menuntut ilmu itu. Hadits pertama memberi pemahaman bahwa tiada batasan waktu dalam menuntut ilmu. Atau dengan istilah lain tiada kata terlambat untuk mendapatkan ilmu Allah yang membahari itu.   Sementara hadits kedua menekankan pemahaman tentang dimensi tempat, artinya aktivitas menuntut ilmu sama sekali tak terbatas oleh dimensi tempat. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian saat beliau berada di kota Madinah yang saat itu. Sebab, di tempat itulah Islam tumbuh dan berkembang. Kendati demikian, saat memerintahkan umatnya menuntut ilmu Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam masih menyebutkan negeri China. Mengapa? Untuk menegaskan bahwa mencari ilmu walau sejauh apa pun—bahkan sampai ke China—tetap harus dilakukan.

Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus dapat menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak yang  mulia. Mereka  harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Berikut ini merupakan  adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i sesuai dengan ajaran islam :

1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu 

Dalam menuntut ilmu kita harus selalu ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika mereka tidak ikhlas karena Allah.

Dimana dalam pernyataan ini sudah dijelaskan didalam Surat Al-Bayyinah : 5 yang artinya adalah :

Padahal mereka tidak diperintah kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5). 

2. Rajin berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan memohon ilmu yang bermanfaat 

Hendaknya setiap penuntut ilmu harus senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita agar selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya (Allah) dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang bahkan mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam, ilmu hukum sekuler, dan lainnya.

3. Bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar dan selalu merasa haus ilmu 

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan untuk selalu bersungguh-sunnguh. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencari ilmu. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu tersebut.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak akan pernah kenyang: yakni (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang serakah  terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi). 

4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengn cara betaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala 

Seseorang akan dapat  terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh  malu dalam mencari  ilmu 

Seseorang yang Sombong dan malu akan menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,

لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ

“Seseorang  yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq). 

6. Mendengarkan dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru 

Ketika belajar maupun mengkaji ilmu syar’i lebih baik kita harus mendengarkan nya dengan baik dan diam ketika seorang guru menyampaikan isi materi atau pembelajaran. Ketika belajar maupun mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang telah  disampaikan, tidak boleh ngobrol.

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru atau pengajar: mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman.

Bersungguh-sungguh untuk mencatat faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

7. Menghafalkan ilmu syar'i yang telah disampaikan 

Nabi muhammad shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda :

Allah akan memberikan cahaya kepada wajah orang yang telah mendengarkan perkataan, kemudian ia dapat memahaminya, menghafalkannnya, dan menyampaikannya. Banyak sekali orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya. (HR.At-Tirmidzi). 

Dalam hadits tersebut Nab Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka kita telah diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

8. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan 

Ketika sedang  belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang telah disampaikannya tidak akan hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya.

9. Mengamalkan ilmu syar’i yang sudah dipelajari 

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir kita, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yakni adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut.

Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya mereka  diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

10. Berusaha mendakwahkan ilmu yang telah dipelajari 

Objek dakwah yang paling utama yaitu keluarga dan kerabat kita. Hal yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak manusia ke jalan Allah adalah kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu.

Dengan ilmu, seorang dapat berdakwah dan kepada ilmu mereka berdakwah. Bahkan demi sempurnannya dakwah, ilmu itu harus diraih sampai batas usaha yang maksimal. Selain kita dianjurkan untuk selalu menuntut ilmu karena ilmu sangat penting buat anda semua.

Tapi ketika kita hendak menuntut ilmu anda juga harus selalu menghormati seseorang yang telah mengajarkan ilmu kepada anda semua, siapa lagi kalau tidak seorang guru! Guru adalah aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang disebarkan merupakan  ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama tersebut.

“Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan dapat menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya.

11. Menghormati guru 

Para Salaf, adalah salah satu suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh dalam penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa :

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami ada seekor  burung. Tak satu pun dari kami yang dapat berbicara” (HR. Bukhari).

12. Adab Duduk 

Dari sahabat nabi muhammad yaitu Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan juga mendengarkannya.”

Syaikh Utsaimin kemudian mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”

Ibnul Jamaah berpendapat bahwa, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi dan juga tidak membelakangi gurunya”.

13. Adab Berbicara 

Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan dengan kita berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik mereka layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.

Para Sahabat Nabi muhammad  shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak pernah memotong ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tidak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.

Di dalam hadist Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat seekor burung. Tidak satu pun dari kami yang dapat berbicara” (HR. Bukhari).

14. Adab Bertanya 

Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah, dengan bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat keilmuan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Tidak diragukan bahwa bertanya juga memiliki adab di dalam Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya di dalam bahasan diatas. Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan cara yang  tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya.

15. Adab dalam Mendengarkan Pelajaran 

Bagaimana rasanya jika kita berbicara dengan seseorang tapi tidak didengarkan pembicaraan kita? Sungguh jengkel  hati ini. Maka bagaimana perasaan seorang guru jika melihat murid sekaligus lawan bicaranya itu tidak mendengarkan apa yang beliau ucapkan? Sungguh merugilah para murid yang telah membuat hati gurunya menjadi  jengkel.

Agama yang mulia ini tidak pernah mengajarkan adab seperti itu, tidak didapati di kalangan salaf adab yang seperti itu. Sudah kita ketahui bahwa kisah Nabi Musa yang berjanji tidak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para sahabat Nabi Muhammad yang diam pada saat  Beliau berada di tengah mereka.

Bahkan di riwayatkan dari Yahya bin Yahya Al Laitsi tidak beranjak dari tempat duduknya saat para kawannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran, yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis yaitu mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya bukan yang lain.

Apa yang ada dari Yahya bin Yahya katakan jika melihat keadaan para penuntut ilmu saat ini, jangankan segerombol gajah yang lewat, sedikit suarapun akan dikejar untuk dapat mengetahuinya seakan tidak ada seorang guru yang ada di hadapannya, belum lagi yang sibuk berbicara dengan kawan di sampingnya, atau sibuk dengan gadgetnya masing-masing.

16. Mendoakan guru dan meneladani ahlaqnya 

Banyak sekali dari kalangan salaf berkata, bahwa

ما صليت إلا ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعاً

“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti akan mendoakan kedua orang tuaku dan guru guruku semuanya.”

Adalah suatu keharusan seorang penuntut ilmu untuk mengambil ilmu serta akhlak yang baik dari gurunya. Sahabat Nabi Muhammad yaitu syaikh Ibnu Utsaimin Beliau berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya, jadikanlah dia qudwah atau contoh untukmu dalam berakhlak yang mulia. Namun apabila keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan akhlak buruknya, karena tujuan seorang penuntut ilmu duduk di majelis seorang guru akan bisa mengambil ilmunya kemudian akhlaknya.”

17. Sabar dalam membersamainya 

Tidak ada satupun manusia di dunia ini kecuali mereka pernah berbuat dosa, sebaik apapun agamanya, sebaik apapun amalnya nya, sebanyak apapun ilmunya, selembut apapun perangainya, tetap ada kekurangannya. Tetap bersabarlah bersama mereka dan janganlah anda berpaling darinya.

Besar jasa mereka para guru yang telah memberikan ilmunya kepada kita semua, yang kerap menahan amarahnya, yang selalu merasakan perihnya dan menahan kesabaran. Sungguh tak pantas seorang murid ini melupakan kebaikan gurunya, dan jangan pernah lupa menyisipkan nama mereka di lantunan doa kita semua ..

Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kebaikan kepada guru guru kaum Muslimin. Semoga kita daptt menjalankan adab adab yang mulia seseorang guru tersebut.

Dan itulah sedikit artikel tausiah yang bisa disampaikan sore ini. Harapannya dengan adanya artikel tentang adab menuntut ilmu ini dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan untuk kita semua.Terima kasih.

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.