Rabu, 21 September 2022

17 KESALAHAN BACAAN SURAT AL-FATEHAH YANG UMUM DILAKUKAN

Edisi Rabu, 21 September 2022 M / 24 Shafar 1444 H. 

Membaca Alquran termasuk ke dalam ibadah paling utama di antara ibadah-ibadah lainnya.

Surat pertama dalam Alquran adalah surat Al-Fatihah, yaitu surat yang terdiri dari tujuh ayat dan membacanya termasuk salah salah satu rukun shalat.

Namun, dalam membaca surat Al-Fatihah ini mungkin masih banyak yang salah, khususnya terkait dengan tajwidnya karena itu, umat Islam harus terus belajar memperbaikinya.

Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْمَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alqur’an dan mengajarkannya.”

Dalam artikelnya di laman alukah, Ahmad Mamduh Al-Sharqawi, telah menjelaskan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat membaca surat Al-Fatihah, antara lain :

1. Tidak melafalkan atau melupakan basmalah, yaitu:

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

2. Ketika membaca huruf Ba’ tidak menggerakkan rahang ke bawah, khususnya dalam kata “Bismi”

3. Menutup bibir saat mengucapkan huruf Ra’ pada kata “ Al-Rahman Al-Rahim ” 

4. Banyak orang yang terlalu memanjangkan bacaannya secara tajwid. Seharusnya hanya dibaca panjang dua harakat, yang merupakan panjang mad thabi'i (mad asli), tapi justru dibaca panjang dengan empat atau lima harakat. Seperti pada kata-kata, لِلَّهِ  -  الْعَالَمِينَ 

5. Membaca taskin (dimatikan) kata: "Rabbi" dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Bacaaan yang benar adalah memperjelas harakat kasrahnya. 

Membaca taskin (dimatikan) kata: "Maliki" dalam kalimat مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ, dan yang benar adalah memperjelas harakat kasrahnya. 

6. Tidak menekankan tasydid pada huruf "Dal dalam kata الدِّين. Seolah-olah membaca huruf ta’, sehingga bisa mengubah maknanya. 

7. Membaca taskin (dimatikan) huruf dal pada kata: “نعبدْ", dan yang benar adalah نعبدُ dengan memperjalas harkat dhommahnya.  Dan ada orang yang memperpanjang harkat dhommahnya, dengan mengucapkan, نعبدو, dan membaca seperti itu salah. 

8. Tidak menekankan tasydid huruf ya’ dalam kata إيَّاك,  seolah-olah dia membaca "إيَاك " (tanpa tasydid). 

Arti kalimat إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ yang benar adalah “Hanya Allah yang kami sembah dan hanya kepada Allah lah kami meminta pertolongan. Tapi, kalau tasydid huruf ya’-nya  tidak ditekankan bisa berubah makna menjadi, “Kami menyembah sinar matahari, dan kami meminta pertolongan sinar matahari.” Karena itu, harus hati-hati dalam membaca ini. 

9. Tidak memperjelas harkat kasrah dalam huruf alif dalam kata " اهدنا ", dan juga tidak memperjelas huruf Ha’.

10. Mengganti huruf Tha’ menjadi ta’ dalam kata الصِّرَاطَ , sehingga dia membacanya menjadi اهدنا الصراتَ (menggunakan huruf ta’). 

Mengganti huruf shad dengan huruf syin dalam kata الصِّرَاطَ, sehingga dia membacanya menjadi "الشراط " (menggunakan huruf syin). 

Mengganti huruf sin menjadi huruf shad dalam kata الْمُسْتَقِيمَ, sehingga dia membacanya menjadi "المصتقيم" 

Mengganti huruf ta’ menjadi tha’ dalam kata الْمُسْتَقِيمَ, sehingga dia membacanya menjadi "المسطقيم"

Mengganti huruf dzal menjadi huruf za’ dalam kata  الَّذِينَ, sehingga dia membacanya menjadi  "الزين" 

11. Dia memasukkan harakat dhommah pada huruf Ta’  dalam kata أَنْعَمْتَ, sehingga dia membacanya menjadi "أنعمتُ". Dan ini adalah kesalahan yang bisa mengubah artinya sepenuhnya. 

12. Beberapa orang ada yang membaca ghunnah (mendengung) pada huruf nun dalam kata أَنْعَمْتَ, dan itu tidak diperbolehkan. 

13. Huruf Ghin pada kata غَيْرِ seharusnya dibaca tebal, tapi banyak yang membacanya tipis. 

Jika Anda ingin mengetahui pengucapan yang benar, bacalah seperti dalam kata غليظ

14. Kesalahan umum selanjutnya adalah mengganti huruf dha’ menjadi dal pada kalimat الْمَغْضُوبِ, sehingga membacanya menjadi "المغدوب", atau mengubah suara huruf ghin dalam kata tersebut menjadi suara huruf qaf atau huruf kha’.

15. Banyak yang salah saat membaca huruf mim dalam kata عَلَيْهِمْ وَلاَ. Seharusnya saat mim sukun bertemu dengan huruf waw dalam kalimat tersebut dibaca Idhhar (jelas), tapi justru banyak orang membacanya samar. 

16. Membaca tebal huruf lam dalam kata وَلاَ, seharusnya dibaca tipis. 

17. Menghilang bacaan mad dalam kalimat الضَّالِّينَ, sehingga dia seolah-olah membacanya menjadi  "الضالين".  Hukum bacaan kalimat ini adalah mad lazim mutsaqqal kilmi, sehingga harus dibaca panjang enam harakat. 

Atau, ada ada juga orang membacanya kalimat ini menjadi " الدالين أو الطالين أو الظالي ", sehingga semua itu mengubah arti sepenuhnya.

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.