Edisi Ahad, 24 Januari 2021 M / 11 Jumadil Akhir 1442 H
Pernahkah Anda melakukan sebuah amalan, lalu memamerkan atau menunjukkannya kepada orang lain dengan maksud untuk mendapatkan pujian? Berhati-hatilah, barangkali hati telah terjangkit penyakit riya’. Sifat riya’ sangatlah berbahaya. Riya’ bisa menghapus pahala, dijauhi oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan celaka di akhirat. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam menggolongkan riya’ ke dalam syirik kecil. Sebagaimana sabda beliau:
” Sesuatu yang sangat aku takutkan yang akan menimpamu ialah syirik kecil . Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu , maka beliau menjawab yaitu riya’. ” (HR.Ahmad)
Menghindari sikap riya’ memang bukanlah perkara mudah. Sebab pada dasarnya sifat manusia itu senang dipuji. Hanya orang-orang tertentu berhati ikhlas yang bisa menghindari sifat riya’. Nah, berikut ini beberapa cara menghindari riya’ yang bisa kita praktekkan dalam keseharian.
1. Menjaga tauhid
Pertama-tama yang harus dilakukan untuk menghindari sifat riya’ adalah menanamkan pada diri bahwa Allah Maha Besar dan paling berhak untuk memiliki semua sifat baik. Dengan selalu mengingat kebesaran Allah, kita akan merasa kecil dan tidak pantas untuk merasa baik dan ingin dipuji makhluk lain.
Kita harus selalu melakukan cara agar tetap istiqomah di jalan Allah untuk mendekatkan diri pada-Nya. Dengan kita berusaha mendekatkan diri pada Allah, maka kita akan selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Saat kita mengetahui bahwa sifat riya’ merupakan sifat yang dibenci oleh Allah, maka kita tidak akan mau memiliki sifat riya’.
2. Luruskan niat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)
Cara menghindari riya yang kedua dengan meluruskan niat. Ingatlah bahwa segala macam perbuatan kita bergantung pada niat. Apabila niat kita baik, Lillahi Ta’ala (hanya karena Allah Ta'ala) maka insyaAllah itu akan dicatat sebagai pahala. Sebaliknya, jika terbesit rasa ingin dipuji oleh manusia maka perbuatan kita tidak memperoleh apapun. Bahkan bernilai dosa. Maka itu, sebelum melakukan sesuatu pastikan untuk memperbaiki niat dalam hati.
3. Berdoa dan memohon pertolongan Allah Ta'ala
Manusia adalah makhluk yang penuh dengan keterbatasan. Kita tidak bisa menghandle segala hal hanya dengan menggandalkan diri sendiri. Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melibatkan Allah dalam segala urusan. Termasuk berlindung dari sifat-sifat yang tercela seperti riya’. Jangan pernah lelah berdoa kepada Allah agar diperkuat keimanan dan dilindungi dari bisikan syetan.
4. Menyadari kedudukan diri hanyalah seorang hamba
Manusia terkadang sering lupa diri. Kenikmatan dunia yang begitu memukau (seperti harta benda, kedudukan, wajah yang rupawan, dan keturunan) kerapkali membuat manusia menjadi sombong dan riya’ (pamer). Padahal semua kenikmatan tersebut adalah pemberian Allah Subhanahu wa ta'ala. Tapi manusia menganggap itu diperoleh dari usahanya sendiri. Na’udzubillahi mindzalik. Pemikiran inilah yang kemudian memicu munculnya penyakit hati. Hingga membawa manusia ke dalam kesesatan.
Hendaknya kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba Allah. Ciptaan Allah. Tak ada yang kita miliki di dunia ini. Semuanya hanya titipan yang bersifat fana dan pasti akan musnah. Apabila hati kita sanggup menyadari hal tersebut maka insyaAllah kita akan terhindar dari sifat riya’.
5. Mengendalikan hati
Berusahalah mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan pujian manusia. Sebuah pujian memang bisa memotiviasi diri menjadi lebih baik. Namun demikian, terkadang pujian juga bisa menjadi racun hingga membuat kita jadi riya’. Maka dari itu, cobalah untuk tidak berbangga diri. Ingatlah dan terus mengingat bahwa apa yang kita lakukan saat ini semata-mata karena izin Allah Ta'ala. Kita mampu beramal karena diberikan rezeki berkecukupan. Kita bisa sholat dengan sempurna karena diberikan kesehatan. Jadi berterimakasihlah pada Allah Subhanahu wa ta'ala.
6. Selalu mengingat akhirat
Akhirat merupakan tempat kita hidup yang lebih kekal dibandingkan kehidupan di dunia. Maka, kita semua pasti menginginkan mendapat kelapangan dan ketenangan di akhirat nanti. Oleh karena itu, kita harus selalu beramal baik dan menjaga agar amal itu bernilai pahala di hadapan Allah. Dengan kita selalu mengingat akhirat, kita akan merasa takut berbuat riya’ dan melakukan cara merubah kepribadian menjadi lebih baik lagi karena tidak ingin pahala amal ibadah kita terkikis habis akibat sifat riya’.
7. Memperbanyak bersyukur
Bersyukur dapat menjadi salah satu cara menghindari sifat riya’. Dengan memperbanyak rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, kita tidak akan terlalu mengharapkan pujian dari orang lain. Cukup Allah yang menjadi saksi hidup kita. Dan sering-seringlah mengucapkan Alhamdulillah. Jangan sampai kita pamer ibadah hanya agar banyak teman, agar dicintai, diagung-agungkan atau mungkin agar naik jabatan. Percayalah pujian dari manusia tidak akan berlangsung selamanya. Lebih syukuri apa yang ada dan niatkan segala sesuatu hanya untuk Allah Ta'ala.
8. Terus-menerus mengingat Allah Ta’ala
Telah dijelaskan dalam Al-Quran bahwasannya syaitan tidak akan pernah lelah menggoda manusia menuju jalan yang sesat. Sebab itu, manusia harus sering meminta perlindungan kepada Allah, salah satunya lewat berdizikir. Aktivitas dzikir akan membuat kita terus mengingat Allah. Dengan demikian, syaitan akan sulit mencari celah untuk masuk. Umumnya orang-orang yang gemar berlaku riya; jarang sekali menyebut asma Allah, sebagaimana firmanNya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).
9. Sembunyikan amal kebaikan seperti menyembunyikan aib
Cara selanjutnya untuk menghindari riya’ yakni dengan menyembunyikan ibadah dan amal-amal kebaikan. Tapi ibadah umum yang tidak bisa disembunyikan, seperti solat jamaah di masjid, membaca Al-quran atau puasa tak perlu ditutupi. Yang terpenting berusahalah ikhlas. Sedangkan ibadah yang bersifat pribadi seperti beramal ke masjid, bersedekah, sholat tahajjud sebaiknya tak perlu dipamerkan. Cukup diri sendiri dan Allah Ta’ala yang tahu. Sembunyikan amal kebaikan layaknya kita menyembunyikan aib-aib dalam diri. Dengan demikian kita pun bisa terhindar dari pujian manusia dan jauh dari sifat riya’.
10. Belajar ikhlas
Ikhlas adalah tiangnya sebuah amal shalih agar dapat diterima oleh Allah. Seseorang yang beramal dengan niat ikhlas dan tidak berharap pujian dari orang lain maka insyaAllah amalnya diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)
11. Mengingat kematian
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR At-Trimidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Jika memang sulit untuk menghindari riya’, cobalah memperbanyak mengingat kematian. Baik di hati maupun lisan. Ingatlah bahwa hidup tidak akan selamanya. Pujian manusia tidak berarti apapun dan tidak mendatangkan pahala. Jadi, untuk apa mengejar pujian manusia? Pujian berlebihan justru bisa menjerumuskan manusia ke lubang neraka.
12.Menggiatkan ibadah
Salah satu ciri orang yang suka riya’ biasanya ibadahnya tidak rutin. Kadang sholat, kadang tidak sholat. Kebiasaan ini membuat seseorang semakin jauh dari Allah Ta'ala. Hatinya semakin kosong, sehingga penyakit pun mudah ‘hinggap’. Berbeda dari orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah. Mereka sering membaca doa, Al-Quran, bersholawat, sholat juga rutin sehingga hatinya pun menjadi tenang dan tidak mudah tergoda dengan pujian manusia.
13. Membaca buku-buku agama
Orang tidak berilmu biasanya mudah terjerumus ke jalan yang sesat. Mudah ikut-ikutan dan tidak memiliki prinsip hidup. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa kebodohan dan kedzaliman adalah pangkal dari segala keburukan. Maka sebab itu, agar tidak terbawa pada keburukan maka perbanyaklah menggali ilmu pengetahuan. Khususnya ilmu agama. Karena agama menjadi perkara penting yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Dengan memperbanyak membaca buku-buku agama, kita bisa memperoleh pengetahuan tentang bahayanya sifat riya’. Dan perihal pahala-pahala yang dijanjikan oleh Allah Ta'ala untuk orang-orang yang ikhlas. Dengan demikian kita bisa semakin termotivasi untuk berbuat ikhlas.
14. Menyadari bahwa Allah selalu mengawasi
Cara menghindari riya’ selanjutnya dengan menyadari bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala selalu mengawasi kita. Bahkan disaat kita sendirian. Walaupun kita tidak bisa melihat Allah, tapi Allah bisa melihat kita. Rasulullah shollalllahu alaihi wasallam bersabda:
“Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu” (hadits Muttafaqun alaih)
15. Selalu mengingat bahaya riya’
Sebagian dari kita mungkin masih menganggap bahwa riya’ adalah hal yang sepele. Bahkan terkadang kita tidak sadar bahwa telah melakukan riya’. Ketahuilah bahwa riya’ itu sifat yang sangat berbahaya. Riya’ tidak hanya membuat kita terjerumus ke neraka, tapi riya’ juga dianggap syirik kecil, menghapus amal pahala, dan dianggap lebih kejam dari fitnah Dajjal.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih aku takutkan bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, sahut sahabat. Beliau pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah)
16. Hidup dalam kesederhaan
Walaupun kita memiliki banyak harta, kerabat atau teman, sebaiknya janganlah bersikap sombong. Cobalah untuk tetap sederhana dalam bersikap. Kesederhanaan membuat kita menjadi sosok yang lebih baik, ikhlas, dan tidak mudah melakukan riya’. Tidak perlu memamerkan amalan kita agar dipuji. Cukup bertindak sederhana, orang lain pasti bisa menilai apakah kita benar-benar orang baik atau bukan.
17. Memperbanyak meminta ampun pada Allah
Sering-seringlah meminta ampunan kepada Allah Ta'ala. Kita manusia adalah tempatnya dosa dan khilaf. Terkadang bersikap pamer tapi tidak menyadari. Oleh karena itu, perbanyaklah beristighfar agar dosa-dosa kita dihapus oleh Allah. Dan teruslah memperbaiki diri dan bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang tercela.
Kita juga tidak boleh berhenti berdoa memohon pertolongan Allah agar dihindarkan dari sifat riya’ dan mohon pertolongan-Nya untuk meluruskan hati saat beribadah kepada-Nya. Dengan selalu memohon ampun, kita sudah melakukan cara menjaga kesehatan hati untuk merasakan ketenangan dalam hidup.
Demikianlah beberapa cara menghindari riya’ yang bisa kita lakukan. Intinya kita harus belajar ikhlas agar terhindar dari sifat riya’. Serta tak lupa senantiasa selalu memohon pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta'ala secara terus-menerus.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.