Edisi Ahad, 19 Februari 2023 M / 28 Rajab 1444 H.
Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Sementara miraj adalah naiknya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ke Sidratul Muntaha, langit tertinggi yang tak dapat dijangkau oleh makhluk apa pun. Perjalanan yang sangat jauh itu dialami Rasulullah dalam waktu yang sangat singkat.
Peristiwa Isra’ Mi’raj diperingati setiap tanggal 27 Rajab dalam hitungan kalender hijriyah. Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa bersejarah yang sangat agung dalam perjalanan kenabian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Saking agungnya peristiwa Isra’ Mi’raj, ia pun diabadikan dalam Al-Qur’an. Ayat Al Quran yang membenarkan perjalanan Isra Miraj tersebut salah satunya Surat Al Isra [17] ayat 1, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Israa [17]:1).
Di balik mukjizat yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam tersebut, tak hanya menunjukkan kebesaran-Nya tetapi juga membawa sejumlah hikmah bagi setiap muslim. Sebab itu, peristiwa bersejarah tersebut tentu memiliki banyak Hikmah yang layak dijadikan pelajaran oleh umat manusia. Berikut adalah beberapa hikmah di balik peristiwa Isra’ Mi’raj:
1. Tingginya derajat kehambaan
Penyebutan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dalam ayat Isra’ (QS Al-Irsa [17]: 1) menggunakan kata ‘Abdun’ yang memiliki arti hamba, tidak menggunakan –misalkan– kata ‘nabi’, ‘rasul’ atau pun ‘khalil’ (kekasih). Ini menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah memiliki nilai yang sangat tinggi. Oleh karena itu, ketika Al-Qur'an berbicara tentang orang-orang ikhlas menggunakan kata ‘Abdun’. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan [25]: 63).
2. Pembekalan dakwah untuk Rasulullah
Kita tahu, sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdakwah di Kota Makkah. Di sana beliau merasakan betapa berat cobaan dan ujian dirasakan. Orang-orang tercinta dan orang-orang tempat beliau bersandar silih berganti wafat, saat orang-orang Quraisy tengah begitu ganas menindas. Sampai kemudian para sejarawan menamai duka Rasulullah atas kewafatan orang-orang tercinta dengan nama ‘amul huzni (tahun kesedihan). Setelah itu Allah mengisra’kan Nabi-Nya.
Ini semua sudah skenario Allah agar Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam menjadi sosok yang tangguh. Tantangan dakwah beliau ke depan akan sangat berat dan berliku. Menyebarkan agama Islam dengan perlawanan dari pemuka-pemuka Quraisy, dari pasukan perang bersenjata lengkap, dan musuh-musuh Islam kelas jenderal lainnya. Allah telah membekali Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sejak ia lahir dengan kehidupan pedih yang mengasah ketangguhannya.
3. Sampaikan kebenaran walau pahit
Sepulang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dari Isra’ Mi’raj, beliau sampaikan perjalanannya itu pada sekalian penduduk Makkah. Tapi apa respons mereka? Banyak di antara mereka tidak percaya. Bahkan ada yang semula beriman, tapi setelah mendengar ‘cerita tidak masuk akal’ ini, mereka keluar dari Islam. Sampai Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam harus menceritakan bukti-bukti untuk memperkuat argumennya; seperti soal bangunan Masjid Aqsha dan kafilah dagang yang beliau lihat saat Isra'.
Nabi tetap menyampaikan kabar peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialaminya dengan terus terang. Meski harus dibalas dengan cacian dan ejekan dari orang-orang musyrik. Bukankah beliau pernah bersabda, “Katakanlah kebenaran, walau pahit kenyataan.”
4. Syariat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam menghapus syariat nabi-nabi terdahulu
Saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Sekaligus menjadi isyarat bahwa syariat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam telah menghapus syariat nabi-nabi sebelumnya.
5. Keistimewaan Masjid Al-Aqsha bagi umat Muslim
Sebelum peristiwa Isra Mi’raj, Masjid Al-Aqsha dinamakan Baitul Maqdis. Perjalanan Isra' dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis dan Mi’raj dari Baitul Maqdis menuju langit dunia sampai bertemu Rabb-nya, merupakan isyarat bahwa Masjid Al-Aqsha memiliki keistimewaan bagi umat Islam. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Ka’bah. Pahala shalat di Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha) juga 500 kali lipat dibanding masjid biasa.
6. Islam adalah agama yang suci
Saat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diberi pilihan antara air susu dan khamr, Nabi memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril berkata, “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Ini sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah). Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum [30]: 30).
7. Perintah menjalankan sholat 5 waktu
Peristiwa Isra’ Mi’raj juga menjadi hari ulang tahun bagi shalat lima waktu. Dalam hadits Nabi dijelaskan bahwa kewajiban shalat bagi umat Muslim terjadi pada malam Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam Mi’raj ke langit. Hanya syariat shalat yang beliau terima langsung, bukan dengan wahyu melalui perantara malaikat Jibril sebagaimana kewajiban-kewajiban lainnya. Tidak heran, dalam agama Islam, shalat merupakan tiang agama (Imad ad-Din). Dari sinilah sholat lima waktu menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam tanpa terkecuali
8. Memperbaiki Kualitas Shalat
Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam juga menerima perintah shalat dari Allah yaitu 50 kali dalam sehari, namun jumlahnya terus menurun ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bertemu dengan nabi-nabi lain. Mereka meminta Nabi Muhammad memohon pengurangan jumlah waktu shalat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hingga pada akhirnya hanya 5 waktu shalat wajib saja untuk ummat Islam. Ada makna dan hikmah Isra Mi’raj dari perintah shalat ini, yaitu mengajak umatnya untuk memperbaiki kualitas shalat sekaligus menjadi bakal memperbaiki hubungan dengan Allah.
9. Ilmul Yaqin Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam naik level ke ‘Ainul Yaqin
Sebelum Mi’raj, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hanya mendengar sifat-sifat soal surga, neraka dan hal-hal gaib lainnya melalui wahyu. Ini namanya ‘ilmul yaqin; Nabi mengimaninya tapi belum melihat langsung. Ketika Mi’raj, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melihat langsung dengan mata kepala beliau sendiri. Ini namanya ‘ainul yaqin.
10. Meningkatkan kualitas keimanan
Ketika peristiwa Isra Miraj diceritakan penolakan yang dilakukan oleh kaum Quraisy kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Bahkan, sebagian dari mereka memberi reaksi dengan memfitnah Rasulullah. Namun, tidak demikian dengan Abu Bakar dan kaum muslimin yang keimanannya telah tertanam di dalam jiwa. Mereka mempercayai ajaran terutama cerita akan peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami oleh Rasulullah.
Kisah keimanan sahabat Nabi tersebut sudah sepatutnya untuk kita ambil sebagai ibrah kehidupan. Selain itu, rutinitas yang kerap kali diselenggarakan oleh umat muslim seperti halnya pembacaan maulid diba' hingga pengajian bertemakan isra' mi'raj juga menjadi pemacu peningkatan iman dan upaya dalam taqarrub ilallah.
11. Bukti kekuasaan Allah
Senada dengan Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang menyatakan isra' mi'raj bertujuan untuk memperlihatkan sebagian ayat atau tanda (bukti) kekuasaan-Nya.
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (Q.S. Al- Isra': 1)
Hal ini menjadikan ayat tersebut sebagai simbol agar kita memperhatikan ayat-Nya, sehingga keimanan akan eksistensi dan kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan tertanam dalam diri.
12. Menerima Nasihat
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam juga sosok yang terbuka dalam menerima nasihat saudaranya. Ketika Nabi Musa Alaihissalam mengungkapkan umatnya tidak akan mampu melaksanakan shalat sebanyak 50 waktu, Nabi Muhammad lantas kembali menghadap Allah untuk meminta mengurangi jumlah shalat. Ini menunjukkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam terbuka menerima nasihat Nabi Musa Alaihissalam yang tulus dan penuh harapan.
13. Menunjukkan Perhatian dan kepedulian
Mengikuti nasihat Nabi Musa Alaihissalam untuk kembali kepada Allah untuk meminta pengurangan shalat juga menunjukkan kesungguhan cinta dan kepedulian Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam kepada umatnya. Padahal Nabi bisa saja melakukan shalat lima puluh waktu setiap hari. Tapi beliau memikirkan umatnya. Hal ini menunjukkan besarnya cinta dan perhatian Nabi Muhammad kepada kita. Apa yang kita lakukan untuk komunitas Muslim kita? Adakah cara kita bisa lebih peduli pada saudara-saudara Muslim kita dalam Islam?
14. Merasa Malu di Hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Dan akhirnya, Nabi Muhammad tetaplah seorang manusia. Nabi merasa malu untuk bolak-balik menemui Allah untuk meminta keringanan jumlah shalat. Sebagai umatnya, kita perlu belajar dari baginda Nabi. Adakah saat-saat kita merasa sungkan atau malu di hadapan Allah? Apakah kita merasa malu karena melewatkan shalat? Apakah kita malu menonton film karena ada adegan-adegan eksplisit di dalamnya?
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mengutamakan Allah. Hubungannya dengan Allah adalah yang paling penting. Beliau mengikuti nasihat Nabi Musa. Beliau peduli dengan umatnya tapi beliau tidak bisa mengabaikan rasa malu di depan Tuhannya.
15. Dengarkan dan Patuhi
Ketika Allah memberikan perintah shalat 50 waktu kepada Nabi Muhammad, beliau tidak meminta kurang. Beliau menerima perintah Allah. Nabi Muhammad mendengarkan dan beliau menaati, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Al Baqarah ayat 285.
“Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah teladan bagi umatnya. Sehingga apapun yang Allah perintahkan, melakukan atau tidak melakukan, kita harus mendengarkan dan mentaatinya.
16. Hikmah dipilihnya malam hari sebagai waktu terbaik untuk berdoa
Malam hari menjadi waktu istimewa, termasuk ketika terjadinya peristiwa Isra Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam ke Sidratul Muntaha. Hikmah peristiwa Isra terjadi di malam hari adalah agar orang-orang dapat mengimani sesuatu yang gaib. Lagipula, malam selalu didahulukan dari siang, baik dalam proses penciptaan hingga urutan penyebutan dalam ayat-ayat Al Quran, merujuk Buku Isra Miraj (2016).
Selain itu, merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa, Sebab, setiap malam mengandung saat-saat pengabulan doa.
17. Membersihkan Jiwa Raga untuk Menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Diriwayatkan, sebelum melakukan perjalanan Isra Miraj, malaikat membelah dada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam untuk membersihkan jiwanya dari sifat buruk. Hal ini menunjukkan, sebelum menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menjalankan ibadah, jiwa raga harus dalam keadaan bersih dari segala kotoran atau najis, dari niat yang tidak ikhlas, dan dari pemahaman-pemahaman yang sesat. Ibadah akan mardud atau tidak sah bila niat kita tidak ikhlas atau tidak didasari ilmu.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.