Edisi Jum'at, 17 Februari 2023 M / 26 Rajab 1444 H.
Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi (1069-1144 H) merupakan salah satu ulama keturunan Rasulullah dari Yaman. Beliau murid langsung Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Risalah Jamiah adalah salah satu kitab karangannya yang banyak dibaca pelajar dan santri. Silsilah asab Habib Ahmad al-Habsyi bersambung kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau adalah cucu ke-28 Nabi.
Beliau juga salah satu ulama yang mengumpulkan keilmuan lahir (fikih) maupun batin (tasawuf). Sang ulama ahli fikih yang berhias dengan suluk dan akhlak mulia, didikan madrasah lembah Hadramaut. Beliau pengarang kitab Risalatul al-Jamiah sebuah kitab ringkas yang mengumpulkan 3 disiplin keilmuan Islam: akidah, fikih dan tasawuf. Kitab ini tersebar luas hingga manfaatnya dirasakan oleh santri-santri pesantren di Indonesia.
Selain dikenal sebagai ulama, al-Allamah Habib Ahmad pula dikenal sebagai orang yang dermawan, gemar bersedekah. Tak tanggung-tanggung beliau sering memberikan donasi kepada masjid-masjid tua yang tak aktif—hingga beliau makmurkan kembali. Atas hal tersebut gurunya pun menjulukinya Abul Masajid.
Al-Allamah Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi wafat pada tahun 1144 H, dalam usia 74 tahun. Beliau dimakamkan di daerah Hauthoh. Makamnya pun ramai diziarahi, serta menjadi tujuan murid untuk belajar di ribat dan pesantren peninggalan beliau. Ratusan tahun berlalu setelah wafat, namun manfaat dan keberkahan Habib Ahmad al-Habsyi masih dapat kita rasakan melalui karangan, dan nasihat-nasihat yang tertulis di dalam manaqibnya. Berikut ini adalah beberapa diantara kalam beliau :
1. Dalam satu shalawat, terpendam 40 faedah. Diantaranya; menghapus dosa-dosa, mengusir kesumpekan, menuntaskan cita-cita, memercik kabar gembira akan sorga sebelum ajal tiba, membersihkan diri, menanggung keselamatan dan kecamuk hari kiamat, mengharumkan majelis-majelis, menafikan kefakiran dan sifat kikir, mengokohkan langkah kala di atas shirath, mengenyahkan kekeringan, menabur berkah pada raga, umur dan amal, memantik rahmat Allah dan rasa cinta dari nabi Shallallahu alaihi wasallam menghidupkan nurani, dan memancing hidayah Ilahi. Wal hasil faedah shalawat tersebut tak terbilang, duniawi maupun ukhrawi. Tidak terhitung, betapa sering Allah membukakan pintu hajat, melonggarkan keruwetan, dan melipatgandakan anugerah dengan shalawat. Shalawat adalah amalan istemewa dan penuh berkah. Ia adalah penjamin rasa aman dari murka Allah dan neraka-Nya. Ia adalah pelontar kesucian amal dan ketinggian derajat. Ia adalah perniagaan yang takkan pernah merugi.
2. Shalawat adalah dzikir. Karena itu disyaratkan khusyuk dan hudlur, serta takzim kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam Saat bershalawat dianjurkan pula menghadirkan zat nabi Shallallahu alaihi wasallam kala berdo’a dalam shalawat, dengan harapan agar curahan anugerah kepada beliau senantiasa lestari. Dengan adab itulah, segala faedah shalawat niscaya tercapai. Bahkan bisa lebih dari itu. Shalawat tak hanya dzikir, shalawat juga bermakna do’a, bahkan ia adalah essensi do’a itu sendiri.
3. Larangan memasuki tempat para penguasa dan mendatangi mereka bukanlah larangan mutlak, melainkan bagi orang yang mencari dunia. Adapun bagi orang yang tujuannya memberikan nasehat kepada mereka, ia terlepas dari celaan. Jadi, memutlakan celaan atas hal itu adalah salah, karena banyak orang shaleh yang masuk ke tempat mereka (penguasa) tetapi tujuannya untuk memeberikan nasehat kepada mereka dank arena kasihsayang kepada mereka dankepada kaum muslimin. Ada keterangan yang mengatakan bahwa al-alaydrus pernah mencium kaki seorang penguasa untuk menolak kejahatan yang ingin ia (penguasa itu) timpakan kepada kaum muslimin.
4. Ilmu itu adalah amanah yang mesti dijaga dan tidak boleh diberikan kecuali kepada orang yang dapat dipercaya, dapat menjaganya, memiliki sifat wara’, dan bertaqwa. Kalau tidak, ia akan menyia-nyiakannya dan akan meletakkannya pada bukan tempatnya.
5. Bagi orang yang ingin mendapatkan manfaat dengan ilmu untuk dirinya sendiri saja tanpa memperhatikan apakah ilmu itu bermanfaat untuk orang lain atau tidak, hendaklah ia mengutamakan ilmu yang lebih berpengaruh terhadap hatinya dan lebih dapat melembutkannya. Dan hendaklah ia mengikatnya dengan menulis, mengulang-ulangi, dan semacamnya, yang dapat membuatnya bertambah kukuh. Karena, hal itu lebih bermanfaat bagi dirinya dibandingkan banyak ilmu yang tidak membuatnya mendapatkan pengaruh, kelembutan dan kekhusyu’an.
6. Hendaknya seorang penuntut jalan akhirat senantiasa mencari-cari manfaat dimanapun berada, baik kepada orang yang ahli maupun bukan ahli, mau mengambil dari setiap orang bagaimanapun ia, baik ia orang alim maupun orang awam. Karena, terkadang akhlaq yang bagus ia dapati pada sebagian orang awam dan tidak ia dapati pada yang lainnya dan juga tidak pada dirinya.
7. Pemahaman itu bagi yang memilikinya merupakan nikmat yang sangat besar, tetapi mereka terkadang tidak merasakannya sebagai nikmat, karena mereka memandang hal itu bisa diperoleh dari membaca kitab, misalnya. Dan orang yang melakukan muthala’ah kitab-kitab hendaknya memohon pertolongan kepada Allah agar memudahkan pemahaman baginya dan dapat membayangkannya sehingga ia dapat memperoleh apa yang dituntut dan Allah membukakan baginya pemahaman dalam agama.
8. Taubat adalah pangkal cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ya'ala Taubat adalah jendela untuk mengintip keelokan ihwal-Nya, dalam arti sebatas kemampuan seseorang dalam makrifat. Sejatinya, tiada yang mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih dari diri-Nya. Tak seorangpun kuasa menjelajahi bentangan jalan-Nya kecuali mereka yang dibelenggu rasa cinta pada-Nya. Karena itulah, Dia Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencintai manusia-manusia yang bertaubat.
9. Taubat takkan mungkin wujud tanpa melewati proses ilmu, iman danyakin. Perbuatan dosa adalah laku yang menghempaskan manusia dari dekapan-Nya. Hakikatnya, dosa itu sungguh berbahaya bagi seorang mukmin didunia maupun akhirat.
10. Mengertilah, taubat adalah langkah awal bagi mereka yang hendak mengarungi keredhaan-Nya. Kebanyakkan maqam-maqam mulia terkategorikan ke dalam taubat yang absah. Seperti maqam sabar dan mujahadah. Barangsiapa bertaubat, berarti ia bersyukur, takut, berharap dan cinta. Taubat adalah inti takwa. Namun ada satu hal yang mesti dicamkan baik-baik. Taubat takkan wujud tanpa keikhlasan dan kesungguhan.
11. Sabar adalah puncak Islam dan iman, sekaligus hakikat agama yang semestinya. Sabar berarti menahan dan menabahkan diri agar senantiasa berteguh pada tuntunan syari’at. Dari satu sisi, sabar dan syukur masihsatu makna. Akan tetapi, di sisi lain, sabar merupakan esensi syukur. Syukur tak bakal sempurna tanpa dibarengi kesabaran. Seorang yang bersabar, berarti ia telah mensyukuri nikmat-nikmat yang dianugerah kan kepadanya.
12. Insan mukmin, tatkala harus memilih antara kepentingan individu dan agama, lalu ia mengedepankan agama dari egonya, maka ia telah melintasi maqam sabar dalam sikapnya itu.
13. Pangkal dari rasa syukur adalah kesenangan, adapun pangkal dari kesabaran adalah kesedihan. Namun, terkadang, keduanya bermuara dari satu hal yang sama: musibah, salah satunya.
14. Untuk sebagian orang, musibah tak ubahnya suatu kenikmatan, dan karena itu, ia mensyukurinya. Betapa tidak. Musibah adalah azab yang ditimpakan lebih cepat didunia. Dan itu berarti anugerah. Sebab kelak ia akan terbebas dari siksa akhirat – yang sejatinya lebih pedih dan lebih abadi. Musibah juga merupakan wujud tarbiyah Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada hamba-Nya yang beriman. Seakan-akan, dengan musibah itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan manusia: untuk apakau mencintai manusia: untuk apa kau mencintai dunia? Apa yang bisa diharapkan dari kesenangan dunia? Kenapa hatimu merasa nyaman dengan dunia ? Inilah perhatian dari-Nya. Tiada bimbingan yang lebih indah dari bimbingan-Nya. Karena, tiap insan patut mensyukuri. Di balik bencana yang tampak oleh mata, tersimpan serpihan-serpihan hikmah yang luhur dari-Nya.
15. Dalam shalat kita harus khusyuk, hudlur dan ikhlas. Jangan memecah fokus shalat kepada hal lain. Tuangkan seluruh pikiran, gerakan, dan konsentrasi pada satu titik, yakni Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata. Jadi essensi shalat adalah hudlur, tafahum (penghayatan), pengagungan, pengharapan dan ketulus ikhlasan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
16. Shalat yang sempurna bisa diwujudkan dengan menyegerakan pelaksanaannya. Awal waktu adalah ridha Allah. Sedang akhir waktu adalah ampunan-Nya. Laksanakanlah shalat malam, sebab shalat malam adalah tradisi kaum shalihin, sarana pendekatan diri kepada Tuhan kalian, penebus dosa-dosa, penangkal maksiat dan pengusir penyakit dari jasmani kita.
17. Duduk satu saat bersama orang-orang shaleh, lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada 100 atau 100 kali ‘uzlah (mengasingkan diri dari kehidupan duniawi demi penyucian diri).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.