Edisi Senin, 27 Februari 2023 M / 6 Sya'ban 1444 H.
Habib Abdullah bin Husain bin Thohir dilahirkan di kota Tarim pada tahun 1191 H. Sosok ini terkenal penuh dengan semangat dalam menuntut ilmu, sama seperti saudara beliau al Habib Thohir bin Husain bin Thohir. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Husain bin Thohir bin Muhammad bin Hasyim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad. Sejak kecil, sosok Abdullah muda telah dididik oleh kedua orang tuanya dengan berbagai macam ilmu agama, sehingga menjadikan beliau sosok yang sangat kuat dalam menjalankan syari’at Islam serta akhlak-akhlak terpuji seperti yang diajarkan orang tuanya.
Seperti ulama lainnya, Habib Abdullah juga mempunyai sejumlah karya tulis dari berbagai bidang ilmu, di antaranya: Sullamut Taufiq, sebuah karya yang menerangkan tentang seputar fiqih Islami untuk masyarakat umum, Dzikrol Mu’minin bima Bui’tsa bihi Sayyidil Mursalin yang di dalamnya, beliau mengajak pada umat manusia untuk kembali kepada agama dan bersatu padu serta saling menasehati satu sama lain. Masih banyak lagi Risalah-risalah (catatan-catatan kecil) yang beliau tulis yang hingga saat ini masih tersimpan di beberapa perpustakaan-perpustakaan Hadhramaut. Berikut ini adalah beberapa diantara kalam beliau :
1. Ketika kalian hendak memasuki dunia kerja persiapkanlah niat-niat yang baik terlebih dahulu. Mencari rezeki yang halal adalah wajib bagi setiap insan muslim. Untuk itu, niatkanlah didalam hati bahwa tujuan kalian bekerja adalah untuk mendapatkan rezeki yang halal yang dapat menunjang kehidupan agama kalian, menjaga martabat kalian serta keluarga kalian agar tidak meminta-minta kepada orang lain juga untuk menghindari diri kalian dari sikap ingin mem iliki hak-hak orang lain. Akan tetapi, ditengah-tengah kesibukan kerja, janganlah kalian melalaikan urusan akherat. Luangkan waktu untuk memepelajari ilmu syari’at yang diwajibkan kepada kalian, laksanakan shalat 5 waktu dengan berjamaah, jagalah keistiqamahan kalian dalam membaca wirid-wirid.
2. Sesungguhnya ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang memakan barang haram atau memakai baju yang haram takkan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
3. Apabila kalian telah mendapatkan rezeki yang sekiranya mencukupi kebutuhan kalian diwaktu itu, maka qana’ah (merasa cukup)-lah dengannya lalu bersyukur kepada Allah serta jangan mengharapkan yang berlebihan untuk masa yang akan datang. Janganlah kalian bersikap tamak dan selalu mengharap lebih, sehingga tubuh dan hatimu akan kecapaian karenanya. Asal tahu saja, sesungguhnya takkan sampai kepada kalian kecuali rezeki yang telah ditakdirkan untuk kalian.
4. Hati-hatilah, jangan pernah menipu, berkhianat ataupun berbohong dalam setiap pekerjaan kalian. Karena semua tindakan itu memancing amarah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan menghapus keberkahan dan jerih payah kalian. Dasarilah segala urusan pekerjaan kalian dengan sikap jujur dan nasehah. Keluarkan semua hak yang diwajibkan dalam harta kalian seperti zakat, pelunasan hutang, serta nafkah-nafkah yang wajib dengan senang hati dan lapang dada.
5. Memotong keberlangsungan Islam baik dengan perkataan, perbuatan maupun keyakinan yang tidak mengharuskan ketiganya bersama untuk dikatakan sebagai perbuatan murtad.
6. Kerjakanlah semua perbuatan baik, dan apabila engkau tidak mampu mengerjakan semuanya, maka janganlah engkau tinggalkan semuanya. Jauhilah semua perbuatan buruk, dan jika engkau tidak mampu meninggalkan semuanya, maka janganlah engkau mengerjakan semuanya.
7. Berusahalah agar tidak berlalu sedikitpun waktu dari hidupmu kecuali engkau gunakan untuk beribadah. Dan jika engkau tidak mampu melakukan itu, maka berhati-hatilah jangan sampai engkau membuang-buang waktu dikala orang-orang disekitarmu sedang sibuk beribadah.
8. Dan suatu perbuatan yang akan membuatmu senang apabila ajal datang sedangkan engkau dalam perbuatan itu, maka lazimilah perbuatan itu. Dan suatu perbuatan yang dikerjakan oleh ahli kubur seandainya mereka masih hidup, maka kerjakanlah dan insya Allah engkau menjadi beruntung. Dan suatu perbuatan yang disesali oleh para ahli kubur karena mereka telah mengerjakannya, maka tinggalkanlah, sebelum engkau nantinya menyesal dihari dimana penyesalan tiada bermanfaat.
9. Sesungguhnya perasaan was-was, bisikan-bisikan buruk dan maksiat-maksiat merasuki diri manusia kebanyakkan liwat mata, lisan dan telinga. Sekalipun terkadang lewat selain ketiganya, namun dari ketiga media tersebut sangatlah dominan. Dan obat paling mujarab dan ampuh untuk membentengi ketiganya adalah dengan wahdah (menyendiri) dan khalwah atau uzlah (mengasingkan diri).
10. Tak jarang, seseorang yang hidup dalam kemiskinan, cacat fisik dan kepelikan lain yang menyusahkan, nyatanya bisa menghirup perasaan legawa, sejahtera, serta bahagia. Rasa hati yang positif itu bisa menjalar ke kawan-kawan dekatnya, bahkan kepada orang yang memandang wajahnya atau menyebut dirinya.
11. Di akhirat kelak, sang manusia tak berpunya akan memperoleh harapan selamat dan sukses lebih besar dari si kaya raya. Dari sini kita bisa menyerap kearifan: neraka dunia sebenarnya adalah surga.
12. Ketahuilah, sesuatu yang paling mujarab untuk mempercantik hati, memancing ampunan atas dosa-dosa, menepis kegundahan hati, dan mengundang segala kesenangan rohani, adalah menghadiri majelis para wali, shalihin, alim ulama yang berhati khusyuk yang mengamalkan pengetahuannya, serta para ahli ibadah yang memikliki sifat zuhud. Merekalah manusia-manusia yang bila kita pandang akan mampu mengingatkan siapa saja kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Gerak gerik mereka senantiasa membangkitkan gairah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala Ucapan-ucapan mereka mampu menggiring kita kepada rahmat-Nya. Cahaya mereka menaungi siapa saja yang ada di dekat mereka. Akhlak mereka yang indah akan menulari akhlak-akhlak kita. Amal-amal mereka yang hebat membuat nafsu kita merasa kerdil, dan yang terutama,b erkah mereka akan dapat kita raih baik dikehidupan ini maupun dialam yang akan datang.
13. Demi Allah, sungguh suatu musibah dan bencana yang besar tertuju pada kedangkalan agama dan akal orang yang mengaku-ngaku bahwa dia sudah bisa membalas kebaikan dari orang yang sholeh dan kebaikan orang tua atau datuknya. Sungguh demi Allah tidaklah orang tersebut berakhlak kecuali dia adalah manusia yang rendah semangat dan harga dirinya, cenderung bertabi’at seperti manusia murahan dan rendahan bahkan paling rendah.
14. Bekerja bisa bernilai ibadah dan bahkan pahalanya melebihi ibadah-ibadah sunnah apabila didasari dengan niat baik serta dilakukan sesuai syari’at. Ditengah-tengah kesibukan kerja, janganlah kalian melalaikan urusan akhirat. Luangkan waktu untuk mempelajari ilmu syari’at yang diwajibkan kepada kalian, laksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah, jagalah keistiqamahan kalian dalam membaca wirid-wirid.
15. Manakala kalian dikaruniai harta yang halal, pergunakanlah dengan tata cara danniat yang baik. Makanlah secukupnya danjangan sampaiterlalu kenyang. Sebab perut yang dipenuhi dengan makanan sekalipun halal akan menjadi pemicu perbuatan-perbuatan nista. Bisa dibayangkan, bagaimana jika dipenuhi dengan makanan yang haram.
16. Di antara maksiat hati adalah: riya' dalam beramal kebaikan, artinya berbuat kebaikan karena manusia; agar dapat pujian dari manusia. Perbuatan riya ini dapat menghilangkan pahala kebaikan yang dilakukannya. 'Ujub dalam berbuat ketaatan; artinya menganggap bahwa ibadah yang ia kerjakan adalah murni hasil dari usahanya melupakan bahwa itu adalah karunia dari Allah. Ragu akan adanya Allah. Merasa aman dari siksaan dan ancaman Allah dan atau putus asa dari rahmat Allah. Sombong kepada manusia; artinya menolak kebenaran dari orang lain dan memandang rendah manusia. Dengki (al-Hiqd), yaitu; menyimpan rasa permusuhan yang disertai dengan usaha untuk mewujudkannya serta ia sendiri tidak membenci perasaan hatinya tersebut. Iri hati (al-Hasad), artinya; membenci kenikmatan yang diraih oleh seorang muslim dan merasa keberatan dengannya yang disertai dengan usaha untuk melenyapkan kenikmatan tersebut darinya.
17. Di antara maksiat lidah adalah: Ghibah, yaitu;
apabila engkau menyebut–nyebut sesama saudara muslim dengan sesuatu yang ia membencinya (untuk dibicarakan terhadap orang) di antara apa yang ada pada diri orang tersebut di belakangnya artinya tidak di hadapannya. Namimah, yaitu; menyebarkan isu atau propaganda permusuhan (provokasi). Tahrisy, yaitu; provokasi dengan tanpa ucapan, sekalipun antara binatang. Berbohong (perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan). Sumpah palsu. Mengucapkan kalimat-kalimat yang mengandung qadzaf; kalimat qadzaf ini sangat banyak sekali, intinya tuduhan kepada seseorang atau salah seorang kerabatnya dengan perbuatan zina, baik dengan kata-kata yang sharih (jelas) secara mutlak (dengan atau tanpa niat) atau dengan kata-kata kinayah (sindiran) yang disertai dengan niat tuduhan.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.