Senin, 30 November 2020

17 KEUTAMAAN MENJADI MUALAF

Edisi Senin, 30 November 2020 M / 15 Rabi'ul Akhir 1442 H

Mualaf ialah seseorang baik laki laki atau perempuan yang memeluk islam dimana ia sebelumnya menjadi orang kafir yang tidak percaya pada Allah atau memiliki keyakinan lain yang sesat, dalam kehidupan sehari hari ada banyak alasan seseorang menjadi mualaf, diantaranya ialah mendapat petunjuk atau hidayah dari Allah, ajakan dari orang lain hingga terketuk hatinya untuk mengikuti, atau juga karena memang ia sendiri yang mencari tahu tentang islam kemudian ia memahami bahwa islam ialah yang terbaik untuknya.

Dalam pandangan islam, seorang mualaf memiliki banyak keistimewaan sebagaimana umat islam yang lainnya karena ia telah mendekat pada Allah dan seluruh ajaran islam serta menjalani taubatan nasuha untuk menghindarkan diri dari kafir. Dalam kesempatan kali ini kita akan menguraikannya secara jelas dalam artikel 17 keutamaan menjadi mualaf yang tentunya akan menjadi wawasan islami yang bermanfaat. Mari simak artikel ini hingga selesai.

1. Mendapat Ampunan Dosa 

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (ketetapan Allah) terhadap orang-orang dahulu”. (QS Al Anfal : 38).

Menjadi seorang mualaf adalah sebuah anugrah dan hidayah yang luar biasa dari Allah dimana tidak semua hambaNya dapat menikmati hal tersebut. hidayah Allah kepada manusia yakni bagi orang yang mualaf, ia akan mendapat ampunan dosa dosa mereka yang telah lalu dengan ketentuan ia sungguh sungguh bertaubat serta memulai hidup baru dengan menjalankan seluruh syariat islam.

2. Dihapus Keburukannya 

“Jika seorang hamba masuk Islam, lalu Islamnya baik, Allah menulis semua kebaikan yang pernah dia lakukan, dan dihapus darinya semua keburukan yang pernah dia lakukan. Kemudian setelah itu ada qishash (balasan yang adil), yaitu satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat sampai 700 kali lipat. Adapun satu keburukan dibalas dengan sama, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla mengampuninya” (H.R. Nasai, no. 4998, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 247).

Jelas dari hadits tersebut bahwa seorang mualaf akan dihapus keburukannya serta terhindar dari dosa besar dalam islam. kebaikannya mendapat pahala yang berlebih, juga dengan syarat ia sungguh sungguh menjalankan hidup barunya sebagai umat islam dan bersedia belajar sungguh sungguh untuk menjalankan segala kewajibannya.

3. Menggugurkan Dosa 

“Tidakkah engkau tahu bahwa Islam menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya, dan bahwa hijroh menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya bahwa hijrah menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya” (H.R. Muslim, no. 121). Penjelasan dari hadits tersebut ialah seseorang yang hijrah ke dalam islam maka akan membuatnya gugur dari dosa dosa sebelumnya yang ia lakukan serta terhindar dari  dosa yang tak terampuni yakni kafir.

4. Jauh dari Kerugian 

“Barangsiapa yang kafir terhadap keimanan, maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” (QS Al Maidah : 5). Orang kafir, apapun kebaikan yang dilakukannya ia tetap berada dalam kerugian karena seluruh amalannya terhapus, dengan menjadi seorang mualaf, ia akan terbebas dari hal tersebut, ia akan mendapatkan balasan pahala atas amal kebaikan yang dilakukannya. keutamaan istiqomah dalam beribadah yang dilakukan mualaf akan menjauhkan seseorang dari kerugian karena telah bertaubat.

5. Terhindar dari Sia Sia 

“Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS Al Kahfi : 105).

Jelas dari ayat tersebut bahwa orang yang merugi di hari kiamat ialah orang orang kafir yang mengira bahwa mereka selama di dunia telah berbuat kebaikan sehingga di akherat akan mendapatkan kehidupan yang kekal dan bahagia padahal mereka akan merugi. Mualaf akan terhidar dari hal tersebut karena telah menjauh dari segala jalan yang sesat.

6. Terhindar dari Azab 

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al Maidah : 36). Orang yang mualaf akan terhindar dari azab yang pedih karena ia telah lari dari segala jalan yang sesat.

7. Tidak Menyesal Ketika di Akherat 

Orang kafir ketika berada di akherat akan merasa menyesal dan merasa ingin mengulangi kehidupan di dunia lagi dan memperbaiki amal amal perbuatannya, sedangkan mualaf akan terbebas dari penyesalan karena penyesalan atas dosa dosa nya telah dilakukan selama di dunia dan di akherat ia tak lagi meyesal.

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS As Sajadah : 12).

8. Bersaksi Tentang Keesaan Allah 

“Aku bersaksi tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu Utusan Allah”. 

Orang yang mualaf tentu awalnya mengucap kalimat tersebut yang menandakan bahwa ia mengakui keesaan Allah dan ia bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, hal itu merupakan tanda dibukanya segala amalan karena ia telah menjauhkan diri dari kekafiran.

9. Kesempatan Menuntut Ilmu 

Orang yang mualaf akan memiliki kesempatan yang luas untuk belajar menuntut ilmu agama karena ia harus belajar segala sesuatu tentang kewajiban umat islam dan cara cara beribadah yang harus ia pahami, menuntut ilmu tersebut akan memberikan pahala tersendiri untuknya.

10. Pahala Lebih Besar 

Dari sebuah riwayat dijeaskan bahwa orang yang membaca Al Qur’an dengan terbata bata karena masih belajar akan memiliki pahala yang lebih besar, itulah yang dialami oleh orang mualaf, ia akan mendapat pahala yang lebih besar karena ia belajar ilmu agama dengan sungguh sungguh.

11. Memahami Al Qur’an dan Sunnah 

Dengan menjadi mualaf, ia akan memahami segala sesuatu tentang kitab suci Al Qur’an mulai dari manfaatnya sebagai sumber syariat juga cara membacanya, selain itu ia juga akan belajar tentang sunnah Rasulullah dan cara melakukannya sehingga memberikan lebih banyak lagi amal kebaikan untuknya.

12. Teladan yang Baik 

Mualaf menjadi teladan yang baik bagi semua orang dan sebuah petunjuk bahwa Allah dapat memberikan hidayah kepada siapa saja sehingga tidak diperkenankan melihat seseorang dari masa lalunya atau merasa paling benar karena manusia tidak pernah tahu apa rencana Allah untuk hamba hambaNya.

13. Wujud Kekuasaan Allah 

Adanya mualaf merupakan wujud kekuasaan Allah dimana hal tersebut merupakan bukti bahwa Allah lah yang membolak balikkan hati manusia siapapun yang diinginkan olehNya sehingga ia mampu kapan saja memberi hidayah pada seseorang yang dikehendakinya. Jelas bahwa Allah memang berkuasa atas segala sesuatu, jika Ia menginginkan sesuatu maka Ia tinggal berkata “Jadilah” maka segalanya akan terjadi. Allah memang maha kuasa yang tidak diragukan lagi kekuasaanNya di langit dan bumi ini.

14. Hidayah yang Nyata 

Keutamaan menjadi mualaf ialah mendapat hidayah yang nyata dari Allah yakni terbukanya hati orang tersebut untuk memeluk islam yang ke depannya tentu akan memberikan jalan hidup yang lebih baik serta lebih lurus untuknya. Tentu sebuah pelajaran bagi semua umat islam bahwa hidayah itu nyata dan ada jika Allah berkehendak.

15. Jalan Keimanan 

Tentu sebuah kebahagiaan bahwa menjadi seorang mualaf akan menjadikan baginya jalan keimanan yang panjang, Allah membuka kesempatan untuknya agar mampu menjalankan segala amal kebaikan dengan pahala yang nyata, bukan dalam kesia siaan seperti orang kafir. Setiap mualaf wajib bersyukur atas segala kenikmatan tersebut.

16. Kesempatan untuk Menuju Surga 

Jelas bahwa mualaf memiliki kesempatan menuju surga karena ia telah bertaubat dan berhenti dari segala keburukan duniawi, ia mengisi segala hari hari yang dilaluinya dengan amal ibadah sehingga ia memiliki hak yang sama sebagaimana umat muslim lainnya untuk saling berjuang dan mengingatkan dalam kebaikan agar dapat mencapai surgaNya.

17. Kesempatan Berbagi Pengalaman 

Menjadi mualaf dapat menjadikan pengalaman yang berharga mengenai bagaimana prosesnya ia bisa mendapat hidayah hingga akhirnya memeluk islam, hal tersebut dapat menjadi sebuah cerita atau pengalaman yang berharga yang juga dapat mempengaruhi atau dapat menjadikan orang lain ikut tergerak hatinya untuk memeluk islam.

Demikian artikel kali ini mengenai 17 keutamaan menjadi mualaf. Ternyata menjadi mualaf memiliki keistimewaan yang luar biasa dan pahala luar biasa yang tak terkira sebab itu jangan lelah untuk mengajak orang lain serta berdakwah untuk islam agar turut membawa kebaikan serta hidayah bagi orang lain. Terima kasih sudah membaca. 

Sumber : DalamIslam.com 

Semoga bermanfaat....

Minggu, 29 November 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG AWAN

Edisi Ahad, 29 November 2020 M / 14 Rabi'ul Akhir 1442 H

Allah Ta’ala lah yang telah menggerakkan awan ke suatu tempat. Awan itu tidak bergerak sendiri, akan tetapi Allah-lah yang menggerakkannya. Banyak orang yang tidak merenungi ciptaan Allah yang satu ini. Padahal awan lah yang selama ini menaungi kita dari cahaya matahari yang begitu menusuk, awanlah yang menurunkan hujan kepada kita sehingga kita bisa menggunakan airnya dan digunakan makhluk lainnya, awanlah sebagai pertanda langit sudah malam atau akan terjadi hujan, dan lain sebagainya. Bahkan saking luar biasanya peranan awan ini, Allah sampai bersumpah dengannya.

فَالْحَامِلَاتِ وِقْرًا

dan awan yang mengandung hujan, (Q.S. Adz-Dzaariyaat : 2)

Untuk itu kami tertarik untuk membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan tentang awan. 

Berikut ini adalah rincian ayat-ayatnya, simak selengkapnya.

1. Q.S. An-Nuur : 43 

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ

Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Q.S. An-Nuur : 43)

2. Q.S. Al-Baqarah : 57 

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. Al-Baqarah : 57)

3. Q.S. Al-Baqarah : 210 

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ

Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Q.S. Al-Baqarah : 210)

4. Q.S. Faathir : 9 

وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَىٰ بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ كَذَٰلِكَ النُّشُورُ

Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. (Q.S. Faathir : 9)

5. Q.S. Al-Ahqaaf : 24

 فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَٰذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami." (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, (Q.S. Al-Ahqaaf : 24)

6. Q.S. Al-A’raaf : 171 

وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-A’raaf : 171)

7. Q.S. As-Sajdah : 27 

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَسُوقُ الْمَاءَ إِلَى الْأَرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ أَنْعَامُهُمْ وَأَنْفُسُهُمْ ۖ أَفَلَا يُبْصِرُونَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan? (Q.S. As-Sajdah : 27)

8. Q.S. Ar-Ruum : 48 

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Q.S. Ar-Ruum : 48)

9. Q.S. An-Naml : 88 

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. An-Naml : 88)

10. Q.S. Asy-Syu’araa’ : 189 

فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar. (Q.S. Asy-Syu’araa’ : 189)

11. Q.S. An-Nuur : 40 

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Q.S. An-Nuur : 40)

12. Q.S. Al-Baqarah : 164 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S. Al-Baqarah : 164)

13. Q.S. Ar-Ra’d : 12 

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ

Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. (Q.S. Ar-Ra’d : 12)

14. Q.S. Al-A’raaf : 57 

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Q.S. Al-A’raaf : 57)

15. Q.S. Al-A’raaf : 160 

وَقَطَّعْنَاهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أَسْبَاطًا أُمَمًا ۚ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ إِذِ اسْتَسْقَاهُ قَوْمُهُ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ ۖ فَانْبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ ۚ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ۚ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!." Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri. (Q.S. Al-A’raaf : 160)

16. Q.S. Ath-Thuur : 44 

وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ

Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan: "Itu adalah awan yang bertindih-tindih." (Q.S. Ath-Thuur : 44)

17.  Q.S An Naba : 14 

وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا

dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.

Itulah pembahasan singkat kita mengenai ayat-ayat Al-Quran yang membahas dan menyebutkan tentang awan. Semoga tulisan ini membuat kita semakin merenungi ciptaan Allah Ta’ala yang satu ini, yakni awan. Semoga tulisan ini juga menambah wawasan kita sehingga kita tidak buta terhadap ilmu agama.

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 28 November 2020

17 HADITS KIAT ROMANTIS RASULULLAH, YANG WAJIB DIKETAHUI PARA SUAMI

Edisi Sabtu, 28 November 2020 M / 13 Rabi'ul Akhir 1442 H

Rumah tangga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat luar biasa. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan istri-istrinya adalah contoh dan praktik nyata rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah (harmonis, penuh cinta dan kasih sayang).

Romantisme rumah tangga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan istri-istri beliau patut dijadikan contoh tauladan. Namun romantisme tersebut banyak ditinggalkan oleh generasi zaman sekarang.

Salah satu kitab yang banyak mengupas perihal rumah tangga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, yakni Uquudullujain fi haqiiqizzawzain’(Etika berumah tangga dan hak-hak pasangan suami-istri).

Banyaknya hadits yang menggambarkan kemesraan dalam rumah tangga Nabi tidak diriwayatkan untuk membuat baper pembacanya.

Akan tetapi semata ingin menunjukkan kepada umat muslim betapa banyak pahala yang bisa diraih dalam sebuah pernikahan.

Berikut 17 hadits tentang adab suami istri yang menggambarkan romantisme Rasulullah :

1. Sering mencium istri 

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu'anha ia bercerita : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beliau menciumku, kemudian beliau keluar ke masjid untuk salat dan tidak berwudu kembali."

Dari Hafshah, puteri Umar Radhiyallahu'anha, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam biasa mencium isterinya sekalipun sedang puasa. (HR. Ahmad).

2. Tidur dalam satu selimut bersama istri 

Diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu'anha, ketika Rasul sedang berada dalam satu selimut dengan Aisyah, tiba-tiba Aisyah bangkit. Rasul kemudian bertanya “Mengapa engkau bangkit ?” Aisyah menjawab “Karena aku sedang haidh wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah berkata “Kalau begitu pergilah, lalu berkainlah dan dekatlah kembali denganku.” Aisyah pun masuk lalu berselimut bersama beliau,” (HR Sa’id bin Manshur).

3. Makan sepiring berdua 

Dari Aisyah Radhiyallahu'anha, ia berkata : Saya dahulu biasa makan bubur bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.” (HR. Bukhari)

Dalam redaksi Hadits yang lain diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan Aisyah Radhiyallahu'anha minum dengan gelas dan piring yang sama. Bahkan makan daging pada bekas jilatan Aisyah (HR. Nasai).

4. Tidur dipangkuan istri 

Aisyah Radhiyallahu'anha berkata : “Pernah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berbaring di pangkuanku, saat aku sedang haid, lalu beliau membaca Al-Qur`an.” (HR. Muslim).

5. Mandi bersama 

Aisyah Radhiyallahu'anha berkata: “Aku mandi bersama Rasulullah dari satu bejana. Kemudian Rasulullah mendahuluiku sampai aku berkata, ‘Tinggalkan untukku. Tinggalkan untukku.’ (HR. Muslim)

6. Suami menyuapi istri 

Dari Saad bin Abi Waqosh Radhiyallahu'anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu.“ (Mutafaqun ‘Alaih)

7. Mengajak istri jika ke luar kota. 

Aisyah berkata : “Biasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istrinya. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama beliau.” (HR Bukhari dan Muslim)

8. Mengantarkan Istri 

Shofiyah, istri Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah ketika beliau sedang melakukan i’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.”

Dalam riwayat lain diceritakan, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi berkata kepada Shafiyyah "Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu.” (HR Bukhari dan Muslim)

9. Mengajak istri jika pergi ke luar kota. 

Aisyah Radhiyallahu'anha berkata : “Biasanya Nabi apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istrinya. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama beliau.” (HR Bukhari dan Muslim)

10. Mengajak Istri melihat hiburan 

Dari Aisyah Radhiyallahu'anha, dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sendiri yang berkata padaku : ‘Apakah engkau ingin melihatnya?’ Aku menjawab: Ya.’ Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata : ‘Teruskan permainan kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: ‘Apakah kamu sudah puas?’Aku jawab: ‘Ya.’ Beliau berkata : ‘Kalau begitu, pergilah!.” (HR Bukhari dan Muslim)

11. Melayani dan memanjakan istri ketika sakit 

Diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu'anha, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (Mutafaqun ‘Alaih)

12. Membantu pekerjaan rumah Tangga 

Umul Mukminin Aisyah pernah ditanya : “Apa yang dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR Bukhari)

13. Menyisir rambut 

“Beliau (Rasulullah mendekat kepadanya (Aisyah) dan ia ada di kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haid”. (HR Muslim)

14. Bergurau, bermain bersama membangun kemesraan 

Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata tentang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam : “Beliau orang yang suka bercanda dengan istrinya.” (HR Bukhari)

Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tertawa melihat tingkah keduanya. (HR Nasa’i)

15. Memberi Istri hadiah 

Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR Ahmad)

16. Tidak mencela masakan istri 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga tak pernah mencela masakan istri. Kalau beliau suka akan dimakan, kalau tidak suka, beliau biarkan tanpa mencacatnya (HR. Bukhari).

17 Memanggil istri dengan mesra 

Menurut riwayat Nasai ,Ibnu Majah, Baihaqi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga memanggil Aisyah dengan “ya Humaira’ yang artinya kemerah-merahan. Panggilan itu adalah ungkapan kekaguman Nabi kepada kecantikan Aisyah yang pipinya merona.

Semoga bermanfaat.....

Jumat, 27 November 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG LARANGAN MEMBUNUH

Edisi Jum'at, 27 November 2020 M / 12 Rabi'ul Akhir 1442 H

Membunuh adalah salah satu dosa yang sangat besar, bahkan dosa terbesar setelah syirik adalah membunuh. Barangsiapa yang membunuh satu orang tanpa alasan yang haq maka sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Haram bagi kita membunuh siapapun, termasuk orang kafir (dzimmi). Bahkan di dalam Al-Quran disebutkan bahwa barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.

Membunuh manusia dengan tanpa alasan yang dibenarkan syari’at merupakan dosa besar. Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah melarang dengan firman-Nya: 

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ

 Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allâh (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. [al-Isrâ`/17:33]. 

Bukan sekedar dosa besar, bahkan membunuh jiwa manusia dengan tanpa haq (tanpa alasan yan dibenarkan syari’at) termasuk dosa-dosa besar yang bisa membinasakan, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahîh : 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syirik kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [HR al-Bukhâri, no. 2615, 6465; Muslim, no. 89].

Pada artikel tausiah kali ini kita akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran tentang larangan membunuh. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Q.S. Al-A’raaf : 141 

وَإِذْ أَنْجَيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ ۖ يُقَتِّلُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu." (Q.S. Al-A’raaf : 141)

2. Q.S. Al-An’aam : 137 

وَكَذَٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلَادِهِمْ شُرَكَاؤُهُمْ لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ ۖ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Q.S. Al-An’aam : 137)

3. Q.S. Al-An’aam : 140 

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ ۚ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S. Al-An’aam : 140)

4. Q.S. Al-An’aam : 151 

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Al-An’aam : 151)

5. Q.S. Al-Baqarah : 72 

وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. (Q.S. Al-Baqarah : 72)

6. Q.S. Al-Baqarah : 91 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ ۗ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al-Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" (Q.S. Al-Baqarah : 91)

7. Q.S. Al-Fath : 25 

هُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْهَدْيَ مَعْكُوفًا أَنْ يَبْلُغَ مَحِلَّهُ ۚ وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۖ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Merekalah orang-orang yang kafir yang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan korban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yag kafir di antara mereka dengan azab yang pedih. (Q.S. Al-Fath : 25)

8. Q.S. Al-Furqaan : 68 

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (Q.S. Al-Furqaan : 68)

9. Q.S. Al-Israa’ : 31 

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Q.S. Al-Israa’ : 31)

10. Q.S. Al-Israa’ : 33 

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۗ وَمَنْ قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَانًا فَلَا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ ۖ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Q.S. Al-Israa’ : 33)

11. Q.S. Al-Kahf : 6 

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). (Q.S. Al-Kahf : 6)

12. Q.S. Al-Maa’idah : 30 

فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (Q.S. Al-Maa’idah : 30)

13. Q.S. Al-Maa’idah : 32 

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (Q.S. Al-Maa’idah : 32)

14. Q.S. Az-Zukhruf : 77 

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ

Mereka berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)." (Q.S. Az-Zukhruf : 77)

15. Q.S. At-Taubah : 111 

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (Q.S. At-Taubah : 111)

16. Q.S. An-Nisaa’ : 93 

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (Q.S. An-Nisaa’ : 93)

17. Q.S. Ali ‘Imran : 21 

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih. (Q.S. Ali ‘Imran : 21)

Itulah berbagai ayat Al-Quran yang menyebutkan dan menjelaskan tentang larangan membunuh. Semoga ayat-ayat di atas menjadi renungan bagi kita dan menambah wawasan kita terhadap agama Allah.

Semoga bermanfaat..

Kamis, 26 November 2020

17 CARA MELUAPKAN EMOSI MENURUT ISLAM DAN DALILNYA

Edisi Kamis, 26 November 2020 M / 11 Rabi'ul Akhir 1442 H

Emosi setiap orang pasti pernah mengalaminya sebagai ungkapan atau ekspresi terhadap suatu kondisi di lingkungan sekitarnya. Ada dua macam emosi, yaitu emosi positif misalnya rasa cinta, kesenangan, dan emosi negatif misalnya kesedihan, kemarahan. Emosi pada umumnya dikaitkan dengan ungkapan kemarahan atau suatu hal yang berbeda dengan pandangannya. Emosi yang dibahas pada artikel tausiah kali ini adalah tentang meluapkan emosi amarah dalam islam yang mana hal tersebut merupakan salah satu godaan syetan untuk membuat umat manusia bermusuhan dan membuat dunia jauh dari kedamaian.

Sebagai seorang muslim tentu wajib menjaga lisan dan perbuatan, tidak diperkenankan menuruti hawa nafsu ketika sedang diuji dengan emosi, selalu ingat Allah dengan berdzikir, agar dalam kondisi apapun tetap bersikap sesuai etika dan syariat islam. 

Berikut ini 17 cara meluapkan emosi menurut islam :

1. Diam dan Jaga Lisan 

“Jika kalian marah, diamlah”. (HR Imam Ahmad) saat anda diuji dengan emosi, tak perlu meluapkannya dengan kalimat kalimat kasar atau kalimat kalimat buruk yang akan membuat syetan senang karena berhasil menciptakan pertengkaran. Diam adalah cara terbaik dan keutamaan menjaga lisan dalam islam, biarkan hal yang membuat emosi itu terus menyerang, nantinya kebenaran Allah yang akan membuktikan. Jangan terpancing emosi, kuasai diri sendiri dan tetap tenang. Itulah sikap yang seharusnya anda lakukan.

2. Hilangkan Sifat Tinggi Hati 

Jangan merasa paling benar, terkadang kita tidak sungguh sungguh memahami suatu permasalahan sehingga menyebabkan kesalah pahaman. Orang yang emosi biasanya merasa paling benar dan merasa puas ketika sudah meluapkan apa yang menurutnya benar tersebut. Tetapi belum tentu penyelesaian yang didapat, bisa saja timbul penyesalan atau rasa malu setelahnya. Kedewasaan seseorang dapat dilihat ketika sedang emosi, sebaik baik orang ialah yang tetap menjaga kerendahan hati nya dalam kondisi apapun.

3. Ubah Posisi 

Maksud nya ialah ketika anda emosi dalam keadaan berdiri maka ubah posisi anda menjadi duduk, hal ini membuat anda merasa lebih tenang dan tidak menggebu gebu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Jika kalian marah dalam keadaan berdiri maka duduklah karena dengan melakukan itu marahnya akan hilang. Dan jika belum hilang maka hendaknya dia mengambil posisi tidur”. (HR Ahmad).

4. Baca Doa Ta’awudz dan Berwudhu 

Mohon perlindungan Allah dari godaan syetan dengan membaca ta’awudz “aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk” seperti anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabda nya berikut “Sungguh aku mengetahui ada satu kalimat jika dibaca oleh orang maka marahnya akan hilang, yaitu dengan membaca bacaan ta’awudz” (HR Bukhari) dan segeralah berwudhu. Marah bersumber dari syetan yang terbuat dari api dan api akan padam dengan air. Berwudhu dapat meredam luapan emosi seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berikut “Sesungguhnya marah itu dari syetan dan syetan diciptakan dengan api, dan api dapat dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah hendaklah berwudhu”. (HR Ahmad).

5. Diskusi Secara Baik Baik 

Sampaikan masalah penyebab emosi secara baik baik dengan kalimat yang sopan, jangan mengucap sesuatu yang menyakiti hati orang lain, kalimat buruk dapat menyebabkan dosa besar bahkan menjadi penyebab seseorang masuk neraka. keutamaan musyawarah dalam islam memang sangat dianjurkan dalam menyelesaikan segala urusan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya hamba yang mengucapkan satu kalimat yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat” (HR Bukhari).

6. Tahan Diri dan Jaga Kehormatan 

Orang yang emosi kesadaran nya berkurang dan hati nurani tertutup nafsu sehingga menyebabkan meluapnya kata kata yang berupa celaan atau umpatan, jika tidak disertai dengan menahan diri dengan mengingat Allah, tentunya akan menjadi jadi dan menunjukkan betapa tidak dewasanya karakter seseorang tersebut, emosi tidak membuat seseorang terlihat kuat, melainkan kehormatan dirinya akan jauh berkurang dan menjadi sesuatu yang mempermalukan dirinya sendiri di masa depan.“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika emosi” (HR Bukhari no 5763).

7. Ingat Teladan Rasul 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menekankan untuk berhati hati ketika emosi, simak sabda nya berikut “Jangan marah maka bagimu surga” (HR Thabrani). Amat ringkas tetapi penuh makna. Surga yang dihiasi berbagai kenikmatan dijanjikan untuk hamba Allah yang mampu menahan diri dari kemarahan ketika meluapkan emosi.

8. Ingat Dampak Buruk Dari Emosi 

Orang yang dikuasai emosi kadang berbuat sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan karena akal sehatnya tidak berjalan dengan benar akibat tertutup oleh bisikan syetan, ia bisa melakukan apa saja yang tidak dibenarkan oleh syariat agama sehingga tindakan yang melenceng tersebut nantinya bisa saja membuatnya terjerumus pada maksiat yang merugikan. Cara menahan amarah dalam islam yakni dengan bersabar akan jauh lebih baik.

9. Jangan Menyebarluaskan Aib 

Meluapkan emosi dengan cara jalan kemarahan secara tidak langsung membuka keburukan diri sendiri, menunjukkan pada orang lain bahwa dia tidak mampu menahan nafsu karena begitu mudahnya terpengaruh bisikan syetan. Dampaknya ialah akan dipandang oleh lingkungan sekitar sebagai orang yang mudah tersulut emosi dan tidak pantas dijadikan contoh. Tahan emosi lebih baik sebab Allah akan menutup keburukan keburukannya seperti dijelaskan dalam hadits berikut “Barang siapa menahan emosinya maka Allah akan tutupi aib nya”. (HR Muslim)

10. Instropeksi Diri 

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, ketika emosi terkadang seseorang melakukan tindakan yang menyakiti hati dan menyalahkan secara sepihak. Ambil pelajaran dari hal tersebut dengan instropeksi atau evaluasi diri agar ke depan nya tidak mengulang kesalahan yang sama, instropeksi diri juga diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabda nya berikut, “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih)” (HR Tirmidzi).

11. Puasa Sunnah 

Puasa sunnah juga disarankan untuk mengendalikan emosi, dengan puasa anda secara langsung akan menahan hawa nafsu sehingga bisa lebih mengontrol tindakan dan tutur kata. Hikmah puasa sunnah memang luar biasa untuk membantu merubah diri anda menjadi lebih baik lagi termasuk meningkatkan kadar kesabaran yang ada.

12. Maafkan dan Balas Dengan Kebaikan 

Jika masalah yang menyebabkan anda emosi sudah dibicarakan dan diselesaikan, jadikan sebagai pelajaran untuk ke depannya dapat bersikap lebih baik lagi, tak perlu melihat siapa yang salah dan yang benar, saling memaafkan adalah hal yang terbaik agar silaturahmi dan kerukunan terjalin kembali. Lanjutkan silaturahmi tersebut dengan berbuat kebaikan satu sama lain, hal tersebut amat disukai oleh Allah, “Dan orang orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf pada orang lain, dan Allah mencintai orang orang yang berbuat kebaikan”. (QS Ali Imran : 134).

13. Istighfar dan Membaca Al Qur’an 

Emosi tentunya membuat pikiran negatif berkecamuk dalam hati dan perasaan tidak tenang. Redakan dengan perbanyak membaca amalan istighfar “aku mohon ampun kepada Allah yang maha Agung”sehingga seketika mengingatkan akan Allah. Membaca Al Qur’an juga dapat melebur emosi dan amarah sehingga akan mendapatkan ketenangan.

14. Ridho Allah 

“Barang siapa berusaha menahan amarahnya padahal dia mampu meluapkannya, maka Allah penuhi hatinya dengan Ridho Nya”. (HR Abu Daud). Penjelasan dari hadits tersebut ialah menahan emosi dengan tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama bukan karena takut melawan seseorang atau hal yang membuatnya emosi tersebut tetapi lebih karena takut kepada Allah jika melakukan sesuatu yang tidak di ridhoi Nya, orang tersebut akan mendapat ridho Nya karena ketaatannya tersebut.

15. Mengingat Keutamaan Menjaga Emosi 

Ada berbagai macam manfaat atau keutamaan dalam menjaga emosi seperti yang telah disebutkan di atas. Jadikanlah pacuan untuk meredakan emosi atau amarah. Ingat selalu apa saja yang akan kita dapatkan ketika berhasil menahan emosi. Rayuan untuk menjaga emosi juga disampaikan dalam hadits.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)

16. Mengingat Akibat dari Emosi 

Selain mengingat manfaat dari menjaga emosi, sebaiknya juga ingatlah akibat dari emosi tersebut. Ada beberapa akibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya: terjadi perselisihan atau pertengkaran, hubungan menjadi tidak baik, timbul rasa dendam, sulit untuk bergaul, tidak memiliki teman, dsb.

17. Emosi yang Terpuji 

Emosi yang diperbolehkan dalam islam ialah emosi yang disebabkan karena membela agama Allah. Allah berfirman dalam QS At Taubah “ 14-15 “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tangan tangan mu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang orang yang beriman dan menghilangkan rasa panas hati orang orang mukmin”.

Salah satu kewajiban mukmin ialah menolak gangguan dalam agama yang menimpanya atau menghukum orang orang yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul Nya. Hal ini juga sama dalam kehidupan sehari hari, misalnya ketika emosi kepada istri karena tidak mau menutup aurat, emosi pada anak yang sudah baligh tetapi tidak mau menjalankan shalat, dll. Tetapi emosi tersebut harus dalam tahap proporsional, tidak dengan kekerasan atau kata kata yang menyakitkan.

Emosi tersebut diperbolehkan karena bertujuan untuk menegakkan syariat islam, untuk mencegah orang lain dari perbuatan maksiat dan sebagai tanggung jawab sebagai seorang muslim yaitu saling mengingatkan kebaikan pada sesama. Jika mengetahui hal maksiat namun seseorang tersebut tidak mengingatkan maka justru akan menjadi dosa pula baginya sebab ia mengetahui bahwa itu tidak sesuai ajaran Allah.

Dari artikel ini dapat diambil kesimpulan bahwa emosi tidak baik untuk diluapkan dengan jalan kemarahan, jangan sampai emosi menguasai anda, tetapi anda lah yang harus mampu menguasai emosi. Sampai disini dulu artikel kali ini yang membahas mengenai cara meluapkan emosi menurut islam, semoga bisa membawa manfaat bagi kita semua. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca. 

Semoga bermanfaat....

Rabu, 25 November 2020

17 ADAB GURU MENURUT ISLAM

Edisi Rabu, 25 November 2020 M / 10 Rabi'ul Akhir 1441 H

Dalam menyambut HUT PGRI atau Hari Guru Nasional,  tausiah sore ini membahas 17 adab guru menurut islam yang disarikan dari kitab Adab al-Alim wa al Muta'allim karya KH.M.HasyimAsy'ari, pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari kalangan pesantren.

Tak hanya murid saja yang harus mempunyai adab, seorang guru juga harus memiliki adab dan tata krama dalam mendidik murid atau santri. Pada tausiah edisi Rabu sore ini, bertepatan dengan Hari Guru Nasional 25 November, kita akan mengutipkan nasehat Mbah Hasyim kepada guru dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim.  

Ada 17 poin adab guru dan nasehat untuk guru yang ada dalam kitab. Berikut ulasannya:

1. Sadar Pengawasan Allah Subhanahu wa ta'ala 

Seorang guru harus selalu merasa di awasi Allah Ta'ala saat sendiri atau bersama orang lain. Muraqabah atau selalu sadar pengawasan Allah Subhanahu wa ta'ala kapan pun dan dimanapun. Seorang guru yang sadar pengawasan Allah akan selalu berusaha menjaga etika dan menjadi guru yang baik.

2. Takut Kepada Allah dalam Segala Hal 

Seorang guru harus senantiasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dalam setiap gerak, diam, ucapan dan perbuataan, sebab ilmu, hikmah dan takut adalah amanah yang dititipkan kepadanya, sehingga bila tidak dijaga maka termasuk berkhianat. Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman, “Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) jangan kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Al-Anfal: 27)

3. Tenang, Wara, Tawadhu’ dan Khusuk 

Selalu tenang, wara`, tawadhu` dan khusyuk kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Imam Malik berkata kepada Khalifah Harun ar Rasyid dalam suratnya, “Apabila engkau mengetahui suatu ilmu, hendaknya tampak pada dirimu pengaruh dari ilmu itu, juga kewibawaan, ketenangan dan kesantunan dari ilmu itu. Karena Rasul pernah bersabda bahwa ulama adalah ahli waris para nabi.”

Sahabat Umar radhiyallahu'anhu berkata, “ Pelajari ilmu beserta sikap tenang dan wibawa.” Sebagian ulama salaf berkata, “Wajib bagi orang yang berilmu bersikap rendah diri di hadapan Allah Ta'ala, baik dalam keadaan sendirian maupun ketika bersama orang lain; menjaga jarak dengan hawa nafsunya dan berhenti dari hal-hal yang akan menyulitkannya.”

4. Memasrahkan Semua Urusan Kepada Allah 

Seorang guru hendaknya memasrahkan semua urusan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Seorang guru bisa berusaha memberikan ilmu kepada murid.  Namun, berhasil atau tidaknya harus dipasrahkan kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. 

5. Tidak Menjadikan Ilmu Batu Loncatan 

Sangat berbahaya jika ilmu dibuat sebagai batu loncatan. Seorang guru tidak boleh menjadikan ilmunya sebagai batu loncatan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi seperti jabatan, harta, kekayaan, perhatian orang, ketenaran atau keunggulan atas teman-teman seprofesinya. Semua didasarkan pada keikhlasan karena Allah dan tanpa tendensi lain yang mengganggu kemurnian hubungan guru-murid.

6. Tidak Memuliakan Penghamba Dunia 

Seorang guru tidak boleh memuliakan para penghamba dunia dengan cara berjalan dan berdiri untuk mereka, kecuali bila kemaslahatan yang ditimbulkan lebih besar dari ke-mafsadahan-nya. Hendaknya juga tidak mendatangi tempat calon murid guna mengajarkan ilmu kepadanya, meskipun murid itu orang berpangkat tinggi. Sebaiknya guru memelihara kehormatan ilmunya sebagaimana ulama salaf memeliharanya.

Sangat banyak cerita tentang bagaimana ulama salaf memelihara kehormatan ilmu di hadapan para khalifah dan para pejabat lainnya, seperti cerita yang diriwayatkan Imam Malik bin Anas bahwasanya dia pernah bertutur, “Aku mendatangi Harun ar-Rasyid, lalu dia berkata padaku, ‘Wahai Abu Abdillah, sepatutnya engkau sering mengunjungi kami agar anak-anakku bisa mempelajari kitab Muwatho` darimu.’ Akupun balik berkata, ‘Semoga Allah memuliakan raja. Sesungguhnya ilmu ini telah keluar dari anda; ia akan mulia bila anda memuliakannya dan menjadi hina bila anda merendahkannya. Ilmu itu dihampiri bukan menghampiri.’ Khalifah berkata, ‘Engkau benar. (Hai anak-anakku) pergilah kalian ke masjid dan belajarlah bersama orang-orang’.”

Imam Zuhri berkata, “Satu hal yang membuat llmu hina, yaitu bila guru mendatangi rumah murid dengan membawa ilmu untuk diajarkan.” Jika terdapat suatu keadaan mendesak yang menghendaki untuk berbuat seperti di atas atau ada tuntutan kemaslahatan yang lebih besar dari kemafasadahan hinanya ilmu, maka perbuatan tersebut diperbolehkan selama dalam kondisi seperti itu. Faktor inilah yang menjadi dasar dari apa yang dilakukan oleh sebagian ulama salaf ketika mereka menemui sebagian raja dan para pejabat lainnya. Intinya, siapa yang mengagungkan ilmu maka Allah akan mengagungkannya. Dan siapa yang menghina ilmu maka Allah akan menghinakannya. Dan ini jelas.

Wahb bin Munabbih berkata, “Para ulama yang mendahuluiku merasa cukup dengan ilmu mereka, tanpa mendambakan dunia orang lain karena kecintaan mereka terhadap ilmu. Tapi sekarang orang yang berilmu memberikan ilmu mereka pada orang yang mempunyai banyak harta karena ingin mendapatkan harta mereka, sehingga yang terjadi orang yang memiliki harta tidak suka ilmu karena mereka memandang rendah ilmu.

Sungguh indah apa yang disampaikan oleh Qodhi Abu al-Husain al-Jurjani dalam bait-bait syairnya. Dia berkata:

Aku belum pernah memenuhi hak ilmu. Setiap kali muncul ketamakan aku menjadikan ilmu sebagai anak tangga.

Aku belum pernah merendahkan jiwaku untuk melayani ilmu. Bukannya aku melayani orang yang aku temui, tapi malah aku ingin dilayani.

Apakah aku menanam ilmu yang mulia, lalu aku memanen hina. Karena itu, memilih kebodohan bisa jadi lebih menyelamatkan.

Andai orang yang berilmu menjaga ilmunya, maka ilmu itu yang akan menjaga mereka. Dan andai mereka memuliakannya dalam jiwa, niscaya ia menjadi mulia.

Namun mereka menghinakannya, ia pun hina. Dan mereka kotori mukanya dengan ketamakan hingga ia bermuram durja.

7. Zuhud dan Mengambil Dunia Sekedar Cukup 

Guru harus memiliki perangai zuhud dan mengambil dunia sekedar cukup untuk diri sendiri dan keluarganya sesuai standar qana'ah. Orang berilmu yang paling rendah derajatnya adalah orang yang menganggap jijik sikap ketergantungan kepada dunia, sebab dia lebih mengetahui kekurangan dunia dan fitnah yang ditimbulkannya, juga mengetahui bahwa dunia cepat sirna dan sangat melelahkan. Dialah orang yang berhak untuk bersikap tak acuh pada dunia dan tak terlalu menyibukkan diri mengejar iming-iming dunia.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata, “Mulia orang yang qana`ah dan hina orang yang tamak.” Imam Syafi`i berkata, “Andai aku berwasiat, maka orang yang paling pintar akan memberikannya pada ahli zuhud. Maka siapa yang paling berhak dibanding ulama, sebab mereka memilki kelebihan dan kesempurnaan akal?”

Yahya bin Muadz berkata, “Andai dunia emas lantak yang hancur sedangkan akhirat tembikar yang abadi, niscaya orang berakal akan lebih memilih tembikar yang abadi dibanding emas lantak yang rusak. Namun (kenyataannya) dunia tembikar yang rapuh dan akhirat emas lantak yang abadi.

Bagi orang yang tahu bahwa harta akan ditinggalkan untuk ahli waris dan akan ditimpa kemusnahan, seharusnya zuhudnya lebih kuat daripada cintanya pada harta serta dia akan lebih memilih untuk meninggalkan harta daripada mencarinya.

8. Jauhi Profesi yang Kurang Pantas 

Seorang guru seharusnya menjauhi segala bentuk mata pencaharian yang rendah dan hina menurut akal sehat, juga profesi yang makruh menurut adat dan syaraiat Islam seperti tukang catut, tukang samak, tukang tukar-menukar mata uang, tukang pembuat perhiasan dari emas dan lain sebagainya.

9. Menjauhi Sesuatu yang Dapat Merendahkan Harga Diri 

Guru juga sebaiknya menghindari tempat-tempat yang memungkinkan  timbulnya prasangka buruk orang terhadap dirinya, meskipun kemungkinan itu jauh adanya. Tidak boleh bagi guru melakukan sesuatu yang dapat mengurangi harga dirinya (muru`ah) dan sesuatu yang secara lahir dianggap munkar, walaupun kenyataannya hukumnya boleh. Bila hal itu dilakukan berarti dia menghadapkan dirinya pada posisi rawan kena tuduhan atau prasangka yang bukan-bukan, dan bisa  menyebabkan orang lain melakukan dosa dengan ber-su`uzhon padanya.

Namun, jika terpaksa melakukan perbuatan di atas, karena ada keperluan atau alasan lainya, hendaknya guru menjelaskan hukum, alasan dan maksud dari perbuatannya tersebut kepada orang yang mengetahuinya, agar tidak membuat orang itu berdosa (dengan berburuk sangka) dan lari menjauh; tidak mau menimba ilmu darinya lagi.

Oleh Sebab itu, Nabi berkata pada dua lelaki yang sedang memergoki beliau berbincang dengan Shofiyah lalu mereka bersegera pergi:”Hai kalian, Jangan terburu-buru pergi, Perempuan ini adalah Shofiyah”, kemudian berkata, “Sesungguhnya Setan itu seperti darah yang mengalir dalam tubuh manusia, makanya aku khawatir setan membisikkan sesuatu yang buruk pada kalian. Sebab hal itu akan merusak kalian.”

10. Menjaga Keistiqamahan 

Guru juga harus menjaga keistiqamahan menjalankan syiar-syiar Islam dan ibadah-ibadah yang dhahir seperti shalat berjamaah di masjid, menebarkan salam pada siapa saja, amar makruf nahi munkar, serta selalu tabah atas penderitaan, teguh dengan kebenaran dimuka penguasa, pasrah sepenuhnya pada Allah Ta'ala tanpa ada rasa takut cercaan orang dan selalu memotivasi diri dengan firman Allah Subhanahu wa ta'ala yang artinya, “Dan bersabarlah atas apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS Luqman: 17).

Begitu juga dengan kesabaran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dan para Nabi lainnya atas penderitaan yang mereka alami dan atas pertentangan kaum sebagaimana kisah tentang Nabi Adam dengan puteranya, Nabi Syits dengan kaumnya, Nabi Nuh, Hud dan Sholih dengan kaum mereka, Nabi Ibrahim dengan Namrud serta ayahnya, Nabi Ya`qub dengan puteranya, Nabi Yusuf dengan saudaranya, Nabi Ayyub dengan musibah penyakit yang dideritanya, Nabi Musa dengan Bani Israil setelah selamat dari banjir besar, Nabi Isa dengan Ashabul Maidah, Nabi Muhammad dengan kaumnya lalu dengan para sahabat pada perang Hudaibiyyah dan Hari pembagian harta perang.

11. Dapat Menjadi Teladan bagi Umat 

Guru harus melestarikan sunnah, membasmi bid`ah dan memberikan perhatian terhadap masalah agama dan urusan-urusan yang menyangkut kemaslahatan umat Islam,  sesuai dengan jalan yang bisa diterima oleh syariat, adat dan tabiat. Tidak mengambil cukup dengan melaksanakan pekerjaan lahir dan batin yang mubah, tetapi harus memilih yang terbaik dan sempurna, karena para ulama merupakan panutan, rujukan hukum dan hujjah Allah Ta'ala bagi orang awam. Terkadang tanpa sepengetahuan ulama, hal ihwal mereka menjadi sorotan dan panutan orang-orang yang tidak mereka kenal. Kalau orang alim tidak mengamalkan ilmunya maka orang lain semakin jauh untuk mengambil teladan darinya. Kesalahan kecil orang alim menjadi besar karena dampak negatifnya terhadap para pengikutnya.

12. Menghiasai Diri dengan Kesunnahan 

Guru seyogyanya selalu menghiasi perbuataan dan pekerjaan dengan kesunnahan seperti membaca  Al Quran dan zikir kepada Allah dengan hati dan lisan. Serta membaca doa-doa, zikir yang diajarkan Rasulullah pada siang dan malam, mengerjakan sholat, puasa, haji kalau mampu, membaca sholawat, cinta, hormat dan ta`zhim pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan menjaga adab tatkala mendengar namanya dan menyebut hadits-haditsnya.

13. Berbudi Pekerti yang Baik pada Orang Lain 

Memperlakukan orang lain dengan budi pekerti yang baik adalah sifat yang harus dimiliki guru, misalnya dengan menampakkan wajah yang berseri-seri, menebarkan salam, memberi makanan, mengendalikan amarah, menjaga orang lain dari hal-hal yang menyakitkan dan berusaha menanggungnya, mendahulukan orang lain dan tidak ingin didahulukan, berlaku adil dan tidak menuntut keadilan, mengucapkan terima kasih atas kebaikan orang lain, menimbulkan suasana nyaman ketika bersama orang lain  membantu orang lain mendapatkan hajatnya, menanggalkan jabatan untuk memaafkan orang lain, mengasihi orang fakir, baik pada tetangga dan kerabat, memberikan kasih sayang, pertolongan dan kebaikan kepada murid.

Ketika melihat orang yang shalat dan thoharah-nya atau ibadah wajibnya yang lain tidak sempurna, guru harus membimbinggnya dengan pelan dan kasih sayang sebagaimana sikap Rasulullah kepada orang badui yang kencing di dalam masjid dan kepada Muawiyah bin al-Hakam yang bicara saat mengerjakan sholat.

14. Bebas dari Akhlak Tercela 

Mereka harus bersih jiwa dan raga dari akhlak yang tercela dan membangunnya dengan akhlak yang mulia. Akhlak tercela, diantaranya, adalah dendam, dengki, zalim, marah bukan karena Allah Ta'ala, menipu, sombong, ingin dipuji (riya`), bangga diri, ingin dihormat, pelit, tidak mensyukuri kenikmatan, tamak, berpakaian dengan penuh gayanya, berebut kekayaan, bersaing-saingan yang tidak baik, cari muka dengan berkata manis, gila bersolek agar dilihat orang, ingin dipuji atas sesuatu yang tidak dia kerjakan, buta terhadap aib sendiri dan peka dengan aib orang, possesif dan fanatik bukan karena Allah Subhanahu wa ta'ala, bergosip, menyebarkan isu miring,  berdusta dan meremehkan orang lain. Hindarilah, Hindarilah semua itu! sebab merupakan keburukan yang membuka pintu keburukan-keburukan yang lain.

Obat dari penyakit-penyakit hati ini dapat ditemukan di pelbagai kitab yang mengorek masalah hati (kutub ar-raqoiq). Maka barang siapa yang mau menyucikan hati dari penyakit-penyakit itu wajib mempelajarinya. 

15.Tetap Rajin dan Istiqamah dalam Belajar dan Diskusi 

Guru harus bisa melanggengkan antusiasme dalam menambah ilmu dan senantiasa bersungguh-sungguh dan istiqamah beribadah serta rajin membaca, belajar, mengulang-ngulang ilmu, memberi komentar kitab yang dibaca, menghapal, berdiskusi dan mengajarkan ilmu. Guru tidak boleh menyia-nyiakan waktu untuk selain ilmu dan urusan mangamalkannya, kecuali untuk keperluan yang sifatnya primer (dhorurah) seperti makan, minum, tidur, istirahat ketika jenuh, menunaikan hak istri atau tamu, mencari nafkah keluarga, istirahat karena sakit atau karena udzur-udzur lain yang mengganggu aktivitas.

Sebagian ulama tidak meninggalkan aktivitas belajar ketika tertimpa sakit ringan. Mereka mencari obat penyembuh sakit itu dengan belajar dan menyibukkan diri dengan ilmu semampu mereka. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya.” Hal ini karena ilmu merupakan kategori warisan para nabi. Dan keluhuran derajat tidak akan bisa dicapai kecuali dengan bersusah payah.

Dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Yahya bin Katsir berkata, “Ilmu tidak bisa diperoleh dengan bersantai.” Dalam hadits pun ada ungkapan bahwa jalan surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disukai nafsu. Dikatakan dalam sebuah syair, “Apakah kamu ingin dapatkan keluhuran derajat dengan murah, padahal untuk mendapatkan madu kamu harus siap disengat lebah?”

Imam Syafi`i berkata, “Wajib bagi orang yang berilmu mengerahkan semaksimal mungkin kesungguhannya untuk memperbanyak ilmu, bersabar atas segala rintangan dalam belajar, meng-ikhlas-kan niat hanya untuk Allah ta`ala dalam memperoleh ilmu baik dengan menghapal teks maupun menganalisis dan menyimpulkan dalil (istinbath), dan berharap pertolongan Allah dalam mencari ilmu. ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Semangatlah kamu dalam mencari hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan Allah ta`ala.”

16. Tak Malu Bertanya Jika Tidak Tahu 

Tidak hanya murid yang harus bertanya ketika tidak tahu, guru pun tidak boleh segan-segan bertanya sesuatu yang tidak ia ketahui kepada orang yang secara jabatan, nasab, maupun umur berada di bawahnya. Guru harus punya hasrat yang tinggi dalam mencari pengetahuan yang berfaedah di manapun tempatnya, karena sesungguhnya ilmu yang bermanfaat (hikmah) merupakan harta hilang milik orang yang beriman, sehingga bila dia menemukannya, di manapun itu, dia akan mengambilnya.

Sa`id bin Jubair berkata, “Seseorang disebut alim ketika dia masih mau belajar. Ketika dia sudah tidak mau belajar dan mengira sudah cukup mumpuni dengan ilmunya, maka dia berarti orang terbodoh yang pernah ada.” Pepatah arab berkata, “Buta bukanlah banyak bertanya, namun sebenar-benar buta adalah selalu diam terhadap kebodohan dirinya. Sekelompok ulama salaf dulu belajar kepada murid-murid mereka sesuatu hal yang tidak mereka ketahui. Dan banyak sekali terjadi para sahabat yang meriwayatkan hadits yang mereka peroleh dari para tabi`in. Yang lebih hebat dari semua itu adalah bacaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ayat Al Quran di hadapan Ubay bin Ka`b. Beliau berkata, “Allah memerintahkan aku membacakan kepadamu ayat “Lam Yakun al-ladzina kafaru.” Para ulama menyatakan bahwa tindakan Rasulullah itu bermaksud untuk menyampaikan pesan bahwa orang yang lebih mulia tidak boleh segan mengambil pelajaran dari orang yang lebih rendah darinya.

Al Humaidi, seorang murid Imam Syafi`i, berkata, “ Saya menemani as-Syafi`i dari Mekah ke Mesir: Selama itu aku menimba pengetahuan yang berguna tentang beberapa persoalan dan beliau pun juga belajar hadis dari ku”. Ahmad bin Hanbal berkata, “as-Syafi`i berkata kepadaku ‘kamu lebih alim masalah hadis dariku. Maka bila ada hadis yang menurutmu shahih, katakan padaku agar aku bisa mengambilnya (sebagai dalil)’.”

17. Guru Harus Rajin Menulis 

Guru tak hanya mampu beretorika di depan murid dengan berbagai argument dan ilmunya, tetapi juga harus pandai mengarang, meringkas dan menyusun karangan, jika dia mampu melakukannya. Sebab, dengan begitu guru terdorong untuk menelaah hakikat berbagai disiplin ilmu dan detil-detil pengetahuan yang dipelajarinya, dikarenakan mengarang membutuhkan banyak cross check, verifikasi, penelaahan dan pembacaan ulang. Mengarang, sebagaimana yang diungkapkan al Khatib al Baghdadi, dapat memperkuat hafalan dan mencerdaskan hati, mengasah kecerdasan, memperindah ungkapan bahasa,  mendatangkan daya ingat yang baik mendapatkan pahala yang banyak dan nama pengarang akan kekal sepanjang masa.

Lebih baik, guru mengarahkan perhatiannya pada sesuatu yang bisa berguna dalam lingkup yang luas dan banyak dibutuhkan. Hindari ungkapan panjang yang membosankan dan ungkapan pendek yang tidak memahamkan, serta berusaha menyuguhkan materi yang pantas untuk setiap jenis karangan. Jangan mempublikasikan karangan sebelum proses editing, penelaahan ulang dan penyuntingan rampung.

Sebagian orang pada jaman sekarang ada yang menolak karya baik berupa karangan maupun hasil kumpulan, meskipun itu karya dari orang yang jelas-jelas ahli dan dikenal keluasan ilmunya. Tidak ada dasar dari penolakan itu kecuali hanya akan menimbulkan persaingan di antara orang-orang yang berilmu. Orang yang menorehkan tinta di atas kertas untuk menulis apa yang dia kehendaki, seperti syair, cerita yang diperbolehkan atau apapun bentuknya, tidak ada yang menolak karyanya. Apalagi kalau ada yang menulis tentang ilmu syariat dan ilmu-ilmu alatnya yang jelas berguna, maka tentu semestinya tidak ditolak.

Adapun orang yang tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni menulis sesuatu, maka penolakan terhadap karyanya harus dilakukan karena karya itu mengandung kebodohan dan penipuan terhadap orang yang mempelajarinya. 

Disarikan dari kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari 

Semoga bermanfaat.....

Selasa, 24 November 2020

17 AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG BIOLOGI

Edisi Selasa, 24 November 2020 M / 9 Rabi'ul Akhir 1442 H

Biologi diambil dari bahasa latin, yakni bios dan logos. Bios artinya makhluk hidup, sementara logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi biologi itu adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang makhluk hidup. Manusia, hewan, tumbuhan, virus, jamur dan lain sebagainya dibahas di dalam biologi. Biologi juga memiliki banyak cabang seperti Embriologi, Virologi, Patologi, Fisiologi, Onkologi dan Histologi.

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari bagaimana proses terbentuknya suatu makhluk hidup sampai pada berkembangnya makhluk hidup melalui proses reproduksi, tak hanya itu ruang lingkup biologi juga sangat luas yang mana juga membahas tentang tumbuhan dan hewan yang dirumuskan lagi dalam berbagai cabang ilmu yang lebih khusus seperti embriologi, botani, dan zoologi.

Agama islam adalah agama terakhir, agama keseimbangan dunia akhirat, agama yang tidak mempertentangkan iman dan ilmu, agama ini meliputi segi-segi fundamental tentang duniawi dan ukhrowi guna menghantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir dan bathin serta dunia dan akhirat. 

Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan biologi. Simak selengkapnya pada tulisan ini.

1. Q.S. Al-Mu’minuun : 12-14 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ

ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. Al-Mu’minuun : 12-14)

2. Q.S. Faathir : 11 

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا ۚ وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Q.S. Faathir : 11)

3. Q.S. Al-Mu’min : 67 

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Al-Mu’min : 67)

4. Q.S. Al-Hajj : 5 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. Al-Hajj : 5)

5. Q.S. Asy-Syuuraa : 49-50 

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ

أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا ۖ وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Asy-Syuuraa : 49-50)

6. Q.S. An-Nuur : 45 

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. An-Nuur : 45)

7. Q.S. Al-Baqarah : 22 

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 22)

8. Q.S. Al-Anbiyaa’ : 30 

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 30)

9. Q.S. Fushshilat : 39 

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Fushshilat : 39)

10. Q.S. Al-An’aam : 99 

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-An’aam : 99)

11. Q.S. Al-An’aam : 141 

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ جَنَّاتٍ مَعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۚ كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ۖ وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al-An’aam : 141)

12. Q.S. Al-Hijr : 22 

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (Q.S. Al-Hijr : 22)

13. Q.S. Al-Mulk : 19 

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (Q.S. Al-Mulk : 19)

14. Q.S. An-Nahl : 8 

وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً ۚ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Q.S. An-Nahl : 8)

15. Q.S. An-Nahl : 66 

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (Q.S. An-Nahl : 66)

16. Q.S. An-Nahl : 69 

ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 69)

17. Q.S. Al-Mu’minuun : 20-21 

وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلْآكِلِينَ

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ

dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan. Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan, (Q.S. Al-Mu’minuun : 20-21)

Itulah berbagai ayat Al-Quran yang membahas tentang biologi. Semoga ayat-ayat di atas menambah keimanan dan pengetahuan agama kita.

Semoga bermanfaat....

Senin, 23 November 2020

17 CARA MENGENDALIKAN EMOSI MENURUT ISLAM

Edisi Senin, 23 November 2020 M / 8 Rabi'ul Akhir 1442 H

Emosi merupakan perasaan yang lazim dimiliki oleh setiap manusia. Biasanya manusia dapat merasakan emosi karena dipengaruhi oleh suasana hati. Suasana hati yang sedang sedih, marah, dan gembira merupakan contoh dari macam-macam emosi.

Akan tetapi, emosi lebih diidentikkan dengan marah. Sebagai contoh, seseorang berkata, “Si fulan orangnya emosian, mudah marah. Kalian berhati-hatilah dengan dia.” Perkataan semacam itu tentu pernah kita dengar. Entah di jalan atau ketika kita sedang berkumpul bersama teman.

Penting bagi kita untuk menjaga emosi. Karena emosi tentu akan mempengaruhi diri kita pribadi dan lingkungan sekitar. Ada beberapa manfaat ketika kita dapat menjaga emosi, yaitu:

a. Disenangi banyak orang. Kebanyakan orang akan lebih menyukai tipikal seseorang yang tidak mudah emosi, sehingga mereka akan lebih disenangi.

b. Mudah dalam bergaul sesuai Pergaulan dalam islam. Bergaul dengan orang yang memiliki emosi yang stabil akan lebih menyenangkan dan mudah diterima di lingkungan pergaulannya.

c. Tidak mudah dipengaruhi atau dihasut. Dalam keadaan emosi yang stabil akan lebih mudah berpikir dengan jernih, sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi atau dihasut.

d. Fisik dan mental akan menjadi sehat. Orang yang mudah emosi tekanan darahnya akan tinggi. Detak jantung dan otot pun akan lebih tegang. Sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh. Selain itu, orang yang emosian tidak dapat menghadapi masalah dengan tenang dan membuat mentalnya terganggu dan mudah stres.

e. Terhindar dari perselisihan atau pertengkaran. Perselisihan atau pertengkaran umumnya disebabkan oleh emosi. Jika kita dapat menjaga emosi otomatis akan terhindar dari kedua hal tesebut.

Selain bermanfaat, menjaga emosi juga diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala

“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy Syuura: 37).

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Bukhari)

1. Membaca Ta’awudz 

Hal pertama yang dilakukan dalam Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam adalah mengendalikan emosi. Emosi atau marah berasal dari hawa nafsu. Di mana hal tersebut adalah merupakan titik lemah manusia yang selalu diincar oleh syaitan. Oleh karena itu, sebaiknya kita segera meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd Radhiyallahu'anhu beliau menceritakan: Suatu hari saya duduk bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: “A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim,” marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menjaga Lisan dengan Diam 

Ketika sedang emosi, hal yang paling sulit untuk dikendalikan adalah perkataan. Biasanya semakin banyak kata yang terucap saat emosi atau marah, maka semakin banyak pula kita menebar kebencian dan hal yang tidak baik yang keluar dari mulut. Oleh karena itu, apabila kita sudah mulai merasa emosi atau marah, sebaiknya kita lekas berdiam. Tutup mulut dan jaga lisan.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).

3. Merubah Posisi 

Ketika sedang emosi atau marah, maka sebaiknya mengambil posisi yang lebih rendah. Maksudnya adalah ketika kita emosi atau marah di saat sedang berdiri, maka hendaklah kita duduk untuk meredakan emosi tersebut. Jika kita marah pada saat posisi duduk, maka hendaklah kita berbaring. Dengan begitu kita akan sulit untuk bergerak atau melakukan perlawanan pada saat marah.

Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menasehatkan: “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

4. Mengingat Keutamaan Menjaga Emosi 

Ada berbagai macam manfaat atau keutamaan dalam menjaga emosi seperti yang telah disebutkan di atas. Jadikanlah pacuan untuk meredakan emosi atau amarah. Ingat selalu apa saja yang akan kita dapatkan ketika berhasil menahan emosi. Rayuan untuk menjaga emosi juga disampaikan dalam hadits.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)

5. Mengingat Akibat dari Emosi 

Selain mengingat manfaat dari menjaga emosi, sebaiknya juga ingatlah akibat dari emosi tersebut. Ada beberapa akibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya: terjadi perselisihan atau pertengkaran, hubungan menjadi tidak baik, timbul rasa dendam, sulit untuk bergaul, tidak memiliki teman, dsb.

6. Berwudhu 

Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam yang ampuh adalah dengan berwudhu. Sesungguhnya marah itu adalah bersumber dari syaitan. Mereka menggoda dan menjerumuskan kita dengan kemarahan. Syaitan terbuat dari api, sedangkan api akan padam dengan air. Maka ketika sedang emosi atau marah, hendaklah berwudhu untuk meredam emosi tersebut.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya marah itu dari syaitan, dan syaitan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

7. Mandi 

Sama halnya dengan berwudhu, mandi juga dapat meredam emosi atau marah. Karena emosi atau marah itu bersumber dari syaitan, maka mandi juga dapat meredam emosi tersebut.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Marah itu dari syaitan, syaitan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.” (HR. Abu Nuaim)

8. Membaca Istighfar 

Amalan istighfar dapat menenangkan hati dan pikiran sebagai alternatif Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam. Karena sejatinya beristighfar itu adalah meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Dengan begitu, hati dan pikiran akan lebih lega dan jiwa tenang ketika ada sesuatu yang mengganggu ataupun membuat emosi dan marah.

9. Berdzikir 

Berdzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan kepada umat islam untuk dikerjakan kapanpun. Berdzikir tidak memandang waktu-waktu tertentu. Akan tetapi, berdzikir ketika sedang emosi atau marah dapat membuat hati menjadi tenang. Dengan hati yang tenang, maka emosi pun dapat dikendalikan.

10. Membaca Al Qur’an 

Al Qur’an merupakan kitab suci yang sangat istimewa. Al Qur’an juga memiliki beberapa nama layaknya Asmaul Husna bagi Allah. Salah satu nama lain dari Al Qur’an adalah Asy Syifa yang artinya obat penyembuh. Sesungguhnya emosi atau marah merupakan penyakit hati. Adapun obat dari penyakit hati adalah Al Qur’an. Dengan membaca Al Qur’an, hati yang panas akan menjadi sejuk dan dapat membuat pikiran dan hati menjadi tentram.

11. Shalat Sunnah 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu cara untuk mengendalikan emosi adalah dengan berwudhu. Sebagimana syarat sah dalam shalat, apabila sebelum melakukan shalat diwajibkan untuk berwudhu.

Dari berwudhu saja kita sudah dapat mengendalikan emosi, terlebih kita melakukan shalat, maka hati dan perasaan akan menjadi lebih tenang. Shalat sunnah dapat dilakukan kapan saja, maka sangat cocok dilakukan ketika sedang emosi atau marah. Selain itu, di dalam shalat terdapat doa-doa dan ayat-ayat Al Qur’an. Maka lengkap sudah semua yang kita butuhkan untuk mengendalikan emosi.

12. Berpuasa Sunnah 

Puasa sunnah memiliki berbagai manfaat, salah satunya adalah dapat mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa emosi atau marah adalah merupakan salah satu bagian dari hawa nafsu tersebut. Sehingga dengan begitu kita akan mudah mengendalikan emosi atau amarah di dalam diri.

13. Memaafkan 

Saling memaafkan adalah salah satu hal terindah dalam hidup ini. Dengan saling memaafkan, suasana hati akan menjadi tenang, perasaan dendam pun tidak akan datang dan hidup pun akan menjadi damai dan harmonis. Tidak akan terjadi perselisihan atau perkelahian atau bahkan peperangan jika kita saling memaafkan.

Emosi atau marah juga dapat seketika redam ketika kita saling memaafkan. Oleh karena itu, apabila ketika kita sedang emosi atau marah kepada seseorang, maka hendaklah segera saling memaafkan. Sehingga emosi tersebut dapat terhenti.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

“Dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 37)

14. Introspeksi Diri atau Tafakur 

Bertafakur atau introspeksi diri berarti merenungkan setiap perbuatan dan perkataan yang telah kita lakukan. Apakah setiap perbuatan dan perkataan kita telah benar dan tidak menyinggung perasaan orang lain, atau sebaliknya. Salah satu manfaat bertafakur adalah dapat membentengi diri dari perilaku yang berlebihan terhadap sesuatu, misal marah.

15. Berpikir Positif 

Selalu berpikir positif dalam menghadapi persoalan dan masalah menjadikan pikiran kita tenang. Selain pikiran tenang, dengan berpikir positif juga berarti kita mudah memaklumi dan mengambil hikmahnya, baik perkataan ataupun perbuatan orang lain.

16. Membaca doa ketika marah. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan umatnya untuk membaca doa ketika marah. Dengan hati yang ingat kepada Allah, maka kemarahan yang tadinya meluap menjadi reda. Rasa kesal dan jengkel yang tadinya menguasai hati menjadi sirna, dan pikiran yang tadinya kacau menjadi terkontrol.

Allahummaghfirli dzanbi, wa adzhib ghaizha qalbi, wa ajirni minas syaithani

"Ya Allah, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  memberikan nasehat kepada kita agar dapat mengendalikan kemarahan. Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu berkata, “Janganlah marah! Kalaupun Anda marah, kendalikan lisan dan tangan Anda.” 

17. Hadapilah dengan cara yang lebih baik 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Hadapilah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik. (sehingga) orang yang tadinya bermusuhan denganmu tiba-tiba menjadi kawan akrab. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (QS. Fushilat: 34-36)

Menurut Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membaca surah Fushilat ayat ke 34 dan menafsirkannya dengan ungkapan, “Bersabar ketika marah dan memberi maaf ketika dijahati. Jika itu dilakukan Allah Subhanahu wa ta'ala  akan melindungi mereka dan musuh akan takluk pada mereka.”

Dengan emosi yang terjaga diharapkan kita dapat hidup bahagia dalam islam, menjalankan hidup sesuai akhlak dalam islam, dan memiliki jiwa yang tenang dalam islam.

Semoga bermanfaat....