Edisi Selasa, 10 November 2020 M / 24 Rabi'ul Awwal 1442 H
Resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945, sangatlah penting karena dari sinilah semangat umat Islam melawan penjajahan itu terbentuk, sebagai rasa cinta Tanah Air mereka. Adanya semangat bela negara serta bangsa ini, menunjukkan satu tekad kuat sebagai keyakinan mental yang tidak dapat dikalahkan, yang kemudian memberikan pengaruh begitu besar bagi perjuangan kemerdekaan itu sendiri.
Resolusi jihad ini menekankan pentingnya umat Islam, kala itu, melawan segala bentuk imperialisme, kolonialisme yang akan kembali menguasi Indonesia. Wajib hukumnya bagi setiap umat Islam di seluruh penjuru Indonesia, kala itu, untuk bahu membahu berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena, resolusi jihad ini yang merupakan itjtihad dari para ulama, pada waktu itu, yang mengatakan Hubbul Wathan Minal Iman, artinya “Mencintai Tanah Air Merupakan Sebagian Dari Iman”. Karena sudah sewajarnya negara Indonesia dengan penduduk mayoritas memeluk agama Islam, harus diselematkan dari upaya-upaya penindasan yang dilakukan oleh pihak kolonial pada masa itu.
Jelas di sini bahwa semangat menjalankan syariat keagamaan serta mencintai Tanah Air bukanlah dua hal yang bertentangan. Islam dan Nasionalisme menjadi satu napas yang mewarnai dinamika, romantika, serta dialektika revolusi kemerdekaan Indonesia pada waktu itu. Kecintaan pada Tanah Air itu membuat bagaimana semangat perjuangan melawan imperialisme Inggris berjalan beriiringan dengan untuk menjalankan kewajiban keagamaan, dengan pemahaman bahwa apabila gugur di medan perang, maka para pejuang-pejuang Indonesia ini dapat dikatakan sebagai Syuhada’ (orang-orang yang meninggal pada jalan Allah/ Jihad Fisabillah).
Ini terbukti bahwa Islam tidak hanya menjadi semangat satu golongan saja. Nilai-nilai Islam kemudian memberikan semangat serta penyadaran bagi berbagai pihak bahwa kemerdekaan tidak hanya semata-mata turun dari langit, tapi juga diusahakan melalui sebuah perjuangan yang memakan korban baik nyawa maupun harta benda.
Oleh karenanya, peringatan Hari Pahlawan pada 10 November semata-mata tidak hanya dilewati sebagai seremonial semata. Namun, perlu dimaknai sebagai bagian sejarah yang tidak terlepaskan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Bagi umat Islam sendiri perdebatan tentang negara dan bangsa sejatinya sudah final ketika kita tahu peristiwa 10 November sendiri menunjukkan bahwa Islam telah menjadi rahmat, tidak hanya bagi pemeluknya, tetapi bagi seluruh umat manusia terutamanya bangsa dan negara Indonesia.
Umat Islam di Indonesia, hari ini, harus menjadi satu kesatuan memberikan dampak positif terhadap arah tujuan negara bangsa. Islam harus memberikan kesejukan bagi setiap kehidupan bangsa. Seperti halnya di masa lalu Islam mampu memberikan warna serta pengaruh besar bagi kemerdekaan Indonesia. Maka, peran hari ini umat Islam juga harus tetap memberikan pengaruh bagi perkembangan Indonesia guna mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia sesuai dengan Pancasila dan UUD 45 menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan sentosa.
Berikut ini daftar nama pahlawan nasional Tiga Provinsi di Indonesia yang tercatat memiliki 17 pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah :
17 Nama Pahlawan Nasional Dari Sumatera Barat
1. Abdul Halim
Abdul Halim dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 27 Desember 1911, orang tuanya berasal dari Banuhampu, Agam. Mereka bernama Achmad Sutan Iyus dan Darama. Abdul Halim adalah Perdana Menteri Indonesia pada zaman Republik Indonesia Serikat. Beliau dapat menempuh pendidikan sampai Geneeskundige Hooge School atau Sekolah Kedokteran ( Fakultas Kedokteran UI) berkat bantuan sepupu ibunya yang bekerja di Bataafsche Petroleum Maatschappij (Pertamina). Sebelum menjadi Perdana Menteri, Abdul Halim juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
2. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Buya Hamka merupakan seorang ulama, sastrawan dan politikus yang berasal dari Sumatera Barat, dilahirkan di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat 17 Februari 1908. Buya Hamka meninggal ada 24 Juli 1981 di Jakarta pada usia 73 tahun. Beliau adalah ulama yang sangat dihormati yang pernah memimpin Majelis Ulama Indonesia dan Muhammadiyah. Beliau juga seorang sastrawan yang banyak menghasilkan karya – karya besar yang masih dibaca hingga saat ini, diantaranya buku berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk.
3. Abdul Muis
Tokoh kelahiran Sungai Puar, Agam, Sumbar pada 3 Juli 1883 ini adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang merupakan Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman. Beliau adalah seorang Demang yang selalu memberi perlawanan pada kebijakan Belanda di daerah Agam pada zamannya. Abdul Muis bergabung dengan Sarekat Islam, mendorong tokoh – tokoh Belanda untuk mendirikan Technische Hooge School, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia hingga meninggal di Bandung pada 17 Juni 1959 di usia 75 tahun.
4. Adnan Kapau Gani
Dikenal juga dengan nama A. K. Gani, beliau adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang pernah menjabat sebagai wakil Perdana Menteri, Menteri Kemakmuran, Menteri Perdagangan, dan Menteri Pertanian. AK Gani dilahirkan di Palembayan, Agam, Sumbar pada 16 September 1905 dan meninggal di Palembang, Sumsel pada 23 Desember 1968 di usia 63 tahun.
5. Agus Salim
Agus Salim dikenal juga dengan nama Mashudul Haq yang artinya pembela kebenaran. Lahir di kota Gadang, Agam pada tanggal 8 Oktober 1884 dari Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. Di masa perjuangan kemerdekaan beliau aktif di dunia jurnalistik, pernah memimpin Sarekat Islam dan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sebanyak beberapa kali.
6. Bagindo Aziz Chan
Beliau adalah walikota kedua Padang setelah kemerdekaan, menggantikan Mr. Abubakar Jaar. Lahir di Padang pada 30 September 1910, beliau meninggal di usia 36 tahun. Ada dua monumen di kota Padang untuk mengenang jasa – jasanya, yaitu Simpang Tinju di persimpangan jalan Gajah Mada dan jalan Jhoni Anwar. Kemudian monumen kedua ada di dalam komplek Museum Adityawarman.
7. Hazairin
Tokoh pahlawan nasional dari Sumatera Barat ini lahir di Bukittinggi pada 28 Novembe 1906 dari pasangan ZAkaria Bahri yang berasal dari Bengkulu dan Aminah dari Minangkabau. Beliau adalah seorang ahli hukum adat yang pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai Residen Bengkulu merangkap Wakil Gubernur Militer Sumsel, hingga mengeluarkan uang kertas yang dikenal dengan sebutan ‘Uang Kertas Hazairin’.
8. Ilyas Yakoub
Lahir di Asam Kumbang, Bayang, Pesisir Selatan pada 14 Juni 1903, Ilyas Yakoub adalah seorang ulama lulusan Mesir yang pernah memimpin mahasiswa Malaysia- Indonesia di Mesir. Ia pernah mendirikan partai Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) yang berbasis pada lembaga – lembaga pendidikan Islam Indonesia pada 1932. Meninggal pada 3 Agustus 1958 di Koto Barapak, Pesisir Selatan, Sumbar di usia 55 tahun.
9. Tuanku Imam Bonjol
Tokoh yang sangat terkenal ini nama aslinya adalah Muhammad Shahab yang lahir pada Bonjol, Pasaman pada tahun 1772, meningggal di Lotak, Pineleng, Minahasa pada 6 November 1864. Beliau memimpin Perang Padri (1803-1838) hingga ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke berbagai tempat pengasingan di Indonesia.
10. Mohammad Hatta
Tokoh proklamasi kita ini lahir di Fort de Kock Bukittinggi pada 12 Agustus 1902 dari Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Mohammad Hatta juga seorang ekonom dan dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Beliau sangat senang membaca dan selalu membawa buku – bukunya walaupun sedang dalam pengasingan.
11. Mohammad Natsir
Lahir di Lembah Gumanti, Kab. Solok pada 17 Juli 1908, Mohammad Natsir adalah seorang ulama, politisi dan juga seorang pejuang kemerdekaan. Beliau mendirikan partai Islam Masyumi dan juga dikenal di dunia internasional sebagai Presiden Liga Muslim Sedunia (World Muslim Congress) dan juga menjadi Ketua Dewan Masjid Sedunia.
12. Mohammad Yamin
Mohammad Yamin adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang lahir di Talawi, Sawahlunto dari orang tua bernama Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah pada 23 Agustus 1903. Beliau seorang sastrawan, sejarawan, politikus, budayawan dan juga ahli hukum. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern indonesia dan juga merupakan pelopor Sumpah Pemuda, mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) bersama A. Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, juga Menteri Kehakiman.
13. Rasuna Said
Beliau adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang lahir di Maninjau pada 14 September 1910 yang banyak memperjuangkan hak – hak wanita. Rasuna Said melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah sebagai satu – satunya santri perempuan, lalu melanjutkan ke Diniyah Putri Padang Panjang. Ia fokus memperjuangkan hak wanita dalam pendidikan dan politik melalui surat kabar yang dipimpinnya sehingga Belanda harus mempersempit ruang gerak Rasuna Said.
14. Sutan Sjahrir
Lahir di Padang Panjang pada 5 Maret 1909 dan meninggal di Zurich, Swiss pada 9 April 1966 di usia 57 tahun, Sutan Syahrir adalah perdana menteri pertama di Indonesia. Sutan Sjahrir juga saudara seayah dari Rohana Kudus, seorang aktivis dan wartawan wanita dari Koto Gadang, Agam.
15. Tan Malaka
Beliau adalah aktivis kemerdekaan Indonesia dan pemimpin Partai Komunis Indonesia, pendiri Partai Murba yang lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Siliki, Sumatera Barat. Penobatan gelar pahlawan nasional diberikan pada 28 Maret 1963 bagi pria yang bernama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka. Ayahnya seorang karyawan pertanian bernama HM. Rasad dan ibunya bernama Rangkayo Sinah.
16. Tuanku Tambusai
Tuanku Tambusai dikenal dengan nama kecilnya yaitu Muhammad Saleh, anak dari perantau Minang yang lahir di Dalu – dalu, Nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. Ayahnya bernama Tuanku Imam Maulana Kali berasal dari Rambah, seorang guru agama Islam dan ibunya bernama Munah dari nagari Tambusai. Perlawanan sengitnya terhadap Belanda membuatnya digelari Harimau Paderi dari Rokan. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1995.
17. Ruhana Kuddus
Salah satu pejuang wanita asal Sumbar ini lahir di Nagari Koto Gadang, Agam pada 20 Desember 1884 dari ayah bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan ibu bernama Kiam. Ia adalah jurnalis perempuan pertama di Indonesia yang tidak mengecap pendidikan formal, melainkan belajar bersama ayahnya. Rohana mendirikan sekolah Keterampilan Khusus Perempuan pada tanggal 11 Februari 1911, memimpin koran ‘Perempuan Bergerak’, juga menjadi redaktur koran ‘Radio’ dan ‘Cahaya’, ia juga giat dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
17 Pahlawan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Ki Hajar Dewantoro
2. Surjopranoto
3. Abdul Rahman Saleh
4. Agustinus Adisucipto
5. Kiai Haji Ahmad Dahlan
6. Nyai Ahmad Dahlan
7. Pangeran Diponegoro
8. Fachruddin
9. Brigjen TNI Anm. Katamso
10. Kol. Inf. Anm Sugiono
11. Wahidin Sudirohusodo
12. Sultan Agung Anyokrokusumo
13. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
14. Sri Sultan Hamengkubuwono I
15. Ki Bagus Hadikusumo
16. Prof. KH Abdul Kahar Mudzakir
17. Prof. Dr. Sardjito
17 Pahlawan nasional dari Provinsi Riau
1. Sultan Mahmud Riayat Syah
Gelar pahlawan nasional dari Riau diberikan kepada Sultan Mahmud pada 2017. Beliau dilantik menjadi Sultan pada tahun 1761 M pada usia dua tahun. Pusat pemerintahan kerajaannya berada di Hulu Riau yang disebut sebagai Kota Raja selama kurun waktu 26 tahun, sejak tahun 1761-1787. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan ke Lingga dalam rangka taktik perang melawan Belanda, hingga wafatnya pada 1812. Pemimpin tertinggi kerajaan Johor-Riau-Lingga dan Pahang ini banyak mengeluarkan kebijakan salah satunya memerintahkan perjuangan melawan penjajah di Teluk Riau dan Teluk Ketapang Melaka pada tahun 1784.
Kekalahan tidak menyurutkan perjuangannya melawan penjajah. Ia kemudian memperkuat armada perang, menyusun strategi dan membangun pusat – pusat ekonomi, mempererat hubungan dengan kerajaan lain seperti Jambi, Mempawah, Indragiri, Asahan, Selangor, Kedah dan Trenggano, memperkuat persaudaraan Melayu dan Bugis melalui pernikahan sehingga mampu melawan penjajah yang senang berpolitik adu domba. Beliau wafat pada 12 Januari 1812 dan dimakamkan di Daik Lingga, Riau.
2. Raja Haji Fisabilillah
Ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 11 Agustus 1997, beliau lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau pada 1725. Ia adalah adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan Salehuddin dan merupakan paman dari Sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim. Namanya kini menjadi nama bandara di Tanjung Pinang, juga di salah satu masjid Selangor Malaysia tepatnya di kota Cyberjaya. Ia adalah Raja Yang Dipertuan Muda Riau Lingga Johor Pahang IV, terkenal dalam perlawanan terhadap Belanda dan pembangunan Pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama. Gugur pada saat menyerang pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang Melaka pada 1784. Jenazahnya kemudian dipindahkan dari makam di Melaka ke Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepri oleh Raja Ja’afar.
3. Raja Ali Haji (RAH)
Beliau dijuluki sebagai Bapak Bahasa Indonesia yang terkenal dengan karya sastranya berjudul Gurindam Dua Belas, juga membuat sebuah pedoman yang menjadi standar dalam bahasa melayu yang menjadi asal muasal bahasa Indonesia. Gelar pahlawan nasional dari Riau diberikan Presiden SBY pada 10 November 2004. Beliau lahir pada tahun 1808 di Selangor, putra dari Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabilillah. Ia adalah saudara Raja Lumu yang merupakan Sultan pertama Selangor, ia juga keturunan dari prajurit Bugis yang datang di Riau pada abad ke 16. Ilmu bahasa didapatnya pada 1822 ketika mengikuti ayahnya ke Betawi, belajar ilmu bahasa arab dan ilmu agama di Mekkah pada 1828 ketika berhaji.
Ia menjadi penasehat agama di Kesultanan Riau Lingga pada 1845 dan menjadi sangat produktif dalam bidang sastra, pendidikan serta kebudayaan. Gurindam Dua Belas lahir pada tahun 1846 dan dipublikasikan oleh E.Netscher pada 1854. Karya berikutnya, Bustan alKatihibin ditulis pada tahun 1857 di Betawi. Kitab Pengetahuan Bahasa yaitu Kamus Loghat Melayu Johor Pahang Riau Lingga menjadi acuan bahasa Melayu, kamus bahasa pertama di Indonesia pada saaat itu dan ditetapkan sebagai pedoman bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Ia meninggal antara tahun 1872-1873 dan dimakamkan di pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.
4. Sultan Syarif Kasim II
Bernama lengkap Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin, lahir di Siak Sri Indrapura, Riau pada 1 Desember 1893 dan merupakan sultan ke 12 dari Kesultanan Siak. Ia adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan ia menyatakan bahwa Kesultanan Siak adalah bagian dari wilayah Indonesia dan menyumbangkan harta kekayaan sejumlah 13 juta gulden kepada pemerintah Republik Indonesia. Atas jasa – jasanya, namanya diabadikan menjadi nama bandara Pekanbaru. Sultan Syarif Kasim juga mendirikan sekolah dasar bernama Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah pada 1917 yang mengajarkan agama dan ilmu pengetahuan umum bagi semua anak-anak Siak laki-laki untuk menyaingi pemerintah Belanda, yang hanya memperuntukkan sekolah dasar di Riau yaitu HIS bagi anak-anak Eropa, Tionghoa atau bangsawan pribumi saja.
5. Tuanku Tambusai
Pahlawan nasional dari Riau lainnya adalah Tuanku Tambusai yang juga berjuluk Harimau Paderi Dari Rokan. Lahir di Rokan Hulu pada 5 November 1784, ia mulai berjuang di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya selama 15 tahun melawan Belanda. Ia sulit dikalahkan, pantang menyerah dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Ia menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai hingga pada 28 Desember 1838 benteng dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Ia meloloskan diri lewat pintu rahasia lalu mengungsi dan wafat di Saremban, Negeri Sembilan, Malaysia.
6. Syarifah Latifah
Ia adalah Kartini yang berasal dari Riau, permaisuri Kesultanan Siak Sri Inderapura, dikenal juga dengan nama Tengku Agong. Ia adalah istri Sultan Syarif Kasim II yang bertahta dari 1908 – 1946, menikah pada 27 Oktober 1912. Cita-cita mulianya untuk membangun sekolah khusus perempuan di lingkungan kesultanan sangat didukung oleh Sultan. Ide membuat sekolah datang ketika menemani suaminya melawat ke Medan untuk menghadap Residen Sumatera Timur.
Ia melihat Medan yang sudah modern dan banyak wanita yang berkesempatan bekerja seperti kaum lelaki, berbeda dengan wanita Siak yang hanya ada di dapur. Begitu pula ketika ia mengunjungi Langkat dan Tanjungpura. Maka ia berpikir bahwa wanita harus pintar untuk dapat mencapai tingkatan tersebut tanpa melupakan kodratnya sendiri. Ia membuka sekolah keterampilan bagi anak perempuan dan remaja putri di Siak antara tahun 1926 – 1928, tetapi meninggal dunia karena sakit pada 3 Maret 1929.
Pahlawan nasional dari Riau lainnya juga diangkat bersamaan dengan Syarifah Latifah atau Tengku Syarifah Fadlun Maharatu dari Siak yaitu pada peringatan hari ulang tahun Riau ke 61 tepatnya pada sidang paripurna DPRD Riau, 9 Agustus 2018. Mereka adalah:
7. HM Hamid Yahya dari Pekanbaru
8. Tengku Ghazali dari Kampar
9. Tengku Ilyas dari Rokan Hulu
10. Datuk Zainal Abidin dari Rokan Hilir
11. Tengku Muhammad dari Indragiri Hilir
12. Letkol A. Muis dari Kuantan Singingi
13. H. Bakar Oemar dari Kepulauan Meranti
14. Tengku Masdulhak dari Dumai
15. H. Baharuddin Yusud dari Indragiri Hilir
16. Kolonel Polisi Zalik Aris dari Bengkalis
17. Tengku Nazir Alwi dari Pelalawan.
Sumber : Republika.com Dan dirangkum dari Berbagai sumber
Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.