Edisi Jum'at, 13 Agustus 2021 M / 4 Muharram 1443 H.
Memberi nasihat adalah salah satu pesan yang ada dalam Alquran. Pesan ini ditemukan setidaknya 13 kali di berbagai ayat dalam Alquran, terutama pesan terkait dengan pengutusan nabi dan tugas nabi-nabi tersebut.
Nabi Nuh, Salih, Hud, Shuʻaib, dan lainnya, semua ditugaskan untuk memberi tahu umatnya bahwa sifat misi mereka adalah memberi peringatan. Nabi Hud berkata kepada kaumnya, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS Al-A’raf: 68).
Selain itu, memberi nasihat bisa menjadi alat penting untuk mendapatkan umpan balik yang tulus dan setia. Kita melakukan tindakan kita tanpa kemampuan untuk mengamati perbuatan kita secara obyektif seperti yang kita lakukan, dan karenanya Nabi Muhammad mengingatkan kita, “Sesama orang beriman berfungsi sebagai cermin bagi satu sama lain.” (HR Abu Dawud).
Memberi nasihat yang baik adalah hadiah yang baik. Namun, terkadang masalah timbul karena cara menyampaikannya. Tidak semua orang dilahirkan dengan kemampuan memberi nasihat secara bijaksana atau memberikan kritik yang membangun secara efektif. Kebanyakan orang lupa bahwa tujuan memberi nasihat adalah membantu orang lain menjadi sukses dan tidak merendahkan atau meremehkan nilai atau kemampuan mereka.
Memutuskan untuk memberikan nasihat secara tidak benar, terutama kepada anggota keluarga dekat, dapat membahayakan suatu hubungan. Kemampuan memberi nasihat dengan cara yang positif dan bermanfaat adalah seni. Jika anda ingin memberikan nasihat kepada orang lain, silakan pertimbangkan beberapa hal terkait adab dan tips-nya. Berikut ini 17 hal yang perlu diperhatikan tersebut:
1. Periksalah niat anda
Periksalah sifat hubungan anda dengan orang yang anda pertimbangkan untuk diberi nasihat. Tanyakan pada diri anda apakah nasihat yang akan diberikan benar-benar akan membantu orang itu. Juga, pastikan bahwa anda melakukannya dengan tulus dan ikhlas karena Allah bukan demi pencitraan.
2. Bersikaplah hati-hati tentang cara menyampaikan masalah
Sadarilah kapan dan di mana anda dapat mengemukakan masalah dan pastikan anda memiliki cukup waktu dan privasi.
3. Hindari memberi nasihat berupa teguran
Menurut Imam Al-Ghazali, perbedaan utama antara memberi nasehat dan teguran adalah bahwa memberi nasehat bersifat rahasia dan sopan, sedangkan teguran bersifat terbuka dan tidak bijaksana.
Dikatakan bahwa Imam Asy-Syafi’i mengamati bahwa ketika seseorang mengoreksi saudaranya secara rahasia, dia memberinya nasihat, tetapi jika dia mengoreksinya secara terbuka, dia mengejek dan meremehkannya.
Al-Fudayl ibn ʻIyad berkata, “Orang beriman menutupi dan menasihati (rekan seimannya), sedangkan pelaku kejahatan menyingkapkan dan mempermalukan (orang lain).”
Imam Ibn Rajab Al-Hanbali mengomentari perkataan Al-Fudayl dengan mengatakan, “Dianggap nasihat jika dilakukan secara pribadi sementara jadi hina jika disiarkan.”
Dia menambahkan, “(Adapun) orang yang menasihati saudaranya secara pribadi, itu adalah nasihat. (Mengenai). Orang yang mendesaknya di depan orang, itu hanya memarahi! ”
4. Jaga Privasi
Memberi nasihat dalam Islam seharusnya tidak melibatkan pengungkapan atau eksplorasi privasi dan kelemahan pribadi orang. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “(Karena) siapa pun yang mengejar kekurangan saudara Muslimnya, Allah akan mengejar kekurangannya.” (HR At-Tirmidzi).
5. Minta izin
Nasihat yang tanpa ijin adalah penyebab utama kesedihan di antara teman dan anggota keluarga. Jadi, menanyakan apakah nasihat yang diinginkan, itu menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain dan mencegah kebencian.
6. Dengarkan dulu
Meskipun aturan ini berlaku untuk semua komunikasi yang baik, itu menjadi keharusan ketika kita ingin memberi nasihat.
Masalah seringkali lebih kompleks dari yang awalnya muncul. Dengan mendengarkan terlebih dahulu, kita membuka ruang bagi pembicara untuk mendeskripsikan situasi secara lebih lengkap dan untuk lebih memahaminya. Sebab, apa gunanya menawarkan nasihat berdasarkan informasi parsial?
Selain itu, jika kita mendengarkan lebih dulu, kemungkinan besar pihak lain akan mendengarkan apa yang kita katakan. Seseorang membutuhkan koneksi sebelum koreksi. Mendengarkan dengan empati lah yang dapat membangun koneksi ini.
7. Pertimbangkan kerangka pikiran orang lain
Saat-saat pergolakan emosi tidak kondusif untuk memberi nasihat. Selalu nyatakan yang positif terlebih dahulu. Ini akan membuat orang lain rileks dan menerima saran kita.
8. Berikan nasihat tanpa memaksa
Sampaikan wawasan, pengalaman, dan ide kita seolah-olah itu adalah sudut pandang lain, dan percaya lah pada kebijaksanaan batin pendengar untuk memutuskan apa yang tepat untuknya. Dengan tidak memaksa, anda meningkatkan kemungkinan kata-kata anda dipertimbangkan.
9. Hindari membuat penilaian
Hindari menghakimi, jangan menyerang karakter pihak lain. Nasihat yang dianggap kasar atau menghakimi kemungkinan besar akan menyinggung perasaan pendengarnya.
10. Hindari mengancam
Jangan mengancam atau menakut-nakuti seseorang dengan mengubah saran atau kritik menjadi ultimatum terselubung. Sikap otoriter (atau superioritas) seperti itu tidak mungkin membuahkan hasil yang positif.
11. Bersikaplah spesifik dan singkat saja
Jika anda telah dimintai nasihat tentang masalah tertentu, fokuslah pada masalah yang ditanyakan pada kita dan jangan berkomentar tentang soal lain dalam kehidupan orang tersebut. Selain itu, cobalah untuk mengemas nasihat anda secara singkat dan langsung pada intinya.
12. Hindari memaksa orang lain untuk mengikuti nasihat
Wajib bagi penasehat untuk memberikan nasehat yang tulus kepada orang lain, tetapi bukan haknya untuk memaksa orang lain untuk mengikuti nasehatnya.
Ibn Hazm pernah berkata, “Seseorang tidak boleh memberi nasihat dengan syarat harus diterima. Jika seseorang melampaui ini, dia akan menindas (orang lain) tidak menasihati, dengan demikian mencari kepatuhan dan kendali.”
13. Memberi nasihat sebagai tindakan ibadah, bukan sebagai kebiasaan
Bagi sebagian orang, memberi nasehat berubah menjadi pola kebiasaan. Kadang-kadang seseorang memberi nasihat kepada orang lain untuk menghindari berurusan dengan masalahnya sendiri.
Sebuah aturan penting Sufi menyatakan, “Dia yang sibuk mengatakan kepada orang lain untuk menjadi baik mungkin tidak punya waktu untuk menjadi baik.”
14. Tunjukkan kerendahan hati
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menjelaskan bahwa anda sendiri bersedia meminta dan menerima nasihat. Jika kita mampu menetapkan fakta ini untuk orang yang kita beri nasihat, maka orang itu secara otomatis akan merasa bahwa anda berada pada level yang sama dan akan menerima nasihat atau apa yang anda katakan kepadanya.
15. Praktikkan apa yang kita nasihatkan
Allah Subhanahu WaTa'ala berfirman:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS As-Saff: 3).
ʻUmar ibn ʻAbdul ʻAziz berkata, “Orang yang memberikan nasihat kepada saudaranya dalam hal iman dan memperhatikan dirinya sendiri dengan memperbaiki urusan hidupnya sendiri telah memberikan hadiah yang sangat baik dan memenuhi kewajiban yang seharusnya dia lakukan.”
Francis Bacon, filsuf Inggris yang terkenal, dengan jelas menggambarkan bahaya dari mengkhotbahkan apa yang tidak dipraktikkan oleh seseorang.
“Dia yang memberi nasihat bagus membangun dengan satu tangan; Dia yang memberi nasihat dan teladan yang baik membangun dengan keduanya, tetapi dia yang memberi nasihat yang baik dan teladan yang buruk membangun dengan satu tangan dan merobohkan dengan tangan yang lain.”
16. Pertimbangkan soal kesalahpahaman
Sadarilah fakta bahwa nasihat tidak selalu diterima dengan baik. Memberi nasihat membutuhkan banyak kesabaran dan pengabdian. Jika orang yang Kita beri nasihat menyerang secara lisan atau bahkan secara fisik, anda tidak boleh membalasnya dengan kasar.
17. Bersikap baik dan lembut
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Kelemahlembutan tidak ditemukan dalam apa pun kecuali yang menambah keindahannya, dan tidak ditarik dari apa pun tetapi membuatnya menjadi cacat.” (HR Muslim).
Karena itu, seseorang harus lembut dan baik hati saat memberikan nasehat. Metode seperti itu disepakati semua agama dan budaya.
Samuel Taylor Coleridge, seorang penyair Inggris terkenal, berkata, “Nasihat itu seperti salju; semakin lembut ia jatuh, semakin lama ia berdiam, dan semakin dalam ia tenggelam ke dalam pikiran.”
Terakhir, penting untuk disebutkan bahwa memberi nasehat adalah sifat esensial dari karakter seorang Muslim.
Imam An-Nawawi meriwayatkan dalam kitabnya yang terkenal Riyad-us-Shalihin, disebutkan bahwa Jarir bin `kata Abdullah berkata:
“Saya datang kepada Nabi dan menyatakan, ‘Saya berjanji setia kepadamu dalam Islam.”
Nabi berkata, “Dengan syarat bahwa kamu berdoa (shalat), beramal shaleh, dan menawarkan nasihat.”
Jarir kemudian berkata, “Dengan demikian aku berjanji setia.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.