Edisi Ahad, 17 April 2022 M / 15 Ramadhan 1443 H.
Perihal Nama Muhammad Nabi Muhammad bukan lah pemberian manusia. Ia adalah nama yang disampaikan Allah kepada ibundanya Sayyidah Aminah dan kakeknya Abdul Muthalib melalui malaikat dan isyarat mimpi. Dalam satu riwayat, seperti tercantum dalam al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, Sayyidah Aminah didatangi malaikat ketika sedang mengandung. Kepada Sayyidah Aminah, malaikat tersebut menginformasikan bahwa anaknya yang berada dalam kandungan itu adalah pemimpin umat dan meminta agar menamainya Muhammad.
Begitu juga dengan sang kakek, Abdul Muthalib. Dia mendapatkan inspirasi nama Muhammad dari mimpinya. Jadi, pada saat cucunya lahir, Abdul Muthalib membawanya ke dalam Ka’bah dan bertawaf. Setelah itu, ia keluar dan melewati kerumunan massa. Mereka kemudian bertanya kepada Abdul Muthalib perihal nama cucunya itu. Maka dijawablah kalau nama cucunya adalah Muhammad.
Orang-orang kembali bertanya mengapa dinamakan Muhammad. Sebuah nama yang terdengar asing di telinga masyarakat Arab pada saat itu. Karena tidak seorang pun dari nenek moyang dan bangsa Arab yang sebelumnya menggunakan nama itu. "Sesungguhnya aku sangat ingin semua penduduk bumi memujinya," jawab Abdul Muthalib. Secara bahasa, Muhammad berarti yang dipuji atau terpuji.
Berikut ini adalah beberapa hadits yang membicarakan tentang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam :
1. Nabi adaalah orang yang pertama kali bangkit dari bumi (kubur)
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ وَبِيَدِى لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِىٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِى وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ
Dari Abi Said ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Aku adalah sayyid (penghulu/pemimpin) anak cucu Adam di hari kiamat dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. Dan panji pujian di tanganku, dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. Para Nabi disaat itu, baik Adam maupun yang lainnya, semuanya berada di bawah panjiku. Dan akulah orang yang pertama kali bangkit dari bumi (kubur), dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. (H.R. Turmudzi no. 3975).
2. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika wafat ditutup dengan selimut
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ تُوُفِّىَ سُجِّىَ بِبُرْدٍ حِبَرَةٍ
Dari Aisyah radhiyallahu anha istri Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengabarkannya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika wafat ditutup dengan selimut dari Yaman. (H.R. Bukhari no. 5814, Muslim no. 2226).
3. Nabi mencintai shalat yang dijaga kesinambungannya
عَنْ أَبِى سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، وَكَانَ يَقُوْلُ خُذُوْا مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيْقُوْنَ، فَإِنَّ اللهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا، وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُوْوِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً دَاوَمَ عَلَيْهَا
Dari Abu Salamah bahwa Aisyah Radhiyallahu anha menceritakan kepadanya, katanya : Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah melaksanakan puasa lebih banyak dalam sebulan selain bulan Sya'ban, yang beliau melaksanakan puasa bulan Sya'ban seluruhnya. Beliau bersabda : Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal) itu. Dan shalat yang paling Nabi Shallallahu alaihi wasallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya. (H.R. Bukhari no. 1970).
4. Rasulullah banyak berpuasa di bulan Sya'ban
عَنْ أَبِى سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا عَنْ صِيَامِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ صَامَ. وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ أَفْطَرَ. وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيْلاً.
Dari Abu Salamah ia berkata, saya pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha tentang puasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, maka ia pun berkata : Beliau sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau akan berbuka (tidak puasa) terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak dari pada puasanya di bulan Sya'ban. Beliau berpuasa pada bulan Sya'ban hingga sisa harinya tinggal sedikit. (H.R. Muslim no. 2778).
5. Kita diutus untuk memberi kemudahan bukan membuat kesulitan.
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ أَعْرَابِىٌّ فَبَالَ فِى الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوْهُ وَهَرِيْقُوْا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوْبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوْا مُعَسِّرِيْنَ
Bahwa Abu Hurairah berkata : Seorang Arab badui berdiri dan kencing di Masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi Shallallahu alaihi wasallam pun bersabda kepada mereka : Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan. (H.R. Bukhari no. 220).
6. Nabi Tidak Pernah Mencela Makanan
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
Dari Abu Hurairah ia berkata : Nabi Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tak suka, maka beliau meninggalkannya. (H.R. Bukhari no. 5409).
7. Terapi Pengobatan Menurut Nabi
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اَلشِّفَاءُ فِى ثَلاَثَةٍ شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ كَيَّةٍ بِنَارٍ، وَأَنْهَى أُمَّتِى عَنِ الْكَىِّ
Dari Ibnu Abbas dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda : Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku berobat dengan kay. (H.R. Bukhari no. 5681).
8. Cara Mandi Junub Rasulullah
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَغْتَسِلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهُمَا اْلإِنَاءَ ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ وَيَتَوَضَّأُ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يُشَرِّبُ شَعْرَهُ الْمَاءَ ثُمَّ يَحْثِى عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ
Dari Aisyah ia berkata, Jika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam akan mandi junub, beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu sebelum memasukkan tangannya ke dalam bejana. Setelah itu beliau mencuci kemaluannya, berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat dan menyela-nyela rambut dengan air. Setelah itu beliau menyiramkan tiga siraman ke atas kepalanya. (H.R. Tirmidzi no. 104 dan lainnya).
9. Rasulullah Beristighfar dalam Satu Hari Lebih dari Tujuh Puluh Kali
قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ وَ اللهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
Abu Hurairah berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali. (H.R. Bukhari no. 6307).
10. Rasulullah Kalau Mau Tidur Baca Surat An-Naas dan Al-Falaq
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ نَفَثَ فِي يَدَيْهِ وَقَرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ بِهِمَا جَسَدَهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kalau mau tidur, beliau meniupkan ke kedua tangannya sambil membaca mu'awidzatain (surat An-Naas dan Al-Falaq), lalu beliau mengusapkan ke badannya. (H.R. Bukhari no. 6319).
11. Nabi Memerintah dan Melarang Tujuh Perkara
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَعِيَادَةِ الْمَرِيْضِ وَإِجَابَةِ الدَّاعِي وَنَصْرِ الْمَظْلُوْمِ وَإِبْرَارِ الْقَسَمِ وَرَدِّ السَّلَامِ وَتَشْمِيْتِ الْعَاطِسِ وَنَهَانَا عَنْ آنِيَةِ الْفِضَّةِ وَخَاتَمِ الذَّهَبِ وَالْحَرِيْرِ وَالدِّيْبَاجِ وَالْقَسِّيِّ وَالْإِسْتَبْرَقِ
Dari Al-Bara' bin Azib radhiyallahu anha berkata : Nabi Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami tentang tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara pula. Beliau memerintahkan kami untuk ; mengiringi jenazah, menjenguk orang yang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang dizhalimi, berbuat adil dalam pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin. Dan Beliau melarang kami dari menggunakan bejana terbuat dari perak, memakai cincin emas, memakai kain sutera kasar, sutera halus, baju berbordir sutera dan sutera tebal.(H.R. Bukhari no. 1239).
12. Rasulullah menerima hadiah dan membalasnya
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيْبُ عَلَيْهَا
Dari Aisyah radhiyallahu anha, katanya : Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sering menerima hadiah dan membalasnya. (H.R. Bukhari no. 2585 dan Abu Daud no. 3538).
13. Rasulullah juga memakai cincin
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ ، وَجَعَلَ فَصَّهُ مِمَّا يَلِى كَفَّهُ ، وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ . فَاتَّخَذَ النَّاسُ مِثْلَهُ ، فَلَمَّا رَآهُمْ قَدِ اتَّخَذُوهَا رَمَى بِهِ ، وَقَالَ « لاَ أَلْبَسُهُ أَبَدًا » . ثُمَّ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ ، فَاتَّخَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ الْفِضَّةِ . قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَلَبِسَ الْخَاتَمَ بَعْدَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ ، حَتَّى وَقَعَ مِنْ عُثْمَانَ فِى بِئْرِ أَرِيسَ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, bahwa Rosulullah Shallallahu alaihi wasallam memakai sebuah cincin dari emas atau perak, dan dijadikannya muka cincin itu di sebelah telapak tangan beliau, di mana terukir tulisan Muhammad Rosulullah. Orang banyak mulai memakai cincin seperti itu pula. Setelah beliau melihat orang ramai memakai cincin seperti itu, beliau lalu membuang cincin itu, dan berkata : Saya tidak akan memakainya lagi untuk selama-lamanya. Kemudian beliau memakai sebuah cincin perak. Orang banyak juga mulai memakai cincin perak. Ibnu Umar berkata : Setelah Nabi Shallallahu alaihi wasallam, orang yang memakai cincin itu adalah Abu Bakar, lalu Umar, lalu Utsman, sampai cincin itu jatuh dan hilang oleh Utsman ke dalam sumur di Aris (H. R. Bukhari no. 5866).
14. Sampaikan dariku Sekalipun Satu Ayat
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوْا عَنْ بَنِى إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Dari Abdullah bin Amr, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Sampaikan dari aku sekalipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil kamu tidak berdosa. Dan barang siapa yang membuat kebohongan atasku dengan sengaja, maka hendaklah menyiapkan diri tempat duduknya di neraka. (H.R. Bukhari no. 3461).
15. Nabi Shalat Beralaskan Tikar
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ دَعَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَتْهُ، فَأَكَلَ مِنْهُ فَقَالَ قُوْمُوْا فَلأُصَلِّىَ بِكُمْ. فَقُمْتُ إِلَى حَصِيْرٍ لَنَا قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُوْلِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْيَتِيْمُ مَعِى، وَالْعَجُوْزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ
Dari Anas bin Malik bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk menghadiri hidangan yang ia masak untuknya. Beliau lantas memakannya lalu bersabda : Berdirilah kalian, aku akan pimpin shalat kalian. Maka aku berdiri di tikar milik kami yang sudah hitam lusuh akibat sering digunakan. Tikar itu kemudian aku perciki dengan air, lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdiri diatasnya. Maka aku dan anak yatim yang tinggal bersama kami merapatkan shaf di belakang beliau sedangkan nenek kami berdiri di belakang kami. Nabi Shallallahu alaihi wasallam kemudian shalat memimpim kami sebanyak dua rakaat. (H.R. Bukhari no. 860).
16. Mimbar yang digunakan Nabi berkhutbah mempunyai tiga undakan
عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي إِلَى جِذْعٍ إِذْ كَانَ الْمَسْجِدُ عَرِيْشًا وَكَانَ يَخْطُبُ إِلَى ذَلِكَ الْجِذْعِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ هَلْ لَكَ أَنْ نَجْعَلَ لَكَ شَيْئًا تَقُوْمُ عَلَيْهِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَرَاكَ النَّاسُ وَتُسْمِعَهُمْ خُطْبَتَكَ قَالَ نَعَمْ فَصَنَعَ لَهُ ثَلَاثَ دَرَجَاتٍ فَهِيَ الَّتِي أَعْلَى الْمِنْبَرِ فَلَمَّا وُضِعَ الْمِنْبَرُ وَضَعُوْهُ فِي مَوْضِعِهِ الَّذِي هُوَ فِيْهِ فَلَمَّا أَرَادَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقُوْمَ إِلَى الْمِنْبَرِ مَرَّ إِلَى الْجِذْعِ الَّذِي كَانَ يَخْطُبُ إِلَيْهِ فَلَمَّا جَاوَزَ الْجِذْعَ خَارَ حَتَّى تَصَدَّعَ وَانْشَقَّ فَنَزَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا سَمِعَ صَوْتَ الْجِذْعِ فَمَسَحَهُ بِيَدِهِ حَتَّى سَكَنَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الْمِنْبَرِ فَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَّى إِلَيْهِ فَلَمَّا هُدِمَ الْمَسْجِدُ وَغُيِّرَ أَخَذَ ذَلِكَ الْجِذْعَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ وَكَانَ عِنْدَهُ فِي بَيْتِهِ حَتَّى بَلِيَ فَأَكَلَتْهُ الْأَرَضَةُ وَعَادَ رُفَاتًا
Dari Ath-Thufail bin Abu Ubai bin Ka'b dari Bapaknya ia berkata :Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam shalat menghadap ke arah sebatang kayu kurma, sebab masjid pada masa itu tidak mempunyai dinding, dan beliau juga berkhutbah di atas kayu tersebut. Seorang laki-laki dari sahabatnya berkata : Bagaimana jika kami buatkan sesuatu (mimbar) yang dapat engkau gunakan berdiri di hari Jum'at, hingga orang-orang dapat melihatmu dan mendengar khutbahmu? beliau menjawab : Ya. Maka sahabat itu membuatkan Rasulullah mimbar yang mempunyai tiga undakan, ketika para sahabat meletakkan mimbar tersebut pada tempat yang biasa beliau gunakan khutbah, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ingin berdiri di atasnya, beliau melintasi batang kayu yang biasa beliau gunakan untuk berkhutbah. Ketika melintas, batang kayu tersebut mengeluarkan suara dan terbelah. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pun turun, ketika beliau mendengar suara kayu itu beliau mengusapnya dengan tangan hingga ia menjadi tenang, setelah itu beliau kembali lagi ke atas mimbar. Jika shalat beliau selalu menghadap ke arah batang kayu tersebut, maka ketika masjid dirombak dan di ubah, Ubai bin Ka'b mengambil batang kayu tersebut. Batang kayu tersebut tetap di rumahnya hingga lapuk dan di makan rayap dan menjadi remukan-remukan kecil. (H.R. Ibnu Majah no. 1479).
17. Rasulullah Menggadaikan Baju Besi ke Orang Yahudi
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتِ اشْتَرَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِىٍّ طَعَامًا بِنَسِيْئَةٍ، وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam membeli makanan dari orang Yahudi secara angsuran (pembayaran dihutang) dan beliau juga menggadaikan baju besi kepadanya. (H.R. Bukhari no. 2096, Muslim no. 4198).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.