Edisi Ahad, 3 April 2022 M / 1 Ramadhan 1443 H.
Perhitungan tahun Komariyah setiap tahun berbeda sekitar sebelas hari dengan tahun Syamsiyah (penghitungan tahun dengan cara mengamati matahari). Dengan demikian, bulan Ramadhan setiap tahun akan maju sebelas hari dibandingkan dengan tahun Syamsiyah. Dalam waktu sekitar 36 tahun, maka seorang muslim telah berpuasa dalam berbagai masa dan musim. Berpuasa dalam hari-hari pendek, hari-hari panjang, dalam musim panas, musim dingin dan musim-musim lainnya. Kenyataan ini akan menambah ketahanan mental dan fisik dari mereka yang melaksanakan puasa dan memperkaya pengalaman rohani dan pembentukan fisik dalam kehidupan sehari-hari.
Puasa yang diwajibkan kepada kita, sebagai generasi akhir zaman adalah meninggalkan makan, minum, bercampur dengan istri, dan segala yang membatalkannya sejak fajar di waktu Shubuh sampai terbenamnya matahari di waktu Maghrib. Dengan niat mencari keridhaan Allah, beriman kepada-Nya dan kepada syariat-Nya. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan mengaharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim: 1268. teks hadits riwayat al-Bukhari).
Dalam ibadah puasa, manusia muslim dibentuk agar dapat meningkatkan kesabaran, ketabahan, peningkatan daya tahan mental maupun fisik. Rasa haus dan lapar dikala berpuasa dapat meningkatkan solidaritas dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin yang ditimpa kesulitan dan anak-anak yatim yang terlantar. Ibadah puasa dapat menjadikan manusia mampu mengendalikan amarah dan hawa nafsunya, sehingga ia tidak terjerumus dalam kehancuran dan kehinaan.
Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan puasa :
1. Puasa Sunnah Asy-syura
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ وَسُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Dari Abu Qatadah berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, ditanya tentang puasa hari Asyura, Maka beliau menjawab : Ia dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu". (H.R. Muslim no. 2804).
2. Puasa Di bulan Muharram
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam." (H.R. Muslim no. 2812).
3. Puasa Sunnah Arafah
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ وَسُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu berkata : "Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam ditanya tentang puasa hari Arafah (tanggal 9 dzulhijjah), Maka beliau menjawab : Ia dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang". (H.R. Muslim no. 2804).
4. Junub waktu puasa
عَنْ عُرْوَةَ وَأَبِى بَكْرٍ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ { جُنُبًا } فِى رَمَضَانَ، مِنْ غَيْرِ حُلُمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُوْمُ
Dari Urwah dan Abu Bakar, Aisyah radhiyallahu anha berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah mendapati fajar keadaan junub di bulan Ramadhan (kesiangan), bukan karena mimpi (dikarenakan jima'), lalu beliau mandi dan berpuasa. (H.R. Bukhari no. 1930, Muslim no. 2646).
5. Keberkahan Makan Sahur
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السُّحُوْرِ بَرَكَةً
Dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu mengandung barakah." (H.R. Muslim no. 2603).
6. Puasa yang utama adalah puasa Daud
عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ قَالَ أَخْبَرَنِى أَبُو الْمَلِيحِ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ أَبِيكَ زَيْدٍ عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو فَحَدَّثَنَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذُكِرَ لَهُ صَوْمِى ، فَدَخَلَ عَلَىَّ ، فَأَلْقَيْتُ لَهُ وِسَادَةً مِنْ أَدَمٍ حَشْوُهَا لِيْفٌ ، فَجَلَسَ عَلَى الأَرْضِ ، وَصَارَتِ الْوِسَادَةُ بَيْنِى وَبَيْنَهُ ، فَقَالَ لِى أَمَا يَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ . قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ . قَالَ خَمْسًا . قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ سَبْعًا . قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ تِسْعًا . قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ إِحْدَى عَشْرَةَ . قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ لاَ صَوْمَ فَوْقَ صَوْمِ دَاوُدَ ، شَطْرَ الدَّهْرِ، صِيَامُ يَوْمٍ ، وَإِفْطَارُ يَوْمٍ
Dari Abu Qilabah ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Abul Malih ia berkata; saya pernah menemui Abdullah bin Amru bersama bapakmu, maka ia pun menceritakan bahwasanya; Telah dituturkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengenai puasaku. Maka beliau pun menemuiku, lalu aku memberikan beliau bantal dari kulit berisi sabut, namun beliau duduk di atas lantai hingga posisi bantal itu tepat berada antara aku dan beliau. Kemudian beliau bertanya kepadaku: Tidakkah cukup bagimu untuk berpuasa tiga hari (dalam setiap bulannya)? saya menjawab, Wahai Rasulullah, bagaimana kalau lima hari? Saya bertanya lagi, Wahai Rasulullah, bagaimana kalau tujuh hari? Saya berkata lagi, Wahai Rasulullah, bagaimana kalau sembilan hari? Saya berkata lagi, Wahai Rasulullah, bagaimana kalau sebelas hari? Saya berkata; Wahai Rasulullah… Akhirnya Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Tidak ada puasa yang lebih utama dari puasa Dawud, yaitu puasa setengah masa (tahun), yakni, puasa sehari dan berbuka sehari. (H.R. Bukhari no. 6277 dan Muslim no. 2798).
7. Rasulullah bersungguh-sungguh untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ.
Dari Aisyah berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam senantiasa bersungguh-sungguh untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis. (H.R. Turmudzi no. 750).
8. Hutang puasa orang yang meninggal boleh dibayar walinya
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha; Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Siapa yang meninggal, sedangkan ia masih memiliki hutang puasa, maka yang membayarnya adalah walinya. (H.R. Bukhari no. 1952 dan Muslim no. 2784).
9. Puasa Syawal
عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Dari Abu Ayyib Al-Anshari radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti puasa setahun. (H.R. Muslim no. 2815).
10. Mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat
عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِى الصَّوْمَ وَلاَ تَقْضِى الصَّلاَةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ وَلَكِنِّى أَسْأَلُ. قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ
Dari Mu'adzah dia berkata, saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat? Maka Aisyah menjawab : Apakah kamu dari golongan Haruriyah? Aku menjawab, Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya. Dia menjawab : Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat. (H.R. Muslim no 789, Daud 263 dan lainnya).
11. Makan karena lupa padahal dia sedang puasa
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَكَلَ نَاسِيًا وَهُوَ صَائِمٌ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu menuturkan; Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa menyantap makanan karena lupa padahal dia sedang puasa, hendaklah ia sempurnakan puasanya, sebab Allah-lah yang memberinya makanan dan minuman. (H.R. Bukhari no. 6669).
12. Pernah Rasulullah Melarang Berbekam Pada Saat Puasa
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِرَجُلٍ يَحْتَجِمُ فِى رَمَضَانَ فَقَالَ أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ
Dari Syaddad bin Aus bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melewati seorang lelaki yang berbekam di bulan Ramadhan, maka beliau bersabda : Berbukalah orang yang membekam dan yang dibekam. (H.R. Ahmad no. 17591, Abu Daud no. 2367 dan lainnya).
13. Orang Yang Bepergian Boleh Tidak Puasa
عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَمْرٍو الأَسْلَمِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَجِدُ بِى قُوَّةً عَلَى الصِّيَامِ فِى السَّفَرِ فَهَلْ عَلَىَّ جُنَاحٌ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِىَ رُخْصَةٌ مِنَ اللهِ فَمَنْ أَخَذَ بِهَا فَحَسَنٌ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصُوْمَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ
Dari Hamzah bin Amr Al-Aslami radhiyallahu anhu bahwasanya ia berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya diriku kuat berpuasa dalam perjalanan, apakah aku berdosa? Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Berbuka itu suatu keringanan dari Allah. Maka barang siapa yang mengambilnya hal itu termasuk kebaikan, dan barang siapa lebih suka berpuasa maka tidak ada dosa baginya. (H.R.Muslim no. 2675).
14. Boleh Berbekam Dalam Keadaan Puasa
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : أَوَّلُ مَا كُرِهَتِ الْحِجَامَةُ لِلصَّائِمِ أَنَّ جَعْفَرَ بْنَ أَبِى طَالِبٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ احْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ فَمَرَّ بِهِ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَفْطَرَ هَذَانِ. ثُمَّ رَخَّصَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ فِى الْحِجَامَةِ لِلصَّائِمِ وَكَانَ أَنَسٌ يَحْتَجِمُ وَهُوَ صَائِمٌ.
Dari Anas bin Malik ia berkata : Pertama kali dimakruhkan berbekam bagi orang yang berpuasa adalah Ja'far bin Abu Thalib. Ia berbekam dalam keadaan puasa dan Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melewatinya, maka beliau bersabda : Dua orang ini berbuka puasa. Kemudian Nabi Shallallahu alaihi Wasallam memberi keringanan berbekam bagi orang yang sedang berpuasa sesudah itu, dan Anas pernah berbekam dalam keadaan puasa. (H.R. Baihaqi no. 8561, Daruquthni no. 2283 dan lainnya).
15. Yang Membatalkan Pahala Puasa
عَنْ أَنَسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمِ الْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ
Dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bahwasanya beliau bersabda : Lima perkara yang membatalkan (pahala) orang yang berpuasa, yaitu berdusta, ghibah (menyebut kejelekan orang lain), adu domba (menfitnah), sumpah palsu dan melihat dengan syahwat. (Kitab ihya' ulumuddin, Juz I, halaman 454).
16. Puasa Dilarang Berdusta
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat dusta, maka Allah tidak peduli (membutuhkan) ia meninggalkan makan dan minumnya. (H.R. Bukhari no. 1903).
17. Boleh Berbekam Ketika Ihram Atau Puasa
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ، وَهُوَ مُحْرِمٌ وَاحْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berbekam dalam keadaan ihram dan beliau juga berbekam dalam keadaan puasa. (H.R. Bukhari no. 1938).
Semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.