Rabu, 17 Mei 2023

KATA-KATA BIJAK PENUH PETUAH DARI KH. HASYIM ASY'ARI

Edisi Rabu, 17 Mei 2023 M / 26 Syawal 1444 H.

Hadratus Syekh Muhammad Hasyim Asy’ari atau biasa dipanggil (KH Hasyim Asy’ari) adalah sosok ulama besar lahir dari sebuah keluarga dengan didikan dasar-dasar agama yang kuat. Beliau dilahirkan di Kabupaten Jombang, 14 Februari 1871 dan wafat di umur ke 76 tahun di Jombang, 21 Juli 1947, Jawa Timur. 

KH Hasyim Asy’ari adalah ulama yang sangat dihormati di Tanah Air. Mbah Hasyim, demikian disapa, telah banyak berkiprah untuk Ibu Pertiwi. Ia bukan saja sebagai tokoh pendiri NU, namun bisa disebut Bapak Umat Islam Indonesia. Mbah Hasyim memiliki andil yang cukup besar dalam perjalanan Indonesia meraih kemerdekaannya. Melalui Resolusi Jihad yang dicetusnya, ia sukses membangkitkan semangat berjuang melawan penjajah.

KH Hasyim Asy'ari sejak muda selalu menimba ilmu agama dan memanfaatkan ilmunya untuk masyarakat luas. Beliau juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Sekaligus pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama. Berikut ini Kata-kata bijak dari KH Hasyim Asy'ari yang penuh akan nasihat serta motivasi bagi diri selama beliau hidup. Simak di bawah ini.

1. “Bahwasanya Alqur’an dan Alhadist adalah pedoman dan rujukan bagi muslimin, hal itu benar adanya. Namun memahami Alquran dan Alhadist Tanpa mempertimbangkan pendapat Para Ulama adalah sulit, atau bahkan tidak bisa.”  

2. “Jangan jadikan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan dipenjuru mana saja.”  

3. “Siapa yang mau mengurusi NU, saya anggap ia santriku. Siapa yang jadi santriku, saya do’akan husnul khotimah beserta anak cucunya.”  

4. “Dakwah dengan cara memusuhi ibarat orang membangun kota, tetapi merobohkan istananya.”  

5. “Jangan Jadikan perbedaan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja.”  

6. "Agama Dan Nasionalisme Adalah Dua Kutub Yang Tidak Berseberangan. Nasionalisme Adalah Bagian Dari Agama Dan Keduanya Saling Menguatkan.” 

7. “Tak ada satu pun di dunia ini yg kekal. Maka, ukirlah cerita indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita.”  

8. “Mengagungkan atau menghormati masjid hukumnya wajib, sedangkan meremehkan atau menghinanya adalah haram.”  

9. “Hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan “menunda-nunda” dan “berangan-angan panjang”, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan.”  

10. “Menerima sandang pangan apa adanya sebab kesabaran akan ke-serba kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas, kefokusan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah hikmah yang terpancar dari sumbernya.”  

11. “Makan dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah ibadah dan bikin badan berat untuk belajar.” 

12. “Meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal terpenting yang seyogyanya di lakukan pencari ilmu, terutama pergaulan dengan lain jenis dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan tidak mendewasakan pikiran.” 

13. “Watak manusia itu seperti pencuri ulung (meniru perilaku orang lain dengan cepat) dan efek pergaulan adalah ketersia-siaan umur tanpa guna dan hilang agama bila bergaul dengan orang yang bukan ahli agama. Jika seorang pelajar butuh orang lain yang bisa dia temani, maka hendaknya dia jadi teman yang baik, kuat agamanya, bertaqwa, wara ‘, bersih hatinya, banyak kebaikannya, baik harga dirinya (muru’ah), dan tidak banyak bersengketa: bila teman tersebut lupa dia ingatkan dan bila sudah sadar maka dia tolong.”  

14. “Hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.” 

15. “Bersikap wara’ (mejauhi perkara yang syubhat ‘tidak jelas ‘ halal haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal.”

16.  Meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal terpenting yang seyogyanya dilakukan pencari ilmu, terutama pergaulan dengan lain jenis dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan tidak mendewasakan pikiran.”

17. “Hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.”

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.