Kamis, 18 Mei 2023

KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA DALAM HADITS NABI

Edisi Kamis, 18 Mei 2023 M / 27 Syawal 1444 H.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mewajibkan manusia agar tidak pernah berhenti belajar selama hidupnya melalui Al-Qur’an, sunah, maupun hadits tentang menuntut ilmu.

Selain termasuk pahala beribadah, menuntut ilmu termasuk amalan baik yang tidak akan terputus. Hal ini juga telah disampaikan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam:

“Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi (maupun petang) kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun”.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri. Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits. Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.

1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik. 

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ

Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim). 

2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia. 

الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)

Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi." (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).   Telah maklum bahwa tidak ada pangkat di atas derajat para nabi dan tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan ahli waris bagi derajat tersebut. 

3. Orang alim adalah orang beriman yang bermanfaat melalui ilmunya baik untuk orang lain maupun untuk dirinya sendiri. 

أَفْضَلُ النَّاسِ المُؤْمِنُ العَالِمُ الذِي إِذَا احْتِيْجَ إليه نَفَعَ، وإن اسْتُغْنِيَ عنه أغْنَى نَفْسَه

Artinya, “Orang paling utama adalah seorang mukmin alim yang bermanfaat bila dibutuhkan dan mencukupi dirinya bila ‘tidak diperlukan,’” (HR Ibnu Asakir).

4. Orang alim berjuang mengedukasi masyarakat sesuai petunjuk para rasul. 

أَقْرَبُ النَّاسِ مِنْ دَرَجَةِ النُّبُوَّةِ أَهْلُ العِلْمِ وَالْجِهَادِ، أَمَّا أَهْلُ الْعِلْمِ فَدَلُّوْا النَّاسَ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُسُلُ وأَمَّا أَهْلُ الجِهَادِ يُجَاهِدُوْنَ بِأَسْيَافِهِمْ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُسُلُ 

Artinya, “Orang paling dekat dengan derajat kenabian adalah ulama dan pejuang. Ulama memberikan petunjuk kepada manusia atas ajaran yang dibawa para rasul. Sedangkan pejuang berjihad dengan senjata mereka atas ajaran yang dibawa para rasul,” (HR Ad-Dailami).

5. Satu orang alim merupakan seorang warga yang berkualitas karena tingkat literasinya, sehingga setara dengan sekelompok warga tanpa kualitas. 

لَمَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ

Artinya, “Kematian satu kabilah lebih ringan daripada kematian seorang alim,” (HR At-Thabarani, Al-Baihaki, Abu Ya’la, dan Ibnu Asakir).

6. Tinta pada karya tulis ulama dan tetesan darah pejuang sangat penting. Tetapi bobot ganjaran tinta ulama kelak melebihi bobot tetesan darah syuhada. 

يُوْزَنُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِدَادُ العُلَمَاءِ بِدَمِ الشُّهَدَاءِ

Artinya, “Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetsan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami).

7. Orang alim adalah ia yang teidak pernah puas dahaganya pada ilmu sampai ia tiba di surga. 

 لاَ يَشْبَعُ عَالِمٌ مِنْ عِلْمٍ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةُ

Artinya, “Seorang alim tidak adakan pernah kenyang terhadap ilmu sampai ujungnya adalah surga.” (HR Al-Qudha’i dalam Musnad As-Syihab). 

8. Anti-ilmu dan gila harta bibit kerusakan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam 

هَلَاكُ أُمَّتِيْ فِيْ شَيْئَيْنِ تَرْكِ العِلْمِ وَجَمْعِ المَالِ

Artinya, “Kebinasaan umatku terletak pada dua hal, yaitu (1) meninggalkan ilmu, dan (2) menumpuk harta.”

9. Terkait ilmu, umat Islam hanya memiliki empat pilihan terbaik. 

كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنِ الخَامِسَةَ أي مُبْغِضًا فَتَهْلِكَ

Artinya, “Jadilah kamu seorang alim, pelajar, pendengar, atau pecinta (ilmu). Jangan kamu menjadi yang kelima, yaitu pembenci (ilmu), maka binasalah kamu,” (HR Al-Bazzar, At-Thabarani, Al-Baihaki).

10. Penolakan Allah atas seorang hamba ditandai dengan keluputannya dari ilmu. 

إِذَا رَدَّ اللهُ عَبْدًا حَظَّرَ عَلَيْهِ العِلْمَ

Artinya, “Jika Allah menolak seorang hamba, niscaya Dia luputkan orang tersebut dari ilmu.”

11. Miskin harta berbahaya, tetapi miskin ilmu lebih berbahaya. 

لَا فَقْرَ أَشَدُّ مِنَ الجَهْلِ

Artinya, “Tidak ada kefakiran yang lebih (parah) dari kebodohan,” (HR Abu Bakar bin Kamil pada Mu’jamnya, Ibnun Najjar, Ibnu Hibban, dan Al-Qudha’i).

12. Berlaku baik dan Menghormati Guru 

تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ

Artinya: "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Thabrani).

13. Kewajiban mencari ilmu 

 طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Artinya: "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan." (HR Ibnu Majah).

14. Menguasai ilmu untuk tujuan dunia dan akherat 

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu." (HR Ahmad).

15. Mempelajari ilmu untuk mendapat Ridho Allah 

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti." (HR Abu Daud).

16. Jalan mudah menuju surga 

 وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).

17. Amal yang tidak pernah terputus 

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR Muslim no.1631).

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.