Jumat, 16 Juni 2023

SYAIR AL HIKAM IBNU ATTAILLAH TENTANG KEHIDUPAN, TEKS ARAB DAN ARTINYA

Edisi Jum'at, 16 Juni 2023 M / 27 Dzulqa'idah 1444 H.

Syeikh Ibn ‘Atha’illah dengan nama lengkapnya Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atho’ as-Sakandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili berasal dari bangsa Arab. Nenek moyangnya berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung pada Bani Ya’rib bin Qohton, bangsa Arab yang terkenal dengan Arab al-Aa’ribah. Lahir di kota Iskandariah tahun 648 H/1250 M, lalu pindah ke Cairo dan meninggal di di pemakaman al-Qorrofah al-Kubro Mesir pada 1309 M. Julukan as-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu.

Beliau merupakan ulama yang ahli dalam bidang tasawuf pada zamannya, namun tidak menafikan ilmu-ilmu lainnya, diantaranya ilmu tafsir, ilmu hadist dan ilmu ushul fiqih. Ibn ‘Atha’illah memiliki dua guru yang berpengaruh besar terhadap dirinya dalam menjajaki ilmu tasawuf: Syekh Abu al Abbas Ahmad Ibn Umar Ibn Muhammad al Mursi dan Syekh Abu al Hasan Ali Ibn Abdillah As Syadzili, pendiri Thariqah al-Syadziliyyah. Ibn ‘Athaillah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab al-Hikam.

Syair berasal dari bahasa Arab dari akar kata syi’ir atau syu’ur yang memiliki arti perasaan yang menyadari. Sedangkan syair sendiri berasal dari Persia, yang kemudian dikenal juga sebagai puisi. Sedangkan syair Al Hikam merupakan puisi yang diambil dari maqolah kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Syair al hikam adalah kata-kata bijak untuk para pesalik yakni seseorang yang menjalani laku ilmu tasawuf.

Kata-kata bijak Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari berisi berbagai hal tentang kehidupan. Berikut ini syair Al Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari teks arab dan artinya:

1. Ke Satu 

مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل

“Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.”

2. Ke Dua 

إرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ

“Keinginanmu untuk tajrid (hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia), padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha (asbab), maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar (halus). Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha (asbab), padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab (berusaha), maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.

3. Ke Tiga 

سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ

“Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir.”

4. Ke Empat 

اَرِحْ نَفْسَكَ منَ التـَدْ بـِيْرِفماَ قامَ بهِ غيرُكَ عَنْكَ لا تقـُمْ بهِ لنـَفـْسك

“Istirahat dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur kebutuhan duniamu, sebab dari apa yang telah diatur oleh selain kamu (yaitu Allah), tidak perlu engkau ikut sibuk memikirkannya.”

5. Ke Lima 

اِجْتِهادُكَ فيمَا ضُمنَ لكَ وتقـْصِيرُكَ فيماَ طُلبَ منكَ دَلِيلٌ على انطِماسِ البَصِيْرَةِ منكَ

“Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu (bashirah).”

6. Ke Enam 

لاَيَكُنْ تأخُرَ أمَدِ العَطَاءِ معَ الاِلحاحِ فى الدُعاءِموجِباً لِياءسِكَ

فهُوَ ضَمن لكَ الاِجاَبة َ فيماَ يختَاَرُهُ لكَ لا فيمَا تَختاَرُلِنفْسِكَ وَفى الوَقتِ الَّذى يُرِيدُ لاف الوقتِ الذى تـُريدُ

“Janganlah keterlambatan waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan putus harapan, sebab Allah telah menjamin dan menerima semua doa dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Allah, bukan pada waktu yang engkau tentukan.”

7. Ke Tujuh 

لا يُشكـِّكنَّك فى الوَعدِ عدمُ وقوعِ المَوْعُودِ وانْ تَعَيَّنَ زمَنـُهُ لـءـلاَّيَكونَ ذٰ لكَ قَدحاً فى بصيرَتكَ واِخـْماَداًلِنورِ سَرِيرَتِكَ

“Jangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Allah, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba) waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu (sirmu).”

Kata-kata bijak Ibnu Atha’illah As-Sakandari 

8. Ke Delapan 

اِذاَ فَتحَ لك وُجْهَة ً من التـَّعَرُّفِ فلا تُباَلِ معها ان قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مافتحَهاَ لك الا وهو يرِيد انيتعرَفَ اليكَ

الم تَعلم انَّ التـَّعَرُفَ هوَمورِدهُ عليكَ والاَعمالُ انتَ مُهدِ يها اليهِ واَينَ ماتـُهد يهِ الَيهِ واَينَ ما تُهدِ يهِ اليْهِ مِمَّا هوَ مورِدهُ اليكَ

”Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk makrifat (mengenal pada-Nya), maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa makrifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepad-Nya dengan pemberian karunia Allah kepadamu.”

9. Ke Sembilan 

تنوَّعت اجْناَسُ الاَعمالِ لتنوُّعِ وارِداَتِ الاحْوالِ

“Beraneka macam jenis amal perbuatan, karena bermacam-macam pula pemberian karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.”

10. Ke Sepuluh 

الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها

“Amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh-ruh yang menghidupkannya adalah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu.”

11. Ke Sebelas 

 اِدْفن وُجُودَك فى ارضِ الخُمول. فما نبتَ مِمَّالم يُدفن لايتِمُّ نِتاجهُ

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh namun tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya.”

12. Ke Dua belas 

مانفعَ القَلبَ شَيءٌ مثلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بها ميدان فِكرةٍ

“Tidak ada sesuatu yang sangat berguna bagi hati (jiwa), sebagaimana menyendiri untuk masuk ke medan berpikir (tafakur)”

13. Ke Tiga belas 

كيف يُشْرقُ قلبٌ صُوَرُالاَكوَانِ مُنطبِعَة ٌ فى مِرْاَته ؟ ام كيفَ يرحلُ الى الله وهو مُكبَّلٌ بِشهواتِهِ ؟ ام كيفَ يَطمعُ ان يَدْخُلَ حَضرَةَ اللهِ وهو لم يتطهَّرْ من جنابةِ غفلاتهِ ؟ ام كيفَ يرجُواَنْ يَفهَمَ د قاءـقَ الاسراَرِ وهُوَ لمْ يَتـُبْ من هفَوَاتِهِ؟

“Bagaimana akan dapat bercahaya hati seseorang yang gambar dunia ini terlukis dalam cermin hatinya. Bagaimana menuju kepada Allah, padahal ia masih terbelenggu oleh nafsu syahwat. Atau bagaimana akan dapat masuk menjumpai Allah, padahal ia belum bersih dari kelalaian. Bagaimana ia berharap akan mengerti rahasia yang halus dan tersembunyi, padahal ia belum taubat dari kekeliruannya.”

14. Ke Empat belas 

الكَونُ كلُّهُ ظُلمة ٌ واِنّمَا اَناَرَهُ ظُهُورُالحَقِّ فيه فمن رأى الكَوْنَ ولم يَشْهَدْهُ فيهِ اوعِندهُ اوقَبْله اوبَعْدهُ فقد اَعوزَهُ وجودُ الانوَرِ وحُجِبتْ عَنه شموس المعارفِ بِسُحُبِ الاثارِ

“Alam itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-haq (Allah) padanya, maka barangsiapa yang melihat alam, lantas tidak melihat Allah di dalamnya, atau didekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh nur (cahaya), dan tertutup baginya surya (nur-cahaya) ma’rifat oleh tebalnya benda-benda alam ini.”

15. Ke Lima belas 

مِمَّايَدُلُّكَ على وجُودِ قهرِهِ سُبْحانهُ ان حجبكَ عَنهُ بما ليسَ بموجُودٍ معهُ

“Di antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya kekuasaan Allah yang luar biasa, ialah dapat menghijab engkau dari pada melihat kepada-Nya dengan hijab tanpa wujud di sisi Allah.”

16. Ke Enam belas 

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى اظهركلَّ شيىءٍ

“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab (dibatasi tirai) oleh sesuatu padahal Allah yang menampakkan (mendhohirkan) segala sesuatu.”

17. Ke Tujuh belas 

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرلِكلّ شيىءٍ

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو الظاهرقبل وجودِ كلّ شيىءٍ

“Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia (Allah) yang tampak pada tiap sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia (Allah) yang ada dhohir sebelum adanya sesuatu.” 

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.