Minggu, 10 Maret 2024

AMALAN RASULULLAH PADA BULAN RAMADHAN

Edisi Ahad, 10 Maret 2024 M / 29 Sya'ban 1445 H.

Pemerintah melalui Kementerian Agama memiliki peran sentral yaitu dengan menyelenggarakan sidang Itsbat awal Ramadhan yang didasarkan pada rukyat, dan hisab sebagai pendukung.  Keputusan Itsbat bersifat mengikat dan berlaku bagi umat Islam secara nasional, sebagaimana kaidah fiqih:

 حُكْمُ الحَاكِمِ يَرْفَعُ الخِلَافَ 

“Keputusan Hakim (Pemerintah) dapat menghilangkan perselisihan.” 

Hanya saja, jika perbedaan penetapan awal Ramadhan masih saja terjadi maka prinsip toleransi sepatutnya tetap dikedepankan. Sebab, menjaga persatuan dan kerukunan umat merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan.

Dalam menetapkan awal bulan Ramadhan, mayoritas ulama dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali menyatakan bahwa awal bulan Ramadhan hanya bisa ditetapkan dengan menggunakan metode rukyat (observasi/mengamati hilal) atau istikmal, yaitu menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Mereka berpegangan pada firman Allah subhanahu wa ta’ala dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ     

“Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) nya.” 

Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ 

“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari, hadits no.1776).

Pada ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya mengkaitkan kewajiban berpuasa dengan melihat hilal. Artinya, kewajiban berpuasa hanya bisa ditetapkan dengan melihat hilal atau menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari. (Lihat: Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Damaskus: Maktabah al-Ghazali, Juz 1980, hal. 210). 

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang merupakan Rasul Allah tentu sosok terbaik yang wajib untuk kita ikuti, segala yang beliau lakukan ialah berisi teladan kebaikan dan cermin jiwa yang suci. Begitu pula di bulan Ramadhan yang mulia ini, ada 17 amalan Rasul pada bulan Ramadhan yang juga wajib untuk kita teladani, berikut amalan amalan mulia tersebut :

1. Berpuasa Setelah Melihat Hilal 

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yakni Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan tidak akan memulai puasa Ramadhan kecuali jika beliau sudah benar benar melihat adanya hilal di langit atau berdasarkan penglihatan hilal orang yang mengerti atau berita dari orang yang bisa dipercaya dan memahami tentang munculnya hilal atau jika hilal tidak terlihat maka beliau memulai hari pertama puasa Ramadhan dengan melengkapi jumlah dari 29 menjadi 30 atau puasa genap 30 hari. hukum puasa sebelum 1 Ramadhan tentu tidak boleh dilakukan.

Sebab itu tidak bisa asal saja menentukan awal dan akhir bulan puasa atau bulan Ramadhan tanpa melihat hilal, sebab itu ialah patokan yang utama, sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada bulan Ramadhan 1445 H /2024 M ini, menentukan tanggal awal dan akhir puasa berdasarkan apa yang dicontohkan Rasulullah.

2. Tidak Berpuasa Hari Sebelumnya 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum bulan Ramadhan selalu melarang umatnya pada jaman tersebut untuk mengawali Ramadhân dengan puasa 1 atau 2 hari sebelumnya kecuali jika puasa yang dilakukan karena sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Sebab itu, beliau selalu menegaskan dan melarang umatnya untuk berpuasa pada hari Syak yaitu sebuah hari yang masih diragukan kebenarannya, apakah sudah tanggal 1 Ramadhan ataukah masih tanggal 30 Sya'ban bulan sebelumnya. Jadi tidak boleh memulai puasa ramadhan sebelum adanya hilal yang jelas agar tidak berpuasa di hari yang dilarang puasa dalam islam.

3. Puasa Ramadhan Sejak Fajar 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sepanjang bulan Ramadhan tidak pernah memulai puasa ramadhan sampai benar benar terlihat fajar shadiq dengan jelas atau di waktu subuh. Ini dalam rangka menjalankan sumber syariat islam dari firman Allâh Subhanahu Wa Ta'ala“ Dan makan serta minumlah engkau hingga terang bagimu sebuah benang putih dari sebuah benang hitam, yaitu datangnya fajar”. [QS. Al-Baqarah/2:187].

4. Segera Berbuka 

“Umatku yang beriman senantiasa baik selama mereka selalu menyegerakan untuk berbuka puasa”. Menyegerakan dalam berbuka puasa ialah termasuk amalan Rasulullah yang pantas dijadikan teladan, walaupun dengan air putih atau dengan kurma, tetap saja wajib untuk segera membatalkan puasa terlebih dahulu ketika mendengar adzan maghrib berkumandang. waktu buka puasa dan adab berbuka puasa selalu diperhatikan dan dilaksanakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

5. Menjauhi Dusta 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :

“Barang siapa umatku yang tidak mampu meninggalkan perkatan dusta dan perbuatan yang dusta, maka sesungguhnya tidak membutuhkan puasanya sama sekali atau puasanya tidak berharga”. 

Bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus saja, namun juga melakukan kebaikan dengan menjauhi dusta, sebab bahaya dusta dalam islam akan menghalangi pahala puasa sehingga tidak mendapat rahmat Allah.

6. Berkumpul dengan Keluarga 

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wasallam sepanjang hari sangat menyayangi dan sangat memperhatikan kasih sayang, perhatian kepada keluarga atau hubungan kedekatan yang baik dengan keluarganya. Begitu juga pada bulan Ramadhân, kebaikan beliau lahir dan batin kepada keluarga yang dimilikinya semakin meningkat lagi dan semuanya mendapat limpahan kasih sayang dengan adil.

7. Bersikap Manis pada Istri 

Puasa ramadhan tidak pernah menghalangi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk sekedar memberikan perhatian berupa kecupan manis kepada para istrinya yang beliau cintai. Beliau adalah sosok manusia terbaik, sosok orang yang paling kuat menahan nafsunya. Sebab itu beliau tetap mencium kening istrinya tanpa berpengaruh pada puasa ramadhannya.

8. Menggunakan Siwak 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di bulan Ramadhan tidak pernah meninggalkan siwak, untuk selalu membersihkan mulutnya dan menjaga kesehatan dalam rangka upaya untuk meraih keridhaan Allâh. Walaupun sedang berpuasa, kebersihan tetaplah sesuatu yang penting, sebab itu sebagai umatnya kita harus mencontoh, tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut.

9. Mencari Lailatul Qadar 

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wasallam di bulan Ramadhan selalu lebih bersungguh sungguh dalam menjalankan ibadah dan amalan bila dibandingkan dengan bulan bulan yang lain, terutama pada waktu hari hari sepuluh hari terakhir untuk mencari lailatul qadar sebab Rasulullah mengetahui pada malam tersebut tersimpan kebaikan yang lebih baik dari malam 1000 bulan.

10. I’tikaf 

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wasallam selalu  beri’tikaf di masjid yang tenang pada 10 hari terakhir bulan Ramadhân, beliau menjalankan I’tikaf atau berdiam diri dan mendekat kepada Allah selama 20 hari. Ketika beliau beri’tikaf, beliau selalu berada dalam keadaan berpuasa ramadhan. I’tikaf juga contoh teladan kebaikan yang dilakukan Rasulullah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan memohon kebaikan padaNya.

11. Membaca Al Qur’an 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam selalu bertadarus atau membaca Al Qur’an di bulan Ramadhan dengan sungguh sungguh, bahkan tidak ada seorangpun di dunia ini yang sanggup menandingi keseriusan dan kekhusyu’kan beliau dalam melakukan tadarus al-Qur’ân. Malaikat Jibril pun senantiasa datang menemui beliau di bulan Ramadhan untuk tadarus al-Qur’ân bersama dan memberi petunjuk yang disampaikan oleh Allah untuk kemudian disampaikan kepada seluruh umat islam.

12. Sedekah 

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling tinggi tingkat dermawannya atau paling banyak sedekahnya. Kedermawanan beliau di bulan Ramadhân bahkan tidak bisa digambarkan dengan kata kata atau tak bisa dihitung kebaikannya. Sedekah yang dilakukan beliau ibarat angin yang bertiup membawa kebaikan dan terus menerus, tidak takut kekurangan atau kehabisan rejeki, sebab Rasulullah percaya Allah selalu memberi rezeki. Kita pun harus mencontohnya.

13. Berperang Melawan Kafir 

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wasallam adalah seorang mujahid sejati yang tangguh. Ibadah puasa ramadhan yang dilakukan sama sekali tidak menyurutkan semangat beliau andil dan terlibat langsung dalam berbagai peperangan. Beliau tidak pernah berdiam diri, beliau pun juga melakukan berbagai kegiatan fisik yang berat pada bulan Ramadhân, dengan niat untuk menegakkan agama islam dan menghilangkan keburukan.

14. Tidak Bermalas Malasan 

Sering kita jumpai, bulan Ramadhan menjadi alasan untuk bersantai dan hanya tiduran sepanjang hari, padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mencontohkan demikian, sepanjang masa hidup Rasûlullâh, bulan Ramadhân mulia merupakan bulan yang dijalankan dan diisi kegiatan serta amalan bermanfaat yang penuh dengan keseriusan, penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Ini tentunya sangat berbeda dengan realita zaman sekarang dimana sebagian kaum Muslimin saat ini yang selalu memandang bulan Ramadhân sebagai saat bersantai dan berdiam diri, bermalas malasan atau bahkan bulan ramadhan dikatakan sebagai waktunya untuk menganggur atau istirahat. Tentunya itu adalah pandangan yang salah.

15. Memberi Keringanan Bagi yang Kesusahan 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan pernah berjihad dan beliau menyuruh kepada para sahabatnya untuk membatalkan puasa ramadhan mereka supaya kuat dan tidak lemah saat berhadapan dengan musuh, namun dengan kondisi tertentu yang memang membutuhkan dan mewajibkan untuk mengganti di hari lain, hal itu karena melakukan kepentingan islam atau demi islam yang lebih utama.

Contoh lain ialah Rasulullah menjelaskan bahwa beliau membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan jauh dan tidak memungkinkan untuk menjalankan puasa Ramadhan, orang yang sedang sakit hingga lemah kondisinya dan membutuhkan pengobatan dan orang yang sudah lanjut usia serta wanita yang hamil dan wanita yang sedang menyusui untuk membatalkan puasa ramadhannya jika memang tidak mampu dan mengganti di hari lain.

Hal itu tentunya dilakukan karena Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyebarkan islam dengan kasih sayang, tidak dengan paksaan atau dengan sesuatu yang memberatkan, semua itu dilakukan untuk hal yang lebih penting, dengan keperluan yang memang diridhoi oleh Allah, sehingga Rasulullah menjelaskan bahwa islam selalu memberikan keringanan bagi yang membutuhkan, tidak serta merta memberatkan.

16. Membolehkan Berbekam 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan pernah berbekam padahal beliau sedang menunaikan berpuasa. Beliau pun membolehkan umatnya pada jaman tersebut untuk berbekam sekalipun pada saat itu sedang berpuasa ramadhan. Berbekam ialah pengobatan jaman dahulu untuk mengeluarkan penyakit.

Hal ini juga sama dengan donor darah, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa donor darah tetap boleh dilakukan di bulan Ramadhan dan tidak membatalkan puasa asalkan dengan kondisi yang kuat seperti cukup sahur dan dalam kondisi yang sehat menurut pemeriksaan kesehatan sehingga tidak menimbulkan pengaruh bagi puasa ramadhan yang sedang dilakukan.

17. Bersikap Lemah lembut 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ekstrem atau membebani atau berbuat kasar kepada umatnya, baik itu pada bulan Ramadhân yang mulia ataupun bulan lainnya. Sebab itu, ketika bulan Ramadhan kita semua wajib memperbaiki diri untuk lebih bersikap lemah lembut kepada siapa saja sehingga hal itu nantinya akan menjadi kebiasaan dan karakter islami kita yang baik. Rasulullah selalu memberi kebaikan, tidak ada kekerasan, kekerasan yang dilakukan oleh orang yang mengaku islam hanyalah tipu daya dan dosa besar dan  ia melakukannya karena hawa nafsunya sendiri.

Demikian artikel tausiah kali ini, semoga mudah dipahami oleh anda dan dapat menjadi wawasan islami serta menambah ilmu anda mengenai agama islam. Terima kasih. 

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Ahad, 10 Maret 2024 M / 29 Sya'ban 1445 H.

Menentukan Awal Ramadhan/Syawal

عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

 صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا شَعْبَانَ ثَلاَثِيْن

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ “Berpuasalah kalian karena melihatnya, dan berbukalah kalian (untuk Iedul Fithri) karena melihatnya. Jika (hilal) tertutup oleh mendung, maka sempurnakanlah Sya’ban 30 hari”.

[ HR Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Ash Shaum, no. 1.909. Lihat Fat-hul Bari, Op.Cit. hlm. 4/119.]

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1- Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggantungkan perkara puasa dan Ied (fithri) dengan sesuatu yang tampak. 

2- Sehingga manusia dapat mengetahui secara jelas urusan mereka. Yaitu dengan melihat hilal bulan, atau menyempurnakan bilangan bulan yang lalu 30 hari. 

3- Karena tidak mungkin lebih dari 30 hari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan umatnya untuk puasa bila melihat hilal Ramadhan, dan memerintahkan berbuka Iedul Fithri bila melihat hilal Syawal.

4- Jika ada halangan melihatnya karena mendung atau sejenisnya, maka mereka menyempurnakan jumlah bulan terdahulu (yaitu) 30 hari, karena pada asalnya demikian, sehingga tidak dihukumi keluar dari bulan tersebut kecuali dengan keyakinan.

5- Namun penentuan bulan Ramadhan/syawal dengan cara melihat hilal ini dapat ditetapkan dengan persaksian seorang muslim yang adil, sebagaimana dikatakan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu : 

تَرَاءَى النَّاس الْهِلاَلَ فَأَخْبَرْتُ النبي أَنِّيْ رَأَيْتُهُ فَصَامَ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ 

“Manusia sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku telah melihatnya, maka Beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa”.

[HR Abu Dawud, dalam Sunan-nya kitab Ash Shaum, Op.Cit., hlm. 2/756, no. 2.342. dengan sanad yang shahih].

6- Kesimpulannya, hilal Ramadhan/syawal(iedul fithri) dianggap sebagai tanda masuk Ramadhan/syawal, jika terlihat oleh manusia atau sebagiannya, dan diberitahukan kepada yang lainnya, sehingga diketahui oleh khalayak ramai. Wallahu a’lam.

Tema Hadits yang berkaitan dengan Al Qur'an:

-Penentuan bulan dengan melihat hilal, ditunjukkan oleh keumuman firman Allah Azza wa Jalla .

 يَسْئَلُونَكَ عَنِ اْلأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَج

ِّ “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan sabit). Katakanlah: “Hilal (bulan sabit) itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji”.

[QS. Al- Baqarah/2 :189].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.