Selasa, 05 Maret 2024

CARA MENJAGA LISAN MENURUT ISLAM DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Edisi Selasa, 5 Maret 2024 M / 24 Sya'ban 1445 H.

Lisan merupakan salah satu fitrah yang di karuniakan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada seluruh umat manusia. Meskipun ukurannya lebih kecil di bandingkan bagian tubuh lainnya seperti tangan dan kaki. Lisan dapat menempatkan seseorang pada posisi sebagai penghuni surga atau sebaliknya di lemparkan kedalam api neraka. Jangan menyepelekan setiap perkataan yang keluar dari mulut kita.

Karena pada dasarnya perkataan tersebut memiliki dampak yang besar dan bisa mendatangkan murka Allah Ta’ala. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur setiap tatanan dalam kehidupan manusia. Begitupula dengan kewajiban dan keutamaan menjaga lisan dalam islam . Secara jelas telah di terangkan dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala Surah Al-Isra ayat 36 yang berbunyi :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36).

Sebagai umat muslim yang baik kita dituntut untuk dapat menjaga lisan. Hal itu, juga merupakan upaya untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kita juga di anjurkan untuk berbicara sesuai dengan apa yang diketahui dan makna kebaikan yang terkandung di dalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi).

“Mulut lebih Tajam daripada Pedang” pepatah ini memang benar adanya. Karena dampak yang di timbulkan dari ucapan yang keluar melalui lisan akan sangat beragam. Ucapan yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sedangkan ucapan yang buruk akan dapat memicu permusuhan. Sudah banyak bukti percekcokan yang dimulai karena ketersinggungan pihak lain atas ucapan yang dilontarkan. Karena itu, dalam meningkatkan kadar keimanan kita serta upaya untuk semakin memperkokoh persatuan, berikut Cara menjaga lisan dalam islam di kehidupan sehari-hari . Simak selengkapnya.

1. Jauhi Topik Bicara yang Tak Bermanfaat 

Ketika seseorang berbicara sesuatu yang tak bermanfaat seringkali membuatnya tak bisa mengendalikan emosi. Tentunya dengan emosi yang menggebu-gebu bisa membuat lisan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. 

Jadi sebaiknya hindari membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. 

“Kemana kamu pergi, siapa yang kamu lihat, apa yang kamu lakukan, dan berapa harga bawang yang kamu bayar di pasar adalah hal-hal yang termasuk kategori tidak penting” ujar Imam Al-Ghazali ketika membicarakan ciri-ciri orang yang mendedikasikan hidupnya di jalan nabi.

2. Berta'awudz 

Saat marah, seseorang akan mudah berkata kasar dan kotor. Hal ini tentunya bisa menyakiti perasaan orang lain. Untuk menghindari hal ini sebaiknya banyak-banyaklah berta'awudz. 

Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah yang tertuang dalam hadits HR. Bukhari Muslim.

“Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim.”( HR. Bukhari Muslim).

3. Tidak Selalu Menyampaikan apa yang Didengarkan Kepada Orang Lain 

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari apa yang disebut dengan sosialisasi. Tentunya untuk menjalin keakraban maka kita akan berkomunikasi satu sama lain. Dari komunikasi ini kemudian terjalin obrolan-obrolan yang kadang melibatkan pihak lain. Tentunya sebagai seorang muslim kita tidak patut menyampaikan semua ucapan yang kita dengar. Seperti yang dikutip Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR.Muslim dan Abu Dawud).

4. Jauhi Sikap Sombong dan Membanggakan Diri 

Sifat sombong dalam islam , dan membanggakan diri atau pamer dalam islam memang sudah kodrati ada dalam setiap diri manusia. Sikap itu tercermin dari gaya bahasa dan ucapan yang keluar dari lisan seseorang. Padahal dalam islam kedua sifat ini merupakan sifat tidak terpuji yang harus dihindari. Dalam sebuah hadits Dari aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan:

“Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.” ,   berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam : “orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (Muttafaq alaihi).

5. Perbanyak  Membaca Al-quran 

Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda:

“Dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca”.  (HR. Abu daud dan attirmidzi).

Membaca Al-quran merupakan salah satu cara membentengi diri dalam menjaga lisan. Selain itu juga akan mampu mengontrol diri semakin mampu membedakan antara akhlaq terpuji dan tercela. Amalan yang baik adalah terutama dengan keutamaan membaca al-quran di bulan ramadhan.

6. Banyak Berdzikir 

Berdizkir merupakam salah satu cara manusia untuk mengingat kebesaran sang pencipta. Salah satu keutamaan dari dzikir ialah dapat membantu kita dalam mengontrol perkataan dan perbuatan kita. Selain itu juga, Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (QS. Ali imran:191).

7. Hindari Sikap Berlebihan Dalam Berbicara 

Berlebihan dalam berbicara merupakan salah satu hal yang tidak di anjurkan dalam islam. Apalagi jika hal yang di bicarakan lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Hal tersebut justru akan bisa membawa dampak buruk bagi citra anda di mata umum. Sebaiknya anda berbicara sesuai dengan porsi dan usahakan apa yang keluar dari lisan anda ialah ucapan yang bermanfaat dan bernilai kebaikan.

8. Jangan Memotong Pembicaraan atau Membantahnya 

Memotong atau membantah perkataan orang lain, apalagi orang yang lebih tua merupakan hal yang di benci dalam islam. Selain itu, bagi sebagian besar orang Indonesia, hal ini juga merupakan etika yang buruk dan tidak baik. Sehingga tentunya hal ini harus kita hindari dan jangan sampai dilakukan. Terutama kepada orang tua dan orang orang terdekat.

9. Jangan Memperolok Cara Bicara Orang Lain 

Allah Subhanahu wa ta'ala terkadang menciptakan sebagian kecil umatnya dengan kekurangan fisik yang dimiliki. Sebagian dari mereka ada yang kesulitan dalam berbicara dan terbata-bata dalam pengucapannya. Sebagai muslim yang baik, hendaknya kita tidak memperolok kekurangan yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS.Al-Hujurat:11).

10. Jauhkan Diri Dari Ghibah (Gossip) dan Namimah (Adu Domba) 

Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”.

Saat ini, ghibah dalam islam telah berkembang menjadi budaya terutama dikalangan perempuan dan ibu-ibu. Sepertinya hal ini telah berakar dan menjadi kebiasaan yang sulit untuk di hilangkan. Namun, jika anda telah menyimak hadits di atas, seharusnya anda akan sadar untuk menghilangkan kebiasaan tidak terpuji tersebut. Karena tidak jarang ghibah yang dilakukan akan berdampak pada timbulnya fitnah.

11. Jangan Menggunjing Orang Lain 

Bergunjing merupakan salah satu sifat tercela yang sangat di benci Allah Subhanahu wa ta'ala. Dengan jelas dalam firmannya ia menyebutkan bahwa seorang yang suka bergunjing terhadap orang lain diibaratkan sebagai seorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Berikut petikan Firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam QS Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12].

12. Hindari Perkataan yang Tidak Berdasar 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” 

Perkataan yang tidak berdasar tidak hanya dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala tapi juga dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Timbulnya sengketa, perpecahan dan permusuhan dapat terjadi akibat dari ucapan lisan yang tidak berdasar.

13. Lebih Banyak Menggunakan Telinga Ketimbang Mulut 

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 47.

” Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

14. Mengendalikan Lisan Lewat Hati 

Dalam buku yanga sama Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti juga berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 49.

“Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.

15. Hindari Berbicara Tanpa Berfikir 

Dalam berbicara entah kepada siapapun itu sebaiknya kita memikirkan dengan baik apa yang akan kita katakan. Apakah dampaknya? Bagaimana menyampaikannya dan kata-kata apa yang harus di gunakan sebagaimana hukum menyakiti hati orang lain dalam islam . Sehingga jangan sampai apa yang keluar dari lisan kita ini tanpa dilalui dengan proses berfikir. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”

16. Jangan Menghina Orang Lain 

Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi.

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”

Dalam kehidupan, tidak sekalipun kita diajarkan untuk menghina orang lain. Apalagi menghina saudara sendiri selaku umat muslim. Rosullullah Shallallahu 'alaihi wasallam sendiri dengan menyatakan sangat membenci orang yang sengaja menghina saudaranya sesama umat muslim.

17. Selalu Menjaga Ucapan Kepada Orang Lain 

Pangkal dari sebuah perkara yang timbul bisa disebabkan karena kesalahan dalam berucap. Pada faktanya ada banyak sekali pertikaian dan perselisihan yang timbul akibat tidak bisa menjaga lisan satu sama lain. Tentunya hal ini dapat dihindari jika kesadaran antara kita semakin tinggi dalam menjaga ucapan kepada orang lain. Terlebih lagi sifat dan karakter masing-masing orang berbeda. Jangan sampai anda di cap sebagai seseorang yang berlidah tajam dan berbisa.

Demikian 17 cara menjaga lisan menurut islam di kehidupan sehari-hari yang dapat disampaikan. Tentu dapat menjadi hal yang bisa anda praktekan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini juga dapat membantu anda dalam meingkatkan kadar iman dalam islam terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala serta sebagai salah satu cara membuat hati tenang dalam islam. Sehingga nantinya kita termasuk kedalam orang-orang yang beruntung di surgaNya. 

Aamiin...

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Selasa, 5 Maret 2024 M / 24 Sya'ban 1445 H. 

Manisnya Buah Menjaga Lisan dan Kemaluan 

عن سهل بن سعد رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ ، وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ 

رواه البخاري (رقم/6474)

Dari Sahal bin Saad radliyallaahu anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Lisan merupakan anggota badan manusia yang cukup kecil jika dibandingkan anggota badan yang lain. Akan tetapi, ia dapat menyebabkan pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk surga atau bahkan dapat menyebabkan pemiliknya dilemparkan ke dalam api neraka.

2- Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah.

3- Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk menjaga lisan dan kemaluannya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah, dalam rangka untuk mencari keridhaan-Nya dan mengharap balasan berupa pahala dari-Nya. Semua ini adalah perkara yang mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala.

4- Semoga kita bisa menjaga lisan, kemaluan, tangan, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota badan dari yang diharamkan Allah hingga ajal menjemput maka kita insyaAllah berhak mendapatkan surga yang penuh kenikmatan dan berjumpa dengan Rabbnya.

Tema hadits yang  berkaitan dengan Al Qur'an : 

1- Ketika kita telah mengetahui bahaya yang timbul akibat tidak menjaga lisan, dan kita pun telah mengetahui bagaimana manisnya buah menjaga lisan, sudah sepantasnya kita selalu berfikir sebelum kita mengucapkan suatu perkataan. Apakah kiranya perkataan tersebut akan mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala atau bahkan sebaliknya ia akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18).

2- Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya. (QS.Al-Ahzab: 35) Yakni memeliharanya dari hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa, terkecuali terhadap hal-hal yang diperbolehkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حافِظُونَ إِلَّا عَلى أَزْواجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغى وَراءَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ العادُونَ

dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Muminun: 5-7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.