Edisi Senin, 11 Maret 2024 M / 30 Sya'ban1445 H.
Menjelang tibanya bulan suci Ramadhan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berpidato di hadapan para sahabatnya. Ceramah di penghujung bulan Sya’ban tersebut berisi tentang informasi keistimewaan Ramadhan, serta anjuran untuk meningkatkan penghambaan kepada Allah dan kepedulian sosial. Yang menarik, Rasulullah menggunakan redaksi sapaan “yâ ayyuhannâs” (wahai manusia) saat mengawali pidatonya, yang menandakan bahwa pesan tersebut berlaku umum bagi seluruh umat, bukan kaum Muslimin semata. Berikut isi lengkap pidato tersebut:
"Wahai manusia, sungguh bulan agung dan penuh berkah telah menaungi kalian. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah.Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain.” “Ramadhan itu adalah bulan kesabaran; sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan. Pada bulan itu rezeki orang-orang mukmin ditambah.”
“Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya, dibebaskan dari api neraka. Orang itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tersebut. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikit pun.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tak semua dari kami memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain.” Rasulullah ﷺ menjawab, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu.” Nabi ﷺ pun melanjutkan, “Dialah Ramadhan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka.”
“Barangsiapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu-pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka."
“Oleh karena itu dalam bulan Ramadhan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh ridha Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. (Untuk meraih) dua bagian yang pertama, hendaklah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan memohon ampunan kepada-Nya. (Untuk meraih) dua bagian yang kedua hendaklah memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka.”
“Siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga.”
(Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah: 1780; al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman: 3455. Redaksi hadits di atas riwayat Ibn Khuzaimah).
Meskipun sebagian ahli menyebut hadits ini berstatus dhaif, kandungannya masih bisa diamalkan karena berkaitan dengan fadhailul a’mal (keutamaan amal). Beberapa keterangan yang disebutkan hadits ini, banyak persamaan yang disebutkan hadits yang lebih sahih. Jika kita merenungi khotbah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam menyambut bulan suci ramadhan di atas, ada beberapa poin penting yang patut diperhatikan.
1. Poin Pertama
Dinyatakan bahwa bulan ramadhan itu bulan yang mulia, sebab hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.
2. Poin Ke Dua
Dinyatakan bahwa di bulan ramadhan umat muslim sebagai tamu yang diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Sehingga, di bulan suci ini nafas-nafas umat muslim yang sedang berpuasa menjadi tasbih, tidurnya menjadi ibadah, amal-amalnya pun diterima dan doa-doa diijabah.
3. Poin Ke Tiga
Dinyatakan bahwa umat muslim harus memperbanyak amalan-amalan kebaikan pada bulan suci ramadhan yaitu dengan Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin, memuliakan orang tua, menyayangi yang muda, menyambungkan tali persaudaraan, menjaga lidah, menahan pandangan dari apa-apa yang tidak halal untuk memandangnya, menahan pendengaran dari apa-apa yang tidak halal untuk mendengarnya, mengasihi anak-anak yatim, serta bertaubat kepada Allah dari dosa-dosamu.
4. Poin Ke Empat
Dinyatakan bahwa pada saat bulan ramadhan diri-diri umat muslim tergadai karena amal-amal mereka, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggung umat muslim berat karena beban (dosa) mereka, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudnya.
5. Poin Ke Lima
Dinyatatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.
6. Poin Ke Enam
Dinyatakan bahwa siapa saja umat muslim yang memberi buka kepada orang-orang mukmin lain yang berpuasa di bulan ramadhan, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
7. Poin Ke Tujuh
Dinyatakan bahwa di bulan ramadhan ini umat muslim bisa menjaga diri mereka dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma dan seteguk air. Artinya umat muslim harus memperbanyak sedekah di bulan suci ini, agar terhindar dari api neraka.
8. Poin Ke Delapan
Dinyatakan bahwa umat islam harus memperbanyak membaguskan akhlaknya di bulan suci ini, agar mereka berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Adapun beberapa akhlak baik yang dijelaskan dalam hadits ini yaitu meringankan pekerjaan pegawai atau pembantu di bulan ini, maka Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat, menahan kejelekannya di bulan ini, maka Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya, memuliakan anak yatim di bulan ini, maka Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya, menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, maka Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya, melakukan shalat sunat di bulan ini, maka Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka, melakukan shalat fardhu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lain, memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, maka Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan, serta membaca Al Qur’an meski hanya satu ayat Al-Quran, maka ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain. Subhanallah.
9. Poin Ke Sembilan
Umat muslim harus memperbanyak membaca doa-doa yang baik. Dalam hadits di atas kita dianjurkan untuk meminta kepada Allah agar tidak pernah menutupkan pintu-pintu surga yang dibuka pada saat bulan ramadhan, berdoa memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar pintu-pintu neraka tidak akan pernah dibukakan kembali ketika setelah ramadhan, memohon kepada Allah agar setan-setan tidak pernah lagi menguasai diri serta menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.
10. Poin Ke Sepuluh
Dinyatakan bahwa bulan ramadhan itu adalah bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu di bulan ini Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’. Sehingga sebagai umat muslim kita harus menjalankan perintah Allah tersebut.
11. Poin Ke Sebelas
Dinyatakan bahwa di bulan ramadhan umat muslim harus banyak mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, sebab jika seorang muslim melakukan satu kebajikan di bulan ramadhan maka sama dengan orang yang menunaikan suatu amal fardhu di dalam bulan yang lain.
12. Poin Ke Duabelas
Dinyatakan bahwa bulan ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Oleh karena itu umat muslim harus lebih sabar di bulan ini. Selain itu ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya. Sehingga umat muslim harus memperbanyak sedekah atau membantu orang lain.
13. Poin Ke Tigabelas
Dinyatakan bahwa siapa saja yang memberikan makanan berbuka kepada seseorang yang sedang berpuasa, maka Allah akan mengampuni dosanya dan memerdekakan dirinya dari neraka. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan keadilan-Nya bahwa orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.
14. Poin Ke Empatbelas
Dinyatakan jika seorang muslim tidak mempunyai sesuatu yang akan diberikan kepada orang lain untuk berbuka puasa, maka hanya dengan memberi sebutit kurma atau seteguk air dan sehirup susu pun Allah akan memberikan pahalanya kepadanya. Subhanallah.
15. Poin Ke Limabelas
Dinyatakan bahwa bulan ramadhan itu bulan istimewa, bagaimana tidak bulan suci ini adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka.
16. Poin Ke Enambelas
Dinyatakan bahwa seorang muslim harus memperbanyak empat perkara di bulan ramadhan, dimana dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Allah, dan dua perkara lagi untuk kebaikan dirinya yang sangat diperlukan ketika di akhirat kelak.
Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.
17. Poin Ke Tujuhbelas
Dinyatakan bahwa siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berbuka puasa di bulan ramadhan, niscaya Allah akan memberi minum kepadanya dari air kolam-Nya, dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga. Subhanallah...
Ketujuhbelas poin dalam hadits di atas, kiranya kita bisa melaksanakannya di bulan mulia, bulan penuh rahmat yakni Bulan Ramadhan. Wallahu’alam
Semoga bermanfaat....
ONE DAY ONE HADITS
Senin, 11 Maret 2024 M / 30 Sya'ban 1445 H.
"Marhaban Ya Ramadhan"
قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ . (رواه النسائي والبيهقى فى صحيح الترغيب : ٩٨٥)
Artinya :
Rasûlullâh ﷺ bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya fardhu (kewajiban). Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dibelenggu pemimpin setan, dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah benar-benar diharamkan kebaikan.” (HR. Al-Nasai dan al-Baihaqi, Shahih al-Targhib, no. 985).
Pelajaran yang terdapat pada hadits di atas :
1. Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Allah membuka sejuta pintu kebaikan di bulan tersebut. Tidak ada orang yang tidak mau menjumpai bulan Ramadhan.
2. Keutamaan Ramadhan tidak kita sangsikan lagi; dari keberkahan, pahala suatu amal yang dilipatgandakan, dan ampunan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang terhalang kebaikan darinya, sungguh ia orang merugi. Karenanya, setiap muslim harus merasa gembira saat Ramadhan tiba.
3. Imam Ibnu Rajab berkata: "Hadits ini dasar dalam tahniah dari sebagian manusia kepada sebagian yang lain dengan datangnya bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana seorang pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana orang berakal tidak bergembira dengan masa yang syetan dibelenggu di dalamnya?”
4. Karenanya, seorang mukmin pantas bergembira dengan datangnya bulan (Ramadhan) ini. Ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih di dalamnya. Ia bergembira dengan kedatangannya sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan kedatangan bulan mulia ini.
5. Berikut ini beberapa bekal yang layak dipersiapkan dalam menyambut Ramadhan:
a. Sejak 2 bulan sebelumnya sudah berdo'a kepada Allah agar menyampaikan umur kita kepada bulan yang mulia ini dalam kondisi sehat wal ‘afiat. Sehingga ia bisa mengisi Ramadhan dengan puasa, qiyamullail/tarawih, dzikir, tilawah al-Qur'an, dan amal-amal shaleh lainnya dengan maksimal.
Sebagian ulama salafush shalih berdo'a kepada Allah agar disampaikan kepada Ramadhan. Lalu mereka berdo'a agar Allah berkenan menerima amal ibadahnya.
Dari Abu 'Amr Al-Auza'ه, ia berkata: Adalah Yahya bin Abi Katsir berdo'a memohon kehadiran bulan Ramadhan:
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَانَ ، وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ ، وَتُسلمهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً.
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Hilyatul Auliya', juz 1, hlm. 420)
b. Dengan menjaga hati terhadap kaum muslimin. Yakni jangan sampai ada kebencian dan permusuhan antara kita dan saudara muslim kita. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu 'Anhu, Rasûlullâh Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللّٰهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مَشَاحِن.
"Sesungguhnya Allah menilik pada malam nishfu (pertengahan) Sya'ban, lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang cekcok/permusuhan terhadap saudaranya." (HR. Ibnu Majah)
c. Memperbanyak puasa dan membiasakan ibadah di bulan Sya’ban. Di samping karena bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia dan amal anak Adam diangkat kepada Allah Ta’ala, memperbanyak puasa di bulan Sya’ban juga sebagai persiapan dan pembiasaan diri dengan amal-amal Ramadhan.
d. Memperhatikan amal-amal wajib, seperti shalat berjama'ah lima waktu sehingga saat Ramadhan tiba tidak ada pahala besar yang luput dari kita. Biasakan berjalan kaki ke masjid untuk shalat berjama'ah dalam kondisi suci agar setiap langkah kita berpahala dan menjadi penghapus dosa.
e. Membaca dan mempelajari hukum-hukum puasa dari berbagai kitab, kaset rekaman ceramah para ulama' dan da'i/muballigh.
f. Tidak boleh dilupakan pula dalam menyambut Ramadhan adalah Al-Qur'an al-Karim; membaca dan mengkajinya. Lebih utama jika mampu menghatamkan di bulan Sya’ban sehingga ia memulai tilawatul Qur’an dari awal surat. Jika ini dilakukan, insya Allah akan membuatnya ringan menghatamkan qira’atul Qur’an di bulan Ramadhan.
g. Shalat malam juga menjadi bekal yang tak boleh tinggalkan. Karena hadits nabawi menyebutkan keutamaan malam bulan Ramadhan dengan qiyamullail atau shalat tarawih. Jika ia sudah terbiasa dengan shalat malam ini, maka ia akan lebih ringan menjalankan shalat Tarawih berjama'ah dan menghidup-hidupkan malamnya dengan memperbanyak shalat. Ia bisa bermunajat kepada Rabb-nya di malam Ramadhan tanpa merasa berat dan payah.
h. Bekal lain yang tidak kalah urgensinya adalah zikrullah 'Azza Wa Jalla. Dengan zikrullah ini seorang muslim akan dimudahkan dalam menjalankan berbagai aktifitas ibadahnya.
Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an :
1. Bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya dengan keutamaan yang agung dan keistimewaan yang banyak;
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۞
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah/2: 185).
2. Ditutupnya pintu-pintu neraka di bulan ini, disebabkan oleh sedikitnya maksiat yang dapat memasukkan ke dalam neraka;
فَأَمَّا مَنْ طَغَى ۞ وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ۞ فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى ۞
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at/79: 37-39).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.