Senin, 28 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 7)

Edisi Selasa, 1 Maret 2022 M / 27 Rajab 1443 H

Isra' dan Mi’raj Nabi Muhammad adalah peristiwa yang sangat agung, dari peristiwa tersebut Nabi memperoleh berbagai macam pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kelengkapan dirinya, untuk mengemban tugas yang berat sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.

Dalam peristiwa Isra' Mi’raj pada 27 Rajab, sebagaimana disebutkan berbagai kitab tarikh dan kitab hadits, Nabi Muhammad dan umatnya diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari-semalam. (Nur al-Yakin, hal. 67 dan Nabi al-Rahmah, 54).

Dengan diperintahkannya shalat lima waktu bagi Nabi Muhammad dan umatnya pada malam Isra' Mi’raj tersebut, dirasakan betapa pentingnya ibadah shalat harus ditegakkan oleh setiap pribadi Muslim. Dalam Al-Qur’an banyak disebutkan perintah agar menegakkan shalat, perintah itu diulang berkali-kali sampai lebih dari delapan puluh kali. Di dalam hadits juga banyak disebutkan agar setiap muslim mengerjakan shalat dengan baik, di mana saja mereka berada.

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan sangat menentukan kualitas keimanan seorang muslim, apakah kuat atau lemah. Kalau kita rajin mengkaji ayat demi ayat dari Al-Qur’an dan al-Hadits maka akan dijumpai berbagai pengarahan agar manusia muslim dapat mengerjakan dan menegakkan shalat dengan baik.  

Berikut ini beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang membicarakan keutamaan Shalat selengkapnya :

1. Hadits keutamaan shalat sunnah fajar 

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. وفى رواية : لَهُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعًا

Dari 'Aisyah dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda: "Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya." Dalam riwayat lainnya : "Kedua rakaat itu lebih aku sukai daripada dunia seluruhnya." (H.R.Muslim  no. 1721 dan 1722 ). 

2. Hadits keutamaan shalat berjamaah 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً

Dari Ibu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Shalat berjamaah itu lebih utama dari pada shalat sendirikan dengan 27 derakat. (H.R.  Muslim no. 1509, Bukhari no. 645).

3. Hadits keutamaan shalat di masjid Nabawi 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

Dari Ibnu Umar, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda : Shalat di masjidku ini (masjid Nabawi) lebih baik dari pada 1000 shalat di tempat lain, kecuali di Masjid Al-Haram. (H.R. Muslim no. 3445, Ahmad no. 7620).

4. Hadits keutamaan shalat di masjidil Haram 

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ

Dari Jabir, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Shalat di masjidku (masjid Nabawi) lebih baik dari pada 1000 shalat di tempat lain, kecuali di Masjid Al-Haram. Dan shalat di masjid Al-Haram lebih baik dari pada 100.000 shalat di tempat lain. (H.R. Ibnu Majah no. 1471, Ahmad no. 15664).

5. Hadits keutamaan shalat dhuha dua belas rakaat 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِى الْجَنَّةِ

Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Barang siapa yang shalat dhuha dua belas rakaat, Allah akan membangunkannya istana dari emas di surga. (H.R. Ibnu Majah no. 1443, Tirmidzi no. 475).

6. Hadits keutamaan shalat setelah wudhu 

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ كَانَتْ عَلَيْنَا رِعَايَةُ اْلإِبِلِ فَجَاءَتْ نَوْبَتِى فَرَوَّحْتُهَا بِعَشِىٍّ فَأَدْرَكْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا يُحَدِّثُ النَّاسَ فَأَدْرَكْتُ مِنْ قَوْلِهِ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوْءَهُ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

Dari Uqbah bin Amir dia berkata : Dahulu kami menggembala unta, lalu datanglah malam, maka aku mengistirahatkannya dengan memberikan makan malam. Lalu aku mendapati Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdiri berbicara kepada manusia. Dan dari sebagian sabdanya yang aku dengar adalah: Tidaklah seorang muslim berwudlu lalu menyempurnakan wudlunya, kemudian mendirikan shalat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya, kecuali surga wajib diberikan kepadanya. (H.R. Muslim no. 576).

7. Hadits keutamaan shalat empat rakaat setelah matahari menyingsing ke barat 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّى أَرْبَعًا بَعْدَ أَنْ تَزُولَ الشَّمْسُ قَبْلَ الظُّهْرِ وَقَالَ إِنَّهَا سَاعَةٌ تُفْتَحُ فِيْهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَأُحِبُّ أَنْ يَصْعَدَ لِى فِيْهَا عَمَلٌ صَالِحٌ

Dari Abdullah bin Assaib, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melakukan shalat empat rakaat setelah matahari menyingsing ke barat sebelum shalat Dhuhur, dan beliau bersabda : sesungguhnya ia adalah waktu pintu-pintu langit dibuka, maka aku senang amal perbuatanku diangkat ke sana. (H.R. Turmudzi no. 480).

8. Keutamaan empat rakaat sebelum ashar 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

Dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang yang melakukan shalat sunnah sebelum Ashar empat rakaat. (H.R. Abu Daud no. 1273, Ahmad no. 6123 dan lainnya). 

9. Hadits keutamaan shalat dhuha 

عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda : Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi; Setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha.(HR. Muslim, no. 1704) . 

10. Hadits keutamaan shalat sunnah empat rakaat sebelum dzuhur dan sesudahnya 

قَالَتْ أُمُّ حَبِيْبَةَ زَوْجُ النَّبِىِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ

Ummu Habibah istri Nabi saw berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Barang siapa yang memelihara empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya masuk neraka. (H.R. Abu Daud no. 1271, Turmudzi no. 430 dan lainnya). 

11. Hadits keutamaan baca istighfar setelah shalat 

  حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ الْوَلِيْدِ الْوَصَّافِىُّ عَنْ عَطِيَّةَ العَوْفِىِّ عَنْ أَبِىْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ حِيْنَ يَأْوِى إِلَى فِرَاشِهِ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّوْمُ وأَتُوْبُ إِلَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوْبَهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ رَمْلِ عَالِجٍ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ عَدَدِ وَرَقِ الشَّجَرِ .

Dari Abu Said Al-Khudriy beliau berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Barang siapa yang mengucapkan ketika ia tinggal di hamparannya membaca: Astaghfirulloohal ‘adiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuumu wa-atuubu ilaiih (Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung yang tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup Yang berdiri sendiri dan saya bertaubat kepada-Nya) tiga kali maka Allah mengampuni dosa-dosanya meskipun seperti buih lautan atau seperti bilangan (jumlah) pasir yang bertumpuk-tumpuk atau bilangan daun pohon-pohon"  (H.R. Ahmad no.11372). 

12. Hadits keutamaan shalat sunnah wudhu 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِيْ بِأَرْجٰى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجٰى عِنْدِيْ أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُوْرًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذٰلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كُتِبَ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُوْ عَبْدُ اللهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ يَعْنِيْ تَحْرِيْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam berkata, kepada Bilal ra ketika shalat Fajar (Shubuh): "Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga". Bilal berkata; "Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu') pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu' tersebut disamping shalat wajib". Berkata, (Abu 'Abdullah): Istilah "Daffa na'laika maksudnya gerakan sandal". (H.R. Bukhari no. 1149).

13. Hadits keutamaan shalat isya dan subuh berjamaah 

دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَعَدَ وَحْدَهُ فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِيْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

Usman bin Affan memasuki masjid setelah shalat maghrib, ia lalu duduk seorang diri, maka aku pun duduk menyertainya. Katanya; "Wahai keponakanku, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa shalat isya` berjama'ah, seolah-olah ia shalat malam selama separuh malam, dan barangsiapa shalat shubuh berjamaah, seolah-olah ia telah shalat seluruh malamnya". (H.R. Muslim no.1523). 

14. Hadits keutamaan mengucap amin dalam shalat jamaah 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْقَارِئُ )غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ (فَقَالَ مَنْ خَلْفَهُ آمِيْنَ فَوَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ أَهْلِ السَّمَاءِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Apabila pembaca mengucapkan, 'Ghairil Maghdhubi Alaihim waladh-Dhaallin {bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.}' lalu orang yang di belakangnya mengucapkan, 'Amin' lalu perkataannya bersesuaian dengan perkataan penduduk langit, niscaya dosanya yang telah lalu diampuni." (H.R. Muslim no. 947).

15. Hadits keutamaan menunggu shalat berjamaah 

عَنْ أَبِي مُوْسٰى قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِيْ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِيْ يُصَلِّيَهَا ثُمَّ يَنَامُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ حَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ فِي جَمَاعَةٍ

Dari Abu Musa katanya; Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya, dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya kemudian tidur." Dan dalam suatu periwayatan Abu Kuraib disebutkan; "Hingga ia tunaikan shalat bersama imam secara berjama'ah." (H.R. Muslim no. 1545).

16. Hadits keutamaan merapatkan shaf dalam shalat 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ 

Dari Anas bin Malik dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda : Rapatkan shaf shaf kalian, dekatkanlah jarak antara keduanya, dan sejajarkanlah antara leher-leher. Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya saya melihat setan masuk ke dalam celah celah shaf itu, tak ubahnya bagai anak kambing kecil. (H.R. Abu Daud no. 667).

17. Hadits keutamaan adzan dan shaf awal 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوْا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوْا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيْرِ لَاسْتَبَقُوْا إِلَيْهِ وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا. رواه البخارى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Seandainya manusia mengetahui apa (kebaikan) yang terdapat pada adzan dan shaf awal, lalu mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, niscaya mereka akan melakukannya. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat dalam bersegera (menuju shalat), niscaya mereka akan berlomba-lomba. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat pada shalat 'Isya dan Shubuh, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak." (H.R. Bukhari no. 615).

Semoga bermanfaat...

Minggu, 27 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 6)

Edisi Senin, 28 Februari 2022 M / 26 Rajab 1443 H. 

Al-Qaththan juga mengutip sebuah riwayat yang mengatakan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam pada awal-awal pengutusannya sebagai rasul melakukan ibadah shalat sebanyak dua rakaat pada pagi dan sore hari. Dua rakaat pagi dan sore hari ini dapat dipahami juga dari Surat Al-Mukminun ayat 1-2 (ayat Makkiyyah) yang menyebutkan shalat orang yang khusyuk. 

Ulama, kata Al-Qaththan, bersepakat bahwa shalat lima waktu dalam sehari diwajibkan pada malam Isra’ dan Mi’raj, sekira satu tahun sebelum hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam ke Kota Madinah. Ibadah shalat awalnya diwajibkan sebanyak 50 waktu dalam sehari semalam, tetapi kemudian terjadi negosiasi hingga akhirnya berjumlah lima waktu sebagaimana diriwayatkan dalam Isra’ dan Mi’raj. 

Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu'anha mengatakan perihal jumlah rakaat shalat, “Shalat lima waktu dilakukan sebanyak dua rakaat setiap kalinya. Tetapi kemudian jumlah rakaatnya ditambah saat bermukim dan tetap dua rakaat saat berperjalanan.” (Al-Qaththan, 2012 M/1433 H: 140).

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berkaitan dengan shalat :

1. Shalat Paling Utama di Rumah Kecuali Shalat Fardhu 

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً  قَالَ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ مِنْ حَصِيْرٍ فِى رَمَضَانَ فَصَلَّى فِيْهَا لَيَالِىَ، فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَلَمَّا عَلِمَ بِهِمْ جَعَلَ يَقْعُدُ ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ قَدْ عَرَفْتُ الَّذِى رَأَيْتُ مِنْ صَنِيْعِكُمْ ، فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوْتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ

Dari Zaid bin Tsabit, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam membuat satu ruangan. Busr berkata, Aku menduga Zaid bin Tsabit berkata : Membuat tikar pada bulan Ramadan, lalu beliau melaksakan shalat malam di (kamar atau tikar) tersebut dalam beberapa malam. Kemudian para sahabat mengikuti shalat beliau. Ketika mengetahui apa yang mereka lakukan beliau pun berdiam di rumah, setelah itu beliau keluar seraya berkata kepada mereka : Sungguh aku telah mengetahui sebagaimana aku lihat apa yang kalian lakukan. Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah-rumah kalian, sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang yang dilakukannya di rumahnya, kecuali shalat fardhu. (H.R. Bukhari no. 731).

2. Larangan menoleh ketika sedang shalat 

عَنْ مَسْرُوْقٍ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْتِفَاتِ الرَّجُلِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ أَحَدِكُمْ

Dari Masruq berkata, Aisyah radhiyallahu'anha berkata; Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam tentang seseorang yang menoleh ketika sedang shalat maka Beliau bersabda: Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya seseorang dari kalian. (H.R.Bukhari no.  3291).

3. Wanita haid dilarang shalat 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِى حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَقَالَ ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ، فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِى وَصَلِّى

Dari Aisyah bahwa Fatimah binti Abu Hubaisy mengalami istihadlah (mengeluarkan datah penyakit). Maka aku bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dan beliau menjawab : itu seperti keringat dan bukan darah haid. Jika haid datang maka tinggalkanlah shalat dan jika telah selesai mandilah dan shalatlah. (H.R. Bukhari no. 320).

4. Larangan menunaikan shalat di tujuh tempat 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُصَلَّى فِى سَبْعَةِ مَوَاطِنَ فِى الْمَزْبَلَةِ وَالْمَجْزَرَةِ وَالْمَقْبُرَةِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيْقِ وَفِى الْحَمَّامِ وَفِى مَعَاطِنِ اْلإِبِلِ وَفَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ اللهِ

Dari Ibnu Umar, bahwasanya  Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melarang menunaikan shalat di tujuh tempat, yaitu di tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan (hewan), kuburan, di tengah-tengah jalan, di kamar mandi, di kandang unta dan di atas (bangunan) ka'bah. (H.R. Tirmidzi no. 347, Ibnu Majah no. 795 dan lainnya). 

5. Imam setelah shalat menghadap ke makmum 

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ

Dari Samurah bin Jundub, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam jika telah selesai dari shalatnya beliau menghadap kepada kami (para makmum) dengan wajahnya. (H.R. Bukhari no. 845).

6. Anjuran imam menghadap ke kanan setelah shalat 

عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُوْنَ عَنْ يَمِيْنِهِ يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ

Dari Al-Barra` katanya; Jika kami shalat di belakang Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam maka kami menyukai jika berada di sebelah kanan beliau, sehingga beliau menghadap kami dengan wajahnya.  (H.R. Muslim no. 1676).

7. Memanjangkan raka'at pertama dan memendekkan yang kedua dalam bacaan 

عَنْ أَبِى قَتَادَةَ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُصَلِّى بِنَا فَيَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِى الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُوْلَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ وَيُسْمِعُنَا اْلآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يُطَوِّلُ الرَّكْعَةَ اْلأُولَى مِنَ الظُّهْرِ وَيُقَصِّرُ الثَّانِيَةَ وَكَذَلِكَ فِى الصُّبْحِ

Dari Abu Qatadah dia berkata, Dahulu Rasulullah shalat bersama kami (sebagai imam), lalu membaca Al-fatihah dan dua surat dalam shalat zhuhur dan ashar pada dua raka'at yang pertama. Dan terkadang beliau memperdengarkan (bacaan) ayat. Beliau memanjangkan raka'at pertama dari shalat zhuhur dan memendekkan yang kedua. Dan demikian juga dalam shalat shubuh. (H.R. Muslim no. 1040).

8. Alasan Bacaan shalat dhuhur dan ashar tidak dikeraskan 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِى قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ ( وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا) قَالَ نَزَلَتْ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مُتَوَارٍ بِمَكَّةَ فَكَانَ إِذَا صَلَّى بِأَصْحَابِهِ رَفَعَ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ الْمُشْرِكُوْنَ سَبُّوا الْقُرْآنَ وَمَنْ أَنْزَلَهُ وَمَنْ جَاءَ بِهِ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  (وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ) فَيَسْمَعَ الْمُشْرِكُوْنَ قِرَاءَتَكَ (وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا) عَنْ أَصْحَابِكَ أَسْمِعْهُمُ الْقُرْآنَ وَلاَ تَجْهَرْ ذَلِكَ الْجَهْرَ وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً يَقُوْلُ بَيْنَ الْجَهْرِ وَالْمُخَافَتَةِ

Dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu, dan janganlah pula merendahkannya." Dia berkata : Ayat ini turun ketika Rasululah Shallallahu alaihi Wassalam berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekkah. Beliau apabila shalat mengimami para sahabatnya maka beliau mengangkat suaranya dengan bacaan Al-Qur'an. Sedangkan kaum musyrikin apabila mendengar hal tersebut maka mereka mencela Al-Qur'an, dan yang menurunkannya (Allah dan Jibril), dan yang membawanya (Muhammad). Maka Allah berfirman kepada nabi-Nya Shallallahu alaihi Wassalam : Janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaanmu dan janganlah kamu merendahkannya dari para sahabatmu. Perdengarkanlah Al-Qur'an kepada mereka, dan janganlah kamu mengeraskannya sekeras-kerasnya, dan usahakanlah jalan pertengahan antara hal tersebut.' Dia berkata : Antara keras dan pelan.  (H.R. Muslim no. 1029).

9. Anjuran Mempercepat shalatnya bila jadi imam 

عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَخَفَّ النَّاسِ صَلاةً لِلنَّاسِ وَأَطْوَلَ النَّاسِ صَلَاةً لِنَفْسِهِ

Dari Abi Waqid Al-Laitsiy, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam adalah orang yang paling cepat shalatnya ketika mengimami manusia dan orang yang paling lama ketika shalat sendiri. (H.R. Thabrani no. 3238 dalam kitab Al-Mu'jam Al-Kabir lith-Thabrani, juz III, hal. 405).

10. Banyaknya Pahala Shalat Tergantung Dari Khusyuknya 

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

Dari Ammar bin Yasir ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Sesungguhnya seseorang selesai dari shalatnya, pahala yang dia dapatkan hanya 1/10 shalatnya, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 atau 1/6 atau 1/5 atau 1/4 atau 1/3, atau setengahnya. (H.R. Abu Daud no. 796).

11. Boleh Shalat Tidak Membaca Surat Setelah Al-Fatihah 

عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ حَدَّثَنِى عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يَقْرَأْ فِيْهِمَا إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.

Dari Ikrimah ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abbas,  bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam telah shalat dua rakaat dan beliau tidak membaca surat pada keduanya kecuali hanya membaca Al-Fatihah. (H.R. Baihaqi no. 2570, Ibnu Khuzaimah no. 494).

12. Larangan Shalat Sunnah Bila Iqamah Sudah Dikumandangkan 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ صَلاَةَ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةُ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Apabila iqamah untuk shalat (wajib) telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib (H.R. Muslim no. 1678).

13. Menyempurnakan Rakaat Yang Kurang Meskipun Sudah Salam 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ أَوِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ الصَّلاَةُ يَا رَسُوْلَ اللهَ أَنَقَصَتْ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ أَحَقٌّ مَا يَقُوْلُ. قَالُوا نَعَمْ. فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أُخْرَيَيْنِ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ. قَالَ سَعْدٌ وَرَأَيْتُ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ صَلَّى مِنَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ فَسَلَّمَ وَتَكَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى مَا بَقِىَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا فَعَلَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wassalam shalat Zhuhur atau Ashar bersama kami, lalu beliau memberi salam. Kemudian Dzul Yadain berkata kepada beliau : Wahai Rasulullah, apakah shalat dikurangi (raka'atnya)? Maka Nabi Shallallahu alaihi Wassalam berkata kepada para sahabatnya : Benarkah yang dikatakannya? Orang-orang menjawab : Benar. Maka Beliau menyempurnakan dua raka'at yang tertinggal lalu sujud dua kali. Said berkata : Dan aku melihat Urwah bin Zubair shalat maghrib dua rakaat lalu salam dan dia telah berbicara, kemudian ia shalat satu rakaat yang tertinggal lalu sujud dua kali. Abu Hurairah berkata : Begitulah yang dikerjakan oleh Nabi Shallallahu alaihi Wassalam. (H.R. Bukhari no.1227). 

14. Sujud Sahwi Bila Rakaatnya Kelebihan 

عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيْلَ لَهُ أَزِيْدَ فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ. قَالَ صَلَّيْتَ خَمْسًا. فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ

Dari Abdullah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam mengerjakan shalat Zhuhur lima raka'at. Beliau ditegur : Apakah ada tambahan raka'at shalat? Beliau menjawab : Memangnya apa yang terjadi? Dia (Abdullah) berkata : Anda kerjakan shalat lima raka'at. Maka beliau sujud dua kali setelah memberi salam. (H.R. Bukhari no.1226). 

15. Sujud Sahwi Bila Lupa Tahiyat Awal 

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيْمَهُ كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيمِْ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ثُمَّ سَلَّمَ

Dari Abdullah Ibnu Buhainah ra bahwa dia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam pernah shalat dua raka'at di antara shalat beliau, lalu beliau berdiri dan tidak duduk, Maka orang-orang ikut berdiri mengikuti beliau. Ketika beliau menyelesaikan shalatnya (empat raka'at) sedangkan kami sedang menunggu-nunggu beliau memberi salam, beliau bahkan bertakbir sebelum memberi salam kemudian sujud dua kali dalam posisi duduk lalu baru memberi salam. (H.R. Bukhari no.1224). 

16. Larangan Shalat Dengan Bertolak Pinggang 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُصَلِّىَ الرَّجُلُ مُخْتَصِرًا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wassalam melarang seseorang shalat dengan bertolak pinggang. (H.R. Muslim no. 1246 dan Bukhari no. 1220).

17. Cara Mengingatkan Imam Dalam Shalat 

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّسْبِيْحُ لِلرِّجَالِ وَالتَّصْفِيْحُ لِلنِّسَاءِ

Dari Sahal bin Sa'ad radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Sesungguhnya ucapan tasbih buat laki-laki sedangkan bertepuk tangan buat wanita. (H.R. Bukhari no.1204). 

Semoga bermanfaat....

Sabtu, 26 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 5)

Edisi Ahad, 27 Februari 2022 M / 25 Rajab 1443 H. 

Setelah berjalan 16 bulan, kewajiban shalat semalaman itu dirasa berat oleh sahabat. Kewajiban itu kemudian diringankan sebagaimana keterangan Surat Al-Muzzammil ayat 20 yang mewajibkan ibadah shalat pada sebagian malam saja. (Manna’ Al-Qaththan, Tarikhut Tasyri Al-Islami: At-Tasyri wal Fiqh, [Riyadh, Maktabah Al-Ma’arif: 2012 M/1433 H], halaman 139).

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa kewajiban ibadah shalat semalaman hanya berlaku khusus bagi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Kewajiban itu dilaksanakan oleh Rasulullah selama 10 tahun sebagaimana perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ibadah shalat semalaman diikuti oleh sekelompok sahabat. Karena dirasa berat, Allah menurunkan Surat Al-Muzzammil ayat 20 sebagai bentuk keringanan bagi umat Islam untuk melakukan ibadah shalat pada sebagian malam saja. Keringanan itu diturunkan setelah kewajiban shalat semalaman itu berlangsung selama 10 tahun. Kewajiban shalat malam pada gilirannya dihapus dengan datangnya perintah kewajiban shalat lima waktu pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membicarakan tentang Shalat :

1. Anjuran Menyempurnakan Rukuk dan Sujud 

عَنْ حُذَيْفَةَ رَأَى رَجُلاً لاَ يُتِمُّ رُكُوْعَهُ وَلاَ سُجُوْدَهُ، فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ قَالَ وَأَحْسِبُهُ قَالَ لَوْ مُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ سُنَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Hudzaifah, bahwa ia melihat seorang laki-laki tidak sempurna dalam rukuk dan sujudnya. Setelah orang itu selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya : Kamu belum shalat. Orang itu berkata : Aku rasa sudah cukup. Hudzaifah berkata lagi : Seandainya kamu meninggal, maka kamu meninggal dunia bukan di atas sunah Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. (H.R. Bukhari no. 389).

2. Anjuran Duduk Istirahat Sebelum Bangkit 

عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ اللَّيْثِىُّ أَنَّهُ رَأَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى، فَإِذَا كَانَ فِى وِتْرٍ مِنْ صَلاَتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِىَ قَاعِدًا

Dari Malik bin Huwairits Al-Laitsiy, bahwasanya ia melihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melakukan shalat. Apabila dalam rakaat ganjil dari shalatnya, beliau tidak segera bangkit sehingga beliau duduk sempurna. (H.R. Bukhari no.823). 

3. Tidak Ada Shalat Sunnah Ketika Iqamah Dikumandangkan 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ صَلاَةَ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةُ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila iqamah untuk shalat (wajib) telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib (H.R. Muslim no. 1678).

4. Nabi Baca Qunut Subuh Sampai Beliau Meninggal Dunia 

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُوْ عَلَيْهِمْ ثُمَّ تَرَكَهُ ، فَأَمَّا فِى الصُّبْحِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

Dari Anas bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melakukan qunut sebulan mendoakan atas mereka, kemudian beliau meninggalkannya. Adapun pada shalat subuh, beliau selalu membaca doa qunut hingga beliau meninggal dunia.  (H.R. Baihaqi no. 3229, Ahmad no. 12993, Daruquthni no. 1711 dan lainnya). 

5. Imam Memendekkan Shalat Ketika Mendengar Tangisan Bayi 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِى قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِىِّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّى لأَقُوْمُ إِلَى الصَّلاَةِ وَأَنَا أُرِيْدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيْهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِىِّ، فَأَتَجَوَّزُ فِى صَلاَتِى كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ

Dari Abdullah bin Abu Qatadah Al-Anshari dari bapaknya ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Aku pernah berdiri melaksanakan shalat dan aku ingin memanjangkannya, namun kemudian aku mendengar tangisan bayi. Maka aku pendekkan shalatku karena aku khawatir akan memberatkan ibunya. (H.R. Bukhari no. 868).

6. Shalat Jum'at Dua Rakaat 

عَنْ كَعْبِ بِنِ عُجْرَةَ قَالَ، قَالَ عُمَرُ: صَلاَةُ الْأَضْحَى رَكْعَتَانِ، وَصَلاَةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ، وَصَلاَةُ الْفِطْرِ رَكْعَتَانِ، وَصَلَاةُ الْمُسَافِرِ رَكْعَتَانِ تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكُمْ، وَقَدْ خَابَ مَنِ افَتَرَى

Dari Ka'ab bin Ujrah ia berkata, Saidina Umar berkata : Shalat idul Adha itu dua rakaat, shalat Jum'at itu dua rakaat, shalat idul Fitri itu dua rakaat, shalat orang yang bepergian itu dua rakaat sempurna tidak diringkas, sesuai dengan sabda nabimu, dan sungguh telah merugi orang yang telah mengada-ada. (H.R. Ibnu Huzaimah no. 1346, Ahmad no. 263, Nasa'i no. 1419 dan lainnya). 

7. Menekan Tanah Ketika Berdiri Dari Sujud 

عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ قَالَ جَاءَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ فَصَلَّى بِنَا فِى مَسْجِدِنَا هٰذَا فَقَالَ إِنِّى لَأُصَلِّى بِكُمْ ، وَمَا أُرِيْدُ الصَّلاَةَ ، وَلٰكِنْ أُرِيْدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى قَالَ أَيُّوْبُ فَقُلْتُ لِأَبِى قِلاَبَةَ وَكَيْفَ كَانَتْ صَلاَتُهُ قَالَ مِثْلَ صَلاَةِ شَيْخِنَا هٰذَا يَعْنِى عَمْرَو بْنَ سَلِمَةَ  قَالَ أَيُّوْبُ وَكَانَ ذٰلِكَ  الشَّيْخُ يُتِمُّ التَّكْبِيْرَ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ، ثُمَّ قَامَ.

Dari Abu Qilabah berkata, Malik bin Al-Huwairits datang kepada kami lalu shalat bersama di masjid milik kami ini, kemudian berkata : Aku bukan ingin melaksanakan shalat, tapi aku akan menerangkan kepada kalian bagaimana Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakan shalat. Ayyub berkata : Lalu aku bertanya kepada Abu Qilabah : Bagaimana cara shalat dia? Abu Qilabah menjawab : Seperti shalatnya guru (syaikh) kita ini, yaitu Amru bin Salamah. Ayyub berkata : Guru kita itu selalu menyempurnakan takbir. Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk dan menekan (kedua tangannya) ke atas tanah (ke tempat sholat),  kemudian baru berdiri. (H.R. Bukhari no. 824).

8. Larangan Lewat di Depan Orang Shalat 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّى فَلاَ يَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلْيَدْرَأْهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila salah seorang dari kalian shalat, maka janganlah dia membiarkan seseorang lewat di hadapannya, dan hendaklah dia menghalanginya semampunya. Jika dia menolak maka hendaklah dia memeranginya, karena dia adalah setan. (H.R. Muslim no.1156). 

9. Dzikir setelah shalat Jum'at 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  مَنْ قَرَأَ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ : قُلْ هُوَ اللهُ أحَدٌ وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعَاذَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا مِنَ السُّوْءِ إِلَى الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى (رواه ابن السني. حديث حسن)

Dari A'isyah radhiyallahu'anha beliau berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa setelah shalat Jum'at membaca surat Al-Ikhlash, Surat Al-Falaq dan surat An-Nas sebanyak 7 kali, maka Allah Azza wa Jalla akan melindungi dari keburukan sampai Jum'at berikutnya. (H.R. Ibnu Sunni, Hadits hasan). 

10. Shalat harus menutup aurat 

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ حَائِضٍ إِلاَّ بِخِمَارٍ

Dari Aisyah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bahwasanya beliau bersabda : Allah tidak akan menerima shalat seorang wanita yang telah haid (baligh), kecuali (shalatnya) memakai jilbab atau mukena. (H.R. Abu Daud no. 641, Ibnu Majah no. 699).

11. mengqadha' shalat sunnah 

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ صَلَّى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ وَقَالَ شَغَلَنِى نَاسٌ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ

Dari Ummu Salamah : Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah shalat sunnah dua rakaat setelah shalat asar dan beliau bersabda : Orang-orang dari Qabilah Abdul Qais telah menyibukkan aku dengan dua rakaat ba'diyah dzuhur. (H.R. Bukhari no. 33).

12. Larangan shalat sunnah setelah subuh dan ashar 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَعَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah melarang shalat setelah shalat asar hingga matahari terbenam dan beliau melarang pula shalat setelah shalat subuh hingga matahari terbit. (H.R. Muslim no. 1957).

13. Anjuran shalat dua rakaat setelah wudlu 

عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ، فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِى الْوَضُوءِ، ثُمَّ تَمَضْمَضَ، وَاسْتَنْشَقَ، وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاَثًا، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ، ثُمَّ غَسَلَ كُلَّ رِجْلٍ ثَلاَثًا، ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا وَقَالَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ  غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Humran mantan budak Utsman bin Affan, bahwa ia melihat Utsman bin Affan minta untuk diambilkan air wudlu. Ia lalu menuang bejana itu pada kedua tangannya, lalu ia basuh kedua tangannya tersebut hingga tiga kali. Kemudian ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudlunya, kemudian berkumur, memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya. Kemudian membasuh mukanya tiga kali, membasuh kedua lengannya hingga siku tiga kali, mengusap kepalanya lalu membasuh setiap kakinya tiga kali. Setelah itu ia berkata : Aku telah melihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berwudlu seperti wudluku ini, beliau lalu bersabda : Barangsiapa berwudlu seperti wudluku ini, kemudian dia shalat dua rakaat dan tidak berbicara antara keduanya, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. (H.R.Bukhari no. 164).

14. Allah tidak menerima shalat orang yang berhadats 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kamu jika ia berhadats, sampai ia berwudhu terlebih dahulu.“ (H.R. Bukhari no. 6954, Abu Dawud no. 60 dan lainnya). 

15. Tiga golongan yang Allah tidak menerima shalat dan kebaikan mereka 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ لَهُمْ صَلَاةً وَلَا يُصْعَدُ لَهُمْ حَسَنَةٌ : اَلْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى مَوَالِيْهِ، فَيَضَعُ يَدَهُ فِي أَيْدِيْهِمُ، وَالْمَرْأَةُ السَّاخِطُ عَلَيْهَا زَوْجُهَا حَتَّى يَرْضَى، وَالسَّكْرَانُ حَتَّى يَصْحُوَ

Dari Jabir bin Abdullah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima shalat dan kebaikan mereka. Yaitu budak yang pergi sampai ia kembali lagi pada tuannya, lalu ia menyerahkan diri dalam kekuasaannya. Seorang wanita yang suaminya marah kepadanya sampai suaminya ridha. Orang yang suka mabuk sampai ia sadar kembali. (H.R. Ibnu Huzaimah no. 895).

16. Orang yang menunggu shalat akan dimintakan ampun oleh malaikat 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا دَامَتِ الصَّلَاةُ تَحْبِسُهُ وَالْمَلَائِكَةُ تَقُوْلُ اللهم اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ مَا لَمْ يَقُمْ مِنْ صَلَاتِهِ أَوْ يُحْدِثْ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Seseorang dari kalian akan selalu dihitung berada di dalam shalat selagi shalat itu mengekangnya (orang tersebut menanti shalat ditegakkan) dan malaikat akan mendoakan; Ya Allah, ampunilah dia dan rahmatilah, selama dia belum berdiri dari tempat shalatnya atau telah berhadats. (H.R. Bukhari no. 3229).

17. Sujud Sahwi Bila Rakaat Kurang 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ أَوِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ الصَّلاَةُ يَا رَسُوْلَ اللهَ أَنَقَصَتْ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ أَحَقٌّ مَا يَقُوْلُ. قَالُوا نَعَمْ. فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أُخْرَيَيْنِ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ. قَالَ سَعْدٌ وَرَأَيْتُ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ صَلَّى مِنَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ فَسَلَّمَ وَتَكَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى مَا بَقِىَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا فَعَلَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wasallam shalat Zhuhur atau Ashar bersama kami, lalu beliau memberi salam. Kemudian Dzul Yadain berkata kepada beliau : Wahai Rasulullah, apakah shalat dikurangi (raka'atnya)? Maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berkata kepada para sahabatnya : Benarkah yang dikatakannya? Orang-orang menjawab : Benar. Maka Beliau menyempurnakan dua raka'at yang tertinggal lalu sujud dua kali. Said berkata : Dan aku melihat Urwah bin Zubair shalat maghrib dua rakaat lalu salam dan dia telah berbicara, kemudian ia shalat satu rakaat yang tertinggal lalu sujud dua kali. Abu Hurairah berkata : Begitulah yang dikerjakan oleh Nabi Shallallahu alaihi Wasallam. (H.R. Bukhari no.1227). 

Semoga bermanfaat....

Jumat, 25 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 4)

Edisi Sabtu, 26 Februari 2022 M / 24 Rajab 1443 H. 

Tata cara shalat hanya disebutkan sebagian oleh Al-Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 238 dan Surat Al-Hajj ayat 77. Tata cara shalat secara rinci dapat ditemukan pada praktik shalat Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam (hadits fi’li). Rasulullah melakukan shalat lima waktu secara berjamaah dengan para sahabat. Ia bersabda, “Lakukanlah shalat sebagaimana kalian melihatku melakukannya.”

Orang yang melakukan shalat diharuskan untuk menghadap ke arah Masjidil Haram. Pada awalnya, Rasulullah melakukan shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis. Tetapi Al-Qur’an kemudian memerintahkannya untuk menghadap ke arah Masjidil Haram, yaitu rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia, yaitu rumah ibadah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan putranya Nabi Ismail Alaihissalam sebagai bapak bagi bangsa Arab sebagaimana keterangan pada Surat Al-Baqarah ayat 144. 

Manna’ Al-Qaththan menceritakan, Al-Qur’an dan hadits menunjukkan bahwa kewajiban ibadah shalat disyariatkan pada awal pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam sebagai rasul sebagaimana keterangan enam ayat pertama Surat Al-Muzzammil. Dari sana kemudian sebagian ulama berpendapat bahwa ibadah shalat semalam suntuk diwajibkan.

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membicarakan tentang shalat :

1. Mendapat Rakaat Bila Ikut Rukuk Imam 

 عَنْ أَبِى بَكْرَةَ أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ رَاكِعٌ، فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ زَادَكَ اللهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ

Dari Abu Bakrah, bahwa dia pernah mendapati Nabi Shallallahu alaihi Wasallam sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai ke dalam barisan shaf. Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Maka beliau bersabda : Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan diulang kembali. (H.R. Bukhari no. 783).

2. Boleh Menghalangi Orang yang Lewat di Depan Kita 

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّى فَلاَ يَدَعْ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلْيَدْرَأْهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ

Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila salah seorang dari kalian shalat, maka janganlah dia membiarkan seseorang lewat di hadapannya, dan hendaklah dia menghalanginya semampunya. Jika dia menolak maka hendaklah dia memeranginya, karena dia adalah setan. (H.R. Muslim no.1156). 

3. Asal Usul Adzan Untuk Shalat 

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُوْلُ كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ حِيْنَ قَدِمُوا الْمَدِيْنَةَ يَجْتَمِعُوْنَ فَيَتَحَيَّنُوْنَ الصَّلَاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوْا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوْا نَاقُوْسًا مِثْلَ نَاقُوْسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوْقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُوْدِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلَا تَبْعَثُوْنَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بِلَالُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلَاةِ

Bahwanya Ibnu 'Umar berkata, Ketika Kaum Muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul untuk shalat dengan cara memperkirakan waktunya, dan tidak ada panggilan untuk pelaksanaan shalat. Suatu hari mereka memperbincangkan masalah tersebut, di antara mereka ada yang mengusulkan lonceng seperi loncengnya kaum Nashrani dan sebagaian lain mengusulkan untuk meniup terampet sebagaimana kaum Yahudi. Maka Umar pun berkata : Mengapa tidak kalian suruh seseorang untuk mengumandangkan panggilan shalat? Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam kemudian bersabda: Wahai Bilal, bangkit dan serukanlah panggilan shalat. (H.R. Bukhari no. 604).

4. Posisi Imam Dalam Shalat Jenazah 

 عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّى عَلَى أُمِّ كَعْبٍ مَاتَتْ وَهِىَ نُفَسَاءُ فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلصَّلاَةِ عَلَيْهَا وَسَطَهَا

Dari Samurah bin Jundub ia berkata : Aku shalat (jenazah) di belakang Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, menshalatkan jenazah Ummu Ka'ab yang meninggal dunia ketika masa nifas (setelah melahirkan). Ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam berdiri di sebelah pinggangnya. (H.R. Muslim no. 2279).

5. Ancaman Meninggalkan Shalat Jum'at Tiga Kali 

 عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلاَثَ مِرَارٍ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ

Dari Jabir bin Abdullah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Barang siapa meninggalkan Shalat Jum'at tiga kali tanpa udzur, niscaya Allah akan mengunci hatinya. (H.R. Ahmad no. 14933).

6. Dalil Shalat Ghaib 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى أَصْحَمَةَ النَّجَاشِى فَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam shalat (ghaib) atas kematian raja An-Najasyi, maka beliau pun bertakbir atasnya sebanyak empat kali takbir. (H.R. Muslim no. 2250).

7. Boleh shalat ba'diyah Jum'at hanya dua rakaat 

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّى بَعْدَ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَيْنِ

Dari Salim, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi Wasallam shalat ba'diyah Jum'at sebanyak dua rakaat. (H.R. Muslim no. 2078, Abu Daud no.1134). 

8. Anjuran shalat ba'diyah Jum'at empat rakaat 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu shalat Jum'at, hendaklah ia shalat ba'diyah Jum'at sebanyak empat rakaat. (H.R. Muslim no. 2073, Nasa'i no. 1425).

9. Menyempurnakan rakaat shalat 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ صَلاَةِ الْجُمُعَةِ وَغَيْرِهَا فَلْيُضِفْ إِلَيْهَا أُخْرَى وَقَدْ تَمَّتْ صَلاَتُهُ

Dari Ibu Umar ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang mendapat hanya satu rakaat dalam shalat Jum'at dan shalat lainnya, hendaklah ia menambah kekurangan rakaat itu. Dengan demikian, sempurnahlah shalatnya.  (H.R. Daruquthni no. 1625, Imam nasa'i, Imam Ibnu Majah). 

10. Anjuran makmum membaca sami'allahu liman hamidah 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. قَالَ مَنْ وَرَاءَهُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ.

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Apabila kami (para sahabat) shalat dibelakang Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, lalu belaiu membaca sami'allahu liman hamidah, orang yang ada dibelakangnya (para makmum) ikut membaca sami'allahu liman hamidah.  (H.R. Imam Daruquthni no. 1300).

11. Bacaan ketika i'tidal dalam shalat 

عَنِ ابْنِ أَبِى أَوْفَى قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ ظَهْرَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ

Dari Ibnu Abi Aufa berkata : Adalah Rasulullah shallallahu alaihi Wasallam ketika mengangkat punggungnya dari rukuk, beliau membaca : sami'allaahu liman hamidah Allaahumma rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wamil-ul ardhi wamil-u maasyi'ta min syai-im ba'du. (H.R. Muslim no. 1095).

12. Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat 

عَنْ أَبِى سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُوْنَ ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً ، فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا ، وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِى أَهْلِنَا ، فَأَخْبَرْنَاهُ ، وَكَانَ رَفِيْقًا رَحِيْمًا فَقَالَ ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَعَلِّمُوْهُمْ وَمُرُوْهُمْ ، وَصَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِى أُصَلِّى ، وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

Dari Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwairits dia berkata; Kami datang kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam sedangkan waktu itu kami adalah pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Beliau mengira kalau kami merindukan keluarga kami, maka beliau bertanya tentang keluarga kami yang kami tinggalkan. Kami pun memberitahukannya, beliau adalah seorang yang sangat penyayang dan sangat lembut. Beliau bersabda: Pulanglah ke keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka dan ajari mereka serta perintahkan mereka dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. Jika telah datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan yang paling tua dari kalian hendaknya menjadi imam kalian. (H.R. Bukhari no. 6007).

13. Anjuran shalat qabliyah maghrib 

عَنْ عَبْدُ اللهِ الْمُزَنِىُّ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلُّوْا قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ - قَالَ فِى الثَّالِثَةِ - لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً

Dari Abdullah Al-Muzani, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Shalatlah kalian sebelum maghrib. Beliau bersabda pada ketiga kali : Bagi siapa yang mau melakukannya, karena khawatir dianggap menjadi hal yang mesti bagi manusia. (H.R. Bukhari no. 1183).

14. Mengantuk tidak wudhu lagi bila shalat 

عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِىِّ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ أُقِيْمَتْ صَلاَةُ الْعِشَاءِ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لِى حَاجَةً. فَقَامَ يُنَاجِيْهِ حَتَّى نَعَسَ الْقَوْمُ أَوْ بَعْضُ الْقَوْمِ ثُمَّ صَلَّى بِهِمْ وَلَمْ يَذْكُرْ وُضُوْءًا

Dari Tsabit Al-Banani, bahwa Anas bin Malik pernah berkata : Setelah dibacakan iqamah shalat isya' ada seorang laki-laki berdiri seraya berkata : Hai Rasulullah, saya punya keperluan. Lalu beliau berdiri bermunajat kepada-Nya sehingga kaum atau sebagian kaum terkantuk-kantuk. Kemudian beliau shalat beserta mereka dan beliau tidak mengingatkan agar mereka berwudhu lagi. (H.R. Abu Daud no, 201).

15. Anjuran untuk shalat qabliyah maghrib 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ حَتّٰى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذٰلِكَ يُصَلُّوْنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ

Dari Anas bin Malik berkata : Jika seorang muadzin sudah mengumandangkan adzan (Maghrib), maka para sahabat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk shalat sunnat) sampai Nabi Shallallahu alaihi Wassalam keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan shalat sunnat dua rakaat sebelum Maghrib. Dan di antara adzan dan iqamat Maghrib sangatlah sedikit (waktunya). (H.R. Bukhari no. 625).

16. Waktu Badan Nabi Gemuk, Beliau Shalat Sunnah Dengan Duduk 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُوْنَ عَبْدًا شَكُورًا. فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ ، فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ

Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata : Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa engkau yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau menjawab : Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur? Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak rukuk maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku. (H.R.Bukhari no. 4837).

17. Boleh Shalat Sunnah Berjamaah 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ دَعَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَتْهُ لَهُ، فَأَكَلَ مِنْهُ ثُمَّ قَالَ قُوْمُوْا فَلأُصَلِّ لَكُمْ. قَالَ أَنَسٌ فَقُمْتُ إِلَى حَصِيْرٍ لَنَا قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُوْلِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ، فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَفَفْتُ وَالْيَتِيْمَ وَرَاءَهُ، وَالْعَجُوْزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ انْصَرَفَ

Dari Anas bin Malik bahwa neneknya, Mulaikah, mengundang Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam untuk menghadiri hidangan yang ia masak untuk beliau. Beliau kemudian menyantap makanan tersebut kemudian bersabda : Berdirilah, aku akan pimpin kalian shalat. Anas berkata : Maka aku berdiri di tikar milik kami yang sudah lusuh dan hitam akibat sering digunakan. Aku lalu memercikinya dengan air, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam berdiri diatasnya. Aku dan seorang anak yatim lalu membuat barisan di belakang beliau, sementara orang tua (nenek) berdiri di belakang kami. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam lalu shalat memimpim kami sebanyak dua rakaat lalu pergi. (H.R. Bukhari no. 380).

Semoga bermanfaat....

Kamis, 24 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 3)

Edisi Jum'at, 25 Februari 2022 M / 23 Rajab 1443 H. 

Ibadah shalat disyariatkan pada awal-awal Islam. ibadah shalat ketika itu hanya berjumlah dua rakaat pada pagi dan sore hari sebagaimana keterangan Surat Ghafir ayat 55. Adapun ibadah shalat pada malam hari ketika itu hanya terbatas pada pembacaan Al-Qur’an secara tartil sebagai keterangan pada awal Surat Al-Muzzammil. Sedangkan shalat lima waktu yang kita kenal sampai sekarang diwajibkan beberapa waktu menjelang hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam. 

Tidak ada perintah yang diberikan perhatian secara lebih oleh Al-Qur’an selain shalat. Al-Qur’an memerintahkan ibadah shalat dengan berbagai macam stilistika bahasa, kadang dengan perintah secara eksplisit, kadang dengan memuji orang yang melakukan shalat, dan kadang dengan mencela orang yang meninggalkannya sehingga dari semua itu orang yang meneliti Al-Qur’an menyimpulkan bahwa shalat adalah pilar agama Islam dan tidak ada bagian Islam bagi mereka yang meninggalkan, mengabaikan, dan bersikap munafik terhadap shalat. 

Jumlah shalat dan jumlah rakaat shalat secara rinci memang tidak disebutkan secara eksplisit oleh Al-Qur’an. Waktu shalat hanya disebutkan secara garis besar sebagaimana keterangan Surat Ar-Rum ayat 17, Surat Al-Isra ayat 78, Surat Hud ayat 114, dan Surat Al-Baqarah ayat 238. (M Khudari Bek, 1995 M/1415 H: 27).

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membahas tentang Shalat :

1. Anjuran shalat tahiyatul masjid 

أَبَا قَتَادَةَ بْنَ رِبْعِيٍّ الْأنْصَارِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتّٰى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ

Abu Qatadah bin Rib'iy Al-Anshariy radhiyallahu'anhu berkata; Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika seorang dari kalian masuk ke dalam masjid maka janganlah dia duduk sebelum shalat dua raka'at". (H.R. Bukhari no.1163).

2. shalat dua rakaat sebelum shalat Maghrib 

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيْدَ هُوَ الْمُقْرِئُ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوْبَ قَالَ حَدَّثَنِيْ يَزِيْدُ بْنُ أَبِي حَبِيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ مَرْثَدَ بْنَ عَبْدِ اللهِ الْيَزَنِيَّ قَالَ أَتَيْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِيَّ فَقُلْتُ أَلَا أُعْجِبُكَ مِنْ أَبِي تَمِيمٍ يَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَالَ عُقْبَةُ إِنَّا كُنَّا نَفْعَلُهُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ فَمَا يَمْنَعُكَ الْآنَ قَالَ الشُّغْلُ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid -dia adalah Al-Muqriy- berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Ayyub berkata, telah menceritakan kepada saya Yazid bin Abu Habib berkata; Aku mendengar Martsad bin Abdullah Al-Yazaniy berkata; Aku menemui Uqbah bin Amir Al-Juhaniy lalu aku berkata kepadanya: Apakah kamu tidak heran terhadap Abu Tamim yang dia shalat dua rakaat sebelum shalat Maghrib? Maka (Uqbah) menjawab: Kami dulu juga melakukannya pada masa hidup Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Aku berkata: Lalu apa yang menghalangimu dari mengerjakannya sekarang? Dia menjawab: Kesibukan. (H. R. Bukhari no. 1184).

3. Boleh tidak berjamaah ketika hujan lebat 

عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى سَفَرٍ فَمُطِرْنَا فَقَالَ لِيُصَلِّ مَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فِى رَحْلِهِ

Dari Jabir ia berkata : Kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam suatu perjalanan, kemudian hujan mengguyur kami, lalu beliau mengatakan; Siapa diantara kalian yang hendak shalat, hendaknya dikerjakan di persinggahannya. (H.R. Muslim no. 1636, Ahmad 14720 dan lainnya). 

4. Imam menghadap makmum untuk meluruskan shaf 

أَنَسٌ قَالَ أُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ أَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ وَتَرَاصُّوْا، فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى

Anas bin Malik berkata, Ketika iqamah shalat telah dikumandangkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam berbalik menghadapkan mukanya kepada kami seraya bersabda: Luruskanlah shaf dan rapatkanlah, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku. (H.R. Bukhari no. 719).

5. Anjuran shalat gerhana 

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَقَامَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَدَخَلْنَا فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ، حَتَّى انْجَلَتِ الشَّمْسُ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَصَلُّوْا، وَادْعُوْا، حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ

Dari Abu Bakrah, ia berkata, Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam  lalu terjadi gerhana matahari. Maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berdiri menjulurkan selendangnya hingga masuk ke dalam masjid, kamipun ikut masuk ke dalam Masjid, beliau lalu mengimami kami shalat dua rakaat hingga matahari kembali nampak bersinar. Setelah itu beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena matinya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka dirikanlah shalat dan banyaklah berdoa hingga selesai gerhana yang terjadi pada kalian. (H.R. Bukhari no. 1040 dan Muslim no. 2153).

6. Shalat dan khutbah tidak terlalu panjang 

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلاَتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا.

Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu'anhu dia berkata : Ketika aku shalat bersama Rosulullah Shallallahu alaihi Wasallam maka shalatnya sedang, begitu juga khutbahnya. (H.R. Muslim no. 2040).

7. Jangan shalat dalam keadaan mengantuk 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ

Dari Aisyah radhiyallahu'anha, sesungguhnya Rosulullah Shallallahu alaihi Wasallam, bersabda : Bila seseorang diantara kamu mengantuk dalam keadaan shalat, maka tidurlah, sehingga ngantuknya hilang (setelah dia bangun dari tidur). Sesungguhnya seseorang diantara kamu bila melakukan shalat dengan ngantuk, dia tidak mengerti, barang kali dia minta ampun, namun mencaci dirinya. (H.R. Muslim no. 212 dan Muslim no. 1871).

8. Makmum yang mampu harus berdiri meskipun imamnya duduk 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهِ نَاسٌ يَعُوْدُوْنَهُ فِى مَرَضِهِ فَصَلَّى بِهِمْ جَالِسًا فَجَعَلُوْا يُصَلُّوْنَ قِيَامًا ، فَأَشَارَ إِلَيْهِمِ اجْلِسُوْا ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ إِنَّ الإِمَامَ لَيُؤْتَمُّ بِهِ ، فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوْا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوْا ، وَإِنْ صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوْسًا . قَالَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ قَالَ الْحُمَيْدِىُّ هَذَا الْحَدِيْثُ مَنْسُوْخٌ لْأَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخِرَ مَا صَلَّى صَلَّى قَاعِدًا وَالنَّاسُ خَلْفَهُ قِيَامٌ

Dari Aisyah radhiyallahu'anha bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah dijenguk oleh beberapa orang ketika beliau sakit, kemudian beliau mengerjakan shalat sambil duduk, maka orang-orang pun ikut mengerjakan shalat sambil berdiri, lalu beliau memberi isyarat supaya mereka juga duduk, seusai shalat beliau bersabda: Sesungguhnya dijadikannya Imam itu untuk diikuti, apabila dia ruku' maka kalian juga harus ruku', apabila dia mengangkat kepala maka kalian juga harus mengangkat kepala, apabila dia shalat sambil duduk maka kalian harus shalat sambil duduk. Abu Abdullah berkata; Al-Humaidi berkata; hadits ini hukumnya mansukh (terhapus), karena Nabi Shallallahu alaihi Wasallam di akhir hayatnya selalu mengerjakan shalat sambil duduk, sementara orang-orang yang di belakang beliau shalat sambil berdiri. (H. R.Bukhari no. 5657).

9. Umur tujuh tahun jadi imam shalat jamaah 

عَنْ عَمْرِو بْنِ سَلِمَةَ قَالَ ..... وَبَدَرَ أَبِى قَوْمِى بِإِسْلاَمِهِمْ فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ جِئْتُكُمْ وَاللهِ مِنْ عِنْدِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا فَقَالَ صَلُّوْا صَلاَةَ كَذَا فِى حِيْنِ كَذَا ، وَصَلُّوْا كَذَا فِى حِيْنِ كَذَا ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ ، فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا. فَنَظَرُوْا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّى ، لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنَ الرُّكْبَانِ ، فَقَدَّمُوْنِى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ ، وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ

Dari Amru bin Salamah katanya, ...  dan ayahku bergegas menemui kaumku dengan ke-Islaman mereka, ketika ayahku datang, ujarnya: Demi Allah, sungguh aku baru saja menemui Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dan beliau sabdakan: Shalatlah kalian sedemikian, di waktu sedemikian. Shalatlah kalian sedemikian, di waktu sedemikian. Jika waktu shalat tiba, hendaklah salah seorang diantara kalian mengumandangkan adzan, dan yang mengimami kalian yang banyak hapalan Al-Qur'annya. Lantas mereka saling mencermati, dan tak ada yang lebih banyak hapalan Al-Qur'annya selain diriku disebabkan aku bertemu dengan pengendara, maka kemudian mereka menyuruhku maju (memimpin shalat di depan mereka), padahal umurku ketika itu baru enam atau tujuh tahun. (H.R. Bukhari no. 4302).

10. Shalat di atas kuburan 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ مَاتَ إِنْسَانٌ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُوْدُهُ فَمَاتَ بِاللَّيْلِ فَدَفَنُوْهُ لَيْلًا فَلَمَّا أَصْبَحَ أَخْبَرُوْهُ فَقَالَ مَا مَنَعَكُمْ أَنْ تُعْلِمُوْنِيْ قَالُوْا كَانَ اللَّيْلُ فَكَرِهْنَا وَكَانَتْ ظُلْمَةٌ أَنْ نَشُقَّ عَلَيْكَ فَأَتَى قَبْرَهُ فَصَلَّى عَلَيْهِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu berkata: Bila ada orang yang meninggal dunia biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melayatnya. Suatu hari ada seorang yang meninggal dunia di malam hari kemudian dikuburkan malam itu juga. Keesokan paginya orang-orang memberitahu beliau. Maka Beliau bersabda: Mengapa kalian tidak memberi tahu aku? Mereka menjawab: Kejadiannya malam hari, kami khawatir memberatkan anda. Maka kemudian beliau mendatangi kuburan orang itu lalu mengerjakan shalat untuknya. (H.R. Bukhari no. 1247).

11. Anjuran bersiwak setiap kali hendak shalat 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Sekiranya tidak memberatkan ummatku atau manusia, niscaya aku akan perintahkan kepada mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) pada setiap kali hendak shalat. (H.R. Bukhari no. 887).

12. Bilal menyerukan panggilan shalat 

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُوْلُ كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ حِيْنَ قَدِمُوا الْمَدِيْنَةَ يَجْتَمِعُوْنَ فَيَتَحَيَّنُوْنَ الصَّلَاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوْا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوْا نَاقُوْسًا مِثْلَ نَاقُوْسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوْقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُوْدِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلَا تَبْعَثُوْنَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بِلَالُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلَاةِ

Bahwanya Ibnu 'Umar berkata, Ketika Kaum Muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul untuk shalat dengan cara memperkirakan waktunya, dan tidak ada panggilan untuk pelaksanaan shalat. Suatu hari mereka memperbincangkan masalah tersebut, di antara mereka ada yang mengusulkan lonceng seperi loncengnya kaum Nashrani dan sebagaian lain mengusulkan untuk meniup terampet sebagaimana kaum Yahudi. Maka Umar pun berkata : Mengapa tidak kalian suruh seseorang untuk mengumandangkan panggilan shalat? Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam kemudian bersabda: Wahai Bilal, bangkit dan serukanlah panggilan shalat. (H.R. Bukhari no. 604).

13. Meludah dalam shalat 

عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ وَأَبَا سَعِيْدٍ حَدَّثَاهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي جِدَارِ الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَ حَصَاةً فَحَكَّهَا فَقَالَ إِذَا تَنَخَّمَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَتَنَخَّمَنَّ قِبَلَ وَجْهِهِ وَلَا عَنْ يَمِيْنِهِ وَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ الْيُسْرَى

Dari Humaid bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah dan Abu Sa'id keduanya menceritakan, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melihat ludah pada dinding masjid, beliau lalu mengambil batu kerikil kemudian menggosoknya. Setelah itu beliau bersabda: Jika salah seorang dari kalian meludah maka janganlah ia membuangnya ke arah depan atau sebelah kanannya, tetapi hendaklah ia lakukan ke arah kirinya atau di bawah kaki (kirinya). (H.R. Bukhari no. 408).

14. Boleh shalat di atas sajadah 

عَنْ مَيْمُوْنَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى الْخُمْرَةِ

Dari Maimunah ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam shalat di atas tikar kecil. (H.R. Bukhari no. 381).

15. Anjuran meringankan shalat bila jadi imam 

عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ لَا أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلَاةَ مِمَّا يُطَوِّلُ بِنَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ يَوْمِئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُوْنَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيْهِمُ الْمَرِيْضَ وَالضَّعِيْفَ وَذَا الْحَاجَةِ

Dari Abu Mas'ud Al-Anshari berkata, seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang. Maka aku belum pernah melihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barang siapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah. Karena diantara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan. (H.R. Bukhari no. 90).

16. Mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat 

عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِى الصَّوْمَ وَلاَ تَقْضِى الصَّلاَةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ وَلَكِنِّى أَسْأَلُ. قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ

Dari Mu'adzah dia berkata, saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?  Maka Aisyah menjawab : Apakah kamu dari golongan Haruriyah? Aku menjawab, Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya. Dia menjawab : Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat. (H.R. Muslim no 789, Daud 263 dan lainnya). 

17. Bila Shalat Kelebihan Rakaat 

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيْلَ أَزِيْدَ فِى الصَّلاَةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ . قَالُوْا صَلَّيْتَ خَمْسًا . فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ

Dari Abdullah berkata,"Nabi Shallallahu alaihi Wasallam mengimami kami shalat zhuhur sebanyak lima rakaat, maka beliau ditegur : Apakah shalat sekarang ditambah?  Nabi bertanya :  Memang berapa shalatku? Para sahabat menjawab : Lima rakaat,  maka beliau sujud dua kali setelah mengucapkan salam. (H.R. Bukhari no.7239). 

Semoga bermanfaat....

Rabu, 23 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 2)

Edisi Kamis, 24 Februari 2022 M / 22 Rajab 1443 H. 

Pandangan lain mengatakan, “shalat” diambil dari dua urat yang menjaga tulang ekor unta atau hewan lainnya. Shalat secara bahasa juga berarti awal dua persendian paha manusia yang mana keduanya secara hakiki menjaga tulang ekor manusia. Adapun pandangan ketiga mengatakan, kata “shalat” diadopsi dari kata “shaluta” yang dalam bahasa Ibrani berarti tempat ibadah. Kata ini dipakai kemudian oleh Al-Qur’an dengan makna yang sama, yaitu pada Surat Al-Hajj ayat 40. 

Bangsa Arab juga kemudian mengadopsi dan menggunakan kata ini dengan makna doa dan istigfar. Setelah itu Al-Qur’an menggunakan kata “shalat” dengan pengertian yang dipahami bangsa Arab, yaitu pada Surat At-Taubah ayat 103 dan Surat Al-Ahzab ayat 56. Tidak pengertian khusus yang dipahami bangsa Arab dari kata “shalat” selain seruan kepada Allah saat masyarakat Arab pra-Islam bertalbiyah tanpa berpakaian sebagaimana keterangan pada Surat Al-Anfal ayat 35. (M Khudari Bek, 1995 M/1415 H: 26).

Berikut ini beberapa Hadits pilihan yang membahas tentang shalat :

1. Shalat sunnah qabliyah maghrib 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ حَتّٰى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذٰلِكَ يُصَلُّوْنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ

Dari Anas bin Malik berkata, "Jika seorang mu'adzin sudah mengumandangkan adzan (Maghrib), maka para sahabat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk shalat sunnat) sampai Nabi saw keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan shalat sunnat dua rakaat sebelum Maghrib. Dan di antara adzan dan iqamat Maghrib sangatlah sedikit (waktunya)." (H.R. Bukhari no. 625).

2. Duduk istirahat sebelum bangkit ke rakaat berikutnya 

عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ قَالَ جَاءَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ فِي مَسْجِدِنَا هٰذَا فَقَالَ إِنِّي لَأُصَلِّي بِكُمْ وَمَا أُرِيْدُ الصَّلَاةَ أُصَلِّي كَيْفَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَقُلْتُ لِأَبِيْ قِلَابَةَ كَيْفَ كَانَ يُصَلِّي قَالَ مِثْلَ شَيْخِنَا هٰذَا قَالَ وَكَانَ شَيْخًا يَجْلِسُ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُوْدِ قَبْلَ أَنْ يَنْهَضَ فِي الرَّكْعَةِ الْأُوْلٰى

Dari Abu Qilabah berkata, "Malik bin Al-Huwairits datang menemui kami di Masjid kami ini, ia lalu berkata, "Aku akan melaksanakan shalat dengan kalian. Dan aku tidak ingin mengerjakan suatu shalat selain cara shalat yang pernah aku lihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakannya." Aku pun bertanya kepada kepada Abu Qilabah, "Bagaimanakah cara shalat Nabi Shallallahu alaihi Wassalam?" Ia menjawab, "Seperti guru kita ini. Setelah mengangkat kepalanya dari sujud, ia duduk sebentar sebelum bangkit di rakaat pertama." (H.R. Bukhari no. 677).

3. Makruh shalat sambil ngantuk 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَرْقُدْ حَتّٰى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لَا يَدْرِيْ لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ

Dari 'Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian mengantuk saat shalat hendaklah ia tidur hingga hilang kantuknya, karena bila shalat dalam keadaan mengantuk ia tidak menyadari, mungkin ia bermaksud beristighfar padahal bisa jadi ia mencaci dirinya." (H.R. Bukhari no. 209).

4. Pentingnya shalat tahiyatul masjid 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّبِيُّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ أَصَلَّيْتَ يَا فُلَانُ قَالَ لَا قَالَ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ

Dari Jabir bin 'Abdullah berkata, "Seorang laki-laki datang saat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam sedang memberikan khutbah di hadapan orang banyak pada hari Jum'at. Beliau lalu bertanya: "Wahai fulan, apakah kamu sudah shalat?" Orang itu menjawab, "Belum." Maka beliau bersabda: "Bangun dan shalatlah dua rakaat." (H.R. Bukhari no. 930).

5. Pentingnya shalat tahiyatul masjid 

جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَهُوَ يَخْطُبُ إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ أَوْ قَدْ خَرَجَ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ

Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu'anhu berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda ketika Beliau sedang menyampaikan khathbah: "Jika seorang dari kalian memasuki masjid sedang imam sedang berkhuthbah atau dia telah keluar (kemudian masuk lagi) maka hendaklah dia shalat dua raka'at". (H.R. Bukhari no. 1166).

6. Shalat sunah setelah wudhu 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِيْ بِأَرْجٰى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجٰى عِنْدِيْ أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُوْرًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذٰلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كُتِبَ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُوْ عَبْدُ اللهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ يَعْنِيْ تَحْرِيْكَ

Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berkata, kepada Bilal radhiyallahu anhu ketika shalat Fajar (Shubuh): "Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga". Bilal berkata; "Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu') pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu' tersebut disamping shalat wajib". Berkata, (Abu 'Abdullah): Istilah "Daffa na'laika maksudnya gerakan sandal". (H.R. Bukhari no. 1149).

7. Adakah Shalat sunah qobliyah Maghrib itu? 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرٍ الْأَنْصَارِيَّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ حَتّٰى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذٰلِكَ يُصَلُّوْنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ

Dari Anas bin Malik berkata, "Jika seorang mu'adzin sudah mengumandangkan adzan (Maghrib), maka para sahabat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk shalat sunnat) sampai Nabi Shallallahu alaihi Wasallam keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan shalat sunnat dua rakaat sebelum Maghrib. Dan di antara adzan dan iqamat Maghrib sangatlah sedikit (waktunya)." (H.R. Bukhari no. 625).

8. Bolehkan melakukan Shalat sunah qobliyah Jum'at? 

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ أَخْبَرَنَا أَيُّوْبُ عَنْ نَافِعٍ قَالَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُطِيْلُ الصَّلاَةَ قَبْلَ الْجُمُعَةِ وَيُصَلِّى بَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ فِى بَيْتِهِ وَيُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ.

Dari Nafi' beliau berkata "Adalah ibnu umar  bahwasanya ia senantiasa memanjangkan shalat qobliyah Jum'at dan ia pun shalat ba'diyah jum'at dua rakaat di rumahnya, dan ia menceritakan bahwa-sanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam senantiasa melakukan hal yang demikian itu" (H.R. Abu Daud no. 1130).

9. Posisi Jari-Jari Ketika Tasyahud 

عَنْ عَلِىِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ الْمُعَاوِىِّ أَنَّهُ قَالَ رَآنِى عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ وَأَنَا أَعْبَثُ بِالْحَصٰى فِى الصَّلاَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ نَهَانِى فَقَالَ اصْنَعْ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ. فَقُلْتُ وَكَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِى الصَّلاَةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنٰى عَلىٰ فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرٰى عَلىٰ  فَخِذِهِ الْيُسْرٰى.

Dari Ali bin Abdirrohman Al-Mu'awi, beliau bercerita bahwa pada suatu saat Ibn Umar radhiyallahu anhu melihat saya sedang mempermainkan kerikil ketika shalat. Setelah saya selesai shalat,beliau menegur saya lalu merkata : (Apabila kamu shalat) maka kerjakan sebagaimana yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam (dalam shalatnya). Aku bertanya, bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengerjakannya? Ibn Umar berkata : Apabila Nabi Shallallahu alaihi Wasallam duduk ketika melaksanakan shalat, beliau meletakkan telapak tangannya di atas paha kanannya dan menggenggam semua jarinya. Kemudian berisyarat dengan (mengangkat) jari telunjuknya (ada yang melakukan mulai awal dan ada ketika mengucap illallah, pent.) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya. (H.R. Muslim no. 1339).

10. Meregangkan Jari Bila Ruku Dan Merapatkan Bila Sujud 

وَعَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ إذَا رَكَعَ فَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ، وَإِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ.

Dari Wail bin Hujr radhiyallahu'anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam apabila rukuk beliau meregangkan jari-jarinya dan bila sujud beliau merapatkan jari-jarinya. (H.R. Hakim no. 283).

11. Duduk Istirahat Setelah Sujud 

عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ قَالَ جَاءَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ فَصَلَّى بِنَا فِى مَسْجِدِنَا هٰذَا فَقَالَ إِنِّى لَأُصَلِّى بِكُمْ ، وَمَا أُرِيْدُ الصَّلاَةَ ، وَلٰكِنْ أُرِيْدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى قَالَ أَيُّوْبُ فَقُلْتُ لِأَبِى قِلاَبَةَ وَكَيْفَ كَانَتْ صَلاَتُهُ قَالَ مِثْلَ صَلاَةِ شَيْخِنَا هٰذَا يَعْنِى عَمْرَو بْنَ سَلِمَةَ  قَالَ أَيُّوْبُ وَكَانَ ذٰلِكَ  الشَّيْخُ يُتِمُّ التَّكْبِيْرَ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ، ثُمَّ قَامَ.

Dari Abu Qilabah berkata, Malik bin Al-Huwairits datang kepada kami lalu shalat bersama di masjid milik kami ini, kemudian berkata : Aku bukan ingin melaksanakan shalat, tapi aku akan menerangkan kepada kalian bagaimana Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakan shalat. Ayyub berkata : Lalu aku bertanya kepada Abu Qilabah : Bagaimana cara shalat dia? Abu Qilabah menjawab : Seperti shalatnya guru (syaikh) kita ini, yaitu Amru bin Salamah. Ayyub berkata : Guru kita itu selalu menyempurnakan takbir. Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk dan menekan (kedua tangannya) ke atas tanah (ke tempat shalat),  kemudian baru berdiri. (H.R. Bukhari no. 824).

12. Membaca Tasbih, Tahmid, Takbir 33 Kali Setelah Shalat 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَنْ سَبَّحَ اللهَ  فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ فَتِلْكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak 33 kali, dan bertahmid kepada Allah 33 kali, dan bertakbir kepada Allah 33 kali, hingga semuanya berjumlah 99, dan beliau menambahkan, dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan." H.R. Muslim no. 1380.

13. Perintah Merapatkan Shaf 

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبَانُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Aban dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda: "Rapatkan shaf shaf kalian, dekatkanlah jarak antara keduanya, dan sejajarkanlah antara leher-leher. Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya saya melihat setan masuk ke dalam celah celah shaf itu, tak ubahnya bagai anak kambing kecil." (H.R. Abu Daud no. 667).

14. Berwudhu, Ke Masjid Shalat, Diampuni Dosa 

عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ بِطَهُوْرٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى الْمَقَاعِدِ فَتَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَهُوَ فِي هٰذَا الْمَجْلِسِ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ مَنْ تَوَضَّأَ مِثْلَ هٰذَا الْوُضُوْءِ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ جَلَسَ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ قَالَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَغْتَرُّوْا

Utsman bin 'Affan ketika sedang bersuci, dia duduk di atas bangku lalu berwudlu' dengan membaguskan wudlu'nya, kemudian dia berkata; "Saya pernah melihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berwudlu di tempat ini, beliau membaguskan wudlu'nya lalu beliau bersabda: 'Barangsiapa berwudlu seperti ini kemudian mendatangi masjid dan shalat dua raka'at, lalu duduk, maka akan terampuni dosa-dosanya yang telah lalu." Ustman berkata; Nabi Shallallahu alaihi Wasallam juga bersabda: 'Dan janganlah kalian tertipu.' (H.R. Bukhari no. 6433).

15. Shalat Malam 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ   قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam."  (H.R. Muslim no. 2812).

16. Shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar 

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُصَلِّي قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيْمِ عَلَى الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ

Dari Ali ia berkata; "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakan shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar, dan beliau memisahkan antara empat rakaat tersebut dengan mengucapkan salam kepada malaikat muqarrabin, orang-orang muslim dan mukmin yang mengikutinya. (H.R. Tirmidzi no. 431).

17. Shalat sunnah sebelum dzuhur dan subuh 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ .

Dari 'Aisyah raditallahu'anha bahwa "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan shalat sunnat empat reka'at sebelum Zhuhur dan dua raka'at sebelum shalat Shubuh". (H.R. Bukhari no. 1182).

Semoga bermanfaat....

Selasa, 22 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 1)

Edisi Rabu, 23 Februari 2022 M / 21 Rajab 1443 H. 

Syekh M Khudhari Bek dalam karyanya, Tarikh Tasyri Al-Islami, mengawali pembahasan shalat secara bahasa. “Shalat” bukanlah kata yang berasal dari agama Islam. Kata “shalat” telah digunakan oleh masyarakat Arab pra-Islam dengan pengertian doa dan istighfar. (M Khudari Bek, Tarikhut Tasyri Al-Islami, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H], 25-26).

Kata “shalat” bisa jadi bermakna tetap atau terus menerus. Dari pengertian ini muncul kalimat “man yashla fin nar” atau orang yang kekal di neraka. Pandangan ini, kata Khurdhari Bek, dipegang oleh Al-Azhari karena shalat adalah ketetapan yang diwajibkan oleh Allah. Shalat merupakan kewajiban terbesar yang diperintahkan untuk tetap dilaksanakan.

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membicarakan tentang Shalat :

1. Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat 

سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنٰى مَثْنٰى فَإِذَا رَأَيْتَ أَنَّ الصُّبْحَ يُدْرِكُكَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ فَقِيْلَ لِابْنِ عُمَرَ مَا مَثْنٰى مَثْنٰى قَالَ أَنْ تُسَلِّمَ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ

Saya mendengar Ibnu Umar menceritakan bahwasanya; Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at. Jika kamu telah merasa bahwa waktu Shubuh akan segera masuk, maka shalat witirlah dengan satu raka'at." Kemudian ditanyakanlah kepada Ibnu Umar, "Apa artinya dua-dua?" Ibnu Umar menjawab, "Yaitu, kamu mengucapkan salam setiap dua raka'at." (H.R. Muslim no. 1799).

2. Shalat sunnah fajar 

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. وفى رواية : لَهُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعًا

Dari 'Aisyah dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam beliau bersabda: "Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya." Dalam riwayat lainnya : "Kedua rakaat itu lebih aku sukai daripada dunia seluruhnya." (H.R.Muslim  no. 1721 dan 1722). 

3. Ancaman Meninggalkan Shalat Jum'at 

عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ وَأَبَا هُرَيْرَةَ حَدَّثَاهُ أَنَّهُمَا سَمِعَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ عَلىٰ أَعْوَادِ مِنْبَرِهِ لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمِ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلىٰ قُلُوْبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُوْنُنَّ مِنَ الْغَافِلِيْنَ

Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah keduanya telah menceritakan kepadanya, bahwa keduanya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda di atas mimbarnya: "Hendaklah orang yang suka meninggalkan shalat Jum'at menghentikan perbuatannya, ataukah mereka ingin Allah membutakan hati mereka, dan sesudah itu mereka benar-benar menjadi orang yang lalai." (H.R. Muslim no. 2039).

4. Bahaya meninggalkan shalat 5 waktu 

عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرًا يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

dari Abu Sufyan dia berkata, saya mendengar Jabir berkata, Saya mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Sesungguhnya, yang memisahkan antara seorang laki-laki (seorang hamba) dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat'." (H.R. Muslim no. 256).

5. Waktu sujud perbanyak doa 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda, "Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa." (H.R. Muslim No. 1111).

6. Tidak boleh mendahului imam dalam sholat 

أَبُوْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا يَخْشَى الَّذِي يَرْفَعُ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ

Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dia berkata, Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam bersabda, "Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, sehingga Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai?" (H.R. Muslim no. 991).

7. Mengucapkan Aamiin Dalam Shalat 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْقَارِئُ )غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ (فَقَالَ مَنْ خَلْفَهُ آمِيْنَ فَوَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ أَهْلِ السَّمَاءِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda, "Apabila pembaca mengucapkan, 'Ghairil Maghdhubi Alaihim waladh-Dhaallin {bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.}' lalu orang yang di belakangnya mengucapkan, 'Aamiin' lalu perkataannya bersesuaian dengan perkataan penduduk langit, niscaya dosanya yang telah lalu diampuni." (H.R. Muslim no. 947).

8. Shalat isya dan subuh berjamaah 

دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَعَدَ وَحْدَهُ فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِيْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

Usman bin Affan memasuki masjid setelah shalat maghrib, ia lalu duduk seorang diri, maka aku pun duduk menyertainya. Katanya; "Wahai keponakanku, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Barangsiapa shalat isya` berjama'ah, seolah-olah ia shalat malam selama separuh malam, dan barangsiapa shalat shubuh berjamaah, seolah-olah ia telah shalat seluruh malamnya". (H.R. Muslim no.1523).

9. Perintah meringankan shalat bagi imam 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيْهِمُ الصَّغِيْرَ وَالْكَبِيْرَ وَالضَّعِيْفَ وَالْمَرِيْضَ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : "Apabila salah seorang dari kalian mengimami manusia, hendaklah kalian meringankannya, karena di antara mereka ada yang kecil, tua, lemah, dan sakit. Apabila dia shalat sendirian, silahkan dia shalat sekehendaknya." (H.R. Muslim no. 1074).

10. Pahala menunggu shalat 

عَنْ أَبِي مُوْسٰى قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِيْ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِيْ يُصَلِّيَهَا ثُمَّ يَنَامُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ حَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ فِي جَمَاعَةٍ

Dari Abu Musa katanya; Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya, dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya kemudian tidur." Dan dalam suatu periwayatan Abu Kuraib disebutkan; "Hingga ia tunaikan shalat bersama imam secara berjama'ah." (H.R. Muslim no. 1545).

11. Memenuhi Seruan Sholat Jamaah 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِيْ قَائِدٌ يَقُوْدُنِيْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ

Dari Abu Hurairah dia berkata; Seorang buta (tuna netra) pernah menemui Nabi Shallallahu alaihi Wassalam dan berujar Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)? laki-laki itu menjawab; Benar. Beliau bersabda: Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat). (H.R. Muslim no. 1518).

12. Sujud Sahwi 

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضٰى صَلَاتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيْمَهُ كَبَّرَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ التَّسْلِيْمِ ثُمَّ سَلَّمَ 

Dari Abdurrahman Al-A'raj dari Abdullah bin Buhainah dia berkata, "Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengimami kami shalat. Setelah dua rakaat, beliau langsung berdiri tanpa duduk (tasyahud awal), dan jamaah makmum turut pula berdiri mengikuti beliau. Tatkala shalat telah selesai, dan kami sedang menunggu-menunggu beliau mengucapkan salam, ternyata beliau bertakbir, lalu bersujud dua kali ketika duduk sebelum salam, setelah itu barulah beliau mengucapkan salam." (H.R. Muslim no. 1297).

13. Sholat Yang Berat Bagi Orang Munafik 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ صَلَاةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِيْنَ مِنَ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِيْهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ الْمُؤَذِّنَ فَيُقِيْمَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا يَؤُمُّ النَّاسَ ثُمَّ آخُذَ شُعَلًا مِنْ نَارٍ فَأُحَرِّقَ عَلىٰ مَنْ لَا يَخْرُجُ إِلَى الصَّلَاةِ بَعْدُ

Dari Abu Hurairah berkata, "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik kecuali shalat shubuh dan 'Isya. Seandainya mereka mengetahui (kebaikan) yang ada pada keduanya tentulah mereka akan mendatanginya walau harus dengan merangkak. Sungguh, aku berkeinginan untuk memerintahkan seorang mu'adzin sehingga shalat ditegakkan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat, lalu aku menyalakan api dan membakar (rumah-rumah) orang yang tidak keluar untuk shalat berjama'ah (tanpa alasan yang benar). (H.R. Bukhari no. 657).

14. Sholat Tahitatul Masjid 

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ

Dari Abu Qatadah As-Salami, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk." (H.R. Bukhari no. 444).

15. Memanjangkan Surat Pada Rakaat Pertama 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُوْلَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُوْلَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الْأُوْلَى وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُوْلَى مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ

Dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata, "Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pada dua rakaat pertama dalam shalat Zhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah, beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua, dan terkadang beliau memperdengarkan bacaannya. Dalam shalat Ashar beliau membaca Al Fatihah dan dua surah, dan memanjangkan pada rakaat yang pertama. Demikian pula dalam shalat Shubuh, beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua. (H.R. Bukhari no. 759).

16. Sholat berjamaah di masjid 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمِيْعِ تَزِيْدُ عَلٰى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلَاتِهِ فِي سُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيْدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَةً حَتّٰى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ وَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلَاةٍ مَا كَانَتْ تَحْبِسُهُ وَتُصَلِّي يَعْنِي عَلَيْهِ الْمَلآئِكَةُ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيْهِ اللهم اغْفِرْ لَهُ اللهم ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيْهِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِىُّ

Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama dari shalatnya sendirian di rumah atau di pasarnya sebanyak dua puluh lima derajat. Jika salah seorang dari kalian berwudlu lalu membaguskan wudlunya kemudian mendatangi masjid dengan tidak ada tujuan lain kecuali shalat, maka tidak ada langkah yang dilakukannya kecuali Allah akan mengangkatnya dengan langkah itu setinggi satu derajat, dan menghapus darinya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid. Dan jika dia telah memasuki masjid, maka dia akan dihitung dalam keadaan shalat selagi dia meniatkannya, dan para malaikat akan mendoakannya selama dia masih berada di tempat yang ia gunakan untuk shalat, 'Ya Allah ampunkanlah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Selama dia belum berhadats." (H.R. Bukhari no. 477).

17. Meluruskan shaf dan merapatkan 

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ أُقِيْمَتْ الصَّلَاةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ أَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ وَتَرَاصُّوْا فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ

Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik ia berkata, "Ketika iqamah shalat telah dikumandangkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam berbalik menghadapkan mukanya kepada kami seraya bersabda: "Luruskanlah shaf dan rapatkanlah, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku." (H.R. Bukhari no. 719).

Semoga bermanfaat....