Edisi Rabu, 23 Februari 2022 M / 21 Rajab 1443 H.
Syekh M Khudhari Bek dalam karyanya, Tarikh Tasyri Al-Islami, mengawali pembahasan shalat secara bahasa. “Shalat” bukanlah kata yang berasal dari agama Islam. Kata “shalat” telah digunakan oleh masyarakat Arab pra-Islam dengan pengertian doa dan istighfar. (M Khudari Bek, Tarikhut Tasyri Al-Islami, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H], 25-26).
Kata “shalat” bisa jadi bermakna tetap atau terus menerus. Dari pengertian ini muncul kalimat “man yashla fin nar” atau orang yang kekal di neraka. Pandangan ini, kata Khurdhari Bek, dipegang oleh Al-Azhari karena shalat adalah ketetapan yang diwajibkan oleh Allah. Shalat merupakan kewajiban terbesar yang diperintahkan untuk tetap dilaksanakan.
Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membicarakan tentang Shalat :
1. Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat
سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنٰى مَثْنٰى فَإِذَا رَأَيْتَ أَنَّ الصُّبْحَ يُدْرِكُكَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ فَقِيْلَ لِابْنِ عُمَرَ مَا مَثْنٰى مَثْنٰى قَالَ أَنْ تُسَلِّمَ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Saya mendengar Ibnu Umar menceritakan bahwasanya; Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at. Jika kamu telah merasa bahwa waktu Shubuh akan segera masuk, maka shalat witirlah dengan satu raka'at." Kemudian ditanyakanlah kepada Ibnu Umar, "Apa artinya dua-dua?" Ibnu Umar menjawab, "Yaitu, kamu mengucapkan salam setiap dua raka'at." (H.R. Muslim no. 1799).
2. Shalat sunnah fajar
عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. وفى رواية : لَهُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعًا
Dari 'Aisyah dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam beliau bersabda: "Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya." Dalam riwayat lainnya : "Kedua rakaat itu lebih aku sukai daripada dunia seluruhnya." (H.R.Muslim no. 1721 dan 1722).
3. Ancaman Meninggalkan Shalat Jum'at
عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ وَأَبَا هُرَيْرَةَ حَدَّثَاهُ أَنَّهُمَا سَمِعَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ عَلىٰ أَعْوَادِ مِنْبَرِهِ لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمِ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلىٰ قُلُوْبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُوْنُنَّ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah keduanya telah menceritakan kepadanya, bahwa keduanya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda di atas mimbarnya: "Hendaklah orang yang suka meninggalkan shalat Jum'at menghentikan perbuatannya, ataukah mereka ingin Allah membutakan hati mereka, dan sesudah itu mereka benar-benar menjadi orang yang lalai." (H.R. Muslim no. 2039).
4. Bahaya meninggalkan shalat 5 waktu
عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرًا يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
dari Abu Sufyan dia berkata, saya mendengar Jabir berkata, Saya mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Sesungguhnya, yang memisahkan antara seorang laki-laki (seorang hamba) dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat'." (H.R. Muslim no. 256).
5. Waktu sujud perbanyak doa
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda, "Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa." (H.R. Muslim No. 1111).
6. Tidak boleh mendahului imam dalam sholat
أَبُوْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا يَخْشَى الَّذِي يَرْفَعُ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يُحَوِّلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ
Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dia berkata, Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam bersabda, "Tidakkah takut orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, sehingga Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai?" (H.R. Muslim no. 991).
7. Mengucapkan Aamiin Dalam Shalat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْقَارِئُ )غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ (فَقَالَ مَنْ خَلْفَهُ آمِيْنَ فَوَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ أَهْلِ السَّمَاءِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda, "Apabila pembaca mengucapkan, 'Ghairil Maghdhubi Alaihim waladh-Dhaallin {bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.}' lalu orang yang di belakangnya mengucapkan, 'Aamiin' lalu perkataannya bersesuaian dengan perkataan penduduk langit, niscaya dosanya yang telah lalu diampuni." (H.R. Muslim no. 947).
8. Shalat isya dan subuh berjamaah
دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَعَدَ وَحْدَهُ فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِيْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
Usman bin Affan memasuki masjid setelah shalat maghrib, ia lalu duduk seorang diri, maka aku pun duduk menyertainya. Katanya; "Wahai keponakanku, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Barangsiapa shalat isya` berjama'ah, seolah-olah ia shalat malam selama separuh malam, dan barangsiapa shalat shubuh berjamaah, seolah-olah ia telah shalat seluruh malamnya". (H.R. Muslim no.1523).
9. Perintah meringankan shalat bagi imam
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَمَّ أَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيْهِمُ الصَّغِيْرَ وَالْكَبِيْرَ وَالضَّعِيْفَ وَالْمَرِيْضَ فَإِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيْفَ شَاءَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : "Apabila salah seorang dari kalian mengimami manusia, hendaklah kalian meringankannya, karena di antara mereka ada yang kecil, tua, lemah, dan sakit. Apabila dia shalat sendirian, silahkan dia shalat sekehendaknya." (H.R. Muslim no. 1074).
10. Pahala menunggu shalat
عَنْ أَبِي مُوْسٰى قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِيْ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِيْ يُصَلِّيَهَا ثُمَّ يَنَامُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي كُرَيْبٍ حَتّٰى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ فِي جَمَاعَةٍ
Dari Abu Musa katanya; Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: "Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya, dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya kemudian tidur." Dan dalam suatu periwayatan Abu Kuraib disebutkan; "Hingga ia tunaikan shalat bersama imam secara berjama'ah." (H.R. Muslim no. 1545).
11. Memenuhi Seruan Sholat Jamaah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِيْ قَائِدٌ يَقُوْدُنِيْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ
Dari Abu Hurairah dia berkata; Seorang buta (tuna netra) pernah menemui Nabi Shallallahu alaihi Wassalam dan berujar Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)? laki-laki itu menjawab; Benar. Beliau bersabda: Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat). (H.R. Muslim no. 1518).
12. Sujud Sahwi
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضٰى صَلَاتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيْمَهُ كَبَّرَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ التَّسْلِيْمِ ثُمَّ سَلَّمَ
Dari Abdurrahman Al-A'raj dari Abdullah bin Buhainah dia berkata, "Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengimami kami shalat. Setelah dua rakaat, beliau langsung berdiri tanpa duduk (tasyahud awal), dan jamaah makmum turut pula berdiri mengikuti beliau. Tatkala shalat telah selesai, dan kami sedang menunggu-menunggu beliau mengucapkan salam, ternyata beliau bertakbir, lalu bersujud dua kali ketika duduk sebelum salam, setelah itu barulah beliau mengucapkan salam." (H.R. Muslim no. 1297).
13. Sholat Yang Berat Bagi Orang Munafik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ صَلَاةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِيْنَ مِنَ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِيْهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ الْمُؤَذِّنَ فَيُقِيْمَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا يَؤُمُّ النَّاسَ ثُمَّ آخُذَ شُعَلًا مِنْ نَارٍ فَأُحَرِّقَ عَلىٰ مَنْ لَا يَخْرُجُ إِلَى الصَّلَاةِ بَعْدُ
Dari Abu Hurairah berkata, "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik kecuali shalat shubuh dan 'Isya. Seandainya mereka mengetahui (kebaikan) yang ada pada keduanya tentulah mereka akan mendatanginya walau harus dengan merangkak. Sungguh, aku berkeinginan untuk memerintahkan seorang mu'adzin sehingga shalat ditegakkan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat, lalu aku menyalakan api dan membakar (rumah-rumah) orang yang tidak keluar untuk shalat berjama'ah (tanpa alasan yang benar). (H.R. Bukhari no. 657).
14. Sholat Tahitatul Masjid
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
Dari Abu Qatadah As-Salami, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum ia duduk." (H.R. Bukhari no. 444).
15. Memanjangkan Surat Pada Rakaat Pertama
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُوْلَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُوْلَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الْأُوْلَى وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُوْلَى مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
Dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata, "Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pada dua rakaat pertama dalam shalat Zhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah, beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua, dan terkadang beliau memperdengarkan bacaannya. Dalam shalat Ashar beliau membaca Al Fatihah dan dua surah, dan memanjangkan pada rakaat yang pertama. Demikian pula dalam shalat Shubuh, beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua. (H.R. Bukhari no. 759).
16. Sholat berjamaah di masjid
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمِيْعِ تَزِيْدُ عَلٰى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلَاتِهِ فِي سُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيْدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَةً حَتّٰى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ وَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلَاةٍ مَا كَانَتْ تَحْبِسُهُ وَتُصَلِّي يَعْنِي عَلَيْهِ الْمَلآئِكَةُ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيْهِ اللهم اغْفِرْ لَهُ اللهم ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيْهِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِىُّ
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama dari shalatnya sendirian di rumah atau di pasarnya sebanyak dua puluh lima derajat. Jika salah seorang dari kalian berwudlu lalu membaguskan wudlunya kemudian mendatangi masjid dengan tidak ada tujuan lain kecuali shalat, maka tidak ada langkah yang dilakukannya kecuali Allah akan mengangkatnya dengan langkah itu setinggi satu derajat, dan menghapus darinya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid. Dan jika dia telah memasuki masjid, maka dia akan dihitung dalam keadaan shalat selagi dia meniatkannya, dan para malaikat akan mendoakannya selama dia masih berada di tempat yang ia gunakan untuk shalat, 'Ya Allah ampunkanlah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Selama dia belum berhadats." (H.R. Bukhari no. 477).
17. Meluruskan shaf dan merapatkan
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ أُقِيْمَتْ الصَّلَاةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ أَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ وَتَرَاصُّوْا فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ
Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik ia berkata, "Ketika iqamah shalat telah dikumandangkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam berbalik menghadapkan mukanya kepada kami seraya bersabda: "Luruskanlah shaf dan rapatkanlah, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku." (H.R. Bukhari no. 719).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.