Rabu, 23 Februari 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 2)

Edisi Kamis, 24 Februari 2022 M / 22 Rajab 1443 H. 

Pandangan lain mengatakan, “shalat” diambil dari dua urat yang menjaga tulang ekor unta atau hewan lainnya. Shalat secara bahasa juga berarti awal dua persendian paha manusia yang mana keduanya secara hakiki menjaga tulang ekor manusia. Adapun pandangan ketiga mengatakan, kata “shalat” diadopsi dari kata “shaluta” yang dalam bahasa Ibrani berarti tempat ibadah. Kata ini dipakai kemudian oleh Al-Qur’an dengan makna yang sama, yaitu pada Surat Al-Hajj ayat 40. 

Bangsa Arab juga kemudian mengadopsi dan menggunakan kata ini dengan makna doa dan istigfar. Setelah itu Al-Qur’an menggunakan kata “shalat” dengan pengertian yang dipahami bangsa Arab, yaitu pada Surat At-Taubah ayat 103 dan Surat Al-Ahzab ayat 56. Tidak pengertian khusus yang dipahami bangsa Arab dari kata “shalat” selain seruan kepada Allah saat masyarakat Arab pra-Islam bertalbiyah tanpa berpakaian sebagaimana keterangan pada Surat Al-Anfal ayat 35. (M Khudari Bek, 1995 M/1415 H: 26).

Berikut ini beberapa Hadits pilihan yang membahas tentang shalat :

1. Shalat sunnah qabliyah maghrib 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ حَتّٰى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذٰلِكَ يُصَلُّوْنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ

Dari Anas bin Malik berkata, "Jika seorang mu'adzin sudah mengumandangkan adzan (Maghrib), maka para sahabat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk shalat sunnat) sampai Nabi saw keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan shalat sunnat dua rakaat sebelum Maghrib. Dan di antara adzan dan iqamat Maghrib sangatlah sedikit (waktunya)." (H.R. Bukhari no. 625).

2. Duduk istirahat sebelum bangkit ke rakaat berikutnya 

عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ قَالَ جَاءَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ فِي مَسْجِدِنَا هٰذَا فَقَالَ إِنِّي لَأُصَلِّي بِكُمْ وَمَا أُرِيْدُ الصَّلَاةَ أُصَلِّي كَيْفَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَقُلْتُ لِأَبِيْ قِلَابَةَ كَيْفَ كَانَ يُصَلِّي قَالَ مِثْلَ شَيْخِنَا هٰذَا قَالَ وَكَانَ شَيْخًا يَجْلِسُ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُوْدِ قَبْلَ أَنْ يَنْهَضَ فِي الرَّكْعَةِ الْأُوْلٰى

Dari Abu Qilabah berkata, "Malik bin Al-Huwairits datang menemui kami di Masjid kami ini, ia lalu berkata, "Aku akan melaksanakan shalat dengan kalian. Dan aku tidak ingin mengerjakan suatu shalat selain cara shalat yang pernah aku lihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakannya." Aku pun bertanya kepada kepada Abu Qilabah, "Bagaimanakah cara shalat Nabi Shallallahu alaihi Wassalam?" Ia menjawab, "Seperti guru kita ini. Setelah mengangkat kepalanya dari sujud, ia duduk sebentar sebelum bangkit di rakaat pertama." (H.R. Bukhari no. 677).

3. Makruh shalat sambil ngantuk 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَرْقُدْ حَتّٰى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لَا يَدْرِيْ لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ

Dari 'Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian mengantuk saat shalat hendaklah ia tidur hingga hilang kantuknya, karena bila shalat dalam keadaan mengantuk ia tidak menyadari, mungkin ia bermaksud beristighfar padahal bisa jadi ia mencaci dirinya." (H.R. Bukhari no. 209).

4. Pentingnya shalat tahiyatul masjid 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّبِيُّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ أَصَلَّيْتَ يَا فُلَانُ قَالَ لَا قَالَ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ

Dari Jabir bin 'Abdullah berkata, "Seorang laki-laki datang saat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam sedang memberikan khutbah di hadapan orang banyak pada hari Jum'at. Beliau lalu bertanya: "Wahai fulan, apakah kamu sudah shalat?" Orang itu menjawab, "Belum." Maka beliau bersabda: "Bangun dan shalatlah dua rakaat." (H.R. Bukhari no. 930).

5. Pentingnya shalat tahiyatul masjid 

جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَهُوَ يَخْطُبُ إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ أَوْ قَدْ خَرَجَ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ

Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu'anhu berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda ketika Beliau sedang menyampaikan khathbah: "Jika seorang dari kalian memasuki masjid sedang imam sedang berkhuthbah atau dia telah keluar (kemudian masuk lagi) maka hendaklah dia shalat dua raka'at". (H.R. Bukhari no. 1166).

6. Shalat sunah setelah wudhu 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِيْ بِأَرْجٰى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجٰى عِنْدِيْ أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُوْرًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذٰلِكَ الطُّهُوْرِ مَا كُتِبَ لِيْ أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُوْ عَبْدُ اللهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ يَعْنِيْ تَحْرِيْكَ

Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berkata, kepada Bilal radhiyallahu anhu ketika shalat Fajar (Shubuh): "Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal yang paling utama yang sudah kamu amalkan dalam Islam, sebab aku mendengar di hadapanku suara sandalmu dalam surga". Bilal berkata; "Tidak ada amal yang utama yang aku sudah amalkan kecuali bahwa jika aku bersuci (berwudhu') pada suatu kesempatan malam ataupun siang melainkan aku selalu shalat dengan wudhu' tersebut disamping shalat wajib". Berkata, (Abu 'Abdullah): Istilah "Daffa na'laika maksudnya gerakan sandal". (H.R. Bukhari no. 1149).

7. Adakah Shalat sunah qobliyah Maghrib itu? 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرٍ الْأَنْصَارِيَّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ الْمُؤَذِّنُ إِذَا أَذَّنَ قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ حَتّٰى يَخْرُجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ كَذٰلِكَ يُصَلُّوْنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْمَغْرِبِ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ شَيْءٌ

Dari Anas bin Malik berkata, "Jika seorang mu'adzin sudah mengumandangkan adzan (Maghrib), maka para sahabat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berebut mendekati tiang-tiang (untuk shalat sunnat) sampai Nabi Shallallahu alaihi Wasallam keluar, sementara mereka tetap dalam keadaan menunaikan shalat sunnat dua rakaat sebelum Maghrib. Dan di antara adzan dan iqamat Maghrib sangatlah sedikit (waktunya)." (H.R. Bukhari no. 625).

8. Bolehkan melakukan Shalat sunah qobliyah Jum'at? 

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ أَخْبَرَنَا أَيُّوْبُ عَنْ نَافِعٍ قَالَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُطِيْلُ الصَّلاَةَ قَبْلَ الْجُمُعَةِ وَيُصَلِّى بَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ فِى بَيْتِهِ وَيُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ.

Dari Nafi' beliau berkata "Adalah ibnu umar  bahwasanya ia senantiasa memanjangkan shalat qobliyah Jum'at dan ia pun shalat ba'diyah jum'at dua rakaat di rumahnya, dan ia menceritakan bahwa-sanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam senantiasa melakukan hal yang demikian itu" (H.R. Abu Daud no. 1130).

9. Posisi Jari-Jari Ketika Tasyahud 

عَنْ عَلِىِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ الْمُعَاوِىِّ أَنَّهُ قَالَ رَآنِى عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ وَأَنَا أَعْبَثُ بِالْحَصٰى فِى الصَّلاَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ نَهَانِى فَقَالَ اصْنَعْ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ. فَقُلْتُ وَكَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِى الصَّلاَةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنٰى عَلىٰ فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرٰى عَلىٰ  فَخِذِهِ الْيُسْرٰى.

Dari Ali bin Abdirrohman Al-Mu'awi, beliau bercerita bahwa pada suatu saat Ibn Umar radhiyallahu anhu melihat saya sedang mempermainkan kerikil ketika shalat. Setelah saya selesai shalat,beliau menegur saya lalu merkata : (Apabila kamu shalat) maka kerjakan sebagaimana yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam (dalam shalatnya). Aku bertanya, bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengerjakannya? Ibn Umar berkata : Apabila Nabi Shallallahu alaihi Wasallam duduk ketika melaksanakan shalat, beliau meletakkan telapak tangannya di atas paha kanannya dan menggenggam semua jarinya. Kemudian berisyarat dengan (mengangkat) jari telunjuknya (ada yang melakukan mulai awal dan ada ketika mengucap illallah, pent.) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya. (H.R. Muslim no. 1339).

10. Meregangkan Jari Bila Ruku Dan Merapatkan Bila Sujud 

وَعَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ إذَا رَكَعَ فَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ، وَإِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ.

Dari Wail bin Hujr radhiyallahu'anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam apabila rukuk beliau meregangkan jari-jarinya dan bila sujud beliau merapatkan jari-jarinya. (H.R. Hakim no. 283).

11. Duduk Istirahat Setelah Sujud 

عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ قَالَ جَاءَنَا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ فَصَلَّى بِنَا فِى مَسْجِدِنَا هٰذَا فَقَالَ إِنِّى لَأُصَلِّى بِكُمْ ، وَمَا أُرِيْدُ الصَّلاَةَ ، وَلٰكِنْ أُرِيْدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى قَالَ أَيُّوْبُ فَقُلْتُ لِأَبِى قِلاَبَةَ وَكَيْفَ كَانَتْ صَلاَتُهُ قَالَ مِثْلَ صَلاَةِ شَيْخِنَا هٰذَا يَعْنِى عَمْرَو بْنَ سَلِمَةَ  قَالَ أَيُّوْبُ وَكَانَ ذٰلِكَ  الشَّيْخُ يُتِمُّ التَّكْبِيْرَ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ، ثُمَّ قَامَ.

Dari Abu Qilabah berkata, Malik bin Al-Huwairits datang kepada kami lalu shalat bersama di masjid milik kami ini, kemudian berkata : Aku bukan ingin melaksanakan shalat, tapi aku akan menerangkan kepada kalian bagaimana Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakan shalat. Ayyub berkata : Lalu aku bertanya kepada Abu Qilabah : Bagaimana cara shalat dia? Abu Qilabah menjawab : Seperti shalatnya guru (syaikh) kita ini, yaitu Amru bin Salamah. Ayyub berkata : Guru kita itu selalu menyempurnakan takbir. Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk dan menekan (kedua tangannya) ke atas tanah (ke tempat shalat),  kemudian baru berdiri. (H.R. Bukhari no. 824).

12. Membaca Tasbih, Tahmid, Takbir 33 Kali Setelah Shalat 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَنْ سَبَّحَ اللهَ  فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ فَتِلْكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak 33 kali, dan bertahmid kepada Allah 33 kali, dan bertakbir kepada Allah 33 kali, hingga semuanya berjumlah 99, dan beliau menambahkan, dan kesempurnaan seratus adalah membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan." H.R. Muslim no. 1380.

13. Perintah Merapatkan Shaf 

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبَانُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Aban dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda: "Rapatkan shaf shaf kalian, dekatkanlah jarak antara keduanya, dan sejajarkanlah antara leher-leher. Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya saya melihat setan masuk ke dalam celah celah shaf itu, tak ubahnya bagai anak kambing kecil." (H.R. Abu Daud no. 667).

14. Berwudhu, Ke Masjid Shalat, Diampuni Dosa 

عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ بِطَهُوْرٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى الْمَقَاعِدِ فَتَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَهُوَ فِي هٰذَا الْمَجْلِسِ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ مَنْ تَوَضَّأَ مِثْلَ هٰذَا الْوُضُوْءِ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ جَلَسَ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ قَالَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَغْتَرُّوْا

Utsman bin 'Affan ketika sedang bersuci, dia duduk di atas bangku lalu berwudlu' dengan membaguskan wudlu'nya, kemudian dia berkata; "Saya pernah melihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berwudlu di tempat ini, beliau membaguskan wudlu'nya lalu beliau bersabda: 'Barangsiapa berwudlu seperti ini kemudian mendatangi masjid dan shalat dua raka'at, lalu duduk, maka akan terampuni dosa-dosanya yang telah lalu." Ustman berkata; Nabi Shallallahu alaihi Wasallam juga bersabda: 'Dan janganlah kalian tertipu.' (H.R. Bukhari no. 6433).

15. Shalat Malam 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ   قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam."  (H.R. Muslim no. 2812).

16. Shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar 

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُصَلِّي قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيْمِ عَلَى الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ

Dari Ali ia berkata; "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melaksanakan shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar, dan beliau memisahkan antara empat rakaat tersebut dengan mengucapkan salam kepada malaikat muqarrabin, orang-orang muslim dan mukmin yang mengikutinya. (H.R. Tirmidzi no. 431).

17. Shalat sunnah sebelum dzuhur dan subuh 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ .

Dari 'Aisyah raditallahu'anha bahwa "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan shalat sunnat empat reka'at sebelum Zhuhur dan dua raka'at sebelum shalat Shubuh". (H.R. Bukhari no. 1182).

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.