Edisi Jum'at, 25 Februari 2022 M / 23 Rajab 1443 H.
Ibadah shalat disyariatkan pada awal-awal Islam. ibadah shalat ketika itu hanya berjumlah dua rakaat pada pagi dan sore hari sebagaimana keterangan Surat Ghafir ayat 55. Adapun ibadah shalat pada malam hari ketika itu hanya terbatas pada pembacaan Al-Qur’an secara tartil sebagai keterangan pada awal Surat Al-Muzzammil. Sedangkan shalat lima waktu yang kita kenal sampai sekarang diwajibkan beberapa waktu menjelang hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam.
Tidak ada perintah yang diberikan perhatian secara lebih oleh Al-Qur’an selain shalat. Al-Qur’an memerintahkan ibadah shalat dengan berbagai macam stilistika bahasa, kadang dengan perintah secara eksplisit, kadang dengan memuji orang yang melakukan shalat, dan kadang dengan mencela orang yang meninggalkannya sehingga dari semua itu orang yang meneliti Al-Qur’an menyimpulkan bahwa shalat adalah pilar agama Islam dan tidak ada bagian Islam bagi mereka yang meninggalkan, mengabaikan, dan bersikap munafik terhadap shalat.
Jumlah shalat dan jumlah rakaat shalat secara rinci memang tidak disebutkan secara eksplisit oleh Al-Qur’an. Waktu shalat hanya disebutkan secara garis besar sebagaimana keterangan Surat Ar-Rum ayat 17, Surat Al-Isra ayat 78, Surat Hud ayat 114, dan Surat Al-Baqarah ayat 238. (M Khudari Bek, 1995 M/1415 H: 27).
Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membahas tentang Shalat :
1. Anjuran shalat tahiyatul masjid
أَبَا قَتَادَةَ بْنَ رِبْعِيٍّ الْأنْصَارِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتّٰى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
Abu Qatadah bin Rib'iy Al-Anshariy radhiyallahu'anhu berkata; Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika seorang dari kalian masuk ke dalam masjid maka janganlah dia duduk sebelum shalat dua raka'at". (H.R. Bukhari no.1163).
2. shalat dua rakaat sebelum shalat Maghrib
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيْدَ هُوَ الْمُقْرِئُ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوْبَ قَالَ حَدَّثَنِيْ يَزِيْدُ بْنُ أَبِي حَبِيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ مَرْثَدَ بْنَ عَبْدِ اللهِ الْيَزَنِيَّ قَالَ أَتَيْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِيَّ فَقُلْتُ أَلَا أُعْجِبُكَ مِنْ أَبِي تَمِيمٍ يَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَالَ عُقْبَةُ إِنَّا كُنَّا نَفْعَلُهُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ فَمَا يَمْنَعُكَ الْآنَ قَالَ الشُّغْلُ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid -dia adalah Al-Muqriy- berkata, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Ayyub berkata, telah menceritakan kepada saya Yazid bin Abu Habib berkata; Aku mendengar Martsad bin Abdullah Al-Yazaniy berkata; Aku menemui Uqbah bin Amir Al-Juhaniy lalu aku berkata kepadanya: Apakah kamu tidak heran terhadap Abu Tamim yang dia shalat dua rakaat sebelum shalat Maghrib? Maka (Uqbah) menjawab: Kami dulu juga melakukannya pada masa hidup Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Aku berkata: Lalu apa yang menghalangimu dari mengerjakannya sekarang? Dia menjawab: Kesibukan. (H. R. Bukhari no. 1184).
3. Boleh tidak berjamaah ketika hujan lebat
عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى سَفَرٍ فَمُطِرْنَا فَقَالَ لِيُصَلِّ مَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فِى رَحْلِهِ
Dari Jabir ia berkata : Kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam suatu perjalanan, kemudian hujan mengguyur kami, lalu beliau mengatakan; Siapa diantara kalian yang hendak shalat, hendaknya dikerjakan di persinggahannya. (H.R. Muslim no. 1636, Ahmad 14720 dan lainnya).
4. Imam menghadap makmum untuk meluruskan shaf
أَنَسٌ قَالَ أُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ أَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ وَتَرَاصُّوْا، فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى
Anas bin Malik berkata, Ketika iqamah shalat telah dikumandangkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam berbalik menghadapkan mukanya kepada kami seraya bersabda: Luruskanlah shaf dan rapatkanlah, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku. (H.R. Bukhari no. 719).
5. Anjuran shalat gerhana
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَقَامَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَدَخَلْنَا فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ، حَتَّى انْجَلَتِ الشَّمْسُ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَصَلُّوْا، وَادْعُوْا، حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ
Dari Abu Bakrah, ia berkata, Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam lalu terjadi gerhana matahari. Maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berdiri menjulurkan selendangnya hingga masuk ke dalam masjid, kamipun ikut masuk ke dalam Masjid, beliau lalu mengimami kami shalat dua rakaat hingga matahari kembali nampak bersinar. Setelah itu beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena matinya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka dirikanlah shalat dan banyaklah berdoa hingga selesai gerhana yang terjadi pada kalian. (H.R. Bukhari no. 1040 dan Muslim no. 2153).
6. Shalat dan khutbah tidak terlalu panjang
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلاَتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا.
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu'anhu dia berkata : Ketika aku shalat bersama Rosulullah Shallallahu alaihi Wasallam maka shalatnya sedang, begitu juga khutbahnya. (H.R. Muslim no. 2040).
7. Jangan shalat dalam keadaan mengantuk
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ
Dari Aisyah radhiyallahu'anha, sesungguhnya Rosulullah Shallallahu alaihi Wasallam, bersabda : Bila seseorang diantara kamu mengantuk dalam keadaan shalat, maka tidurlah, sehingga ngantuknya hilang (setelah dia bangun dari tidur). Sesungguhnya seseorang diantara kamu bila melakukan shalat dengan ngantuk, dia tidak mengerti, barang kali dia minta ampun, namun mencaci dirinya. (H.R. Muslim no. 212 dan Muslim no. 1871).
8. Makmum yang mampu harus berdiri meskipun imamnya duduk
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهِ نَاسٌ يَعُوْدُوْنَهُ فِى مَرَضِهِ فَصَلَّى بِهِمْ جَالِسًا فَجَعَلُوْا يُصَلُّوْنَ قِيَامًا ، فَأَشَارَ إِلَيْهِمِ اجْلِسُوْا ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ إِنَّ الإِمَامَ لَيُؤْتَمُّ بِهِ ، فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوْا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوْا ، وَإِنْ صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوْسًا . قَالَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ قَالَ الْحُمَيْدِىُّ هَذَا الْحَدِيْثُ مَنْسُوْخٌ لْأَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخِرَ مَا صَلَّى صَلَّى قَاعِدًا وَالنَّاسُ خَلْفَهُ قِيَامٌ
Dari Aisyah radhiyallahu'anha bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah dijenguk oleh beberapa orang ketika beliau sakit, kemudian beliau mengerjakan shalat sambil duduk, maka orang-orang pun ikut mengerjakan shalat sambil berdiri, lalu beliau memberi isyarat supaya mereka juga duduk, seusai shalat beliau bersabda: Sesungguhnya dijadikannya Imam itu untuk diikuti, apabila dia ruku' maka kalian juga harus ruku', apabila dia mengangkat kepala maka kalian juga harus mengangkat kepala, apabila dia shalat sambil duduk maka kalian harus shalat sambil duduk. Abu Abdullah berkata; Al-Humaidi berkata; hadits ini hukumnya mansukh (terhapus), karena Nabi Shallallahu alaihi Wasallam di akhir hayatnya selalu mengerjakan shalat sambil duduk, sementara orang-orang yang di belakang beliau shalat sambil berdiri. (H. R.Bukhari no. 5657).
9. Umur tujuh tahun jadi imam shalat jamaah
عَنْ عَمْرِو بْنِ سَلِمَةَ قَالَ ..... وَبَدَرَ أَبِى قَوْمِى بِإِسْلاَمِهِمْ فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ جِئْتُكُمْ وَاللهِ مِنْ عِنْدِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا فَقَالَ صَلُّوْا صَلاَةَ كَذَا فِى حِيْنِ كَذَا ، وَصَلُّوْا كَذَا فِى حِيْنِ كَذَا ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ ، فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا. فَنَظَرُوْا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّى ، لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنَ الرُّكْبَانِ ، فَقَدَّمُوْنِى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ ، وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ
Dari Amru bin Salamah katanya, ... dan ayahku bergegas menemui kaumku dengan ke-Islaman mereka, ketika ayahku datang, ujarnya: Demi Allah, sungguh aku baru saja menemui Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dan beliau sabdakan: Shalatlah kalian sedemikian, di waktu sedemikian. Shalatlah kalian sedemikian, di waktu sedemikian. Jika waktu shalat tiba, hendaklah salah seorang diantara kalian mengumandangkan adzan, dan yang mengimami kalian yang banyak hapalan Al-Qur'annya. Lantas mereka saling mencermati, dan tak ada yang lebih banyak hapalan Al-Qur'annya selain diriku disebabkan aku bertemu dengan pengendara, maka kemudian mereka menyuruhku maju (memimpin shalat di depan mereka), padahal umurku ketika itu baru enam atau tujuh tahun. (H.R. Bukhari no. 4302).
10. Shalat di atas kuburan
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ مَاتَ إِنْسَانٌ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُوْدُهُ فَمَاتَ بِاللَّيْلِ فَدَفَنُوْهُ لَيْلًا فَلَمَّا أَصْبَحَ أَخْبَرُوْهُ فَقَالَ مَا مَنَعَكُمْ أَنْ تُعْلِمُوْنِيْ قَالُوْا كَانَ اللَّيْلُ فَكَرِهْنَا وَكَانَتْ ظُلْمَةٌ أَنْ نَشُقَّ عَلَيْكَ فَأَتَى قَبْرَهُ فَصَلَّى عَلَيْهِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu berkata: Bila ada orang yang meninggal dunia biasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melayatnya. Suatu hari ada seorang yang meninggal dunia di malam hari kemudian dikuburkan malam itu juga. Keesokan paginya orang-orang memberitahu beliau. Maka Beliau bersabda: Mengapa kalian tidak memberi tahu aku? Mereka menjawab: Kejadiannya malam hari, kami khawatir memberatkan anda. Maka kemudian beliau mendatangi kuburan orang itu lalu mengerjakan shalat untuknya. (H.R. Bukhari no. 1247).
11. Anjuran bersiwak setiap kali hendak shalat
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Sekiranya tidak memberatkan ummatku atau manusia, niscaya aku akan perintahkan kepada mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) pada setiap kali hendak shalat. (H.R. Bukhari no. 887).
12. Bilal menyerukan panggilan shalat
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُوْلُ كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ حِيْنَ قَدِمُوا الْمَدِيْنَةَ يَجْتَمِعُوْنَ فَيَتَحَيَّنُوْنَ الصَّلَاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوْا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوْا نَاقُوْسًا مِثْلَ نَاقُوْسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوْقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُوْدِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلَا تَبْعَثُوْنَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بِلَالُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلَاةِ
Bahwanya Ibnu 'Umar berkata, Ketika Kaum Muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul untuk shalat dengan cara memperkirakan waktunya, dan tidak ada panggilan untuk pelaksanaan shalat. Suatu hari mereka memperbincangkan masalah tersebut, di antara mereka ada yang mengusulkan lonceng seperi loncengnya kaum Nashrani dan sebagaian lain mengusulkan untuk meniup terampet sebagaimana kaum Yahudi. Maka Umar pun berkata : Mengapa tidak kalian suruh seseorang untuk mengumandangkan panggilan shalat? Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam kemudian bersabda: Wahai Bilal, bangkit dan serukanlah panggilan shalat. (H.R. Bukhari no. 604).
13. Meludah dalam shalat
عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ وَأَبَا سَعِيْدٍ حَدَّثَاهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي جِدَارِ الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَ حَصَاةً فَحَكَّهَا فَقَالَ إِذَا تَنَخَّمَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَتَنَخَّمَنَّ قِبَلَ وَجْهِهِ وَلَا عَنْ يَمِيْنِهِ وَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ الْيُسْرَى
Dari Humaid bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah dan Abu Sa'id keduanya menceritakan, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melihat ludah pada dinding masjid, beliau lalu mengambil batu kerikil kemudian menggosoknya. Setelah itu beliau bersabda: Jika salah seorang dari kalian meludah maka janganlah ia membuangnya ke arah depan atau sebelah kanannya, tetapi hendaklah ia lakukan ke arah kirinya atau di bawah kaki (kirinya). (H.R. Bukhari no. 408).
14. Boleh shalat di atas sajadah
عَنْ مَيْمُوْنَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى الْخُمْرَةِ
Dari Maimunah ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam shalat di atas tikar kecil. (H.R. Bukhari no. 381).
15. Anjuran meringankan shalat bila jadi imam
عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ لَا أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلَاةَ مِمَّا يُطَوِّلُ بِنَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ يَوْمِئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُوْنَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيْهِمُ الْمَرِيْضَ وَالضَّعِيْفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Dari Abu Mas'ud Al-Anshari berkata, seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang. Maka aku belum pernah melihat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barang siapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah. Karena diantara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan. (H.R. Bukhari no. 90).
16. Mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat
عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِى الصَّوْمَ وَلاَ تَقْضِى الصَّلاَةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ وَلَكِنِّى أَسْأَلُ. قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ
Dari Mu'adzah dia berkata, saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat? Maka Aisyah menjawab : Apakah kamu dari golongan Haruriyah? Aku menjawab, Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya. Dia menjawab : Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat. (H.R. Muslim no 789, Daud 263 dan lainnya).
17. Bila Shalat Kelebihan Rakaat
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيْلَ أَزِيْدَ فِى الصَّلاَةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ . قَالُوْا صَلَّيْتَ خَمْسًا . فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ
Dari Abdullah berkata,"Nabi Shallallahu alaihi Wasallam mengimami kami shalat zhuhur sebanyak lima rakaat, maka beliau ditegur : Apakah shalat sekarang ditambah? Nabi bertanya : Memang berapa shalatku? Para sahabat menjawab : Lima rakaat, maka beliau sujud dua kali setelah mengucapkan salam. (H.R. Bukhari no.7239).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.