Edisi Senin, 28 Februari 2022 M / 26 Rajab 1443 H.
Al-Qaththan juga mengutip sebuah riwayat yang mengatakan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam pada awal-awal pengutusannya sebagai rasul melakukan ibadah shalat sebanyak dua rakaat pada pagi dan sore hari. Dua rakaat pagi dan sore hari ini dapat dipahami juga dari Surat Al-Mukminun ayat 1-2 (ayat Makkiyyah) yang menyebutkan shalat orang yang khusyuk.
Ulama, kata Al-Qaththan, bersepakat bahwa shalat lima waktu dalam sehari diwajibkan pada malam Isra’ dan Mi’raj, sekira satu tahun sebelum hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam ke Kota Madinah. Ibadah shalat awalnya diwajibkan sebanyak 50 waktu dalam sehari semalam, tetapi kemudian terjadi negosiasi hingga akhirnya berjumlah lima waktu sebagaimana diriwayatkan dalam Isra’ dan Mi’raj.
Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu'anha mengatakan perihal jumlah rakaat shalat, “Shalat lima waktu dilakukan sebanyak dua rakaat setiap kalinya. Tetapi kemudian jumlah rakaatnya ditambah saat bermukim dan tetap dua rakaat saat berperjalanan.” (Al-Qaththan, 2012 M/1433 H: 140).
Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berkaitan dengan shalat :
1. Shalat Paling Utama di Rumah Kecuali Shalat Fardhu
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً قَالَ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ مِنْ حَصِيْرٍ فِى رَمَضَانَ فَصَلَّى فِيْهَا لَيَالِىَ، فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَلَمَّا عَلِمَ بِهِمْ جَعَلَ يَقْعُدُ ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ قَدْ عَرَفْتُ الَّذِى رَأَيْتُ مِنْ صَنِيْعِكُمْ ، فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوْتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ
Dari Zaid bin Tsabit, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam membuat satu ruangan. Busr berkata, Aku menduga Zaid bin Tsabit berkata : Membuat tikar pada bulan Ramadan, lalu beliau melaksakan shalat malam di (kamar atau tikar) tersebut dalam beberapa malam. Kemudian para sahabat mengikuti shalat beliau. Ketika mengetahui apa yang mereka lakukan beliau pun berdiam di rumah, setelah itu beliau keluar seraya berkata kepada mereka : Sungguh aku telah mengetahui sebagaimana aku lihat apa yang kalian lakukan. Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah-rumah kalian, sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang yang dilakukannya di rumahnya, kecuali shalat fardhu. (H.R. Bukhari no. 731).
2. Larangan menoleh ketika sedang shalat
عَنْ مَسْرُوْقٍ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْتِفَاتِ الرَّجُلِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ أَحَدِكُمْ
Dari Masruq berkata, Aisyah radhiyallahu'anha berkata; Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam tentang seseorang yang menoleh ketika sedang shalat maka Beliau bersabda: Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya seseorang dari kalian. (H.R.Bukhari no. 3291).
3. Wanita haid dilarang shalat
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِى حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ، فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِى وَصَلِّى
Dari Aisyah bahwa Fatimah binti Abu Hubaisy mengalami istihadlah (mengeluarkan datah penyakit). Maka aku bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dan beliau menjawab : itu seperti keringat dan bukan darah haid. Jika haid datang maka tinggalkanlah shalat dan jika telah selesai mandilah dan shalatlah. (H.R. Bukhari no. 320).
4. Larangan menunaikan shalat di tujuh tempat
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُصَلَّى فِى سَبْعَةِ مَوَاطِنَ فِى الْمَزْبَلَةِ وَالْمَجْزَرَةِ وَالْمَقْبُرَةِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيْقِ وَفِى الْحَمَّامِ وَفِى مَعَاطِنِ اْلإِبِلِ وَفَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ اللهِ
Dari Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam melarang menunaikan shalat di tujuh tempat, yaitu di tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan (hewan), kuburan, di tengah-tengah jalan, di kamar mandi, di kandang unta dan di atas (bangunan) ka'bah. (H.R. Tirmidzi no. 347, Ibnu Majah no. 795 dan lainnya).
5. Imam setelah shalat menghadap ke makmum
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ
Dari Samurah bin Jundub, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam jika telah selesai dari shalatnya beliau menghadap kepada kami (para makmum) dengan wajahnya. (H.R. Bukhari no. 845).
6. Anjuran imam menghadap ke kanan setelah shalat
عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبَبْنَا أَنْ نَكُوْنَ عَنْ يَمِيْنِهِ يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ
Dari Al-Barra` katanya; Jika kami shalat di belakang Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam maka kami menyukai jika berada di sebelah kanan beliau, sehingga beliau menghadap kami dengan wajahnya. (H.R. Muslim no. 1676).
7. Memanjangkan raka'at pertama dan memendekkan yang kedua dalam bacaan
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى بِنَا فَيَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِى الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُوْلَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ وَيُسْمِعُنَا اْلآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يُطَوِّلُ الرَّكْعَةَ اْلأُولَى مِنَ الظُّهْرِ وَيُقَصِّرُ الثَّانِيَةَ وَكَذَلِكَ فِى الصُّبْحِ
Dari Abu Qatadah dia berkata, Dahulu Rasulullah shalat bersama kami (sebagai imam), lalu membaca Al-fatihah dan dua surat dalam shalat zhuhur dan ashar pada dua raka'at yang pertama. Dan terkadang beliau memperdengarkan (bacaan) ayat. Beliau memanjangkan raka'at pertama dari shalat zhuhur dan memendekkan yang kedua. Dan demikian juga dalam shalat shubuh. (H.R. Muslim no. 1040).
8. Alasan Bacaan shalat dhuhur dan ashar tidak dikeraskan
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِى قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ ( وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا) قَالَ نَزَلَتْ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَارٍ بِمَكَّةَ فَكَانَ إِذَا صَلَّى بِأَصْحَابِهِ رَفَعَ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ الْمُشْرِكُوْنَ سَبُّوا الْقُرْآنَ وَمَنْ أَنْزَلَهُ وَمَنْ جَاءَ بِهِ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ) فَيَسْمَعَ الْمُشْرِكُوْنَ قِرَاءَتَكَ (وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا) عَنْ أَصْحَابِكَ أَسْمِعْهُمُ الْقُرْآنَ وَلاَ تَجْهَرْ ذَلِكَ الْجَهْرَ وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً يَقُوْلُ بَيْنَ الْجَهْرِ وَالْمُخَافَتَةِ
Dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu, dan janganlah pula merendahkannya." Dia berkata : Ayat ini turun ketika Rasululah Shallallahu alaihi Wassalam berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekkah. Beliau apabila shalat mengimami para sahabatnya maka beliau mengangkat suaranya dengan bacaan Al-Qur'an. Sedangkan kaum musyrikin apabila mendengar hal tersebut maka mereka mencela Al-Qur'an, dan yang menurunkannya (Allah dan Jibril), dan yang membawanya (Muhammad). Maka Allah berfirman kepada nabi-Nya Shallallahu alaihi Wassalam : Janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaanmu dan janganlah kamu merendahkannya dari para sahabatmu. Perdengarkanlah Al-Qur'an kepada mereka, dan janganlah kamu mengeraskannya sekeras-kerasnya, dan usahakanlah jalan pertengahan antara hal tersebut.' Dia berkata : Antara keras dan pelan. (H.R. Muslim no. 1029).
9. Anjuran Mempercepat shalatnya bila jadi imam
عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَخَفَّ النَّاسِ صَلاةً لِلنَّاسِ وَأَطْوَلَ النَّاسِ صَلَاةً لِنَفْسِهِ
Dari Abi Waqid Al-Laitsiy, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam adalah orang yang paling cepat shalatnya ketika mengimami manusia dan orang yang paling lama ketika shalat sendiri. (H.R. Thabrani no. 3238 dalam kitab Al-Mu'jam Al-Kabir lith-Thabrani, juz III, hal. 405).
10. Banyaknya Pahala Shalat Tergantung Dari Khusyuknya
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
Dari Ammar bin Yasir ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Sesungguhnya seseorang selesai dari shalatnya, pahala yang dia dapatkan hanya 1/10 shalatnya, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 atau 1/6 atau 1/5 atau 1/4 atau 1/3, atau setengahnya. (H.R. Abu Daud no. 796).
11. Boleh Shalat Tidak Membaca Surat Setelah Al-Fatihah
عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ حَدَّثَنِى عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يَقْرَأْ فِيْهِمَا إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
Dari Ikrimah ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abbas, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam telah shalat dua rakaat dan beliau tidak membaca surat pada keduanya kecuali hanya membaca Al-Fatihah. (H.R. Baihaqi no. 2570, Ibnu Khuzaimah no. 494).
12. Larangan Shalat Sunnah Bila Iqamah Sudah Dikumandangkan
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ صَلاَةَ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةُ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Apabila iqamah untuk shalat (wajib) telah dikumandangkan, maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib (H.R. Muslim no. 1678).
13. Menyempurnakan Rakaat Yang Kurang Meskipun Sudah Salam
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ أَوِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ الصَّلاَةُ يَا رَسُوْلَ اللهَ أَنَقَصَتْ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ أَحَقٌّ مَا يَقُوْلُ. قَالُوا نَعَمْ. فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أُخْرَيَيْنِ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ. قَالَ سَعْدٌ وَرَأَيْتُ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ صَلَّى مِنَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ فَسَلَّمَ وَتَكَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى مَا بَقِىَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا فَعَلَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wassalam shalat Zhuhur atau Ashar bersama kami, lalu beliau memberi salam. Kemudian Dzul Yadain berkata kepada beliau : Wahai Rasulullah, apakah shalat dikurangi (raka'atnya)? Maka Nabi Shallallahu alaihi Wassalam berkata kepada para sahabatnya : Benarkah yang dikatakannya? Orang-orang menjawab : Benar. Maka Beliau menyempurnakan dua raka'at yang tertinggal lalu sujud dua kali. Said berkata : Dan aku melihat Urwah bin Zubair shalat maghrib dua rakaat lalu salam dan dia telah berbicara, kemudian ia shalat satu rakaat yang tertinggal lalu sujud dua kali. Abu Hurairah berkata : Begitulah yang dikerjakan oleh Nabi Shallallahu alaihi Wassalam. (H.R. Bukhari no.1227).
14. Sujud Sahwi Bila Rakaatnya Kelebihan
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيْلَ لَهُ أَزِيْدَ فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ. قَالَ صَلَّيْتَ خَمْسًا. فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ
Dari Abdullah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam mengerjakan shalat Zhuhur lima raka'at. Beliau ditegur : Apakah ada tambahan raka'at shalat? Beliau menjawab : Memangnya apa yang terjadi? Dia (Abdullah) berkata : Anda kerjakan shalat lima raka'at. Maka beliau sujud dua kali setelah memberi salam. (H.R. Bukhari no.1226).
15. Sujud Sahwi Bila Lupa Tahiyat Awal
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيْمَهُ كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيمِْ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ثُمَّ سَلَّمَ
Dari Abdullah Ibnu Buhainah ra bahwa dia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam pernah shalat dua raka'at di antara shalat beliau, lalu beliau berdiri dan tidak duduk, Maka orang-orang ikut berdiri mengikuti beliau. Ketika beliau menyelesaikan shalatnya (empat raka'at) sedangkan kami sedang menunggu-nunggu beliau memberi salam, beliau bahkan bertakbir sebelum memberi salam kemudian sujud dua kali dalam posisi duduk lalu baru memberi salam. (H.R. Bukhari no.1224).
16. Larangan Shalat Dengan Bertolak Pinggang
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُصَلِّىَ الرَّجُلُ مُخْتَصِرًا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wassalam melarang seseorang shalat dengan bertolak pinggang. (H.R. Muslim no. 1246 dan Bukhari no. 1220).
17. Cara Mengingatkan Imam Dalam Shalat
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّسْبِيْحُ لِلرِّجَالِ وَالتَّصْفِيْحُ لِلنِّسَاءِ
Dari Sahal bin Sa'ad radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Sesungguhnya ucapan tasbih buat laki-laki sedangkan bertepuk tangan buat wanita. (H.R. Bukhari no.1204).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.