Sabtu, 31 Desember 2022

MUHASABAH DIRI : CARA MENYELESAIKAN MASALAH DALAM ISLAM (BAGIAN 2)

Edisi Sabtu, 31 Desember 2022 M / 7 Jumadil Akhir 1444 H.

Memiliki kehidupan yang sesuai dengan apa yang diharapkan mungkin menjadi impian bagi sebagian orang yang hidup di dunia ini. Mempunyai ekonomi yang mapan dan keluarga yang harmonis misalnya. Namun lagi-lagi manusia hanya bisa berencana dan berikhtiar, selebihnya merupakan kekuasaan Tuhan. Sebagai seorang hamba, manusia harus patuh dan tunduk atas ketetapan-Nya. 

Jika kita sedang menghadapi sebuah masalah dalam hidup, maka ada dua langkah yang harus dilakukan. Pertama, nadhara, yaitu ketika menemukan masalah harus segera melihat, mengamati, memahami secara matang dan mendalam baik secara pandangan lahir maupun batin. Kedua, musyawarah, setelah ditemukan permasalahannya dengan matang, teliti dan tajam, maka segeralah melakukan musyawarah untuk mengambil langkah penyelesaian. Jika baik dan benar juga manfaat, maka lakukanlah. Jika ternyata masalah itu tidak baik, tidak benar juga tidak atau kurang bermanfaat (mudarat) maka diamlah.

Jika belum mampu, mari kita belajar lagi ilmu dan jurus sakti para wali, ulama dan kyai. Atau kita bisa mengambil cara mengatasi masalah seperti yang diuraikan dalam tulisan dibawah ini :

 1. Bertutur kata yang lembut dan mempunyai tata krama dalam mengatasi masalah 

Sebuah permasalahan bisa diatasi dengan meringankan kejadiannya dan meredam agar tidak memuncak, serta melihat setiap sisi yang ada dalam masalah tersebut dengan memunculkan kebaikan-kebaikan yang ada dan menutup hal-hal yang negatif. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS al-‘Imran: 13).

2. Menambah wawasan bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah 

Sebaik-baik bekal yang bisa menambah ilmu dan amal adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah NabiNya Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalam buku-buku Islam atau juga dalam kaset-kaset ceramah agama ada begitu banyak cara yang di sebutkan dalam maslah ini, ia bagaikan sebuah obat yang manjur dengan izinnya Allah untuk mengatasi berbagai macam bentuk problematika yang ada.

3. Banyak berdo’a dan merendahkan diri kepada Allah Azza wa jalla 

Tidak sampai kita di hampiri yang namanya kesedihan kesusahan melainkan di sebabkan oleh banyaknya dosa-dosa yang kita lakukan, hal itu persis sekali sebagaimana yang Allah Azza wa jalla firmankan dalam kitabNya yang suci, Allah berfirman:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS asy-Syuura: 30).

4. Jangan menganggap ringan dalam masalah dan usil dengan orang lain

Barangsiapa yang mau menjaga lisannya maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan memuliakan dirinya dengan ganjaran dan pahala terlebih kalau mau menjaga lisannya pada perkara mengejek orang lain, atau menggunjing mereka atau membeberkan rahasia mereka pada orang banyak.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat yang sangt agung pada kita semua dengan sebuah sabdanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:”أمسك عليك لسانك، وليسعك بيتك، وابك على خطيبتك” [رواه الترمذي ]

“Jagalah lisanmu, dan lindungi rumahmu, menangislah kamu dari kesalahan yang telah kamu perbuat”. (HR Tirmidzi).

5. Segera mendatangi sholat berjamaah 

Di dalam sholat ada ketenangan jiwa dan ketentraman bagi pikiran, sholat merupakan pintu dari pintu-pintu yang dengannya bisa membantu untuk menghilangkan dan menutup penatnya dunia. Allah Ta’ala berfirman:

“adikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”. (QS al-Baqarah: 45).

6. Kabar gembira dengan pahala yang besar 

Allah Ta’ala telah menjanjikan pahala dan ganjaran yang besar, akan mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahan-kesalahannya, bagi siapa saja yang sedang di timpa kesedihan,

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang orang-orang yang sedang di rundung musibah:

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS az-Zumar: 10).

7. Mengetahui bahwa musibah yang di alaminya bukan yang terbesar 

Bencana dan musibah itu biasanya jenis dan tingkatanya pasti berbeda-beda dan setiap jenisnya sesuai dengan kondisi yang ada, namun ada bencana yang paling besar yaitu bencana yang menimpa di dalam agama seseorang, ia merupakan bencana yang paling besar yang ada di dunia ini, sedangkan di akhirat nanti ia akan menjadi bumerang baginya, orang yang terkena musibah di dalam agamanya seperti halnya kerugian yang tidak ada kesempatan untuk bisa untung lagi setelahnya, mengharamkan sesuatu yang seharusnya tidak di inginkan bersamanya.

8. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah Azza wa jalla yang lainnya 

Berkata sebagian ulama salaf:

“Mengingat nikmat-nikmat Allah akan melahirkan kecintaan kepada Allah Ta’ala”. Ketika ada seseorang melihat di tangan Muhammad bin Waasi’ bisul yang bernanah maka dirinya kaget terperanjat, lalu Muhammad bin Waasi’ berkata padanya: “Alhamdulillah (saya masih bersyukur) yang mana Allah Ta’ala tidak menjadikan (penyakit ini) di lidahku, tidak juga di ujung kedua mataku ini”.

9. Berusaha mencari sebab munculnya masalah  

Biasanya sebuah masalah itu tidak datang begitu saja secara tiba-tiba namun pasti ada penyebab yang muncul sebelumnya sampai terjadi masalahnya. Dari sisi pendidikan misalkan, tidak mungkin seorang anak remaja baik putra maupun putri bisa tiba-tiba menyeleweng pada pergaulan yang tidak benar dalam sehari semalam, namun pasti di sertai adanya tahapan sampai pada tingkah laku yang seperti itu. Oleh karena itu termasuk sarana untuk mengatasi sebuah masalah adalah mengetahui pangkal akar masalahnya lebih dahulu.

10. Meminta pendapat pada orang lain 

Meminta bantuan orang yang mempunyai pemikiran yang bagus dan jernih, untuk membantu menyelesaikan masalahnya, tentunya setelah meminta pertolongan terlebih dahulu kepada Allah Azza wa jalla.

Berkata Umar bin Khattab semoga Allah meridhoinya:

“Jangan membicarakan (masalahmu) pada orang yang tidak bisa membantumu, kenali musuhmu, hati-hati pada temanmu kecuali orang yang bisa di percaya, dan tidak ada yang bisa di percaya melainkan orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla, jangan (coba-coba) berjalan bersama orang fajir karena dia akan mengajari kamu bagaimana berbuat fajir. Jangan sebarkan rahasia pribadimu dan jangan mengajak bermusyawarah pada perkaramu melainkan orang-orang yang takut kepada Allah Azza wa jalla”.

11. Kerjakan sholat Istikharoh 

Lakukanlah sholat istikharoh yang telah di ajarkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau salah seorang di antara kalian hendak melakukan sesuatu hal, hendaknya ia melaksanakan sholat dua rakaat selain sholat wajib, kemudian berdoa:

Ya Allah, aku memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu, aku memohon kemampuan kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon kepadaMu keutamaanMu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara aku tidak mengetahui. Karena Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebutkan apa yang menjadi persoalannya) lebih baik dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku, maka takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkanya, kemudian berkatilah aku dalam hal tersebut. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik, dalam agamaku, hidupku dan akhir urusanku, maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku bagaimanapun adanya, kemudian buatlah aku ridha dengannya, tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah”. (HR Thabrani dari Ibnu Umar).

12. Semuanya memerlukan waktu 

Waktu adalah bagian dari solusi (sebuah masalah) bahkan bisa jadi waktu adalah solusi yang (akan mengobati masalah), yang berjalan dengan sendirinya bersama berlalunya hari demi hari, dan malam yang tiada henti, orang yang di tinggal meninggal sudah lupa akan musibahnya, perempuan yang di cerai telah menikah kembali anaknya yang kecilpun sudah mulai tumbuh besar, dan ibunya pun telah melupakan anaknya yang telah di susui. Dan Allah lah tempat meminta pertolongan. 

13. Mengetahui secara luas keadaan orang lain

Di sebagian tempat biasa seseorang berkumpul bersama saudara atau teman dekatnya, terkadang di dalam pembicaraan mereka ada masalah yang terkadang mirip sekali dengan masalah yang sedang di hadapinya, maka biarkan orang-orang yang hadir di situ berbicara dan mengemukan pendapatnya masing-masing guna memilih dan mencari solusi yang terbaik (bagi masalah tersebut). Ternyata kita bukan sendirian yang yang mengalami masalah, orang lainpun mengalami dan yang mengetahui keadaan mereka semua hanya Allah Azza wa jalla.

14. Mendatangi konsultan yang bisa di percaya 

Pada zaman sekarang ini banyak sekali bermunculan kantor atau pusat-pusat konsultasi, lebih khusus lagi yang berkaitan dengan urusan rumah tangga, dan bagaimana cara menyelesaikan perselisihan dan perbedaan yang ada antara keduanya. Demikian juga ada kosultan yang menangani bagaimana cara mendidik anak bisa dikonsultasikan dengan psikolog anak sesuai kompetensinya.

15. Lingkungan yang ada di sekelilingnya 

Setiap problem atau masalah mempunyai lingkungan yang ia tumbuh di dalamnya, maka kita harus paham dengan adanya orang yang bisa di jadikan sebagai penengah, karena ada orang yang gampang percaya manakala ada penengah yang di percayainya.

Dengan cara mengirim surat pada penengah tersebut supaya di perhatikan cara berpikirnya, sejauh mana cara pandangnya, dan apa yang harus di lakukan serta bagaimana harus berbuat. Setelah itu keputusan di ambil lewat cara orang yang di anggap mempunyai kedudukan sebagai penengah.

16. Hindari dahulu menggunakan badan hukum, seperti polisi atau pengadilan 

Sebisa mungkin hindari dahulu menggunakan badan hukum, seperti polisi atau pengadilan, selagi perkaranya bisa di selesaikan secara kekluargaan. Yang namanya problem manusia itu berbeda-beda, dan di dalam menghadapinya, kalau sudah dengan cara yang bagus, sabar dan tenang, tidak tergesa-gesa, sebetulnya sudah cukup untuk bisa mencari solusi dan menyelesaikan masalah. Karena sebagian perkara terkadang solusinya ada melalui cara syar’i yang di dalamnya menjaga hak-hak masing-masing orang, khususnya jika salah satu di antara yang bermusuhan.

17. Menyerahkan semua urusannya kepada Allah Ta’ala 

Jika kita telah berusaha dengan segala kemampuan, meminta nasehat kesana kemari pada orang yang dipercayai, sholat istikharoh juga sudah di kerjakan, namun semua perkaranya berada di tangan Allah Azza wa jalla, yang mengatur segala urusan makhlukNya sesuai dengan apa yang di kehendakiNya. Oleh karena itu selalu berbaik sangkalah pada hukum dan ketentuan Allah Azza wa jalla.

Lihatlah keadaan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika dirinya merasa sedih sekali tatkala di tolak oleh kaumnya setelah usaha dan kemampuan yang beliau korbankan untuk mendakwahi mereka, maka Allah Azza wa jalla berfirman kepada beliau, dengan firmanNya:

“Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan (yang kamu rasakan) terhadap mereka”. (QS Faathir: 8).

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.