Sabtu, 30 September 2023

FAEDAH HADIAH DALAM SYARIAT ISLAM

Edisi Sabtu, 30 September 2023 M / 14 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Menurut istilah syar’i, hadiah ialah menyerahkan suatu benda kepada seorang tertentu agar terwujudnya hubungan baik dan mendapatkan pahala dari Allah tanpa adanya permintaan dan syarat. Dan di sana ada sisi keumuman dan kekhususan di kalangan para ulama antara hibah, pemberian (athiyah) dan shadaqah. Dan poros definisi di antara tiga perkara ini adalah niat, maka shadaqah diberikan kepada seseorang yang membutuhkan dan dalam rangka mencari ridha Allah Ta’ala.

Sedangkan hadiah diberikan kepada orang yang fakir dan orang kaya, dan diniatkan untuk meraih rasa cinta dan membalas budi atas hadiah yang diberikan (sebelumnya). Dan terkadang pemberian hadiah itu juga bertujuan untuk mencari ridha Allah. Adapun hibah dan athiyah, tidak ada di antara keduanya perbedaan dan terkadang dimaksudkan untuk memuliakan orang yang diberikan hibah atau athiyah saja dikarenakan suatu keistimewaan atau sebab tertentu dari sebab-sebab yang ada.

Hukum Hadiah diperbolehkan dengan kesepakatan (ulama) umat ini. Apabila tidak terdapat di sana larangan syar’i. Terkadang disunnahkan untuk memberikan hadiah apabila dalam rangka menyambung silaturrahim, kasih sayang dan rasa cinta. Terkadang disyariatkan apabila dia termasuk di dalam bab ‘Membalas Budi dan Kebaikan Orang Lain dengan Hal yang Semisalnya’. Dan terkadang pula, bisa menjadi haram atau perantara menuju perkara yang haram, dan ia merupakan hadiah yang berbentuk suatu yang haram, atau termasuk dalam kategori sogok-menyogok dan yang sehukum dengannya. 

Hadiah itu punya pengaruh yang besar, semakin mempererat cinta dan mempersatukan hati, juga memperbaiki hubungan.

Ada beberapa faedah tentang hadiah yang barangkali di antara kita belum mengetahuinya. Berikut ini beberapa diantara faedah hadiah dalam syariat Islam :

1.Terimalah hadiah dan berusahalah untuk membalasnya. 

Aisyah radhiyallahu ‘anha menyatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari, no. 2585).

Hendaknya membalas hadiah. Kalau tidak bisa, maka hendaknya mendoakan orang yang memberi.

Dalam hadits disebutkan,

مَن صَنَعَ إِليكُم مَعرُوفًا فَكَافِئُوه ، فَإِن لَم تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوا بِهِ فَادعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوا أَنَّكُم قَد كَافَأتُمُوهُ

“Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan AnN-asa’i no. 2568. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi).

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ ، فَقَالَ لِفَاعِلِهِ : جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

“Siapa yang diberikan kebaikan, lalu ia katakan kepada orang yang memberikan kebaikan tersebut, “Jazakallah khoiron (semoga Allah membalas dengan kebaikan)”, seperti itu sudah sangat baik dalam memuji.” (HR. Tirmidzi, no. 2035 dan An-Nasa’i dalam Al-Kubro, no. 10008, juga dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 180. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

2. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menerima hadiah, namun tidak menerima sedekah. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disodorkan makanan, beliau bertanya dahulu apakah makanan tersebut berasal dari hadiah ataukah sedekah. Kalau itu sedekah, beliau berkata, “Kalian makan saja makanan tersebut.” Namun kalau makanan tersebut adalah hadiah, maka beliau menyantapnya. (HR. Bukhari, no. 2576 dan Muslim, no. 1077).


Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah dan tidak menerima sedekah.” (HR. Ahmad, 4: 189, sanadnya hasan kata Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 67).

3.Tetap memberi hadiah walau jumlahnya sedikit. 

Coba perhatikan apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan pada para wanita,

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا ، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

“Wahai para wanita muslimah, tetaplah memberi hadiah pada tetangga walau hanya kaki kambing yang diberi.” (HR. Bukhari, no. 2566 dan Muslim, no. 1030).

Ini pertanda bahwa tetaplah perhatikan tetangga dalam hadiah dengan sesuatu yang gampang bagi kita. Memberi sedikit tetap lebih baik daripada tidak sama sekali.

4. Rajin memberi hadiah akan menimbulkan rasa cinta. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, tahaadu tahaabbu,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594.Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam catatan kaki Fiqh Al-Akhlaq menyatakan bahwa sanad haditsnya hasan dengan syawahidnya)

Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ

“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908/ 16. Syaikh Al-Albani menukilkan pernyataan dari Ibnu ‘Abdil Barr bahwa hadits ini bersambung dari beberapa jalur yang berbeda, semuanya hasan).

5. Hendaknya hadiah itu diterima, jangan ditolak. 

Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

أَجِيبُوا الدَّاعِىَ وَلاَ تَرُدُّوا الْهَدِيَّةَ وَلاَ تَضْرِبُوا الْمُسْلِمِينَ

“Terimalah hadiah, janganlah menolaknya. Janganlah memukul kaum muslimin.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 157; Ahmad, 1: 404; Abu Ya’la, 9: 284, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya, 6: 555. Syaikh Musthofa Al-‘Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 69).

6. Hadiah yang sedikit tetap diterima sebagaimana jika diberi banyak. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لأَجَبْتُ ، وَلَوْ أُهْدِىَ إِلَىَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ

“Kalau aku diundang untuk menghadiri undangan yang di situ disajikan dziro’ (paha), aku hadir sebagaimana pula ketika disajikan kuro’ (kaki). Kalau aku diberi hadiah dziro’ (paha), aku terima sebagaimana ketika diberi hadiah kuro’ (kaki).” (HR. Bukhari, no. 2568)

Dziro’ (paha) menandakan suatu yang mahal dan disukai. Kuro’ menandakan suatu yang remeh dan tidak punya nilai apa-apa. Demikian kata Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 69.

7. Boleh saja hadiah itu ditolak atau dikembalikan. 

Kalau ada yang diberi hadiah lantas ia mengembalikan hadiah tersebut hendaklah kita tidak bersedih dan menaruh uzur padanya selama alasan yang diutarakan pada kita benar-benar jelas.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengenakan pakaian yang bergaris-garis, lalu beliau memandang kepada garis-garisnya sepintas. Maka, tatkala beliau selesai dari shalatnya, beliau bersabda,

اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي.

“Bawalah pakaianku ini kepada Abu Jahm dan bawalah untukku ambijaaniyahnya Abu Jahm, sesungguhnya pakaian ini telah melalaikan aku dari shalatku.”

Dari Ash-Sha’b bin Juttsamah Al-Laitsi -ia termasuk sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bahwa ia pernah memberi hadiah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa keledai liar saat beliau berada di Abwa -atau di Waddan- dan beliau sedang ihram, maka beliau pun menolaknya. Sha’b berkata, “Tatkala beliau melihat perubahan raut wajahku karena penolakannya terhadap hadiahku. Beliau bersabda,

لَيْسَ بِنَا رَدٌّ عَلَيْكَ وَلَكِنَّا حُرُمٌ

“Kami tidak menolak (karena ada sesuatu) atas dirimu, akan tetapi (karena) kami sedang dalam keadaan ihram.” (HR. Bukhari, no. 2596).

8. Boleh menyedekahkan sesuatu terus mewarisinya setelah itu. 

‘Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata, “Seorang wanita datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyedekahkan seorang budak wanita kepada ibuku, dan ia (ibuku) telah wafat.’ Lalu beliau bersabda,

قَدْ آجَرَكِ اللَّهُ وَرَدَّ عَلَيْكِ فِى الْمِيرَاثِ

“Semoga Allah memberimu pahala dan Allah mengembalikan warisan kepadamu.” (HR. Ahmad 5: 349).

9. Boleh menerima hadiah dari lawan jenis selama tidak menimbulkan godaan. 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: أَهْدَتْ أُمُّ حُفَيْدٍ خَالَةُ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقِطًا وسَمْنًا وَأَضُبًّا فَأَكَلَ مِنَ الأَقِطِ والسَّمْنِ وَتَرَكَ الضَّبَّ تَقَّذُّرًا وَأَكَلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, ia berkata, “Bibiku Ummu Hufaid pernah memberikan hadiah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa mentega, keju dan daging dhabb (sejenis biawak). Beliau makan keju dan menteganya, dan beliau meninggalkan daging biawak karena merasa jijik, kemudian makanan yang dihidangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimakan (oleh para shahabat). Jika (dhabb itu) haram, niscaya kami tidak akan makan hidangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, no. 2575 dan Muslim, no. 1544).

10. Jangan sampai kita mengharap hadiah kita dikembalikan. 

Kalau memang punya harapan semacam itu, baiknya tidak memberi hadiah sama sekali. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَائِدُ فِى هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَقِىءُ ، ثُمَّ يَعُودُ فِى قَيْئِهِ

“Orang yang meminta kembali hadiahnya seperti anjing muntah lalu menelan muntahannya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 2589 dan Muslim, no. 1622).

Namun seorang ayah masih boleh mengambil kembali apa yang ia beri pada anaknya.

Dari Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُعْطِىَ عَطِيَّةً أَوْ يَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلاَّ الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِى وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِى يُعْطِى الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَإِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِى قَيْئِهِ

“Tidak halal bagi seseorang memberikan suatu pemberian kemudian ia memintanya kembali kecuali ayah pada apa yang ia berikan kepada anaknya (maka boleh diminta kembali). Permisalan orang yang memberi hadiah lantas ia memintanya kembali seperti anjing yang makan, lalu ketika ia kenyang, ia muntahkan, kemudian ia menelan muntahannya.” (HR. Abu Daud, no. 3539; Tirmidzi, no. 1299; An-Nasa’i, no. 3720; Ibnu Majah, no. 2377. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnul Jarud, 994; juga oleh Imam Al-Hakim, 2: 46, begitu pula disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi) 

11. Jangan pula mengungkit-ungkit hadiah yang telah diberi. 

Allah Ta’ala berfirman,

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ  ,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 263-264).

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan memandangnya, tidak akan meyucikannya, bagi mereka azab yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi hal itu sampai tiga kali. Abu Dzar berkata, “Benar-benar rugi mereka-mereka itu.” Abu Dzar pin bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Beliau pun menjawab,

الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

1- Orang yang isbal, pria yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki.

2- Orang yang mengungkit terus apa yang ia sedekahkan.

3- Orang yang melariskan dagangan dengan sumpah yang dusta.” (HR. Muslim, no. 106).

Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan, “Al-mannan itu yang tidak memberi sesuatu melainkan ia selalu mengungkit-ungkitnya.”

12. Saling memberi hadiah antara suami istri 

Juga penting untuk semakin langgengnya cinta antara keduanya. Coba lihat yang dibicarakan tentang mas kawin dalam ayat berikut.

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’: 4).

Ayat tersebut menunjukkan boleh saja istri memberi hadiah pada suami dari mahar (mas kawin) yang telah diberi. Hadiah antara suami istri menunjukkan cinta antara mereka. Bentuknya juga bisa dengan bertutur kata yang baik, mengutarakan kata-kata romantis antara mereka hingga pada senyuman manis.

13. Bagaimana jika hanya punya satu hadiah, kepada siapakah diberi? 

Kata Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam Fiqh Al-Akhlaq, hlm. 72, dahulukan orang yang paling dekat. Dahulukan yang punya kedekatan nasab (keturunan) dan kedekatan sebagai tetangga.

Coba perhatikan dahulu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama Maimunah, ketika itu ia memiliki seorang budak wanita dan ia merdekakan budak tersebut (sebagai bentuk sedekah). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan pada Maimunah,

أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِيهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لأَجْرِكِ

“Coba engkau memberikan budak tersebut pada bibimu tentu lebih besar pahalanya.” (HR. Bukhari, no. 2592 dan Muslim, no. 999).

14. Boleh menerima hadiah dari non-muslim dan boleh juga memberi hadiah padanya. 

Seorang Yahudi pernah memberikan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam daging kambing, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima dan menyantapnya.

Juga masih boleh berbuat baik dengan memberi hadiah pada non-muslim sebagaimana kesimpulan dari ayat,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ , إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 8-9).

Umar juga pernah memberikan hadiah berupa kain pada saudaranya yang musyrik di Makkah sebelum saudaranya masuk Islam.

Selama non-muslim tersebut dengan hadiah tadi tidak menindas kaum muslimin, maka tidak masalah memberi hadiah padanya. Termasuk juga tidak boleh menerima dan memberi hadiah pada non-muslim terkait dengan hari raya atau ibadah mereka.

15. Ada hadiah yang tidak boleh ditolak yaitu minyak wangi, susu dan bantal 

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ الْوَسَائِدُ وَالدُّهْنُ وَاللَّبَنُ

“Tiga hal yang tidak boleh ditolak; (1) bantal, (2) minyak rambut dan (3) susu.” (HR. Tirmidzi, no. 2790. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menolak jika diberi hadiah minyak wangi. (HR. Bukhari, no. 2582).

Dalam hadits juga disebutkan, “Siapa yang diberi hadiah minyak wangi, maka janganlah menolaknya karena yang paling mudah untuk dibawa adalah bau yang wangi.” (HR. Muslim, no.  2253, dari Abu Hurairah).

16. Sebaliknya hadiah yang mesti ditolak 

di antaranya:

Hadiah dalam rangka sogok pada agama. Contohnya pada kisah ratu Balqis yang memberi hadiah pada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan tujuan supaya Nabi Sulaiman menyembah matahari, lantas Nabi Sulaiman menolaknya.

Hadiah dalam rangka sogok untuk memutar balikkan kebenaran dan kebatilan.

Hadiah pada pegawai dan pekerja negara yang ada sangkut pautnya dengan jabatan dan pekerjaannya.

Hadiah yang asalnya dari barang curian atau dari sesuatu yang haram.

Hadiah yang maksudnya diberi untuk dapat gantian lebih banyak. Jika tidak dapat gantian lebih banyak, ia murka.

Hadiah karena sebab utang, sebelum utang tersebut dilunasi.

Hadiah dari al-mannan, yang biasa mengungkit-ungkit pemberian.

17. Ada hadiah yang dilarang untuk diberikan , 

Hadiah yang diberikan pada safih, orang yang menggunakan hadiah dalam maksiat atau membuat kerusakan.

Hadiah yang diberikan secara tidak adil pada anak-anak. Dalam hadits disebutkan, “Bertakwalah pada Allah dan adillah pada anak-anak kalian.” (HR. Bukhari, no. 2587 dan Muslim, no. 1623)

Seringnya di tengah-tengah kita memberikan hadiah sebagai tips dan yang diberi menerimanya. Uang tips semacam ini terlarang jika memang yang diberi sudah diberi gaji dari tugasnya seperti pada pegawai negeri atau pejabat.

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri, ia mendengar ‘Urwah telah mengabarkan kepada kami, Abu Humaid As Sa’idi mengatakan,

Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempekerjakan seseorang dari bani Asad yang namanya Ibnul Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Orang itu datang sambil mengatakan, “Ini bagimu, dan ini hadiah bagiku.” Secara spontan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar -sedang Sufyan mengatakan dengan redaksi ‘naik minbar’-, beliau memuja dan memuji Allah kemudian bersabda,

مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ ، فَيَأْتِى يَقُولُ هَذَا لَكَ وَهَذَا لِى . فَهَلاَّ جَلَسَ فِى بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَنْظُرُ أَيُهْدَى لَهُ أَمْ لاَ ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ يَأْتِى بِشَىْءٍ إِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ ، إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ

“Ada apa dengan seorang pengurus zakat yang kami utus, lalu ia datang dengan mengatakan, “Ini untukmu dan ini hadiah untukku!” Cobalah ia duduk saja di rumah ayahnya atau rumah ibunya, dan cermatilah, apakah ia menerima hadiah ataukah tidak? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang datang dengan mengambil hadiah seperti pekerja tadi melainkan ia akan datang dengannya pada hari kiamat, lalu dia akan memikul hadiah tadi di lehernya. Jika hadiah yang ia ambil adalah unta, maka akan keluar suara unta. Jika hadiah yang ia ambil adalah sapi betina, maka akan keluar suara sapi. Jika yang dipikulnya adalah kambing, maka akan keluar suara kambing.“

ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَتَىْ إِبْطَيْهِ « أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ » ثَلاَثًا

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami melihat putih kedua ketiaknya seraya mengatakan, “Ketahuilah, bukankah telah kusampaikan?” (beliau mengulang-ulanginya tiga kali). (HR. Bukhari, no. 7174 dan Muslim, no. 1832).

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Sabtu, 30 September 2023 M / 14 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Hadiah Dalam Syariat Islam

عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ : اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنْ الْأَزْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ الْأُتْبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي قَالَ فَهَلَّا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ أَوْ بَيْتِ أُمِّهِ فَيَنْظُرَ يُهْدَى لَهُ أَمْ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَأْخُذُ أَحَدٌ مِنْهُ شَيْئًا إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ أَوْ شَاةً تَيْعَرُ ثُمَّ رَفَعَ بِيَدِهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَةَ إِبْطَيْهِ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ ثَلَاثًا. (رواه البخاري و مسلم)

Dari Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi ﷺ memperkerjakan seorang laki-laki dari suku al-Azdi yang bernama Ibnu Lutbiah sebagai pemungut zakat. Ketika datang dari tugasnya, dia berkata: “Ini untuk kalian sebagai zakat dan ini dihadiahkan untukku.” Beliau ﷺ bersabda: ”Cobalah dia duduk saja di rumah ayahnya atau ibunya, dan menunggu apakah akan ada yang memberikan kepadanya hadiah? Dan demi Dzat yag jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun yang mengambil sesuatu dari zakat ini, kecuali dia akan datang pada hari qiyamat dengan dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang berteriak, atau sapi yang melembuh atau kambing yang mengembik.” Kemudian beliau ﷺ mengangkat tangannya, sehingga terlihat oleh kami ketiak beliau yang putih dan (berkata,): “Ya Allah bukankah aku sudah sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan”, sebanyak tiga kali.“ (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat didalam Hadits diatas :

1. Seorang petugas Lembaga Zakat ketika mengambil zakat dari masyarakat atau anggota, tidak boleh mengambil uang tambahan dari pembayar zakat, karena dia sudah dapat gaji dari lembaga tersebut, kecuali dia melaporkan kepada lembaga tersebut bahwa dia diberi uang tambahan, apakah tambahan itu akan diambil lembaga untuk kepentingan umat atau diberikan kepada petugas tersebut sebagai tambahan gaji, maka yang menentukan adalah aturan dalam lembaga tersebut.

2. Setiap perolehan apa saja di luar gaji dan dana resmi dan legal yang terkait dengan jabatan atau pekerjaan merupakan harta ghulul atau korupsi yang hukumnya tidak halal meskipun itu atas nama ‘hadiah’ dan tanda ‘terima kasih’ akan tetapi dalam konteks dan perspektif syariat Islam bukan merupakan hadiah tetapi dikategorikan sebagai ‘risywah’ atau syibhu risywah yaitu semi suap, atau juga risywah masturoh yaitu suap terselubung dan sebagainya.

3. Para ulama' berpendapat, bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dengan cara yang tidak halal atau  seperti risywah maka harus dikembalikan kepada pemiliknya jika pemiliknya diketahui, atau kepada ahli warisnya jika pemiliknya sudah meninggal, jika pemiliknya tidak diketahui maka harus dikembalikan kepada baitul maal, atau dikembalikan kepada negara jika itu dari uang negara dalam hal ini adalah uang rakyat, atau digunakan untuk kepentingan umum. Menurut sebagian ulama' terkait dengan orang yang bertaubat setelah mengambil harta orang lain secara tidak benar, sebagaimana ungkapannya: 

“jika pemiliknya diketahui maka diserahkan kepada pemiliknya, jika tidak diketahui maka diserahkan untuk kepentingan umat Islam.”

4. Seorang muslim yang baik dan shaleh harus berusaha untuk menjauhkan diri dari harta yang haram, tidak menerima dan tidak memakannya. Jika terpaksa dan telah menerimanya serta tidak dapat mengelak darinya maka hendaklah harta tersebut tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi dan keluarganya khususnya terkait dengan kebutuhan makanan. Namun hendaklah harta tersebut dipergunakan untuk keperluan sosial dan kepentingan sarana umum, seperti jalan raya, jembatan, dan lain-lain.

Tema Hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an : 

1. Hadits di atas menunjukkan bahwa uang yang diambilnya tersebut sebagai hadiah adalah ghulul dan hukumnya haram, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala;

وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۞

“Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu." (QS. Ali Imran : 161).

2. Di dalam Al-Qur'an mengisyaratkan bahkan menegaskan bahwa Risywah suatu yang diharamkan di dalam syariat, bahkan termasuk dosa besar;

وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ۞

“Dan janganlah kamu memakan harta sebagian dari kamu dengan jalan yang bathil, dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 188)

Jumat, 29 September 2023

CIRI-CIRI AKHIR ZAMAN MENURUT ISLAM

Edisi Jum'at, 29 September 2023 M / 13 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Semakin bertambahnya umur kehidupan ini, maka akan semakin mendekati zaman akhir. Zaman akhir merupakan zaman yang sudah mendekati hari kiamat. Hari kiamat merupakan hari berakhirnya kehidupan di dunia ini. Semua yang ada di dunia ini akan musnah, baik di bumi atau di langit, yang tersisa hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan pencipta alam semesta ini. 

Akhir zaman memiliki ciri-ciri atau tanda-tanda yang terjadi baik itu bisa berupa tanda-tanda alam, perilaku manusia yang tinggal di bumi serta hal lain yang menandakan bahwa zaman sudah akhir. Tanda-tanda tersebut seharusnya menjadi pengingat kepada kita bahwa kita sebagai makhluk yang berTuhan harusnya senantiasa melakukan hal baik serta lebih giat dalam mencari bekal untuk kehidupan selanjutnya yaitu di alam akhirat.

Berikut ini merupakan beberapa ciri ciri akhir zaman yaitu :

1. Kejahatan bertebaran di muka bumi 

Salah satu tanda akhir zaman yaitu kejahatan banyak terjadi di dunia ini sehingga seperti telah tersebar dan bertebaran di setiap belahan bumi. Mereka yang melakukan kejahatan tahu bahwa perbuatannya itu memang perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan, tetapi mereka tidak bisa menahan emosi, nafsu dan dirinya sendiri sehingga berbagai bentuk kejahatan banyak terjadi seperti perampokan, penculikan, pemerkosaan, serta tindakan kriminal lain. ada juga bentuk kejahatan yang tidak menyakiti fisik tetapi menyakiti hati seperti pengkhianatan, dengki, iri dan lain sebagainya. Mereka melakukan kejahatan tersebut seperti tidak akan mendapat balasan nantinya sehingga seperti enteng saja dalam melakukannya.

2.Orang-orang munafik akan berkuasa 

Zaman akhir akan banyak terjadi yang menguasai segala aspek atau bidang penting justru orang munafik. Banyak aspek penting yang mereka kuasai seperti pemerintahan, perdagangan, transportasi, komunikasi dan aspek penting lainnya. Harta dunia akan menjurumuskan para orang munafik, hati mereka hanya akan dikuasai oleh keserakahan dan perasaan yang tidak ada puasnya. Mereka para orang munafik telah mendapatkan harta dan kenikmatan dunia dengan cara zholim terhadap rakyat sehingga tidak mendapatkan kenikmatan akhirat.

3. Orang-orang yang berperangai buruk akan mengendalikan perdagangan 

Perdagangan merupakan aspek penting dalam kehidupan suatu bangsa. Perdagangan pada akhir zaman justru akan dikuasai dan dikendalikan oleh orang-orang yang tidak baik, berperangai buruk tingkah lakunya. Perdagangan akan semakin maju tetapi yang mengendalikannya orang yang tidak tepat sehingga lama-kelamaan juga akan hancur.

4. Homoseksualitas dan lesbianisme tersebar luas 

Zaman akhir memang sudah dekat dan ini ditandai dengan homoseksual dan lesbi banyak terjadi dengan tanpa malu dan banyak juga negara barat yang telah memberikan izin hal ini terjadi dengan legal. Mereka para negara barat yang membolehkan ini terjadi banyak yang melakukan pernikahan sesama jenis. Laki-laki menikah dengan laki-laki dan perempuan menikah dengan perempuan. Hal ini sangat dibenci dan dilaknati oleh Alllah seperti yang telah terjadi pada kaum Nabi Luth dahulu.

5. Masjid dibangun dengan megah tapi sepi jema'ahnya 

Sekarang bangunan masjid telah megah-megah tidak seperti zaman dahulu, tetapi bangunan masjid yang megah tidak digunakan sebaik mungkin untuk ibadah karena hanya bangunannya saja yang megah,  orang enggan untuk ke masjid untuk sholat berjema'ah. Sayang sekali jika sudah banyak orang yang mengeluarkan uang untuk beramal membangun masjid tetapi setelah jadi, masjidnya tidak digunakan dengan baik. Orang yang beramal akan mendapat pahala yang terus mengalir jika masjidnya digunakan setiap saat untuk ibadah.

6. Maraknya penghinaan untuk membuat orang lain tertawa 

Sekarang telah banyak acara baik itu di televisi atau di panggung nyata yang menayangkan lawakan dengan meledek orang atau  mengkritik suatu hal dengan dibingkai dalam acara lawak. Acara tersebut dilakukan hanya dengan tujuan agar orang-orang dapat terhibur dan tertawa. Apa hiburan seorang manusia yang beriman dengan cara seperti itu merupakan hiburan yang baik, tentunya tidak. Orang yang membuat orang lain tertawa hingga berlebihan dengan bingkaian lawak yang mengandung kritikan buruk atau membicarakan orang lain maka tempatnya nanti di neraka yang paling dasar.

7. Banyak anak-anak yang lahir karena perzinaan 

Akhir zaman melakukan suatu perbuatan zina sudah seperti biasa dan legal. Banyak Mahasiswa atau anak SMA dan bahkan dibawah umur melakukan zina.  Dari perzinaan yang terlalu berlebihan maka dapat menimbulkan banyak anak lahir dari hasil zina tersebut. Anak-anak hasil perzinaan ini yang lebih kasihan karena mereka tidak salah tetapi kerap kali harus menanggung ejekan karena tingkah dari kedua orang tuanya. 

8. Banyak wanita mengumbar auratnya 

Zaman sekarang wanita cantik dan seksi lebih bertitik berat pada yang memakai pakaian ketat dan memamerkan lekuk tubuhnya. Semakin ketat dan semakin terbuka pakaiannya maka semakin seksi. Bahkan banyak dibentuk ajang seperti Miss World yang dalam kontes tersebut memamerkan tubuh dan aurat wanita yang seharusnya ditutup dan dijaga. Mereka tanpa malu justru saling mengadu keseksiannya di depan umum. Mereka tidak sadar bahwa hal tersebut justru akan merendahkan dirinya dihadapan Allah. Bahkan banyak juga wanita yang memakai baju tertutup tetapi hanya sekedar mengikuti tren dan mode. Menutupi aurat tetapi seperti malah membentuk lekuk tubuhnya. Berpakaian tertutup tetapi ketat sama saja seperti para wanita yang mengumbar auratnya.

9. Banyak terjadi perceraian 

Zaman sekarang banyak orang dengan mudah memutuskan untuk menikah, tetapi banyak juga yang akhirnya bercerai. Pernikahan seakan sudah bukan lagi sebuah janji suci. Pernikahan layaknya media untuk menghalalkan hal-hal yang tadinya haram saja. Pernikahan banyak terjadi karena sudah tidak murni niat untuk menyempurnakan agama. Perceraian sudah tidak bisa dihindari lagi karena kebanyakan faktor perilaku wanita yang diluar batas.

10. Banyak terjadi kematian mendadak dan wabah penyakit menular 

Berita yang mengkabarkan kematian seseorang secara mendadak sekarang sudah tidak lagi menjadi hal yang mengherankan. Banyak orang mati secara mendadak dengan berbagai sebab, bisa karena penyakit yang menyerang, karena omongan orang lain atau bahkan mati mendadak tanpa sebab apapun. Demikian pula wabah penyakit menular yang menjangkiti manusia dan sulit dikendalikan, seperti wabah virus Corona yang pernah melanda di seluruh dunia. 

Inilah merupakan salah satu dari ciri-ciri zaman telah akhir.

11. Berbagai jenis khamr menjadi minuman manusia 

Khamr merupakan segala jenis minuman yang menjadikan efek mabuk. Sekarang telah banyak orang yang menjadikan khamr menjadi minumannya. Mereka merasa bangga dan lepas semua masalah yang ada didalam dirinya setelah mengkonsumsi jenis minuman tersebut. Padahal sebenarnya justru akan menambah masalah, baik masalah ekonomi, moral ataupun kesehatan. Meminum khamr sudah barang tentu banyak efek negatifnya dan banyak kerugiannya dibanding manfaatnya, tetapi masih banyak orang yang justru semakin senang mengkonsumsinya, hal inilah yang menjadi ciri-ciri zaman akhir.

12. Perzinaan dilakukan dengan terang-terangan 

Banyak orang melakukan zina secara terang-terangan seperti negara ini telah melegalkan saja. Mereka hidup ada aturannya tetapi seperti tak ada aturan saja. Banyak muda-mudi yang sedang digandrung asmara tanpa malu melakukan banyak adegan mesum di depan umum. Alat komunikasi dan perkembangan zaman yang semakin canggih justru dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak baik. Muda-mudi dengan tidak malu melakukan zina padahal bukan dengan pasangan halalnya karena belum menikah. Orang tua zaman sekarang justru akan bangga jika anaknya punya pacar, bukan melarangnya. Para orang tua bangga karena dengan punya pacar berarti anaknya laku.

13. Pertumpahan darah dianggap ringan 

Kekerasan terjadi dimana-mana sehingga pertumpahan darah mudah saja terjadi dan sudah dianggap hal yang ringan dan wajar. Para pelajar sering melakukan tawuran hanya karena masalah sepele. Emosi mereka tidak dikendalikan dengan baik sehingga akan meledak dengan semaunya saja. Kasus lain tentang pertumpahan darah juga banyak terjadi seperti pembunuhan bahkan pembunuhan saudara sendiri atau orang tua sendiri dengan sebab yang sepele.

14. Orang banyak memakan riba 

Pengertian Riba merupakan harta yang haram dan Allah akan memberi balasan bagi orang yang memakan riba. Kemajuan zaman yang semakin modern menjadikan seseorang semakin sulit untuk menghindari riba ini, tetapi bukan berati tidak bisa. Riba banyak tersebar dimana-mana, sehingga banyak transaksi yang terjadi dengan mengandung riba. Riba yang paling mudah didapati yaitu bunga bank. 

15. Terjadi gempa besar di berbagai tempat 

Sekarang telah banyak terjadi gempa di berbagai tempat didunia ini bahkan banyak juga terjadi gempa besar. Gempa ini akan memakan banyak korban baik korban harta maupun korban nyawa. Orang-orang baik akan selamat dengan gempa ini. Sudah banyak terjadi keajaiban akibat gempa bumi ini yang menunjukkan kebesaran Allah. Bangunan hotel yang berdiri kokoh dan megah hancur akibat gempa, tetapi bangunan masjid yang sering digunakan untuk tempat ibadah tetapi bangunannya sederhana tidak terjadi kerusakan sedikitpun dan bahkan utuh padahal berada di lokasi gempa.

16. Muncul ajaran palsu 

Akhir zaman ini banyak sekali ajaran palsu bermunculan. Ada juga yang mengakui bahwa dirinya adalah seorang Nabi, hal ini adalah dusta dan tidak mungkin karena nabi akhir zaman sudah ditentukan oleh Allah dengan jelas, sehingga tidak akan ada lagi nabi. Ajaran palsu ini hanya akan menjerumuskan manusia agar mengingkari perintah Tuhannya.

17. Ilmu pengetahuan meningkat 

Zaman akhir ini memang ilmu pengetahuan semakin meningkat serta semakin berkembang, tetapi akhlaq manusia justru semakin rendah dan rusak. Banyak orang bisa menciptakan berbagai macam alat atau fasilitas yang akan semakin mempermudah kehidupan manusia seperti teknologi komputer, tetapi alat ini bukan semakin membuat mereka bersyukur serta mengingat Tuhannya tetapi mereka justru semakin sombong dan kufur dengan apa yang sudah dimiliki dan dikuasainya. Hal ini sangat miris jika dibicarakan secara detail.

Demikian 17 ciri-ciri akhir zaman yang dapat disampaikan, terima kasih telah membaca.

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Jum'at, 29 September 2023 M / 13 Rabi'ul Awwal 1445 H. 

Fenomena Akhir Zaman 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Dari Abu Hurairah

radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Hadits ini menunjukan bahwa saat nilai sudah tumpang tindih dan tak begitu diindahkan: orang bohong dianggap jujur; orang jujur dianggap bohong; pengkhianat dianggap amanah; orang amanah dianggap pengkhianat. Di situlah muncul zaman Ruwaibidhah, yang dijelaskan nabi sebagai orang bodoh (pandir, dungu) tapi mengurusi orang umum.

2- Pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu).

3- Pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamatnya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

4- Dari beberapa ciri tersebut, mengandung subtansi yang sama: orang rendahan, bodoh dan hina, tidak mengerti ilmu mengurusi urusan publik (seperti: menjadi pejabat, penguasa dan lain sebagainya) tapi diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk membicarakan atau mengurusi masalah orang umum. Ini gambaran jelas bahwa sesuatu tidak diserahkan kepada ahlinya. Sehingga, akan berdampak negatif secara sosial.

5- Jalan keluar ketika menghadapi situasi kacau semacam itu adalah dengan kembali kepada ilmu dan ulama. Yang dimaksud ilmu adalah al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih. Dan yang dimaksud ulama adalah ahli ilmu yang mengikuti perjalanan Nabi dan para sahabat dalam hal ilmu, amal, dakwah, maupun jihad.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al Qur'an : 

- Peringatan akan bahaya berbicara tanpa landasan ilmu.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (QS. Al-Israa’ : 36)

Kamis, 28 September 2023

KEUTAMAAN MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM

Edisi Kamis, 28 September 2023 M / 12 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam sering disebut Maulid atau Maulud. Di Indonesia, Maulid Nabi diperingati setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal (riwayat paling masyhur) atau jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 hari ini. Umat muslim biasanya memperingati Maulid Nabi dengan membaca sholawat, kitab Maulid, memberi makan fakir miskin dan berziarah ke makam Nabi di Madinah.

Habib Quraisy Baharun adalah salah satu murid ulama besar Hadramaut Yaman, Habib Umar bin Hafidz. Bahkan, beliau merupakan murid Habib Umar bin Hafidz angkatan pertama di Pondok Pesantren Darul Musthafa Tarim Hadramaut, bersama Habib Munzir Al-Musawa, Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (Pengasuh Ponpes Al-Fahcriyah Tangerang).

Beliau dikenal berdakwah dengan kesederhanaan dan kesantunan. Akhlak yang lembut sebagaimana diperlihatkan para zurriyah Nabi membuat banyak orang menaruh hormat kepadanya. Setiap pesan tausiahnya selalu menyentuh hati dan memotivasi orang-orang untuk mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam.

Dalam satu kajiannya, Habib Quraisy Baharun menerangkan Keutamaan Maulid Nabi yang bersumber dari Kitab An-Ni'matul Kubra 'alal 'Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam karya Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (909-974 H /1503-1566 M).

Berikut keutamaan memperingati Maulid Nabi menurut para Sahabat dan Ulama:

1. Menjadi Sahabat Abu Bakar di Surga 

Sayyidina Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata:

من أنفق درهما على قراءة مولد *النبي صلى الله عليه وسلم كان

رفيقي في الجنة

"Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang emas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi Muhammad, maka ia akan menjadi temanku di surga."

2. Telah Menghidupkan Islam 

Sayyidina Umar radhiyallahu 'anhu berkata:

من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام

"Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam."

3. Seakan-akan Ikut Menyaksikan Perang Badar dan Hunain 

Sayyidina Utsman Bin Affan radhiyallahu 'anhu berkata:

من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين

"Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang mas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasllam, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain."

4. Dimasukkan ke Surga Tanpa Hisab 

Sayyidina 'Ali radhiyallahu 'anhu berkata:

من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب

"Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi shalallallahu 'alaihi wasallam, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan Maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab."

5. Lebih Baik daripada Memiliki Gunung Emas 

Imam Hasan Bashri berkata:

وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا فأنفقته على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم

"Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati Maulid Nabi."

6. Memperoleh Kebahagiaan dengan Penuh 

Imam Junaed al-Baghdadi berkata:

من حضر مولد النبي صلى الله عليه وسلم وعظم قدره فقد فاز بالإيمان

"Barangsiapa menghadiri peringatan Maulid Nabi dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagiaan dengan penuh keimanan."

7. Dikumpulkan Bersama Golongan Pertama dari Kalangan para Nabi 

Imam Ma'ruf al-Karkhi berkata:

من هيأ طعاما لأجل قراءة مولد النبي صلى الله عليه و سلم و جمع اخوانا و أوقد سراجا و لبس جديدا و تبخر و تعطر تعظيما لمولد النبي صلى الله عليه و سلم حشره الله يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين و كان فى أعلى عليين

"Barangsiapa menyediakan makanan untuk peringatan pembacaan Maulid Nabi, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari Kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para Nabi dan dia akan ditempatkan di surga yang paling atas ('Illiyyin)."

8. Mendapat Banyak Berkah dan Diampuni dari Dosa 

Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:

ما من شخص قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ملح أو بر أو شيئ أخر من المأكولات الا ظهرت فيه البركة و فى كل شيئ وصل اليه من ذلك المأكول فانه يضطرب و لا يستقر حتى يغفر الله لأكله وان قرئ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ماء فمن شرب من ذلك الماء دخل قلبه ألف نور و رحمة و خرج منه ألف غل و علة و لا يموت ذلك القلب يوم تموت القلوب . و من قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا و خلط تلك الدراهم بغيرها و قعت فيها البركة و لا يفتقر صاحبها و لا تفرغ يده ببركة النبي صلى الله عليه و سلم

"Tidaklah seseorang yang membaca Maulid Nabi ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya."

Dan sekiranya dibacakan Maulid Nabi ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari dimatikannya hati-hati itu.an barangsiapa yang membaca Maulid Nabi pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi."

9. Dikumpulkan Bersama Syuhada dan Kaum Shalihin 

Imam Syafi'i berkata:

من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم

"Barangsiapa mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi kemudian menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan untuk mereka, dan dia menjadi sebab atas dibacakannya Maulid Nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama golongan shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang yang shaleh) dan dia akan dimasukkan ke dalam surga-surga Na'im."

10. Kelak Dikumpulkan Bersama Rasulullah 

Imam Sirri As-Saqathi berkata:

من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع الا لمحبة النبي صلى الله عليه و سلم . وقد قال صلى الله عليه و سلم : من أحبني كان معي فى الجنة

"Barangsiapa pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya Maulid Nabi, maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman surga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan karena cintanya kepada Nabi. Sesungguhnya Rasulullah bersabda: "Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam surga."

11. Didoakan Malaikat dan Dijauhkan dari Bala 

Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:

مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلاح؟ حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان.

وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم

"Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan Maulid Nabi melainkan Malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.

Adapun para Malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan Maulid Nabi. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan Maulid Nabi melainkan Allah menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu.

Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan Maulid Nabi, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap Maulid Nabi, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi."

12. Ungkapan Kecintaan Pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam 

Rabi'ul Awwal menjadi bulan mengungkapkan akan kecintaan dan kegembiraan dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam.

Bahkan, orang kafir sekalipun akan mendapatkan manfaat dengan kegembiraan tersebut.

Dalam hadits riwayat Imam al Bukhori dikisahkan saat Tsuwaibah yakni budak perempuan Abu Lahab yang menyampaikan kabar gembira mengenai kelahiran bayi sangat mulia dan Abu Lahab segera memerdekakan Tsuwaibah sebagai wujud tanda cinta dan kasih.

Karena kegembiraannya tersebut, pada hari kiamat kelak, siksa atas dirinya akan diringankan di setiap hari Senin.

13. Mendapatkan Rahmat Allah Subhanahu WaTa'ala 

Memperoleh rahmat Allah yakni berupa taman surga dan juga dibangkitkan bersama sama dengan para orang yang masuk ke dalam golongan orang jujur, orang yang mati syahid dan juga orang sholeh.

Imam Sirri Saqathi Rahimahullah mengatakan, “Barang siapa menyengaja (pergi) ke suatu tempat yang dalamnya terdapat pembacaan maulid nabi, maka sungguh ia telah menyengaja (pergi) ke sebuah taman dari taman-taman surga, karena ia menuju tempat tersebut melainkan kecintaannya kepada baginda rasul. Rasulullah bersabda: barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di syurga.”

Sementara Imam Syafi’i Rohimahullah mengatakan, “Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat, dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas dibacakannya maulid nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan dia akan dimasukkan dalam syurga na’im.”

14. Meneguhkan Kecintaan Pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam 

Rabiul Awal juga menjadi bulan untuk mengembalikan keteguhan cinta pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam.

Untuk seorang mukmin, kecintaan pada Nabi merupakan sebuah kewajiban dan salah satu cara meningkatkan iman dan taqwa.

Kecintaan pada Nabi haruslah berada di barisan atas melebihi segalanya bahkan pada keluarga dan diri sendiri.

“Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” [HR. Bukhori Muslim].

15. Memuliakan dan Membesarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam 

Bulan Rabi’ul Awwal menjadi hari kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dan menjadi hari kebesaran Islam sehingga memiliki arti keindahan tersendiri.

Dalam riwayat Qatadah Al Ansari, Nabi ditanya mengenai puasa hari Senin dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Itulah hari yang dilahirkan aku padanya dan diturunkan kenabian keatas ku.” [ Riwayat Muslim dan lainnya].

16. Melakukan Amal kebaikan 

Bulan Rabi'ul Awwal juga menjadi bulan untuk melakukan banyak amal kebaikan seperti yang sudah dilakukan Abu Lahab dengan memerdekakan Suwaibah.

Beberapa amal kebaikan yang bisa dilakukan untuk memuliakan hari kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam adalah membaca Al Quran, bershalawat, memuji Nabi, memperbanyak sedekah dalam Islam, menjamu makanan untuk orang lain, berbuat banyak kebaikan pada fakir miskin dan banyak lagi yang lainnya.

17. Dibangkitkan Pada Hari Kiamat 

Jika pada Rabi’ul Awwal seseorang mengumpulkan banyak sanak saudaranya untuk menghormati hari kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam, maka janji Allah Subhanahu WaTa'ala adalah akan membangkitkan di saat hari kiamat dalam Islam kelak.

Imam Syafi’i mengatakan jika, “Barang siapa mengumpulkan saudara saudaranya untuk menghormati hari kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam yang dengan menyediakan makanan serta berbuat kebaikan pada mereka, maka Allah membangkitkannya di hari kiamat bersama orang orang yang jujur, orang orang yang mati syahid dan orang orang yang shalih dan mereka berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.”

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS

Kamis, 28 September 2023 M / 12 Rabi'ul Awwal 1445 M. 

Mentaati Rasulullah 

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ أَنَّ هِرَقْلَ قَالَ لَهُ سَأَلْتُكَ مَاذَا يَأْمُرُكُمْ فَزَعَمْتَ أَنَّهُ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالْوَفَاءِ بِالْعَهْدِ وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ قَالَ وَهَذِهِ صِفَةُ نَبِيٍّ

Abdullah bin Abbas Radhiyallahu'anhu berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Abu Sufyan bahwa Raja Herkulis berkata kepadanya: "Aku telah bertanya kepadamu apa yang dia (Nabi Muhammad) perintahkan kepada kalian, lalu kamu menjawab bahwa dia memerintahkan kalian untuk shalat, bersedekah (zakat), menjauhkan diri dari berbuat buruk, menunaikan janji dan melaksanakan amanah". Lalu dia berkata; "Ini adalah diantara sifat-sifat seorang Nabi". 

(HR Bukhari No: 2484) 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits tersebut adalah : 

1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan agar melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan ibadat yang wajib sebagai seorang Muslim.

 2. Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada umatnya agar:

a.  Melaksanakan shalat

b.  Menunaikan zakat  dan bersedekah

c.  Menjauhi perbuatan buruk

d.  Menunaikan janji

e.  Melaksanakan amanah

3. Sebagai pengikut setia, adalah menjadi kewajiban kita untuk melaksanakan tanggungjawab yang bersifat peribadi seperti shalat dan menjauhi perbuatan buruk.

4. Seorang muslim  diperintahkan  menunaikan tanggungjawab yang berkaitan dengan masyarakat seperti mengeluarkan zakat dan bersedekah di samping menunaikan janji dan melaksanakan amanah.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al Qur'an : 

اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ  بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا ۗ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

innamaa kaana qoulal-mu`miniina izaa du'uuu ilallohi wa rosuulihii liyahkuma bainahum ay yaquuluu sami'naa wa atho'naa, wa ulaaa`ika humul-muflihuun

"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, Kami mendengar, dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

(QS. An-Nur 24: Ayat 51).

Rabu, 27 September 2023

TANDA CINTA TERHADAP RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM

Edisi Rabu, 27 September 2023 M / 11 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Cinta (mahabbah) kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, hukumnya wajib atas setiap muslim. Sebuah ayat dalam al-Quran kiranya cukup sebagai dalil, peringatan dan anjuran akan kewajiban mencintai Rasul. Ayat ini juga menjadi hujjah akan keagungan kedudukan mencintai Rasul, dan hujjah akan berhaknya Rasul terhadap cinta tersebut. Dalam ayat itu Allah menegur keras dan memberikan ancaman terhadap orang-orang yang lebih mencintai harta, keluarga dan anak-anaknya dari pada Allah dan RasulNya, serta menginformasikan bahwa mereka adalah kaum yang fasiq, tersesat dan tidak mendapat petunjukNya . Ayat tersebut adalah firman Allah:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Artinya: “Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah: 24).

Dalam hadits dari Anas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah beriman salah satu dari kalian, kecuali aku lebih dicintainya dari pada anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya”.

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وأن يحب  الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga perkara, yang jika dimiliki seseorang, maka ia akan menemukan manisnya iman: (1) Allah dan RasulNya lebih dicintainya dari pada yang lain, (2) mencintai seseorang kecuali karena Allah, (3) tidak senang kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak senang untuk dilempar ke neraka”.

Balasan bagi orang yang mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat besar. Ia akan bersama beliau di hari kiamat. Ketika seorang lelaki sowan kepada Rasulullah lalu ditanya oleh Rasulullah tentang apa yang ia persiapkan nanti di hari kiamat, maka ia menjawab: “Aku tidak mempersiapkan diri untuk hari kiamat dengan banyaknya shalat, puasa dan sadaqah, tetapi aku mencintai Allah dan RasulNya”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Engkau akan bersama dengan orang yang kau cintai”.

Kebersamaan seseorang dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di hari kiamat membuat dirinya mendapatkan derajat sejajar dengan derajat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah Subhanahu WaTa'ala dalam firmanNya:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. An-Nisa’: 69).

Seseorang yang mengaku mencintai sesuatu, akan mengalahkan kepentingan dirinya untuk sesuatu yang ia cintai. Jika tidak demikian, tentu ia belum benar-benar cinta; cintanya hanya sebatas dimulut saja. Pecinta Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang sebenarnya dapat diketahui dengan tanda-tanda berikut ini:

1. Mencontohi dan mengamalkan sunnah Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam. 

Mencontohi, mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berjalan di atas manhaj Baginda Nabi serta berpegang teguh dan mengamalkan seluruh perkataan dan perbuatan Baginda Nabi adalah tanda pertama cintakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Bahkan orang yang benar-benar mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang mengikuti Rasulullah  secara zahir dan batin serta selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Orang yang mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang bersemangat, berpegang teguh dan menghidupkan ajaran Baginda. Ini dizahirkan dengan

mengamalkan sunnahnya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dalam perkataan dan perbuatan serta mendahulukan itu semua daripada hawa nafsu  sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ

وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْوَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ

تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُتَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ

وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِيسَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللهُ

بِأَمْرِهِ ۗ وَاللهُ لايَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ 

{Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga dan harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.}[Surah At-Taubah:24].

2. Menghidupkan sunnah 

Menghidupkan sunnah dan mengikuti Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wasallam dalam setiap langkah kehidupannya adalah bukti kecintaan kepada Rasulullah  sebagaimana juga menjadi bukti kecintaan kepada Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْكُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي

يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

{Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.}[Surah Ali Imran:31].

Berdasarkan hal ini, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya menuntut  mengamalkan hal-hal yang dicintai dan menjauhi yang dilarang dan dibenci oleh Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak mungkin ada orang yang mencintai Rasulnya adalah orang yang tidak mau mengikuti sunnahnya atau bahkan melakukan perkara yang berlawanan terhadap ajarannya dengan sengaja.

3. Banyak mengingati dan menyebutnya 

Kerena orang yang mencintai sesuatu tentu akan senantiasa mengingat dan menyebutnya. Senantiasa ingat kepadanya merupakan sebab kesinambungan kecintaan dan keberterusannya.

4. Membaca dan menyampaikan Shalawat 

Menyampaikan shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  sebagaimana firman Allah:

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ

ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواصَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.[Surah Al-Ahzaab: 56].

5. Menyebut keutamaan dan kemuliaan Baginda Nabi 

Menyebut keutamaan dan kemuliaan serta sifat, akhlak dan perilaku utama yang Allah berikan kepada Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam juga mukjizat serta bukti kenabian untuk mengenal kedudukan dan martabat Baginda Nabi. Demikian juga untuk mengenalkan orang lain dan mengingatkan mereka tentang hal itu agar mereka semakin beriman dan bertambah kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Ulama’  menyatakan faedah yang boleh didapati daripada Shalawat ke atas Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ialah: Seorang ketika banyak menyebut kekasihnya, mengingatinya di dalam hati, mengingati kebaikan-kebaikan dan perkara-perkara yang boleh melahirkan perasaan cinta kepadanya maka semakin berlipat ganda kecintaannya kepada kekasihnya tersebut dan bertambah rindu kepadanya. Apabila dia tidak menyebutnya sama sekali, tidak mengingatinya dan kebaikannya, maka akan berkurangan rasa cinta dalam jantung hatinya.

Apabila keadaan ini kuat di dalam hatinya maka lisannya terus memuji dan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya keadaan ini sesuai dengan perasaan cinta di dalam hatinya dan anggota menjadi saksi kebenaran itu dengan mengamalkannya.

6. Bersopan santun dan beradab Dengan Baginda Nabi. 

Bersopan santun dan beradab dengan Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam baik dalam menyebut nama atau memanggilnya, kerana Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman:

لاتَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ

كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْيَعْلَمُ اللهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ

مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِالَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ

فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْعَذَابٌ أَلِيمٌ 

{Janganlah kamu jadikan panggilan (kepada)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  di antara kamu seperti panggilan sesama kamu. Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang menarik diri (dari majlis Nabi ) di antara kamu secara berselindung dan bersembunyi, maka hendaklah orang-orang yang mengingkari perintah-Nya beringat serta berjaga-jaga, jangan mereka ditimpa bala bencana atau ditimpa azab yang pedih}.[Surah An-Nuur: 63].

Kata ulama’: Adab yang tinggi terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  adalah menerima sepenuhnya serta tunduk patuh kepada perintahnya. Menerima perkhabarannya dengan penuh penerimaan dan membenarkannya tanpa ada penentangan dengan pemikiran ma’qul(masuk akal), syubhat, keraguan atau mendahulukan pendapat para intelektual dan pemikiran mereka yang tidak betul, dengan hanya berhukum dan menerima, tunduk dan taat kepada Baginda Rasulullah saja.

7. Rindu dan berharap berjumpa Rasulullah 

Berharap dan rindu untuk melihat dan berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam walaupun terpaksa membayarnya dengan harta dan keluarga.

Tanda kecintaan ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya:

مِنْأَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي

يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْرَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ

“Antara umatku yang paling mencintaiku adalah orang-orang yang hidup selepasku, salah seorang dari mereka sangat ingin melihatku walaupun terpaksa menebus dengan keluarga dan harta.”[HR Muslim].

8. Menyampaikan Nasihat untuk (beriman kepada) Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya. 

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam :

((الدِّينُ النَّصِيحَةُ. قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: للهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلأَئِمَّةِ

الْمُسْلِمِينَ، وَعَامَّتِهِمْ)).

“Agama itu adalah nasihat.” Sahabat bertanya: Kepada siapa wahai Rasulullah? Baginda menjawab: “Untuk (beriman kepada) Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan pemimpin kaum muslimin serta kaum muslimin seluruhnya.” [HR Muslim, No.55].

Maksud nasihat untuk Nabi itu ialah beriman kepadanya, mentaati perintahnya, mengikuti sunnahnya dan mencintainya.

9. Belajar Al Quran, istiqamah membacanya dan memahami maknanya. 

Demikian juga belajar sunnahnya, mengajarkannya dan mencintai ahlinya (ahlu sunnah). Imam Al Qadhi Iyaad rahimahullah menyatakan: Antara tanda-tanda mencintai Rasulullah adalah mencintai Al-Quran yang diturunkan kepadanya dan Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam  mengambil petunjuk dan membimbing (manusia) dengannya serta berakhlak dengannya sehingga A’isyah menyatakan:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

“Sesungguhnya Akhlak Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam adalah Al Quran”.[HR Imam Ahmad].

Ibnu Mas’ud radhiyallahu'anhu berkata: “Janganlah seseorang menanyakan untuk dirinya kecuali Al-Quran, apabila ia mencintai Al-Quran maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. [lihat: Huquq Al-Nabi 1/343].

10. Mencintai Ahlul-baitnya (keluarganya) 

Imam Al Baihaqi rahimahullah berkata:

“Termasuk dalam lingkungan mencintai Rasulullah saw adalah mencintai ahli bait”. [lihat: Syu’abul Iman: 1/282].

Ulama’ lain pula menyatakan: “Di antara usul ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka mencintai ahli bait Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan memberikan keutamaan kepada mereka serta menjaga wasiat Rasulullah  tentang mereka.”

Kemudian beliau juga menyatakan: “Ahlul bait Rasulullah memiliki hak-hak yang wajib dipelihara, kerana Allah menjadikan untuk mereka hak dalam Al-Khumus, Al fai’ (harta rampasan perang) dan memerintahkan berselawat untuk mereka bersama selawat untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

11. Mencintai para isteri Baginda Nabi. 

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menjaga keutamaan dan hak-hak mereka dan meyakini mereka tidak sama seperti para wanita lainnya, kerana Allah telah membedakannya dalam firman-Nya:

يَا نِسَاءَالنَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ

النِّسَاءِ ۚ 

{Wahai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah sama seperti wanita yang lain.} [Surah Al-Ahzab: 32].

Menjadikan mereka sebagai ibu kaum mukminin dalam firman-Nya:

وَأَزْوَاجُهُأُمَّهَاتُهُمْ ۗ

{Dan isteri-isterinya adalah ibu-ibumereka.}  [Surah Al-Ahzaab:6].

Sehinggakan wajib bagi kita menjaga hak-hak mereka walaupun setelah mereka wafat, berselawat untuk mereka bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan memohon keampunan bagi mereka serta menzahirkan pujian dan keutamaan mereka.

12. Mencintai Para sahabat Baginda Nabi. 

Imam Al-Baihaqi rahimahullah menyatakan:

Termasuk dalam kecintaan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam adalah cinta kepada para sahabat Baginda Nabi, kerana Allah telah memuji mereka dalam firman-Nya:

مُحَمَّدٌرَسُولُ اللهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ

أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُبَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا

يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللهِوَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ

السُّجُودِ ۚ 

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari kurniaan Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka kesan daripada sujud.[Surah Al-Fath: 29].

Firman Allah Subhanahu WaTa'ala juga:

لَقَدْرَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ

يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَمَا فِي قُلُوبِهِمْ

فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ

فَتْحًاقَرِيبًا

Sesungguhnya Allah telah redha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pokok, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan ke atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang hampir (waktunya). [Al-Fath:18].

Kemudian beliau  menyatakan: “Apabila mereka (para sahabat) telah mendapat kedudukan ini, maka mereka memiliki hak daripada kaum muslimin untuk mencintai mereka dan mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaan kepada mereka. Ini kerana apabila Allah meredhai seseorang, maka Dia mencintainya dan wajib atas seorang hamba untuk mencintai orang yang Allah cintai.” [Lihat: Syu’abul Iman: 1/287].

Umat Islam wajib mencintai sahabat, meredhai mereka dan mendoakan kebaikan untuk mereka.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda:

لاتَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِيْ

بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْأَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ

أَحَدِهِمْ وَلانَصِيفَهُ

“Janganlah kamu sekalian mencela para sahabatku, demi Allah seandainya salah seorang dari kamu berinfaq emas sebesar bukit Uhud, tidak akan menyamai satu mud (cupak) mereka dan tidak juga separuhnya.” [HR: Al-Bukhari].

13. Membenci orang yang Allah dan Rasul-Nya benci. 

Memusuhi orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menjauhi orang yang menyalahi sunnahnya dan Syariah Islam, serta membenci semua perkara yang menyalahi Syariat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لا تَجِدُقَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَوَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ

أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْعَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي

قُلُوبِهِمُ الإِيمَانَ… 

{Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu ialah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka…} [Al-Mujaadilah: 22].

Seorang mukmin wajib memusuhi karena Allah dan berkasih sayang karena Allah.

14. Bersikap lemah lembut. 

Mempunyai kasih sayang kepada umat Rasulullah, memberi mereka nasehat dan berusaha dalam memberikan kesejahteraan mereka dan menghilangkan mara bahaya dari mereka, seperti halnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang mempunyai kasih sayang kepada orang-orang yang beriman.

15. Bersikap zuhud di dunia, dan bersahaja dalam hidup. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Abi Sa’id Al-Khudzri:

إنَّ الْفَقْرَ إِلَى مَنْ يُحِبُّنِي مِنْكُمْ أسْرَعُ مِنَ السيْلِ مِنْ أَعْلَى لوادى أَوِ الْجَبَلِ إِلَى أَسْفَلِهِ

“Sesungguhnya sifat fakir lebih cepat bagi orang yang mencintaiku dari pada air bah yang mengalir dari atas menuju lembah, atau dari atas gunung”.

16. Mencintai orang yang mencintai Rasulullah, termasuk ahlul bait (keluarga Rasul), dan para sahabat Muhajirin dan Anshar, serta membenci orang membenci dan menghina mereka. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda dalam masalah Hasan dan Husein:

مَنْ أَحَبَّهُمَا فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمِنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللَّهَ وَمَنْ أبْغَضَهُمَا فَقَدْ أَبْغَضَنِي وَمَنْ أَبْغَضَنِي فَقَدْ أَبْغَضَ اللَّهَ

“Barang siapa mencintai keduanya, maka ia benar-benar mencintaiku. Dan barang siapa mencintaiku, maka benar-benar mencintai Allah. Dan Barang siapa membenci keduanya, maka ia benar-benar membenciku. Barang siapa membenciku, maka benar-benar telah membenci Allah Subhanahu WaTa'ala”.

Mengenai para sahabat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي لا تتخذوهم غرضا بعدي فمن أحبهم فبحبى أحبهم ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم ومن آذاهم فقد آذاني وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذى الله ومن آذى الله يوشك أن يأخذه

“Allah, Allah dalam sahabatku. Jangan kalian jadikan mereka sasaran sesudahku. Maka barang siapa mencintai mereka, maka dengan cintaku ia mencintai  mereka. Dan barang siapa membenci mereka, maka dengan kebencian kepadaku ia membenci mereka. Barang siapa menyakiti mereka, maka ia telah menyakitiku dan barang siapa menyakitiku maka ia benar-benar telah menyakiti Allah. Barang siapa menyakiti Allah, maka Allah akan menyiksanya”.

17. Sering mengingat dan menyebut-nyebut Rasulullah disertai dengan pengagungan, menampakkan kekhusyu’an ketika menyebut atau mendengar nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam 

Mengikuti dan mengamalkan sunnah Rasul, mengikuti perkataan dan perbuatan beliau, menjalankan perintah dan menjauhi larangan beliau, dan bertatakrama dengan tatakrama Rasul dalam setiap keadaan, serta mendahulukan apa yang beliau syariatkan mengalahkan kepentingan hawa nafsu dan keinginan pribadinya.

Orang yang mempunyai tanda-tanda seperti ini adalah orang yang sempurna dalam mencintai Allah dan RasulNya. Dan jika tanda-tanda ini hanya dimiliki sebagian, berarti kecintaanya masih kurang, walaupun masih dikatakan mencintai Rasul. Ketika seorang lelaki mendapat hukuman had karena telah mengkonsumsi arak, sebagian sahabat melaknatnya. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda: “Jangan kau melaknatnya, karena ia mencintai Allah dan rasulNya.

Demikianlah 17 tanda dan bukti penting kecintaan kita kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk memiliki dan merealisasikannya dalam kehidupan keseharian kita. Wabillahi taufiq.

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Rabu, 27 September 2023 M / 11 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Cara Mencintai Nabi 

وعن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فمن رغِبَ ( أعرض ) عن سنّتي فليس منّي ) رواه البخاري .

Dan dari Anas bin Malik radhiallah'anhu berkata, bersabda Rasulullah sallallohu alaihi wa salam: “Barangsiapa yang membenci sunnahku maka bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits: 

1- Dalam bentuk apakah rasa cinta yang kita tujukan kepada Rasul, karena belum sempurna iman seseorang bila tidak beliau yang lebih kita cintai?

2- Bagaimanakah pengertian mengikuti sunnah yang sebenarnya? Sementara sholat jama’ah malas, apalagi yang lain, masihkah dikatakan mengikuti sunnah atau diakui sebagai ummat yang mencintai Nabi?

3- Diantara cara mewujudkan kecintaan yang lebih kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

a. Mendahulukan ucapan beliau di atas ucapan siapapun, entah itu ucapan Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan imam-imam yang lain, sampai ucapan kita sendiri, kalau itu memang menyelisihi ucapan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

b. Menuntut ilmu dan sunnah beliau dan menerapkan sunnah-sunnah dan ajaran-ajaran beliau itu dalam diri sendiri.

c. Berusaha menolong sunnah beliau dengan harta dan jiwa kita, dengan cara menghidupkan dan mendakwahkannya kepada orang lain. 

d. Tidak mengubah agamanya, dengan membuat atau melakukan ibadah-ibadah yang baru (perbuatan bid’ah) atau menguranginya, karena ini berarti dia menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah masih kurang sehingga perlu ditambah.

e. Banyak membaca shalawat kepada beliau Rasulullah sallallohu alaihi wa salam.

4- Sunnah dalam bahasa arab artinya jalan. Sunnah Nabi adalah jalan Nabi. Jadi pada hakekatnya sunnah Nabi adalah agama islam itu sendiri , bukan yang lain. Jadi mengikuti sunnah berarti mengikuti agama islam yang murni yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist, dengan pemahaman para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

5- Pengikut (umat) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang bersyahadat dan melakukan rukun islam yang lain dan beriman dengan rukun iman yang enam, dan tidak mengamalkan perbuatan yang membatalkan keislamannya.

6- Banyak sekali keutamaan yang akan kita dapatkan jika mencintai Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sepenuh hati, diantaranya adalah:

- Mendapatkan kesempurnaan iman dan merupakan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

- Akan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di Akhirat

- Akan merasakan manisnya iman. Manisnya keimanan adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran: 

1- Bukti cinta Rasulullah

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri (atau suami-suami) dan kaum keluarga kelian, juga harta yang kalian usahakan dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya (azab)-Nya. Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang fasik (derhaka).” (QS. at-Taubah : 24).

2- Itba' Rasulullah

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Apa yang Rasul perintahkan kjepada kalian, terimalah; apa yang Beliau larang atas kalian, tinggalkanlah”. (QS. al-Hasyr : 7).

3- Perentah shalawat kepada Rasulullah

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [QS Al-Ahzaab: 56].

4- Menteladani Rasulullah

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

[QS. Al-Ahzab : 21].

Selasa, 26 September 2023

CARA RASULULLAH MENDIDIK ANAK YANG PATUT DITIRU

Edisi Selasa, 26 September 2023 M / 10 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Anak adalah karunia dari Allah Ta’ala. Sebagai orang tua sudah seharusnya kita menjaga anak dengan sebaik mungkin. Memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Serta memberikan pendidikan untuk bekal masa depannya agar si anak bisa menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlakul karimah.

Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberikan contoh yang baik dalam mendidik anak. Beliau dikenal penyayang dan penyabar. Tidak suka membentak anak. Namun juga tegas dalam urusan agama.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR.Tirmidzi).

Berikut ini adalah 17 cara Rasulullah mendidik anak laki-laki dan perempuan yang wajib kita contoh.

1. Mengajarkan tata cara sholat 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad).

2. Tidak mengekang anak bermain 

Dalam mendidik anak, Rasulullah tidak selalu mengekang. Beliau suka melihat anak bermain. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:  “Pada suatu hari aku melayani Rasulullah. Setelah tugasku selesai, aku berkata dalam hati, ‘Rasulullah pasti sedang istirahat siang.’ Akhirnya, aku keluar ke tempat anak-anak bermain. Aku menyaksikan mereka sedang bermain. Tidak lama kemudian, Rasulullah datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain. Beliau lalu memanggil dan menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku pun segera pergi untuk menunaikannya, sedangkan beliau duduk dibawah sebuah pohon hingga aku kembali.” (HR. Ahmad).

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah shallallahu ‘alaihi wa salam masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari).

3. Mengajarkan ilmu tauhid 

Ilmu tauhid adalah ilmu tentang ketuhanan. Ilmu ini sangat penting untuk diajarkan kepada anak semenjak dini. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau mengajarkan anak-anaknya untuk mengucapkan Lailaha illaallah yang mana berarti tidak ada Tuhan selain Allah. Dan Allah itu Maha Esa.

Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah. Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman).

4. Mengajarkan ilmu agama 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan ilmu agama kepada anak semenjak dini. Sebab jika anak tidak dididik agama sejak kecil maka bisa saja ia terpengaruh pergaulan dan menjadi salah langkah. Ilmu agama yang diajarkan oleh Rasul kepada anaknya tentu sangat luas. Dan itu diajarkan secara bertahap tidak serta-merta sekaligus.

5. Mengajarkan ibadah puasa 

Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

6. Mengajarkan bacaan doa-doa harian 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga kerap melatih kepada anak-anaknya untuk rutin membaca doa harian. Misalnya doa bercermin, doa keluar-masuk toilet, doa sebelum dan sesudah makan, doa keluar rumah dan sebagainya. Ini penting agar diri kita senantiasa dijaga oleh Allah Ta’ala dan terlindungi dari bahaya.

7. Mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Sebab Anak durhaka dalam islam adalah perbuatan dosa besar.

Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” 

8. Berlaku adil kepada anak perempuan dan laki-laki 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Bukan berarti anak laki-laki derajatnya lebih tinggi dari perempaun ataupun sebaliknya. Dalam suatu hadits dijelaskan:

Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.”  Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).

9. Mendidik anak dengan akhlak mulia 

Kebaikan seseorang dinilai dari 2 hal yakni agama dan akhlaknya. Sedangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang akhlaknya paling baik di muka bumi ini. Beliau diutus untuk memperbaiki perilaku manusia. Dan maka itu, beliau selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anaknya, tentang akhlak Dalam Islam,cara meningkatkan akhlak, hubungan akhlak dengan iman dalam islam , serta hubungan akhlak dengan iman islam dan ihsan. 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

10. Mengajarkan cara berpakaian yang sesuai syariat agama 

Bagi anak perempuan, Rasul juga memberikan pendidikan tentang bagaimana menjadi muslimah yang baik dengan cara berpakaian secara islami. Yakni mengenakan pakaian longgar dan berjilbab syar’i.

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab:59).

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyalahu'anha : bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dengan kondisi ia berpakaian pendek, maka berpalinglah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud).

11. Mengajarkan batasan pergaulan antara perempuan dan laki-laki 

Cara Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mendidik anak juga meliputi pergaulan. Beliau mengajarkan tentang batasan-batasan berteman antara laki-laki dan perempuan, tentang pentingnya menjaga pandangan, tentang besarnya dosa zina dan sebagainya.

12. Mengajarkan pekerjaan rumah tangga untuk anak perempuan 

Untuk mendidik anak perempuan, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan perihal pekerjaan rumah. Seperti memasak, mencuci pakaian dan bersih-bersih rumah. Ini juga penting dalam islam. Sebab bagaimanapun juga kodrat wanita dalam islam adalah menjadi istri bukan mencari nafkah untuk keluarga.

13. Mengajari adzan untuk anak laki-laki 

Abu Mahdzurah bercerita: Aku bersama 10 orang  remaja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan,‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.

Kemudian selesai azan, Rasulullah bersabda‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya: Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya. (HR. Ahmad, Musnadul Makkiyah).

14. Menganyomi dengan baik dan Tidak Memisahkan dengan Ibunya 

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengayomi anak-anaknya. Khususnya anak perempuan. Sebab perempuan cenderung lemah dan membutuhkan perlindungan. Mengayomi disini berarti memberikan perhatian, menjaga dan merawat dengan baik hingga anak tumbuh dewasa.

“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).

Abu Ayyub lalu mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).

15. Bersikap lemah lembut terhadap anak 

Walaupun Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin umat muslim. Namun beliau tidak pernah sombong ataupun bersikap semena-mena terhadap keluarganya. Beliau justru menunjukkan akhlak yang baik dan lemah lembut. Kepada anak-anaknya, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sering memanggil mereka dengan sebutan yang indah, menggendong dan mengusap kepala mereka.

Aqra’ bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, “Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka.” Nabi pun memandangnya dan berkata, “Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi.

16. Mencintai dan bergantung pada Allah 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nak, aku akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata manusia bersatu-padu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali mereka telah ditakdirkan oleh Allah untukmu.”

17. Memberikan hadiah 

Rasulullah pernah membariskan Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda: “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz Zawaid).

Demikianlah beberapa cara Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mendidik anak-anaknya. Semoga kita bisa mencontoh beliau, sebab beliau adalah sebaiknya-baiknya suri tauladan di muka bumi. Aamiin ya Rabbal Alamin.

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS 

Selasa, 26 September 2023 M / 10 Rabi'ul Awwal 1445 H. 

Amalan Pertama Dan Utama Untuk Anak 

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!

[HR. Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197].

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits: 

1.Tugas terpenting sebagai orang tua  adalah mengenalkan tuhannya kepada anak-anaknya dan shalat merupakan amalan pertama dan utama yang harus dikerjakan untuk menanamkan kesadaran sebagai hamba.

2. Dalam ibadah shalat terkandung pesan tauhid, yaitu mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh saja.

3. Umur tamyîz (mulai berpikir dan bisa membedakan antara baik dan buruk) adalah umur tujuh tahun, sedangkan pubertas (mulai beranjak baligh) dimulai umur sepuluh tahun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara umur tujuh tahun dan sepuluh tahun, agar para pendidik memperhatikan fase-fase psikologis anak.

4. Keturunan yang buruk adalah yang meninggalkan shalat. Menjadi tidak ada kebanggaan apalagi merasa memiliki bila anak keturunan sudah meninggalkan shalat. Kegagalan dunia apalagi akhirat bagi seseorang adalah ketika meninggalkan keturunannya dalam keadaan tidak mengenal Tuhannya. Sebetulnya ketidak pedulian sebagian besar orang pada shalat adalah indikator kegagalan sebagian besar orang tua dalam menunaikan amanah sebagai figure uswah hasanah di rumahtangga. 

5. Perintahkanlah istri, anak-anak, dan anggota keluarga yang ada di rumah kita untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu sehari semalam dan tentunya dengan cara lemah lembut ketika menyuruh mereka melakukannya. Meski Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membolehkan memukul, hal demikian hanya dilakukan bila tahapan-tahapan secara santun sudah tidak digubris, maka sebagai orang tua yang bertanggungjawa wajib mengambil langkas yang tegas, karena tidak ada kebaikan sedikitpun yang tersisa bila dilingkup keluarga tidak mengenal siapa Tuhannya. 

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran 

1. Allah Subhanahu Wa ta'ala berfirman :

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. [QS. Maryam/19:59)

2. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS. Thâhâ/20:132)