Rabu, 06 September 2023

CARA MENGHADAPI MUSIBAH DALAM ISLAM

Edisi Rabu, 6 September 2023 M / 20 Shafar 1445 H.

Musibah menjadi sebuah peristiwa yang tidak dapat diprediksi oleh manusia. Musibah juga sudah menjadi rahasia ilahi yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Musibah juga dapat diartikan sebagai sebuah peringatan dan tanda yang diisyaratkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Musibah dapat berwujud bencana alam, kehilangan orang yang kita sayangi, kecelakaan, peperangan, ataupun seperti wabah corona/ Pendemi Covid-19 yang pernah melanda umat manusia di muka bumi.

Pendemi ini telah dinyatakan berakhir oleh WHO dan secara statistik saat diumumkan berakhir, jumlah penduduk di dunia yang meninggal dan terinfeksi menunjukkan  angka yang sama dengan tahun, bulan dan tanggal kelahiran Hamba Allah yang diamanahkan menyusun artikel Tausiah 17. Ini membuktikan Pendemi Covid 19 merupakan bentuk isyarat dan kuasa Allah bagi orang yang beriman untuk meyakini sepenuhnya bahwa musibah ini merupakan Ujian untuk seluruh umat manusia, bukan konspirasi seperti yang dituduhkan.

Islam sendiri menganggap bahwa setiap musibah yang diturunkan kepada umat manusia merupakan sebuah pembelajaran bagi manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut ini :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِيْنَ

“Sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.” (QS. Muhammad : 31).

Ada yang memaknai musibah sebagai sebuah ujian, namun dibalik itu semua sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu memberikan hikmah bagi mereka yang tertimpa musibah sebagaimana FirmanNya dalam hadits Qudsi berikut :

"Tidaklah seorang muslim tertimpa kecelakaan, kemiskinan, kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun keduka-citaan bahkan tertusuk duri sekalipun, niscaya Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan apa yang menimpanya itu.” (HR. Bukhari).

Setiap orang tentunya memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi musibah dalam islam yang menimpanya. Namun, islam mengajurkan untuk menghadapinya dengan sabar, tawakal dan penuh keikhlasan. Sebagaimana 17 cara menghadapi musibah dalam islam berikut ini,  semoga dapat menjadi panduan bagi anda.

1. Menerima Musibah Tersebut 

Apapun musibah yang menimpa anda, islam mengajarkan bahwa kita harus menerima segala musibah tersebut sebagai bentuk dan manfaat beriman kepada Allah . Terlepas hal tersebut menyakitkan atau menyedihkan. Anggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari takdir yang telah digariskan sang Ilahi. Tentunya apapun itu kita harus melaluinya dan menerimanya dengan lapang dada.

2. Ikhlas Menerimanya 

Hal yang paling penting ialah mampu bersikap ikhlas terhadap segala sesuatu yang menimpa. Menerima dengan ikhlas segala musibah yang menimpa. Sebab pasti akan ada hikmat dan nikmat yang akan Allah berikan kelak pada diri  kita.

3. Sabar Menghadapinya 

Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda sabar merupakan salah satu kunci dalam menghadapi musibah. Dalam hadits berikut :

عجبا لأمر المؤمن ان أمره كله خير وليس ذلك لأحد الا المؤمن ان اصابته مراء شكر فكان خيرا له وان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له

“Orang-orang beriman itu memang sangat mengherankan semua perkaranya serba baik, dan tak ada seorang pun yang seperti orang yang mukmin. Apabila dianugerahi kesenangan ia bersyukur, dan apabila tertimpa musibah, ia berlaku sabar. Hal inilah yang menjadikan dia selalu dalam keadaan baik.”( HR. Muslim).

4. Memanjatkan Do’a Kepada Allah 

Hal yang paling utama saat tertimpa musibah ialah memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu WaTa'ala juga sebagai cara agar hati tenang dalam islam . Sebab apapun yang terjadi, doa merupakan hal utama dan yang harus di lakukan dalam kondisi apapun.

Dalam kondisi senangpun kita harus berdoa pada Allah atas kesenangan tesebut. Sebaliknya pada saat musibah menimpa maka doa bisa dianggap sebagai salah satu cara mengadu kepada Allah.

5. Memohon Pertolongan Hanya Pada Nya 

Adakalanya ketika musibah datang, seseorang menjadi kalap. Bagai di rasuki syaiton ia akan sengaja meminta pertolongan kepada hal selain Allah. Sesungguhnya hal yang demikian merupakan hal yang tidak patut. Dan sebaik-baiknya penolong ialah Allah Subhanahu WaTa'ala. Karena itu, saat musibah tertimpa tidak ada cara lain selain hanya meminta pertolongan kepada Allah.

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/16:53].

6. Berserah Diri 

Berserah diri menjadi kunci utama dalam menghadapi musibah. Dengan berpasrah dan berserah diri maka kita akan dapat lebih dekat kepada Allah . Sehingga dapat memaknai musibah dengan penuh kesyukuran. 

7. Mengkoreksi Diri 

Musibah yang menimpa juga menjadi sebuah alarm dan sinyal bagi manusia untuk mengkoreksi diri. Sebab musibah yang datang biasanya disebabkan oleh perbuatan diri sendiri. Sebagaimana dalam FirmanNya berikut ini :

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30).

8. Menjalaninya Sebagai Bagian Dari Takdir 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”

Pahamilah bahwa setiap takdir manusia telah digariskan. Sehingga musibah yang menimpa manusiapun menjadi bagian dari takdir itu sendiri. Tiada cara lain kecuali menerima dan menjalaninya.

9. Pasti Ada Hikmah Dibaliknya 

Tidak ada yang sia-sia di mata Allah. Allah memberikan musibah namun pasti disertai dengan hikmah dibaliknya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116).

10. Meyakini Bahwa Ini Bukan Musibah yang Berat 

Dalam sebuah hadits disebutkan,

مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ

“Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”

11. Musibah Sebagai Bentuk Penghapus Dosa 

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Apa pun bentuk musibah yang menimpa seorang muslim, niscaya akan Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa dari dirinya, sekalipun sebatang duri yang menancap pada dirinya.”

12. Bentuk Ujian untuk Menjadikan Diri Semakin Kuat 

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”

13. Yakini Bahwa Setelahnya Pasti ada Kemudahan 

Dalam surat An Insyiroh, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh/An Insyirah: 5).

14. Ucapkan Innailahi Wa Innalillahi Rojiun 

Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.”

Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

15. Tetap Bersyukur 

Bersyukur merupakan salah satu cara menerima nikmat Allah. Meskipun dalam kondisi ditimpa musibah kita tidak boleh melupakan untuk selalu bersyukur. Karena musibah hanya sebagian kecil dari jutaan nikmat yang telah Allah berikan pada umatnya. Sebagaimana dalam Firman Allah berikut :

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [QS.Ibrâhîm/14:7].

16. Meyakini musibah sebagai pembersih dosa-dosa 

Allâh Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya. Kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allâh Ta’ala. Jadi musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allâh Ta’ala.

Allâh Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang Mukmin kepada-Nya, karena Allâh Ta’ala mencintai hamba- Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang.

Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam :

“Sungguh mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”

17. Meyakini Musibah adalah penyempurna Keimanan 

Allâh Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allâh Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan dunia Allâh Ta’ala menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.

Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam :

”Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.”

Itulah, 17 cara menghadapi musibah dalam islam. Mudah mudahan semakin dapat menambah kadar keimanan kita untuk selalu memaknai segala nikmat dan musibah sebagai karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Semoga bermanfaat.....


ONE DAY ONE HADITS

Rabu, 6 September 2023 M / 20 Shafar 1445 H.

Mengambil Pelajaran Adanya Musibah 

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ أَنَّهُ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ يَسَارٍ أَبَا الْحُبَابِ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah] bahwa dia berkata, saya mendengar [Sa'id bin Yasar Abu Al Hubbab] berkata; saya mendengar [Abu Hurairah] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa di kehendaki Allah kebaikan, maka Dia akan mengujinya."[ HR. Bukhori].

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Sesungguhnya orang yang beriman bila terjadi musibah maka semuanya akan dikembalikan kepada Al qur'an dan assunah. 

2- Terjadinya musibah tidak hanya terjadi disebabkan oleh sebab materi saja. (Pergerakan patahan lempeng bumi, sebab alam dll...) Sebab materi hanya merupakan konsekuensi logis dari sebab syar'i. 

3- Maka terjadinya musibah bisa karena ujian, peringatan, nauzubillah merupakan azab.

4- Maka setiap ujian, kesulitan, atau musibah apapun itu. Sejatinya adalah alarm buat kita, bahwa Allah ingin kita lebih baik. Lebih baik karena Allah ingin kita meninggalkan kedzaliman baik itu kedzaliman kepada Allah,  sesama manusia atau kepada diri sendiri. 

5- Allah menginkan kita

lebih baik karena Allah ingin kita selalu memperbaiki iman, meningkatkan ketaqwaan lebih mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunah setelah wajib seperti sering sedekah, lebih baik karena Allah ingin kita lebih sesuai dengan Sunnah, dll.

6- Sehingga saat ada ujian atau musibah, jangan minta ujiannya hanya sampai disitu. Tidak mungkin, karena Allah ingin kita terus memperbaiki diri. Juga jangan hanya minta ujian itu segera berlalu, tapi minta pada Allah agar kita diberi kekuatan untuk melaluinya.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al qur'an : 

1- Musibah sebagai ujian. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa Dia pasti menimpakan cobaan kepada hamba-hamba-Nya, yakni melatih dan menguji mereka.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ , الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

[QS. Al Baqarah: 155-157].

2- Musibah sebagai peringatan. 

Abul Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).[QS. Ar rum:41].

3- Musibah sebagai Azab. 

Bahwa Kami Allah  jadikan orang-orang jahat mereka berkuasa, lalu mereka melakukan kedurhakaan dan kerusakan di dalamnya. Bilamana mereka melakukan hal tersebut, Allah membinasakan mereka dengan azab-Nya. 

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ, وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ 

Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah, dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya

[QS. Al An'am :123-124].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.