Selasa, 26 September 2023

CARA RASULULLAH MENDIDIK ANAK YANG PATUT DITIRU

Edisi Selasa, 26 September 2023 M / 10 Rabi'ul Awwal 1445 H.

Anak adalah karunia dari Allah Ta’ala. Sebagai orang tua sudah seharusnya kita menjaga anak dengan sebaik mungkin. Memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Serta memberikan pendidikan untuk bekal masa depannya agar si anak bisa menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlakul karimah.

Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberikan contoh yang baik dalam mendidik anak. Beliau dikenal penyayang dan penyabar. Tidak suka membentak anak. Namun juga tegas dalam urusan agama.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR.Tirmidzi).

Berikut ini adalah 17 cara Rasulullah mendidik anak laki-laki dan perempuan yang wajib kita contoh.

1. Mengajarkan tata cara sholat 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad).

2. Tidak mengekang anak bermain 

Dalam mendidik anak, Rasulullah tidak selalu mengekang. Beliau suka melihat anak bermain. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:  “Pada suatu hari aku melayani Rasulullah. Setelah tugasku selesai, aku berkata dalam hati, ‘Rasulullah pasti sedang istirahat siang.’ Akhirnya, aku keluar ke tempat anak-anak bermain. Aku menyaksikan mereka sedang bermain. Tidak lama kemudian, Rasulullah datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain. Beliau lalu memanggil dan menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku pun segera pergi untuk menunaikannya, sedangkan beliau duduk dibawah sebuah pohon hingga aku kembali.” (HR. Ahmad).

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah shallallahu ‘alaihi wa salam masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari).

3. Mengajarkan ilmu tauhid 

Ilmu tauhid adalah ilmu tentang ketuhanan. Ilmu ini sangat penting untuk diajarkan kepada anak semenjak dini. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau mengajarkan anak-anaknya untuk mengucapkan Lailaha illaallah yang mana berarti tidak ada Tuhan selain Allah. Dan Allah itu Maha Esa.

Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah. Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman).

4. Mengajarkan ilmu agama 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan ilmu agama kepada anak semenjak dini. Sebab jika anak tidak dididik agama sejak kecil maka bisa saja ia terpengaruh pergaulan dan menjadi salah langkah. Ilmu agama yang diajarkan oleh Rasul kepada anaknya tentu sangat luas. Dan itu diajarkan secara bertahap tidak serta-merta sekaligus.

5. Mengajarkan ibadah puasa 

Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

6. Mengajarkan bacaan doa-doa harian 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga kerap melatih kepada anak-anaknya untuk rutin membaca doa harian. Misalnya doa bercermin, doa keluar-masuk toilet, doa sebelum dan sesudah makan, doa keluar rumah dan sebagainya. Ini penting agar diri kita senantiasa dijaga oleh Allah Ta’ala dan terlindungi dari bahaya.

7. Mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Sebab Anak durhaka dalam islam adalah perbuatan dosa besar.

Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” 

8. Berlaku adil kepada anak perempuan dan laki-laki 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Bukan berarti anak laki-laki derajatnya lebih tinggi dari perempaun ataupun sebaliknya. Dalam suatu hadits dijelaskan:

Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.”  Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).

9. Mendidik anak dengan akhlak mulia 

Kebaikan seseorang dinilai dari 2 hal yakni agama dan akhlaknya. Sedangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang akhlaknya paling baik di muka bumi ini. Beliau diutus untuk memperbaiki perilaku manusia. Dan maka itu, beliau selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anaknya, tentang akhlak Dalam Islam,cara meningkatkan akhlak, hubungan akhlak dengan iman dalam islam , serta hubungan akhlak dengan iman islam dan ihsan. 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

10. Mengajarkan cara berpakaian yang sesuai syariat agama 

Bagi anak perempuan, Rasul juga memberikan pendidikan tentang bagaimana menjadi muslimah yang baik dengan cara berpakaian secara islami. Yakni mengenakan pakaian longgar dan berjilbab syar’i.

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab:59).

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyalahu'anha : bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dengan kondisi ia berpakaian pendek, maka berpalinglah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud).

11. Mengajarkan batasan pergaulan antara perempuan dan laki-laki 

Cara Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mendidik anak juga meliputi pergaulan. Beliau mengajarkan tentang batasan-batasan berteman antara laki-laki dan perempuan, tentang pentingnya menjaga pandangan, tentang besarnya dosa zina dan sebagainya.

12. Mengajarkan pekerjaan rumah tangga untuk anak perempuan 

Untuk mendidik anak perempuan, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan perihal pekerjaan rumah. Seperti memasak, mencuci pakaian dan bersih-bersih rumah. Ini juga penting dalam islam. Sebab bagaimanapun juga kodrat wanita dalam islam adalah menjadi istri bukan mencari nafkah untuk keluarga.

13. Mengajari adzan untuk anak laki-laki 

Abu Mahdzurah bercerita: Aku bersama 10 orang  remaja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan,‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.

Kemudian selesai azan, Rasulullah bersabda‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya: Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya. (HR. Ahmad, Musnadul Makkiyah).

14. Menganyomi dengan baik dan Tidak Memisahkan dengan Ibunya 

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengayomi anak-anaknya. Khususnya anak perempuan. Sebab perempuan cenderung lemah dan membutuhkan perlindungan. Mengayomi disini berarti memberikan perhatian, menjaga dan merawat dengan baik hingga anak tumbuh dewasa.

“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).

Abu Ayyub lalu mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).

15. Bersikap lemah lembut terhadap anak 

Walaupun Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin umat muslim. Namun beliau tidak pernah sombong ataupun bersikap semena-mena terhadap keluarganya. Beliau justru menunjukkan akhlak yang baik dan lemah lembut. Kepada anak-anaknya, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sering memanggil mereka dengan sebutan yang indah, menggendong dan mengusap kepala mereka.

Aqra’ bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, “Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka.” Nabi pun memandangnya dan berkata, “Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi.

16. Mencintai dan bergantung pada Allah 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nak, aku akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata manusia bersatu-padu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali mereka telah ditakdirkan oleh Allah untukmu.”

17. Memberikan hadiah 

Rasulullah pernah membariskan Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda: “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz Zawaid).

Demikianlah beberapa cara Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mendidik anak-anaknya. Semoga kita bisa mencontoh beliau, sebab beliau adalah sebaiknya-baiknya suri tauladan di muka bumi. Aamiin ya Rabbal Alamin.

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS 

Selasa, 26 September 2023 M / 10 Rabi'ul Awwal 1445 H. 

Amalan Pertama Dan Utama Untuk Anak 

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!

[HR. Abu Dawud, no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197].

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits: 

1.Tugas terpenting sebagai orang tua  adalah mengenalkan tuhannya kepada anak-anaknya dan shalat merupakan amalan pertama dan utama yang harus dikerjakan untuk menanamkan kesadaran sebagai hamba.

2. Dalam ibadah shalat terkandung pesan tauhid, yaitu mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allâh saja.

3. Umur tamyîz (mulai berpikir dan bisa membedakan antara baik dan buruk) adalah umur tujuh tahun, sedangkan pubertas (mulai beranjak baligh) dimulai umur sepuluh tahun. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara umur tujuh tahun dan sepuluh tahun, agar para pendidik memperhatikan fase-fase psikologis anak.

4. Keturunan yang buruk adalah yang meninggalkan shalat. Menjadi tidak ada kebanggaan apalagi merasa memiliki bila anak keturunan sudah meninggalkan shalat. Kegagalan dunia apalagi akhirat bagi seseorang adalah ketika meninggalkan keturunannya dalam keadaan tidak mengenal Tuhannya. Sebetulnya ketidak pedulian sebagian besar orang pada shalat adalah indikator kegagalan sebagian besar orang tua dalam menunaikan amanah sebagai figure uswah hasanah di rumahtangga. 

5. Perintahkanlah istri, anak-anak, dan anggota keluarga yang ada di rumah kita untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu sehari semalam dan tentunya dengan cara lemah lembut ketika menyuruh mereka melakukannya. Meski Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam membolehkan memukul, hal demikian hanya dilakukan bila tahapan-tahapan secara santun sudah tidak digubris, maka sebagai orang tua yang bertanggungjawa wajib mengambil langkas yang tegas, karena tidak ada kebaikan sedikitpun yang tersisa bila dilingkup keluarga tidak mengenal siapa Tuhannya. 

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran 

1. Allah Subhanahu Wa ta'ala berfirman :

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. [QS. Maryam/19:59)

2. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS. Thâhâ/20:132)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.