Kamis, 11 Januari 2024

KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN HUTANG

Edisi Kamis, 11 Januari 2024 M / 28 Jumadil Akhir 1445 H.

Perjalanan kehidupan tidak selalu mulus dengan finansial yang serba kecukupan. Dalam kondisi terdesak, terkadang seseorang memilih cara berutang sebagai solusi. Terdapat banyak anjuran baik dari ayat Al-Qur’an maupun hadits yang menjelaskan tentang keutamaan orang memberi utang karena merupakan bagian dari menolong orang lain. Bahkan, menagih utang pun ada etika dan aturannya.

Bisa membayar utang merupakan sebuah nikmat besar dari Allah yang harus disyukuri oleh orang yang berutang. Pembayaran utang merupakan anugerah ilahi yang melapangkan dan melegakan pikiran orang yang berutang. Meski demikian orang yang berutang juga wajib berterima kasih kepada orang meminjamkannya uang atau memberikan utang kepadanya. Orang yang berutang dianjurkan untuk mendoakan keberkahan bagi orang yang memberikannya utang.

Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan hutang :

1. Roh orang mati itu digantungkan pada hutangnya 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

Dari Abu Hurairan, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Roh orang mati itu digantungkan pada hutangnya sehingga hutang itu terbayar. (H.R. Tirmidzi no. 1099, Ahmad no. 10879 dan lainnya). 

2. Hutang puasa orang yang meninggal boleh dibayar walinya 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ

Dari Aisyah radhiyallahu anha; Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Siapa yang meninggal, sedangkan ia masih memiliki hutang puasa, maka yang membayarnya adalah walinya. (H.R. Bukhari no. 1952 dan Muslim no. 2784).

3. Melunasi (hutang) kepada Allah lebih berhak untuk dipenuhi 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ إِنَّ أُخْتِيْ قَدْ نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ وَإِنَّهَا مَاتَتْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ عَلَيْهَا دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَاقْضِ اللهَ فَهُوَ أَحَقُّ بِالْقَضَاءِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu mengatakan; Seorang laki-laki mendatangi Nabi Shallallahu alaihi Wasallam dan berujar; Saudariku bernadzar untuk menunaikan haji, namun terburu meninggal. Maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bertanya: Kalaulah dia mempunyai hutang, apakah kamu berkewajiban melunasinya? Iya, jawabnya. Nabi Shallallahu alaihi Wasallam melanjutkan: Maka Lunasilah (hutang) kepada Allah, karena ia lebih berhak untuk dipenuhi. (H.R. Bukhari no. 6699).

4. Akan diberi kehancuran Allah 

ن أخَذَ أمْوالَ النَّاسِ يُرِيدُ أداءَها أدَّى اللَّهُ عنْه، ومَن أخَذَ يُرِيدُ إتْلافَها أتْلَفَهُ اللَّهُ

“Orang yang mengambil harta orang lain (berhutang), dengan niat untuk melunasinya kelak, maka Allah akan menolong dia untuk melunasinya. Adapun orang yang mengambil harta orang lain dengan niat tidak akan melunasinya, maka Allah akan hancurkan dia” (HR. Bukhari no. 2387).

5. Termasuk dosa besar adalah orang mati masih mempunyai hutang 

أَبِى مُوْسَى اَلْأَشْعَرِىَّ يَقُوُلُ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ رَسُوٍلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الذُّنُوْبِ عِنْدَ اللهِ أَنْ يَلْقَاهُ بِهَا عَبْدٌ - بَعْدَ الْكَبَائِرِ الَّتِى نَهَى اللهُ عَنْهَا - أَنْ يَمُوْتَ رَجُلٌ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ لاَ يَدَعُ لَهُ قَضَاءً

Abu Musa Al-Asy'ari berkata dari ayahnya, dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya dosa terbesar di sisi Allah yang akan dibawa seorang hamba bertemu dengan-Nya setelah dosa-dosa besar yang telah Allah larang adalah seseorang meninggal dalam keadaan menanggung hutang yang tidak mampu ia lunasi. (H.R. Abu Daud no. 3344).

6. Nabi pernah menolak menshalati jenazah yang punya hutang 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْمَيِّتِ عَلَيْهِ الدَّيْنُ فَيَسْأَلُ هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ. فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ وَإِلاَّ قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ. فَلَمَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ الْفُتُوحَ قَالَ أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ تُوُفِّىَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَهُوَ لِوَرَثَتِهِ.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam didatangkan seorang laki-laki yang meninggal yang hutangnya belum dibayar. Lalu beliau bertanya : Apakah ia meninggalkan seorang yang bisa melunasi hutangnya? Jika ada yang bisa menanggung dan melunasinya, maka beliau menshalati jenazahnya, dan jika tidak ada, beliau bersanda : Shalatilah jenazah teman kalian. Ketika Allah telah membuka berbagai kemenangan (dalam banyak perang) bagi Rasulullah, beliau bersabda : Aku lebih dekat dengan orang-orang beriman dari pada diri mereka sendiri. Maka berang siapa yang meninggal dan mempunyai hutang belum terbayar, maka kewajibankulah yang melunasinya. Dan barang siapa yang meninggalkan harta, maka itu adalah untuk ahli warisnya. (H.R. Muslim no. 4242).

7. Menunda pembayaran hutang bagi orang kaya adalah kedhaliman 

أَبَا هُرَيْرَةَ  رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَطْلُ الْغَنِىِّ ظُلْمٌ

Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Menunda pembayaran hutang bagi orang kaya adalah kezhaliman. (H.R. Bukhari no. 2400).

8. Orang yang berhutang punya niat membayar maka Allah membantunya 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيْدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu. (H.R. Bukhari no. 2387).

9. Anjuran memberikan kelebihan bila membayar hutang 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ  قَالَ مِسْعَرٌ أُرَاهُ قَالَ ضُحًى فَقَالَ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ. وَكَانَ لِى عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى

Dari Jabir bin Abdullah berkata: Aku menemui Nabi Shallallahu alaihi Wasallam saat beliau berada di masjid. Mis'ar berkata: Aku menduga dia berkata, saat waktu dhuha. Berkata, Jabir bin Abdullah: Beliau mengerjakan shalat dua rakaat. Ketika itu Beliau mempunyai hutang kepadaku. Maka Beliau membayarnya dan memberi tambahan kepadaku. (H.R. Bukhari no. 443).

10. Mendapat naungan Allah karena menangguhkan pembayaran hutang bagi orang yang melarat 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang menangguhkan pembayaran hutang bagi orang yang melarat atau membebaskannya maka Allah akan memberikan naungan kepadanya pada hari kiamat di bawah naungan Arsy-Nya yang pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.  (H.R. Tirmidzi no. 1354, Muslim no. 7704).

11. Dosa bagi orang yang mati sahid akan diampuni kecuali hutang 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ

Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Seluruh dosa bagi orang yang mati sahid akan diampuni kecuali hutang. (H.R. Muslim no. 4991).

12. Rasulullah Menggadaikan Baju Besi ke Orang Yahudi 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتِ اشْتَرَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِىٍّ طَعَامًا بِنَسِيْئَةٍ، وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ

Dari Aisyah radhiyallahu anhu berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam membeli makanan dari orang Yahudi secara angsuran (pembayaran dihutang) dan beliau juga menggadaikan baju besi kepadanya. (H.R. Bukhari no. 2096, Muslim no. 4198).

13. Transaksi Jual Beli dengan Hutang 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُ أَنْ يُجَهِّزَ جَيْشًا قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو وَلَيْسَ عِنْدَنَا ظَهْرٌ  قَالَ فَأَمَرَهُ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبْتَاعَ ظَهْرًا إِلَى خُرُوْجِ الْمُصَدِّقِ فَابْتَاعَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو الْبَعِيْرَ بِالْبَعِيْرَيْنِ وَبِالأَبْعِرَةِ إِلَى خُرُوْجِ الْمُصَدِّقِ بِأَمْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam memerintahkannya untuk mempersiapkan suatu pasukan. Abdullah bin Amr bin Ash berkata : Sedangkan kita tidak memiliki tunggangan, maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam memerintahkannya untuk membeli tunggangan dengan pembayaran ditunda hingga datang saatnya penarikan zakat. Maka Abdullah bin Amr bin Ash dengan mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam membeli setiap ekor onta dengan harga dua ekor onta yang akan dibayarkan ketika telah tiba saatnya penarikan zakat. (H.R. Daruquthni no. 3096).

14. Hadits keutamaan seseorang memberi pinjaman 

عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهِ تَجَاوَزُوْا عَنْهُ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا فَتَجَاوَزَ اللهُ عَنْهُ

Dari Ubaidullah bin Abdullah bahwa dia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Ada seorang pedagang yang memberi pinjaman kepada manusia sehingga jika ia melihat mereka dalam kesulitan dia berkata, kepada para pembantunya: Berilah dia tempo hingga mendapatkan kemudahan semoga Allah memudahkan urusan kita. Maka kemudian Allah memudahkan urusan pedagang tersebut. (H.R. Bukhari no. 2078).

15. Hadits keutamaan menangguhkan pembayaran hutang bagi orang yang melarat 

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ مِثْلَيْهِ صَدَقَةٌ. قَالَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَدَقَةٌ قَبْلَ أَنْ يَحِلَّ الدَّيْنُ فَإِذَا حَلَّ الدَّيْنُ فَأَنْظَرَهُ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ مِثْلَيْهِ صَدَقَةٌ

Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang menangguhkan pembayaran hutang bagi orang yang melarat maka pada tiap hari akan mendapat pahala sedekah  sebanyak hutangnya sebelum waktu pembayaran tiba. Namun bila waktu pembayaran telah tiba, dan masih ditangguhkan lagi waktunya maka akan mendapat pahala sedekah dua kali dari banyaknya hutang tersebut untuk setiap harinya. (H.R. Ahmad no. 23748).

16. Hadits keutamaan memberi keringanan kepada orang yang berhutang 

عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ  مَاتَ رَجُلٌ ، فَقِيْلَ لَهُ قَالَ كُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ ، فَأَتَجَوَّزُ عَنِ الْمُوْسِرِ، وَأُخَفِّفُ عَنِ الْمُعْسِرِ ، فَغُفِرَ لَهُ

Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Ada seorang yang mati lalu ia ditanya, dan menjawab; Aku pernah berjual beli dengan banyak orang, aku menagih orang-orang yang dalam kelonggaran saja, dan meringankan siapa yang sedang kesulitan. Maka orang itu diampuni dosanya. (H.R. Bukhari no. 2391).

17. Hutang meneror diri sendiri  

 لا تُخِيفوا أنفُسَكم بعْدَ أَمْنِها. قالوا: وما ذاكَ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الدَّيْنُ

‘Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Itulah hutang!’ (HR. Ahmad [4/146].

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Kamis, 11 Januari 2024 M / 28 Jumadil Akhir 1445 H.

Segera Lunasi Hutang Jika Mempunyai Hutang Kepada Orang Lain 

Rasulullah ﷺ  bersabda:

أيما رجلٍ تديَّنَ دَيْنًا ، و هو مجمِعٌ أن لا يُوفِّيَه إياه لقي اللهَ سارقًا

“Siapa saja yang berhutang dan ia tidak bersungguh-sungguh untuk melunasinya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuri” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5561).

Rasulullah ﷺ  juga bersabda:

من مات وعليه دَينٌ ، فليس ثم دينارٌ ولا درهمٌ ، ولكنها الحسناتُ والسيئاتُ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih punya hutang, maka kelak (di hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham untuk melunasinya namun yang ada hanyalah kebaikan atau keburukan (untuk melunasinya)” (HR. Ibnu Majah no. 2414).

Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :

1. Bagi penghutang, wajib berusaha bersegera melunasi sebisa mungkin. Semoga yang masih berhutang, Allah ﷻ berikan kemudahan untuk segera melunasi. Aamiin

2. Mungkin ada orang yang punya hutang pada orang lain, ketika ia punya uang untuk membayar dan mampu, ia tidak segera melunasinya. Ia malah sibuk membeli kebutuhan tersier/mewah bahkan pamer. Ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Agama islam menekankan bahwa yang namanya hutang itu adalah darurat. Tidak bermudah-mudah berhutang dan hanya dilakukan di saat sangat dibutuhkan saja. Jika sudah mampu membayar, maka segera bayar. Jika sengaja memunda membayar hutang padahal mampu ini adalah kedzaliman.

Nabi ﷺ  bersabda,

 ﻣَﻄْﻞُ ﺍﻟْﻐَﻨِﻰِّ ﻇُﻠْﻢٌ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃُﺗْﺒِﻊَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻠِﻰٍّ ﻓَﻠْﻴَﺘْﺒَﻊْ ‏

“Penundaan (pembayaran hutang dari) seorang yang kaya adalah sebuah kelaliman, maka jika salah seorang dari kalian dipindahkan kepada seorang yang kaya maka ikutilah.”[HR. Bukhari].

3. Tentu kita sangat tidak senang dengan ketidakpastian, apalagi urusannya adalah di akhirat nanti yaitu antara surga atau neraka. Rasulullah ﷺ  bersabda,

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

“Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu dilunaskannya.”[HR.. Tirmidzi].

Syaikh Abul ‘Ala Al-Mubarfkafuri rahimahullah menjelaskan hadits ini,

قال السيوطي أي محبوسة عن مقامها الكريم وقال العراقي أي أمرها موقوف لا حكم لها بنجاة ولا هلاك حتى ينظر هل يقضى ما عليها من الدين أم لا انتهى

“Berkata As Suyuthi, yaitu  orang tersebut tertahan untuk mencapai tempatnya yang mulia. Sementara Imam Al ‘Iraqi mengatakan urusan orang tersebut terhenti (tidak diapa-apakan), sehingga tidak bisa dihukumi sebagai orang yang selamat atau binasa, sampai ada kejelasan nasib hutangnya itu sudah dibayar atau belum.”

Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an:

1. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ

“Jika orang yang berhutang kesulitan, maka berilah kelonggaran hingga ia mudah” (QS. Al Baqarah: 280).

2. Allah Ta’ala berfirman,

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatansekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 1-8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.