Senin, 15 Januari 2024

MAKSIAT LISAN YANG DIKECAM MENURUT AJARAN ISLAM

Edisi Senin, 15 Januari 2024 M / 3 Rajab 1445 H.

Islam sangat menaruh perhatian pada aktivitas lisan agar setiap Muslim tidak binasa hanya karena lisannya yang tidak dijaga. Segala sesuatu yang diucapkan oleh lisan, maka menjadi tanggung jawab orang tersebut.

 مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ  

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS Qaf ayat 18). 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

 وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ 

"Seorang hamba berbicara satu kalimat dari yang dibenci Allah,  bisa membuatnya tergelincir ke dalam neraka Jahanam." (HR Bukhari). 

Islam memberikan rambu-rambu mengenai berbagai hal yang dilarang diucapkan oleh setiap Muslim. Dan, berikut ini adalah 17 jenis ucapan lisan yang dapat membinasakan setiap Muslim: 

1. Membicarakan sesuatu yang bukan menjadi urusannya  

Ini menjadi salah satu hal yang membinasakan seorang Muslim jika dilakukan. Seorang Muslim sangat mungkin membicarakan sesuatu yang sebetulnya tidak menjadi urusannya. Atau mencari informasi yang sebetulnya tidak penting. Termasuk membuang-buang waktu dengan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Karena itu, ketika seorang Muslim diam terhadap hal tersebut, ia terhindar dari dosa. Setiap Muslim harus berhati-hati dalam menjaga lisannya dari pembicaraan yang tidak berguna, dan membiasakan diri berdiam dari hal-hal yang tidak menyangkut dirinya. 

إنَّ من حُسْنِ إسلامِ المرءِ تَركَهُ ما لا يَعْنِيهِ 

"Sesungguhnya di antara kebaikan seorang Muslim itu ialah meninggalkan apa yang tidak menjadi urusannya." (HR Tirmidzi). 

2. Mengutuk 

Mengeluarkan kata-kata yang mengutuk atau melaknat berarti menjauhkan diri dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena itu, tidak boleh menggunakan kata-kata laknat pada apa pun, baik itu kepada manusia, binatang, benda mati, suatu kelompok atau orang tertentu. Sebab, semuanya itu tercela dan dilarang. 

Seorang Muslim tidak boleh membiasakan lisannya mengucapkan kata-kata yang mengutuk. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

ليس المؤمنُ بطعَّانٍ ولا بلعَّانٍ 

"Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berperangai buruk, dan mengeluarkan ucapan yang kotor." (HR Tirmidzi). 

3. Melebih-lebihkan atau mengulang perkataan 

Islam mengajarkan untuk tidak mengucapkan kata-kata secara berlebihan, termasuk mengulang-ulang perkataan tanpa ada manfaat. Seorang Muslim diharuskan untuk menjaga lisan agar tidak berbicara dengan meluap-luap. Maka, hendaknya bicara secukupnya sesuai yang dibutuhkan. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : 

طُوبَى لِمَنْ أَمْسَكَ الْفَضْلَ مِنْ لِسَانِهِ، وَأَنْفَقَ الْفَضْلَ مِنْ مَالِهِ 

"Beruntunglah mereka yang mampu menahan lidahnya dari berbicara yang melebihi porsinya dan mau membelanjakan kelebihan dari harta yang dimilikinya di jalan Allah.” (HR Tirmidzi).

4. Membicarakan kebatilan 

Seorang Muslim hendaknya tidak membicarakan kebatilan, seperti masalah wanita, berbagai bentuk maksiat, dan kezaliman yang dilakukan pemimpin. Termasuk juga membicarakan tentang kepalsuan, bidah, dan doktrin agama yang rusak. Semua ini bersumber dari rusaknya lisan seseorang sehingga harus dijauhi seorang Muslim. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:  

إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ خَطَايَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ خَوْضًا فِي الْبَاطِلِ 

"Manusia yang paling besar dosanya di Hari Kiamat adalah orang yang paling banyak berbicara hal yang batil." (HR Al Iraqi). 

5. Ghibah 

Ghibah adalah menyebut-nyebut kesalahan seseorang saat orang yang dibicarakannya itu tidak ada. Pelaku ghibah menyalah-nyalahkan orang yang dibicarakannya, baik pada sisi akhlaknya, fisiknya, keturunannya, perbuatannya, perkataannya, agamanya, atau sesuatu yang tidak disukainya. Walaupun yang dibicarakannya benar, tetap itu termasuk ghibah.

Ghibah juga bisa artikan sebagai perbuatan di mana ada seseorang atau lebih yang berbicara di belakang orang yang sedang dibicarakan. Bentuknya bisa berupa tindakan, sindiran, senyum tersembunyi, atau saling memandang. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi peringatan terkait perbuatan ghibah melalui Surat al Hujuraat ayat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

6. Adu domba (namimah) 

Adu domba adalah percakapan di antara orang-orang di mana satu pihak mengungkapkan sesuatu yang dibencinya atau kabar yang didapatkan dari orang lain, termasuk membocorkan rahasia.

Bedanya adu domba dengan dengan ghibah adalah motif adu domba, yaitu untuk berbuat jahat kepada orang yang dibicarakan atau untuk menggali kebohongan dan omong kosong. Semua itu dilarang dalam Islam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memperingatkan: 

لا يَدخلُ الجنّةَ نَمَّامٌ 

"Tidak akan masuk surga orang-orang yang melakukan namimah atau adu domba." (HR. Muslim). 

7. Berdebat 

Maksud berdebat di sini adalah merasa keberatan atas suatu pernyataan lalu keberatan tersebut disampaikan hingga menimbulkan perdebatan atau kontroversi. Seorang Muslim harus meninggalkan perdebatan. Jika memang apa yang disampaikan orang lain itu benar, harus memercayainya. Namun, jika apa yang disampaikan tersebut tidak benar dan tidak berkaitan dengan masalah agama, harus diam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:  

لاَ تُمَارِ أَخَاكَ وَلاَ تُمَازِحْهُ وَلاَ تَعِدْهُ موعدًا فتُخلِفَه 

"Janganlah kamu mendebat saudaramu, janganlah kamu bercanda dengannya (dengan canda yang dapat menyinggungnya), dan janganlah kamu menjanjikannya suatu janji lalu kamu mengingkarinya." (HR Tirmidzi). 

8. Adu mulut 

Maksudnya adu mulut di sini adalah bertengkar melalui kata-kata yang menyakiti orang lain dengan tujuan menghancurkan lawannya. Semua ini adalah bahaya lisan yang harus dihindari. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :  

إنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا يُرَى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِمَنْ أَلانَ الْكَلامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ 

"Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata lembut, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur." (HR Tirmidzi). 

9. Terlalu banyak bicara 

Seorang Muslim tidak boleh banyak bicara apalagi dengan kata-kata yang kasar. Saat bicara, seorang Muslim harus menyampaikan idenya tanpa melebih-lebihkan dan menghindari kata-kata yang tidak perlu sehingga tidak terjerumus dalam kemunafikan. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : 

إنَّ مِن أبغضَكِم إليَّ وأبعدَكُم منِّي يومَ القيامةِ الثَّرثارونَ والمُتشدِّقونَ والمُتفيهِقونَ 

"Orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada Hari Kiamat adalah ats-tsartsarun (orang yang banyak bicara secara dibuat-buat hingga keluar dari kebenaran), al-mutasyaddiqun (orang yang memperpanjang pembicaraan sampai memperolok manusia) dan al-mutafaihiqun (orang yang memperpanjang bicaranya dengan kesombongan)." (HR Tirmidzi). 

10. Mengeluarkan kata-kata yang melecehkan 

Tidak boleh bagi seorang Muslim mengeluarkan kata-kata yang bersifat melecehkan atau cabul yang dimaksudkan untuk mengungkapkan hal-hal yang buruk secara gamblang. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْفُحْشَ وَالتَّفَحُّشَ لَيْسَا مِنَ الإِسْلامِ فِي شَيْءٍ، وَإِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ إِسْلامًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا 

"Sesungguhnya berkata melecehkan atau melakukan pelecehan bukanlah dari ajaran Islam dan sesungguhnya sebaik-baik Islamnya seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Ahmad). 

11. Berlidah dua 

Kita mengenalnya dengan istilah bermuka dua. Orang yang melakukan ini ialah orang yang menunjukkan persetujuan atau dukungan kepada dua pihak yang berselisih. Jika bertemu salah satu pihak, ia akan mendukung pihak tersebut dan menjelekkan pihak yang lain. Sifat ini tanda kemunafikan dan mengandung gosip. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

تجدون شرَّ الناسِ يومَ القيامةِ عندَ اللهِ ذا الوجهينِ: الذي يأتي هؤلاءِ بوجْهٍ، ويأتي هؤلاءِ بوجْهٍ 

"Kalian akan menemukan bahwa seburuk-buruk orang pada Hari Kiamat di sisi Allah adalah orang yang bermuka dua...." (HR.Bukhari). 

12. Nyanyian dan syair 

Beberapa nyanyian dan syair harus dihindari setiap Muslim. Di antaranya yang melebih-lebihkan pujian agar tidak terjatuh pada dusta. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَأنْ يمتلئَ جوفُ أحدِكم قيحًا حتَّى يَرِيَه خيرٌ له مِن أنْ يمتلئَ شِعرًا 

"Bila perut salah seorang dari kalian dipenuhi dengan nanah yang merusaknya, itu lebih baik daripada dipenuhi syair (yang membuatnya terlena)." (HR Ibnu Hibban). 

13. Mengejek 

Seorang Muslim diperingatkan untuk tidak mengejek seseorang, misalnya dengan menyebut kekurangan yang dimilikinya dengan maksud menertawakan atau meremehkan. Ejekan ini bisa dalam bentuk senyuman kecil, atau tertawa terbahak-bahak. Jika orang yang diejeknya tidak ada, menjadi ghibah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun memperingatkan kita melalui Surah al Hujurat Ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

14. Memuji 

Islam mengajarkan untuk tidak memberikan pujian pada tempat yang salah, dan tidak dibolehkan memberi pujian secara berlebihan karena bisa menyebabkan orang berdusta akibat pujiannya itu. Sikap tersebut juga dapat menyebabkan seseorang terjerumus pada kemunafikan jika pujian itu membawa kebahagiaan di hati orang yang tidak memerintah dengan adil dan tidak bermoral.

Dari Abu Bakrah bahwa seorang laki-laki di sisi Nabi Shallallahu alaihi wasallam lalu seseorang memuji kebaikannya dan kemudian Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

إن كان أحدُكم مادِحًا لا مَحالةً فلْيقلْ: أَحسَبُ كذا وكذا، إن كان يَرى أنه كذلك، واللهُ حَسيبُه، ولا يُزَكِّي على اللهِ أحدًا

"Sekiranya salah seorang di antara kalian harus memuji orang lain tanpa batasan, maka hendaknya dia mengucapkan, 'Saya mengira ini dan itu yang akan menilai adalah Allah, dan seseorang tidaklah mensucikan orang lain mendahului Allah."

(HR.Bukhari). 

15. Membocorkan rahasia 

Ini dilarang karena merupakan perbuatan pengkhianatan terhadap orang yang telah memercayakan rahasia tersebut pada orang lain. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

إذا حَدَّثَ الرجلُ الحديثَ ثم التَفَتَ فهي أمانةٌ  

"Apabila ada seseorang yang mengajak bicara dan sebelum berbicara dia nengok kanan-kiri terlebih dulu, maka itu rahasia, dan itu amanah." (HR Tirmidzi). 

16. Membuat janji palsu 

Janji palsu adalah perbuatan lisan yang membinasakan seorang Muslim dan ini perbuatan yang diharamkan. Janji adalah ditepati dan tidak boleh diingkari. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

ثلاثٌ من كنَّ فيه فهو منافقٌ إذا حدَّث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا اؤتُمن خان، 

"Tanda-tanda munafik ada tiga, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanat dia khianat." (HR.Bukhari dan Muslim). 

17. Berbohong dalam ucapan dan sumpah 

Perbuatan ini adalah salah satu perbuatan lisan yang paling besar dalam membinasakan seorang Muslim. Sebab, akibat perbuatan ini ialah membuat seseorang percaya pada dusta dan menyebabkan kebodohan sehingga menimbulkan kerugian. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

إياكم والكذبَ، فإنه مع الفجورِ، وهما في النارِ 

"Waspadalah terhadap dusta, karena itu termasuk maksiat dan keduanya (maksiat dan dusta) ada di neraka tempatnya." (HR Al-Wadi'i). 

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Senin, 15 Januari 2024 M / 3 Rajab 1445 H.

Maksiat Menghilangkan Kesempurnaan Iman 

قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وزاد في رواية: وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ أَبْصَارَهُمْ فِيهَا حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

Artinya : Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata : Nabi Shallallahu alaihi wasallam Bersabda : Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman, dan tidak akan minum khamr, di waktu minum jika ia sedang beriman, dan tidak akan mencuri, di waktu mencuri jika ia sedang beriman. Di lain riwayat : Dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas jika ia sedang beriman. (HR. Bukhari, Muslim).

Pelajaran yang terdapat didalam hadits : 

1- Hadits ini termasuk hadits yang diikhtilafkan maknanya oleh para ulama. Adapun pendapat yang shahih tentang makna hadits di atas adalah bahwa tidak ada seorangpun yang melakukan perbuatan maksiat di atas sedang ia berada dalam keimanan yang sempurna. 

2- Dengan kata lain, orang yang melakukan perbuatan maksiat di atas maka dia termasuk orang yang tidak sempurna imannya.

3- Secara lafdiyah hadits ini menunjukkan makna bahwa yang melakukan perbuatan maksiat di atas termasuk orang yang tidak beriman, tetapi yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah bukan hilangnya iman tetapi hilangnya kesempurnaan iman seseorang karena melakukan perbuatan maksiat di atas.

4- Adapun pendapat ulama yang lain, maksud dari hadits ini adalah bahwa orang yang melakukan perbuatan maksiat tadi dan menghalalkan maksiat tersebut serta dia mengetahui bahwa perbuatan itu haram, maka orang tersebut telah hilang imannya atau menjadi kafir.

5- Makna hadits ini adalah bahwa orang yang melakukan maksiat tersebut maka dia tidak layak disebut sebagai mu’min, tetapi ia lebih layak dicela sebagai pencuri, pezina, fasik dan lain-lain.

6- Terlepas dari perbedaan ulama dalam memaknai hadits di atas, inti dari hadits di atas adalah larangan bagi orang mu’min untuk melakukan maksiat zina, minum khamer dan mencuri karena perbuatan itu akan mengurangi kesempurnaan keimanan seseorang. Dengan demikian iman seseorang akan berkurang kesempurnaannya jika dia melakukan maksiat, dan akan bertambah kesempurnaannya jika melakukan ibadah.

7- Ijma'nya ahlil haq bahwa pezina, pencuri, pembunuh dan selain mereka dari orang-orang yang melakukan dosa besar selain syirik tidak menjadikan mereka kufur sebab hal itu, tetapi mereka masih dianggap beriman yang keimanannya berkurang. Jika mereka bertaubat maka hukumannya gugur, jika meninggal masih dalam keadaan belum taubat dari dosanya maka mereka dalam kehendak Allah, jika Allah ta'ala berkehendak mengampuni mereka maka Allah mesukkan ke syurga atau tidak, dan jika berkehendak maka Allah menyiksanya kemudian memasukkannya ke dalam syurga. Wallohu a'lam

Tema hadits yang berkaitan dengan Al quran : 

1- Para ulama sepakat bahwa orang yang melakukan dosa besar selain syirik tidak kafir, tetapi mereka adalah mu’min yang tidak sempurna imannya.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذلِكَ لِمَنْ يَشاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرى إِثْماً عَظِيماً

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

(QS. An Nisa:48).

2- Madzhab Jamaah Ahli Sunnah adalah ‘bahwa iman itu adalah perkataan dan perbuatan yang bisa bertambah dan berkurang’. Pendapat ini didasarkan kepada ayat-ayat Al Quran yang disampaikan oleh Imam Bukhari. 

هُوَ الَّذِي أَنزلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, (QS. Al Fath : 4).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.