Edisi Selasa, 2 Januari 2024 M / 19 Jumadil Akhir 1445 H.
Islam tak hanya mengatur hubungan kita dengan Allah, tetapi juga mengatur hubungan kita dengan sesama, bahkan dengan sesama makhluk. Tak terkecuali hubungan dengan tetangga. Di tengah masyarakat supersibuk dan heterogen, seperti di perkotaan sekarang ini, hak-hak tetangga kurang mendapat perhatian, terlebih jika seseorang tahu bahwa tetangganya non-Muslim.
Karena itu, perlu kiranya kita mengingat kembali apa saja hak dan kewajiban kita sebagai tetangga dalam kacamata agama kita. Seberapa besar perhatian agama kita dalam urusan bertetangga? Sejauh mana batasan tetangga kita? Dalam Mukasyafatul Qulub (Terbitan Darul Kitab al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Pertama, Tahun 2005/1426], halaman 301), Imam Al-Ghazali menguraikan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam bertetangga.
Disampaikannya, dasar penetapan hak bertetangga itu sendiri dapat kita simak, salah satunya, dalam hadits berikut ini, “Tetangga itu ada tiga: tetangga yang memiliki satu hak. Tetangga yang memiliki dua hak. Tetangga yang memiliki tiga hak. Tetangga yang memiliki tiga hak adalah tetangga Muslim sekaligus bersaudara, yaitu hak sesama Muslim, hak saudara, dan hak tetangga. Kemudian tetangga yang memiliki dua hak adalah tetangga Muslim, yaitu hak sesama Muslim dan hak tetangga. Sedangkan hak yang memiliki satu hak adalah tetangga yang musyrik,” (HR At-Thabrani).
Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang membicarakan tentang tetangga :
1. Perintah Menghormati Tetangga
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya. (H.R. Bukhori no. 6019 dan Muslim no. 182).
2. Larangan Mengganggu Tetangga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِى جَارَهُ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu tetangganya. (H.R Bukhari no. 5175, Muslim no 183).
3. Muslim Sejati Adalah Yang Baik Terhadap Tetangganya
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحَسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Hai Abu Hurairah jadilah orang yang wara' niscaya kamu akan menjadi manusia ahli ibadah, jadilah orang yang qana'ah (menerima apa adanya) niscaya kamu akan menjadi orang yang rajin bersyukur, cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri niscaya kamu akan menjadi orang mukmin sejati, bersikaplah yang baik terhadap tetangga niscaya kamu akan menjadi muslim sejati, dan sedikitlah tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati. (H.R. Ibnu Majah no. 4357, Abu Ya'la no. 5865).
4. Laknat Bagi Tetangga Yang Berbuat Dzalim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَكَا إِلَيْهِ جَارًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ : اِصْبِرْ، ثُمَّ قَالَ لَهُ فِي الرَّابِعَةِ أَوِ الثَّالِثَةِ : اِطْرَحْ مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيْقِ، قَالَ : فَجَعَلَ النَّاسُ يَمُرُّوْنَ عَلَيْهِ فَيَقُوْلُوْنَ : مَا لَكَ ؟ قَالَ : آذَاهُ جَارُهُ، فَجَعَلُوْا يَقُوْلُوْنَ : لَعَنَهُ اللهُ، فَجَاءَ جَارُهُ، فَقَالَ : تَرُدُّ مَتَاعَكَ وَلَا أُوْذِيْكَ أَبَدًا
Dari Abu Hurairah ia berkata : Ada seseorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu alaihi Wassalam dan mengaduh kepada beliau tentang (kedzaliman yang dilakukan) tetangganya. Lalu Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda sampai tiga kali : Bersabarlah. Kemudian beliau mengatakan kepadanya pada yang keempat atau yang ketiga : Letakkan semua isi rumahmu di jalan, ia berkata : Setiap orang yang melewati orang ini, mereka bertanya : Apa yang terjadi denganmu (sampai kamu mengeluarkan isi rumahmu)? Dia menjawab : Tetanggaku menggangguku. (Mendengar jawaban ini) maka setiap orang yang melewatinya mengucapkan : Semoga Allah melaknatnya. Sampai akhirnya tetangga pengganggu itu datang, ia mengiba : Masukkan kembali barangmu, dan saya tidak akan mengganggumu selamanya. (H.R. Abu Ya'la no. 6630, Ibnu Hibban no. 378).
5. Anjuran Berbuat Baik Kepada Tetangga
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوْصِيْنِى جِبْرِيْلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Dari Aisyah radhiyallahu anha, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Tidak henti-hentinya Jibril berpesan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira bahwa tetangga akan ditetapkan menjadi ahli warisnya. (H.R. Bukhari no. 6014, Muslim no. 6854).
6. Perintah Mencintai Tetangga Seperti Mencintai Dirinya Sendiri
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ - أَوْ قَالَ لِأَخِيْهِ - مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Anas, dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Demi Dzat yang aku dalam genggamannya, belum beriman (dengan sempurna) seseorang hamba hingga ia mencintai tetangganya - atau beliau mengatakan saudaranya - seperti ia mencintai dirinya sendiri. (H.R. Muslim no. 180).
7. Tidak Mengganggu Tetangga Dapat Masuk Surga
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلَانَةَ تَصُوْمُ النَّهَارَ وَتَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتُؤْذِي جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا فَقَالَ لَا خَيْرَ فِيْهَا هِيَ فِي النَّارِ قِيْلَ : فَإِنَّ فُلَانَةَ تُصَلِّي الْمَكْتُوْبَةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتَتَصَدَّقُ بِأَثْوَارٍ مِنْ أَقْطِ وَلَا تُؤْذِي أَحَدًا بِلِسَانِهَا قَالَ هِيَ فِي الْجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, ditanyakan kepada Nabi Shallallahu alaihi Wassalam : Sesungguhnya si Fulanah sering berpuasa di siang hari dan melaksanakan shalat di malam hari, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya. Maka Beliau bersabda : Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penghuni neraka. Ditanyakan lagi : (Terdapat wanita lain) dia hanya melakukan shalat wajib, puasa di bulan Ramadhan dan bersedekah dengan gandum, tapi dia tidak pernah mengganggu seseorang dengan lisannya. Beliau bersabda : Dia adalah penghuni surga. (Al-Mustadrak 'alash shahihaini lil Hakim no. 7413).
8. Ancaman Bagi Pengganggu Tetangga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya. (H.R. Muslim no.181).
9. Tetangga Yang Shalih Membuat Kita Bahagia
عَنْ نَافِعِ بْنِ عَبْدِ الْحَارِثِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ الْجَارُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الْهَنِىءُ وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ
Dari Nafi' bin Abdul Harits ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Di antara kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang shalih, kendaraan yang nyaman dan tempat tinggal yang luas. (H.R. Ahmad no. 15767).
10. Berlindung Kepada Allah Dari Tetangga Yang Jelek
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ اَللهم إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامَةِ فَإِنَّ جَارَ الْبَادِي يَتَحَوَّلَ
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jelek di akhirat, karena sesungguhnya tetangga di dunia akan senantiasa berubah-rubah (bisa pindah tempat). (H.R. Ibnu Hibban no. 307, Al-Mustadrak 'alash shahihaini lil Hakim no. 1906).
11. Tidak Ada Istilah Sedikit Dalam Mengganggu Tetangga
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا قَلِيْلَ مِنْ أَذَى الْجَارِ.
Dari Umu Salamah ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Tidak ada istilah sedikit dalam mengganggu tetangga. (Al-Mu'jam Al-Kabir Lil Thabrani no. 19042).
12. Anjuran Memberi Makanan ke Tetangga
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيْرَانَكَ
Dari Abu Dzar ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Wahai Abu Dzar, apabila engkau membuat suatu makanan maka perbanyaklah kuahnya, kemudian undanglah (bagikan kepada) tetanggamu (H.R. Muslim no. 6755).
13. Jangan Meremehkan Pemberian Tetangga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Wahai para wanita muslimah, janganlah satu tetangga meremehkan pemberian tetangga yang lainnya, meskipun kaki kambing (yang tak berdaging). (H.R. Bukhari no. 2566, Muslim no. 2426).
14. Memberi Hadiah Kepada Tetangga Yang Dekat Pintunya
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ لِى جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِى قَالَ إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai dua tetangga, kepada siapakah aku akan memberi hadiah? Beliau bersabda : Ke rumah yang paling dekat pintunya denganmu. (H.R. Bukhari no. 2259).
15. Tetangga Mengatakan Baik Maka kita Temasuk Orang Baik
عَنْ كُلْثُومٍ الْخُزَاعِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ لِى أَنْ أَعْلَمَ إِذَا أَحْسَنْتُ أَنِّى قَدْ أَحْسَنْتُ وَإِذَا أَسَأْتُ أَنِّى قَدْ أَسَأْتُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ جِيْرَانُكَ إِنَّكَ قَدْ أَحْسَنْتَ فَقَدْ أَحْسَنْتَ وَإِذَا قَالُوْا إِنَّكَ قَدْ أَسَأْتَ فَقَدْ أَسَأْتَ
Dari Kultsum Al-Khuza'i ia berkata : Telah datang kepada Nabi saw lalu ia bertanya : Wahai Rasulullah bagaimana aku bisa mengetahui apakah aku orang baik atau orang yang tidak baik. maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Jika tetanggamu mengatakan kamu orang baik maka berarti kamu orang baik, sementara jika mereka berkata engkau orang tidak baik maka berarti kamu orang tidak baik. (H.R. Ibnu Majah no. 3462, Baihaqi no. 20898).
16. Tetangga Lebih Berhak Ditawari Lebih Dahulu Bila Menjual Rumah
عَنْ عَمْرِو بْنِ الشَّرِيْدِ أَنَّ أَبَا رَافِعٍ سَاوَمَ سَعْدَ بْنَ مَالِكٍ بَيْتًا بِأَرْبَعِمِائَةِ مِثْقَالٍ وَقَالَ لَوْلاَ أَنِّى سَمِعْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اَلْجَارُ أَحَقُّ بِصَقَبِهِ . مَا أَعْطَيْتُكَ
Dari Amru bin Syarid, bahwasanya Abu Rafi' pernah mengajukan penawaran rumah keada Sa'd bin Malik seharga empat ratus mitsqal, dan ia mengatakan : Kalaulah aku tidak mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Tetangga lebih berhak teradap dindingnya. niscaya tidak aku berikan kepadamu. (H.R. Bukhari no.6971).
17. Hak-hak tetangga
أَتَدْرُونَ مَا حَقُّ الْجَارِ؟ إِنِ اسْتَعَانَكَ أَعَنْتَهُ، وَإِنِ اسْتَقْرَضَكَ أَقْرَضْتَهُ، وَإِنِ افْتَقَرَ عُدْتَ عَلَيْهِ، وَإِنْ مَرِضَ عُدْتَهُ، وَإِنْ مَاتَ شَهِدْتَ جَنَازَتَهُ، وَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ هَنَّأْتَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ عَزَّيْتَهُ، وَلَا تَسْتَطِيلَ عَلَيْهِ بِالْبِنَاءِ، فَتَحْجُبَ عَنْهُ الرِّيحَ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَإِذَا شَرَيْتَ فَاكِهَةً فَاهْدِ لَهُ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَأَدْخِلْهَا سِرًّا، وَلَا يَخْرُجْ بِهَا وَلَدُكَ لِيَغِيظَ بِهَا وَلَدَهُ، وَلَا تُؤْذِهِ بِقِيثَارِ قَدْرِكَ إِلَّا أَنْ تَغْرِفَ لَهُ مِنْهَا أَتَدْرُونَ مَا حَقُّ الْجَارِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَبْلُغُ حَقُّ الْجَارِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ رَحِمَ اللهُ
Artinya, “Apakah kalian tahu hak tetangga? Jika tetanggamu meminta bantuan kepadamu, engkau harus menolongnya. Jika dia meminta pinjaman, engkau meminjaminya. Jika dia fakir, engkau memberinya. Jika dia sakit, engkau menjenguknya. Jika dia meninggal, engkau mengantar jenazahnya. Jika dia mendapat kebaikan, engkau menyampaikan selamat untuknya. Jika dia ditimpa kesulitan, engkau menghiburnya. Janganlah engkau meninggikan bangunanmu di atas bangunannya, hingga engkau menghalangi angin yang menghembus untuknya, kecuali atas izinnya. Jika engkau membeli buah, hadiahkanlah sebagian untuknya. Jika tidak melakukannya, maka simpanlah buah itu secara sembunyi-sembunyi. Janganlah anakmu membawa buah itu agar anaknya menjadi marah. Janganlah engkau menyakitinya dengan suara wajanmu kecuali engkau menciduk sebagian isi wajan itu untuknya. Apakah kalian tahu hak tetangga? Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, tidaklah hak tetangga sampai kecuali sedikit dari orang yang dirahmati Allah,” (HR At-Thabarani).
Semoga bermanfaat.....
ONE DAY ONE HADITS
Selasa, 2 Januari 2024 M / 19 Jumadil Akhir 1445 H.
Adab Dalam Bertetangga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari & Muslim).
Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :
Adab-adab yang perlu diperhatikan terhadap Tetangga antara lain :
Sabar Atas Perilaku Kurang Baik Mereka.
Ketika kita berinteraksi dengan manusia, pasti ada suatu kekurangan atau perlakuan yang kurang baik dari sebagian mereka kepada sebagian yang lainnya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Maka orang yang terzhalimi disunnahkan menahan marah dan memaafkan orang yang menzhaliminya. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. (QS. Asy-Syuura: 37).
Dan juga Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali ‘Imran:134).
Firman Allah “Dan orang-orang yang menahan amarahnya” yaitu apabila mereka diganggu oleh orang lain sehingga mereka marah dan hati mereka penuh dengan kekesalan yang mengharuskan mereka membalasnya dengan perkataan dan perbuatan, akan tetapi mereka tidak mengamalkan konsekuensi tabi’at manusia tersebut (tidak membalasnya). Bahkan mereka menahan amarah lalu bersabar dan tidak membalas orang yang berbuat jahat kepadanya. Wallahu musta’an.
Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an :
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا [النساء: 36]
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu dan bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.