Edisi Kamis, 18 April 2024 M / 9 Syawal 1445 H.
Islam telah memerintahkan untuk beradab dan beretika dalam berbicara. Yang paling utama dari semua itu adalah dengan memperbanyak berdzikir kepada Allah dan membaca al-Qur’an. Seperti juga Allah melarang untuk berbicara dusta dan ucapan yang sia-sia (tidak ada manfaatnya) serta membicarakan orang lain.
Posisi dan peran lisan sering dianalogikan sebagaimana pedang yang memiliki dua sisi. Jika digunakan dengan cara yang baik, maka pedang dapat memberikan manfaat dan perlindungan. Sebaliknya jika digunakan secara tidak bijak, maka pedang bisa saja melukai orang.
Karena itu, di dalam dunia tasawuf, irit berbicara adalah hal yang sangat istimewa dan dianjurkan. Banyak ulama sufi terkemuka yang menjelaskan secara rinci dan detail pentingnya menjaga lisan dan keutamaan memilih bersikap diam. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إن أكثر خطايا ابن آدم في لسانه
Artinya, “Sesungguhnya mayoritas kesalahan anak Adam berada pada lisannya.” (Abdurrauf Al-Munawi, Faidhul Qadîr Syarhul Jâmi’us shaghîr, [Dârul Kutub al-‘Alamiyah: 2000], juz II, halaman 543).
Maka agar tetap menjaga pergaulan agar tetap baik adalah selalu berbicara dengan perkataan yang baik, dan berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Hendaknya topik pembicaraan berkisar pada hal-hal yang baik dan bermanfaat. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berbicara dengan pembicaraan yang baik, kalau tidak (berbicara baik) lebih baik diam,” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Menghindarkan diri dari pembicaraan yang jelek dan tidak bermanfaat.
3. Tidak berbohong dalam perkataannya, tidak membicarakan ‘aib (kekurangan) orang lain atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik tentang diri seseorang.
4. Tidak mencela atau mengejek orang lain.
5. Menghindari perselisihan dan perdebatan, karena Rasulullah tidak menyukai adanya perdebatan meski dalam hal kebaikan. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Aku adalah pemimpin di rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan perselisihan walaupun dalam kebenaran.”
6. Tidak menyebarkan berita bohong.
7. Tidak menyebarkan gossip tentang orang lain.
8. Tidak bersifat sombong dan angkuh dalam berbicara.
9. Tidak boleh menguasai dan memonopoli pembicaraan dalam suatu forum.
10. Hendaknya memberikan kesempatan pada orang lain untuk berbicara.
11. Tidak boleh mengeraskan suara dalam percakapan, sehingga menimbulkan kegaduhan dan kebisingan.
12. Bila ingin meluruskan suatu kesalahan hendaknya dengan cara yang bijak, tidak menjatuhkan orang lain.
13. Menempatkan pembicaraan sesuai dengan situasi dan kondisi.
14. Berbicara dengan tenang, agar mudah dicerna dan dipahami oleh pendengar dan tidak mencampuradukkan satu pembicaraan dengan pembicaraan orang lain.
15. Tidak membanggakan diri dan menonjolkan kepandaian di hadapan lawan bicara.
16. Agar tidak berbicara tentang sesuatu yang tidak dimengerti.
17. Tidak terlalu banyak bicara, sehingga membuat bosan pendengar.
Semoga bermanfaat...
ONE DAY ONE HADITS
Kamis, 18 April 2024 M / 9 Syawal 1445 H.
Larangan Berbisik Antara Dua Orang Ketika Sedang Bertiga
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً, فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ, حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ; مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ ».
Hadits dari Ibnu Mas'ud radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara/berbisik bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dan lafalnya adalah terdapat dalam Shahih Muslim).
Pelajaran yang terdapat di dalam Hadits:
1- Hadits ini menunjukkan akan agungnya Islam. Bahwa Islam adalah agama yang sempurna mengatur segala hal sampai pada perkara-perkara yang mungkin dianggap sepele, seperti adab makan, adab minum, adab yang lain-lain termasuk diantaranya adab bergaul.
2- Disini lihat bagaimana Islam mengatur tatkala seorang sedang bertiga jangan sampai cuma dua orang berkumpul kemudian berbicara berbisik-bisik sementara yang ketiga ditinggalkan.
3- Apa sebabnya?, karena perbuatan ini bisa menjadikan orang yang ketiga bersedih.
4- Timbul kesedihan dalam dirinya, kenapa dia tidak diajak ngobrol. Dan Islam memperhatikan hal ini, Islam tidak ingin seorang menyedihkan saudaranya.
5- Juga bisa timbul dalam dirinya suuzhan, persangkaan-persangkaan yang buruk, mungkin mereka berdua sedang ghibahi saya, sedang ngerumpiin saya atau sedang menjelek-jelekkan saya.
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Qur'an:
.Timbul persangkaan-persangkaan yang syaithan terkadang mendiktekan kepada orang yang ketiga tersebut.
إِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ...
Sesungguhnya najwa (bisik-bisik) dari syaithan untuk menjadikan orang-orang yang beriman bersedih.
[QS. Al-Mujadalah:10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.