Edisi Kamis, 11 April 2024 M / 2 Syawal 1445 H
Kita baru saja melewati bulan Ramadhan, dan sekarang kita sudah berada di bulan Syawal, bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriyah. Nyaris tidak ada penyambutan terhadap datangnya bulan syawal. Berbeda dengan ketika menyambut Ramadhan, biasanya kita mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan! Tapi untuk bulan Syawal, tidak pernah kita mendengar orang mengucapkan Marhaban Ya Syawal!
Padahal, Syawal juga bulan istimewa dan memiliki keutamaan.
Bulan Syawal menandakan kemenangan bagi seluruh umat muslim, setelah menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Bulan Syawal juga merupakan salah satu bulan terbaik setelah Ramadhan, sehingga umat muslim dianjurkan untuk tidak mengendurkan amalan dan ibadahnya.
Selain sebagai bulan Kemenangan, Bulan Syawal juga memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan dengan berbagai amalan yang bisa dilakukan.
Inilah beberapa keistimewaan dan amalan di bulan Syawal:
1. Bulan kembali ke fitrah
Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya, setelah melakukan ibadah Ramadhan sebulan penuh. Paling tidak, tanggal 1 Syawal umat Islam “kembali makan pagi” dan diharamkan berpuasa pada hari itu.
Ketibaan Syawal membawa kemenangan bagi mereka yang berjaya menjalani ibadah puasa sepanjang Ramadhan. Ia merupakan lambang kemenangan umat Islam hasil dari “peperangan” menentang musuh dalam jiwa yang terbesar, yaitu hawa nafsu.
2. Bulan takbir
Tanggal 1 Syawal adalah Idul Fitri, seluruh umat Islam di berbagai belahan mengumandangkan takbir. Maka, bulan Syawal pun merupakan bulan dikumandangkannya takbir oleh seluruh umat Islam secara serentak, paling tidak satu malam, yakni begitu malam memasuki tanggal 1 Syawal alias malam takbiran, menjelang Shalat Idul Fitri.
Kumandang takbir merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Kemenangan yang diraih itu tidak akan tercapai, kecuali dengan pertolongan-Nya. Maka umat Islam pun memperbanyakkan dzikir, takbir, tahmid, dan tasbih. ”Dan agar kamu membesarkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas petunjuk yang Ia berikan kepada kamu, dan agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan” (QS. Al-Baqarah: 185).
3. Shalat Idul Fitri
Keistimewaan dan amalan berikutnya yakni melaksanakan shalat Idul Fitri, yaitu shalat yang dilakukan dua rakaat pada tanggal 1 Syawal.
Dalil dari hal ini adalah hadits dari Ummu 'Athiyah, beliau berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat 'ied (Idul Fitri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat." (HR. Muslim).
4. Bulan silaturahmi
Dibandingkan bulan-bulan lainnya, pada bulan inilah umat Islam sangat banyak melakukan amaliah silaturahmi, mulai mudik ke kampung halaman, saling bermaafan dengan teman atau tetangga, hala bihalal, kirim Wa/SMS , telepon, dan sebagainya. Betapa Syawal pun menjadi bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena umat Islam menguatkan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah.
5. Bulan ceria
Syawal adalah bulan penuh ceria. Di Indonesia bahkan identik dengan hal yang serba baru. Misalnya; baju baru, sepatu baru, perabot rumah tangga baru, dan lain-lain. Orang-orang bersuka cita, bersalaman, berpelukan, bertangis bahagia, mengucap syukur yang agung, meminta maaf, memaafkan yang bersalah.
Begitu banyak doa terlempar di udara. Begitu banyak cinta kasih saling diberikan antar seluruh umat manusia. Aura maaf tersebar di seluruh penjuru bumi, nuansa peleburan dosa, nuansa pencarian makna baru dalam hidup.
6. Pahala puasa satu tahun
Amaliah yang ditentukan Rasulullah Shallallallahu'alaihi wasallam pada bulan Syawal adalah puasa sunah selama enam hari, sebagai kelanjutan puasa Ramadhan.
“arangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh” (H.R Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
7. Bulan nikah
Syawal adalah bulan yang baik untuk menikah. Hal ini sekaligus mendobrak khurafat, yakni pemikiran dan tradisi jahiliyah yang tidak mau melakukan pernikahan pada bulan Syawal karena takut terjadi malapetaka. Budaya jahiliyah itu muncul disebabkan pada suatu tahun, tepatnya bulan Syawal, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan wabah penyakit, sehingga banyak orang mati termasuk beberapa pasangan pengantin. Maka sejak itu, kaum jahiliah tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal.
Khurafat itu didobrak oleh Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menunjukkan sendiri bahwa bulan Syawal baik untuk menikah. Siti Aisyah menegaskan: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menikahi saya pada bulan Syawal, berkumpul (membina rumah tangga) dengan saya pada bulan Syawal, maka siapakah dari isteri beliau yang lebih beruntung daripada saya?” Selain dengan Siti Aisyah, Rasul juga menikahi Ummu Salamah juga pada bulan Syawal. Menurut Imam An-Nawawi, hadits tersebut berisi anjuran menikah pada bulan Syawal. ‘Aisyah bermaksud, dengan ucapannya ini, untuk menolak tradisi jahiliah dan anggapan mereka bahwa menikah pada bulan Syawal tidak baik.
8. Bulan peningkatan kualitas ibadah
Inilah keistimewaan bulan Syawal yang paling utama. Syawal adalah bulan “peningkatan” kualitas dan kuantitas ibadah. Syawal sendiri, secara harfiyah, artinya “peningkatan”, yakni peningkatan ibadah sebagai hasil training selama bulan Ramadhan. Umat Islam diharapkan mampu meningkatkan amal kebaikannya pada bulan ini, bukannya malah menurun atau kembali ke “watak” semula yang jauh dari Islam. Na’udzubillah.
9. Itikaf di Bulan Syawal
Itikaf atau berdiam diri di masjid adalah salah satu amalan penting yang bisa dilakukan pada bulan Syawal. Itikaf di mesjid biasanya diisi dengan kegiatan-kegiatan seperti membaca al-quran, berdzikir, sholat wajib dan sunnah dan sebagainya. Itikaf sendiri merupakan upaya dari seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada tuhannya.
Itikaf biasanya dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Ramadhan. Kebanyakan itikaf dilakukan pada malam hari, dan benar-benar tidak disambi kegiatan lainnya kecuali makan dan ke kamar mandi. Namun apabila Anda tidak sempat melakukan itikaf pada akhir bulan Ramadan, Anda bisa menggantinya pada bulan Syawal.
10. Menjaga Shalat Malam/Tahajjud
Ketika bulan Ramadhan, umat muslim telah terbiasa melaksanakan ibadah wajib dan sunnah dengan tepat waktu dan hati yang ikhlas.
Salah satunya adalah salat malam. Hal ini tentu sebaiknya tidak berhenti sampai akhir Ramadhan saja. Justru dengan adanya bulan Ramadhan, kita dibiasakan untuk mengamalkan ibadah-ibadah yang sebelumnya susah untuk kita laksanakan di bulan-bulan lain.
11. Bersedekah di bulan Syawal
Amalan sunah selanjutnya yang bisa dilakukan di bulan Syawal adalah bersedekah. Selain mendapatkan pahala yang berlimpah, sedekah juga ternyata memiliki manfaat lain untuk diri kita.
Diketahui, sedekah mampu meningkatkan rasa empati seseorang, menghindarkan dari sifat kikir, melancarkan rezeki, melatih pikiran positif, dan meningkatkan rasa syukur. Tak hanya bermanfaat untuk kita, namun uang yang disedekahkan juga akan sangat bermanfaat bagi penerimanya.
12. Menjaga sholat berjamaah lima waktu
Jangan sampai di bulan Syawal kita justru lengah dan terlena. Khususnya saat harus mengerjakan sholat berjamaah lima waktu, termasuk shubuh.
Menunaikan sholat berjamaah lima waktu di masjid sangat diharuskan, terutama bagi kaum pria. Jangan sampai di bulan Syawal ini kita justru terlena dengan godaan duniawi.
13. Melanjutkan Tadarus Al Qur'an
Sebagai seorang muslim tentu jangan pernah melalaikan membaca Al Quran, karena banyak sekali manfaatnya. Bahkan, Al Quran adalah obat yang bisa menyembuhkan penyakit lahir dan batin.
Dalam Al Quran, Allah Ta'ala berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: "dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al Isra 82).
14. Berdzikir, Tafakur dan berbagi dengan Sesama
Amalan bulan syawal berikutnya adalah memperbanyak dzikir dan merenungi [bertafakkur] dengan hal yang positif supaya inspirasi serta keberkahan hidup bisa ditemukan. Selain itu, alangkah lebih baik jika berkorban tidak hanya dilakukan dengan harta, kekuasaan serta ilmu saja, namun juga berkorban kapan pun sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Selain silahturahmi, di bulan ini sangat baik untuk melakukan halal bi halal seperti dengan mengundang anak yatim dan juga fakir miskin lalu makan bersama serta digelar juga doa serta dzikir berjamaah sekaligus ceramah hidmat.
15. Membaca Shalawat
Kaum Muslim diperintahkan untuk banyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Selain sebagai refleksi atas kecintaan terhadap Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, membaca shawalat juga memohon keberkahan dan ampunan serta mengharap syafaat di hari akhir nanti.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (QS: Al Ahzab:56).
16. Puasa Ayyamul Bidh
Puasa sunnah Ayyamul Bidh adalah puasa yang bisa dilakukan di pertengahan bulan Hijriah.
Ibadah ini jatuh pada hari ke-13, 14, dan 15 hijriah tiap bulannya.
Disebut Puasa Ayyamul Bidh karena pada 3 hari itulah bulan bersinar terang, sehingga malam tampak putih bercahaya.
Dalil yang menjelaskan tentang anjuran Puasa Ayyamul Bidh:
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178).
17. Bulan pembuktian takwa
Inilah makna terpenting bulan Syawal. Setelah Ramadhan berlalu, pada bulan Syawal lah “pembuktian” berhasil-tidaknya ibadah Ramadhan, utamanya puasa, yang bertujuan meraih derajat takwa.
Jika tujuan itu tercapai, sudah tentu seorang Muslim menjadi lebih baik kehidupannya, lebih saleh perbuatannya, lebih dermawan, lebih bermanfaat bagi sesama, lebih khusyu’ ibadahnya, dan seterusnya. Paling tidak, semangat beribadah dan dakwah tidak menurun setelah Ramadhan. Aamiin Yaa Rabbal' Alamiin.
Semoga bermanfaat...
ONE DAY ONE HADITS
Kamis, 11 April 2024 M / 2 Syawal 1445 H.
Hikmah Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
عَنْ أَبِي أيوب الأَنْصَارِي رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ . (رواه مسلم)
Dari Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR.Muslim).
Pelajaran yang terdapat dalam Hadits:
1. Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56).
2. Puasa Syawal pahalanya seperti puasa setahun penuh. Sebagaimana hadits dari Tsauban, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا).
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR.Ibnu Majah).
3. Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa Ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa Syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465).
4. Puasa Syawal lebih utama dilakukan secara berurutan di awal bulan Syawal. Sebagaimana
Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa Syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa Syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa Syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal.
5. Namun juga apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa Syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466).
6. Bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ (tanggungan) puasa Ramadhan maka wajib terlebih dahulu untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi ﷺ mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.
7. Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal. karena kita kembali ke perkataan Nabi ﷺ tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100).
8. Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah.
9. Puasa sunnah ini boleh berniat di siang hari dan boleh membatalkan puasa ketika melakukan puasa sunnah.
Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah ﷺ pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen).?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah ﷺ mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.
Nabi ﷺ juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79).
10. Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal semoga amalan kita diterima, bermanfa'at dan barokah yang dimana pada hari itu tidak lagi bermanfa'at harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Aamiin.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam.
Tema Hadits yang berkaitan dengan Al-Qur'an :
Perintah menta'ati dan menteladani Rasulullah ﷺ ;
وَمَاۤ اٰتٰٮكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰٮكُمْ عَنْهُ فَا نْتَهُوْا ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ ۞
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah." (QS. Al-Hasyr 59:7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.