Rabu, 10 April 2024

HIKMAH BERSILATURAHMI DI MOMEN IEDUL FITRI

Edisi Rabu, 10 April 2024 M / 1 Syawal 1445 H.

Tradisi Idul Fitri di Indonesia pada umumnya adalah bersilaturahmi. Selama masa-masa awal bulan Syawal, banyak orang mudik ke kampung halaman untuk tetap menjaga silaturahmi dengan sanak kerabat dan tetangga kampung.  

Terlepas dari hal itu, bagaimana sebenarnya tradisi silaturahmi di hari raya ini perlu kita sikapi?

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mencatat dalam Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari bahwa ia mendapatkan sebuah riwayat lewat sanad Jubair bin Nufair, suatu ketika para sahabat Nabi saling berjumpa di hari raya. Mereka saling mendoakan satu sama lain dengan taqabbalallahu minna wa minkum.

Begitu pula Imam al-Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Watsilah bin Al-Asqa’, bahwa saat berjumpa dengan Nabi di hari raya, keduanya saling mendoakan dengan taqabbalallahu minna wa minka. Semoga Allah menerima ibadahku dan juga ibadahmu. Nabi pun menimpali dengan doa serupa. Meski beberapa ulama ada yang menilai kualitas hadisnya tidak shahih, karena terkait tata krama dan banyak dikuatkan dengan hadits-hadits lain seputar saling mendoakan sesama muslim, hadits ini bisa dan baik untuk diamalkan.

Dengan demikian, silaturahmi di hari raya tentu begitu dianjurkan karena banyak perintah untuk tetap menjalin hubungan baik dengan sesama. Nabi pun telah menyebutkan keutamaan silaturahmi ini. Di hari raya yang mesti kita syukuri, tentu merawat kerukunan dan persaudaraan adalah momentum yang hendaknya tak terabaikan.

Ada banyak sekali hikmah silaturahmi dan manfaat yang bisa didapatkan. Tentunya, semua hikmah silaturahmi membawa manfaat yang positif dan terasa dalam hidup kita jika dijalankan secara konsisten. Berikut adalah 17 manfaat atau hikmah silaturahmi dalam Islam:

1. Merekatkan Ukhuwah 

Dengan bersilaturahmi kita bisa merekatkan ukhuwah islamiyah. Sebagai manusia tentu saja kita tidak bisa lepas dari salah dan khilaf. Pasti saja ada masalah-masalah dan konflik yang terjadi bahkan sering kali kita menyakiti hati orang lain. Silhaturahmi memberikan manfaat untuk merekatkan kembali ukhuwah dan juga kekerabatan yang mulai pupus atau berkurang.

Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan Wathaniyah adalah kesatuan antara sesama muslim tanpa memandang lagi batasan atau perbedaan di antara muslim baik suku, bahasa, budaya. Asalkan masih tetap dalam ketauhidan.

Bisa juga karena jarak dan waktu sering kali kita tidak pernah menyapa bahkan mendengar kabar saudara atau sahabat lama kita. Untuk itu, inilah manfaat silahutrahmi. Sebagaimana juga Rasulullah sampaikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman dalam QS Al Anfaal ayat 63 yang berbunyi,

"Kalau kalian tidak mengerjakan apa yang Aku perintahkan itu (yaitu untuk berukhuwah, bersilaturahmi) tentu akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar."

2. Memberbanyak Rezeki 

Dalam beberapa hadits dan juga apa yang dikatakan oleh umat Islam, bersilhautrahmi bisa memperbanyak rezeki. Tentu saja rezeki ini bisa bersifat langsung ataupun efek yang tidak langsung. Misalnya saja, dengan bertemu sahabat kita bisa menawarkan produk bisnis kita, membangun bisnis bersama, atau mendapatkan berkah lainnya dari silaturahmi. Pembuka rezeki salah satunya dengan kita melaksanakan silaturahmi.

Tentu saja, hal ini harus diniatkan dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala bukan sekadar mengharap imbalan atau pemberian orang lain. Orang yang berniat ibadah Allah akan berikan berlipat ganda, sedangkan yang tidak ikhlas dan tidak lurus beribadah akan mendapat hanya yang dia inginkan saja.

3. Saling Mengenal dan Memperluas Persaudaraan 

Dengan bersilahutrahmi kita juga bisa saling mengenal dan memperluas persaudaraan. Awalnya hanya mengenal satu orang, kemudian akan banyak mengenal sahabat-sahabat atau saudara yang lain yang bisa jadi tidak kita kenali sebelumnya. 

Tanpa siahturahmi tentu hal ini sulit terjadi. Kita tidak akan mengenal keluarga, sahabat yang lain, padahal semua umat Islam adalah saudara. Inilah fungsi agama yang memerintahkan silaturahmi. Membawakan efek yang sangat baik bagi kehidupan manusia.

4. Menambah Ilmu dan Hikmah Hidup 

Masing-masing orang tentunya memiliki cerita hidup, hikmah, dan pengalaman yang berbeda-beda. Jika sering bersilaturahmi maka kita akan bisa untuk menambah ilmu dan hikmah hidup yang banyak dari berbagai orang. Jika tidak bersilhaturahmi kita hanya mendapat hikmah dan ilmu dari diri kita saja dan orang yang terdekat. Islam dan ilmu pengetahuan tentu sangat berhubungan erat, untuk itu pasti dalam hidup kita membutuhkannya dan harus selalu memperharuinya.

Menjalin silaturahmi akan memperluas ilmu, khazanah pengetahuan, dan berbagai pelajaran hidup lainnya. Sehingga kita bisa meluaskan pandangan, lebih empati, dan juga mendapatkan pencerahan yang bervariasi. Hidup kita pun lebih berwarna dan kita bisa lebih bijak menyelesaikan persoalan.

5. Menambah Empati dan Menjauhi Sikap Egois 

Bersilaturahmi juga bisa menambah empati dan menjauhi sikap egois. Saat bersilaturahmi kita dibiasakan untuk menghargai orang lain, menghormati mereka, mendengarkan cerita dan masalahnya dan hal-hal lainnya. Untuk itu, silahutrahmi secara tidak langsung jika dijalankan secara konsisten akan membentuk empati dan menjauhi sikap egois.

Mencari ketenangan dalam Islam sesuai dalil Alquran salah satunya harus memperkuat emosi kita dengan hal positif seperti empati dan menjauhi sikap egois melalui aktifitas silaturahmi.

6. Menambah Kekuatan dan Kesatuan Islam 

Dalam kacamata Islam, Rasulullah sering kali menyuruh umat Islam untuk saling bersatu agar tidak bercerai berai. Tentu saja efek silaturahmi kekuatan umat islam bisa bersatu dan saling bahu membahu. Andai umat Islam hidup individualistis dan tidak saling membantu, maka umat Islam bisa bercerai berai dan kesatuan Islam akan terancam. Untuk itu dibutuhkan saling bersilaturahmi.

7. Waktu yang Tepat untuk Bersilahturahmi 

Untuk bersilaturahmi tentu saja kita harus mempertimbangkan etika dalam pemilihan waktu. Waktu yang tidak tepat akan mengganggu orang yang kita datangi dan temui. Jika kurang tepat maka pasti akan mengganggu kenyamanan dan perasaan dalam bersilahutrahmi. Maka lebih baik mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum mendatangi orang yang dituju.

8. Hari Raya Umat Islam 

Hari besar umat Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk bisa saling bersilaturahmi dan maaf memaafkan. Waktu-waktu ini setelah salat id biasanya menjadi moment yang putih, suci, dan bersih sehingga umat Islam bisa saling membuka hati memberikan ruang kembali pada keluarga, sahabat, dan kerabatnya, apalagi jika pernah menuai konflik atau kesalahan di masa lalu.

9. Menyesuaikan dengan Waktu Kerabat 

Jika kita hendak bersilaturahmi di luar waktu Idul Adha dan Idul Fitri, maka hendaknya kita membuat janji atau bertanya terlebih dahulu kepada orang yang dituju. Tentunya agar tidak mengganggu, tidak nyaman, sehingga membuat suasana silahutrahmi menjadi kurang berbahagia.

Walaupun silaturahmi adalah ibadah, penting kiranya kita selalu memperhatikan waktu ini sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kita terhadap saudara atau kerabat. Itulah mengapa kita dapat mengambil banyak manfaat dan hikmah silaturahmi antar saudara.

10. Mendekatkan diri Pada Allah 

Menyambung tali silaturahmi sama dengan menyambung hubungan dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagaimana disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman: “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu”

Dengan begitu, silaturahmi menjadi ajang mendekatkan diri pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini karena Allah memerintahkan hambaNya untuk menjaga keutuhan antar sesamanya. Allah juga menjanjikan pahala bagi siapa saja yang mampu menjaganya dan Dia juga tidak segan memberikan peringatan bagi mereka yang memutus keutuhan tali silaturahmi.

11. Memperluas Rezeki 

Dengan bersilaturahmi, seseorang dapat memperluas rezeki orang lain dengan bantuan yang diberikan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun menjanjikan kemudahan dan pahala bagi siapa saja yang mampu memperpanjang tali silaturahmi dan memudahkan urusan saudaranya.

Janji Allah tersebut tertuang dalam sabda Rasulullah yang diriwayatkan Abu Hurairah:

“Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Bersedekah kepada keluarga lebih diutamakan daripada bersedekah kepada orang lain. Mengunjungi sanak saudara dan bersedekah adalah salah satu perbuatan mulia dan memiliki faedah yang besar. Hal ini tertuang pada hadits yang berbunyi:

“Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahmi.” (HR Tirmidzi).

12. Kunci masuk surga 

Karena keutamaan silaturahmi begitu besar, Allah menjanjikan pintu surga bagi hamba yang menjalankannya. Hal ini sesuai pada hadits yang berbunyi:

“Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan dalam satu riwayat:

“Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia masuk surga.”

Dan orang yang memutuskan tali silaturahmi terancam tidak bisa masuk surga, dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im radhiyallahu'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,  beliau bersabda:

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)” (HR Bukhari dan Muslim).

13. Memperpanjang Usia 

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya, hendaklah ia bersilaturahim.”

Selain memperluas rezeki, Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga menjanjikan penangguhan ajal. Ajal juga bisa diartikan jejak. Ajal atau jejak mengikuti umur manusia, karena orang yang sudah meninggal tidak meninggalkan jejak di muka bumi. Dengan demikian seseorang yang taat menjalani silaturahmi, juga akan diperpanjang umurnya.

14. Menjaga Kesehatan Mental 

Bersilaturahmi bisa juga untuk menjaga kesehatan mental. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan sesama untuk menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, silaturahmi saat Lebaran merupakan kesempatan untuk bertukaran cerita, menanyakan keadaan hidup, dan menjalani berbagai kegiatan seru bersama. Hal-hal kecil ini secara tidak langsung memperbaiki mood dan mengurangi stres.

15. Memperluas Ilmu dan Hikmah Hidup 

Pertemuan dan berinteraksi dengan orang membuat kita mendapatkan berbagai hikmah dan gagasan atau ilmu yang baru. Rutin memperbaharui ilmu maka kita dapat mendapatkan pencerahan mengenai cara pandang dan rasa empati. Dengan begitu segala persoalan dapat diselesaikan dengan akal bijak.

16. Menunjukkan Keimanan dan Kesalehan Pada Tuhan 

Menyambung tali silaturahmi merupakan salah satu bentuk kecintaan dan ketakwaan seorang hamba. Hal tersebut dibuktikan dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”.

17. Menggugurkan Dosa 

Silaturahmi menjauhkan Anda dari dosa perselisihan dan meluruskan kesalahpahaman. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :

"Tidak ada dosa yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi).

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Rabu, 10 April 2024 M / 1 Syawal 1445 H

Makna Iedul Fithri 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ - رواه ابن ماجه

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Idul Fitri adalah hari dimana kalian berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana kalian berkurban.” (HR. Ibnu Majah).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Iedul Fitri diterjemahkan dengan kembali kepada fitrah atau kesucian, karena telah ditempa dengan ibadah sebulan penuh di bulan ramadhan. Dan karenanya ia mendapatkan ampunan dan maghfirah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

2- Iedul Fitri diterjemahkan dengan hari raya berbuka, dimana setelah sebulan penuh ia berpuasa, menjalan ibadah puasa karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, pada hari Idul Fitri ia berbuka dan tidak berpuasa sebagai ungkapan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

3- Sehingga Iedul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala di mana insan dikembalikan pada fitrahnya dengan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sekaligus sebagai hari bergembiranya kaum muslimin dimana diperintahkan untuk makan dan minum.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran : 

1- Seringkali pada saat hari raya Iedul Fitri, karena begitu banyaknya makanan yang relatif istimewa, kita lupa dengan ‘kapasitas’ perut kita, sehingga terlalu banyak mengkonsumsi makanan. Baik makan besar maupun makan kecil. Sementara Allah Subhanu Wa Ta'ala telah mengingatkan kita :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf 31).

2- Pakaian yang bagus dan indah yang memang disunnahkan untuk dikenakan pada hari raya Iedul Fitri, menjadikan kita terjebak pada sifat berlebihan dalam berpakaian ataupun berdandan, sehingga terkadang ‘aurat’ tidak terjaga, atau berpakaian terlalu ketat, atau juga terlalu menyolok (tabarruj). Sehingga dosa-dosa yang telah terampuni kembali masuk dalam diri kita. Oleh karenanya, sebaiknya dalam berpakaian tidak melanggar batasan-batasan syar’I, baik bagi pria maupun wanita.

وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al-Ahzab 33).

3- Iedul Fitri juga sering menjadi ajang untuk menghambur-hamburkan uang pada sesuatu yang ‘manfaatnya’ kurang. Kecuali jika dalam rangka untuk memberikan santunan kepada kerabat keluarga yang membutuhkan, namun itupun juga tidak boleh berlebih-lebihan. Dalam Al-Qur’an Allah mengatakan :

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqan 67)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.