Jumat, 12 April 2024

KUMPULAN HADITS TENTANG KELUARGA DAN KERABAT

Edisi Jum'at, 12 April 2024 M / 3 Syawal 1445 H.

Manfaat silaturahim saat lebaran menjadi hal yang paling banyak dicari saat hari raya. Saat lebaran, silaturahim menjadi agenda utama yang dijalankan. Mengunjungi sanak saudara, memohon maaf pada teman dan sahabat menjadi kegiatan yang selalu dilakukan saat lebaran.

Momen kembali suci saat lebaran dimanfaatkan untuk saling bermaafan dan menyambung kembali tali silaturahim yang terputus. Manfaat silaturahim saat lebaran tak hanya sekadar menjalin hubungan baik antar sesama, kegiatan ini juga memupuk keimanan seseorang pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Biasanya setiap momen hari raya, anggota keluarga besar berisiatif mengadakan acara pertemuan di salah satu rumah anggota keluarga, tepatnya di lebaran tahun ini bertempatan di rumah saudara yang tertua. Semua anggota keluarga, seperti anak, adik, kakak, menantu, dan seluruh anggota keluarga berkumpul di salah satu rumah keluarga yang dituakan.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh

(QS. An Nisa' ayat 36).

Berikut ini adalah beberapa kumpulan hadits yang berkaitan dengan Keluarga dan Kerabat :

1. Dari Aisyah Radhiyallahu'anha, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku".

(HR. At Thirmidzi).

2. Dari Abdullah Radhiyallahu'anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Seluruh mahkluk adalah keluarga Allah, maka mahkluk yang paling di cintai Allah adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya". (Kitab Syu'abul Iman oleh Imam Baihaqy). 

3. Dari Jubair bin Muth'im Radhiyallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahim".

(HR. Bukhari dan Muslim).

4. Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Dosa-dosa besar itu adalah, menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh dan bersumpah palsu". (HR. Bukhari).

5. Dari Aisyah Radhiyallahu'anha, ia berkata, Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan paling berlemah lembut terhadap keluarganya".

(HR. At Thirmidzi).

6. Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu'anhu, bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Termasuk dosa besar, seseorang mencaci-maki kedua orangtuanya".

Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah. Apakah ada seseorang yang mencaci-maki kedua orangtuanya?".

Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam menjawab, "Ya, ada. Ia mencaci-maki bapak ibu orang lain, kemudian orang tersebut balik mencaci-maki bapak ibunya".

(HR. Bukhari dan Muslim).

7. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa yang bersekongkol dengan seorang perempuan (istri orang) atas suaminya (untuk memisahkan mereka) maka dia tidak termasuk golongan kami".

(HR. Abu Dawud).

8. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu'anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Orang yang menyambung silaturahim bukanlah orang yang sekedar mengunjungi keluarga kerabatnya saja, akan tetapi orang yang menyambung silaturahim itu adalah apabila keluarga dan kerabatnya memutuskan silaturahim, kemudian ia datang untuk menyambung kembali".

(HR. Bukhari).

9. Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah Radhiyallahu'anhu, ia berkata, "Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam, maka datanglah seseorang Bani Salamah, kemudian orang itu berkata, "Wahai Rasulullah. Apakah masih ada kebaikan yang bisa aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orangtua ku, setelah mereka wafat?".

Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam menjawab, "Ya, yaitu kalian mendoakan mereka, memohon ampunan untuk mereka, menunaikan janji mereka yang belum terlaksana, menyambung silaturahim dengan kaum kerabat orang tua, dan memuliakan sahabat-sahabat kedua orangtua".

(HR. Abu Dawud).

10. Dari Nu'man bin Basyir Radhiyallahu'anhu, bahwasanya, ibunya, Binti Rawahah, meminta kepada bapaknya Sebahagian hartanya untuk di berikan kepada anaknya. Ia menunda persoalan ini selama setahun hingga kemudian ia menyatakan akan menunaikannya. Binti Rawahah berkata, "Aku tidak mau sebelum Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam menjadi saksi atas harta yang kamu berikan kepada anakku ini".

Lalu bapakku meraih tanganku dan pada waktu itu aku masih kecil. Ia membawaku menemui Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam, sesampainya di hadapan Rasulullah, ia berkata, "Wahai Rasulullah, ibu dari anak ini, Binti Rawahah, menginginkan agar engkau menyaksikan atas harta yang akan aku berikan kepada anaknya ini".

Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam menjawab, "Hai Basyir. Apakah kamu mempunyai anak yang lain selain anak ini?".

Ia menjawab, "Iya Rasulullah, ada".

Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bertanya, "Apakah kamu juga memberikan harta kepada mereka juga, sebagaimana kamu memberikannya kepada anak mu ini?".

Ia berkata, "Tidak ya Rasulullah".

Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Maka, janganlah kamu meminta kesaksian ku, karena sesungguhnya aku tidak akan memberikan kesaksian atas ketidakadilan".

(HR. Bukhari dan Muslim). 

11. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Satu dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dan satu dinar kamu infakkan untuk membebaskan hamba sahaya, dan satu dinar yang kamu sedeqahkan kepada faqir miskin, serta satu dinar yang kamu keluarkan untuk menghidupi keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang kamu keluarkan untuk menghidupi keluargamu". (HR. Muslim). 

12. Dari Abu Sa'id al Khudri Radhiyallahu'anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya, seburuk-buruknya manusia di mata Allah Subhanahu Wa ta'ala pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang bersetubuh dengan istrinya, dan istrinya melayaninya, tapi kemudian ia menyebarkan aib istrinya tersebut". (HR. Muslim).

13. Dari Abu Syufyan Shakhr bin Harb Radhiyallahu'anhu, pada cerita yang panjang, tentang Heraklius, Raja Romawi, bahwasanya ia berkata kepada Abu Syufyan : "Hai Abu Syufyan, apa yang di perintahkannya kepada mu?".

(maksudnya adalah Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam). 

Abu Syufyan Radhiyallahu'anhu menjawab, "Beliau bersabda, "Menyembahlah hanya kepada Allah dan janganlah menyekutukan Nya dengan sesuatu apapun serta tinggalkanlah apa-apa yang di katakan nenek moyang mu".

Beliau juga menyuruh kami untuk mengerjakan shalat, berkata jujur, menjaga kesucian dan menyambung silaturahim".

(HR. Bukhari dan Muslim). 

14. Dari Mughirah Radhiyallahu'anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengharamkan atas kamu durhaka kepada ibu bapak".

(HR. Bukhari dan Muslim).

15. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu ia berkata, bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam, "Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan baik ku?".

Beliau bersabda, "Ibumu".

Dia bertanya kembali, "Kemudian siapa?".

Beliau menjawab, "Ibumu".

Dia bertanya kembali, "Kemudian siapa?".

Beliau menjawab, "Ibumu".

Dia kembali bertanya, "Kemudian siapa lagi?". Beliau menjawab, "Bapakmu".

(HR. Bukhari dan Muslim).

16. Dari Asma binti Abu Bakar ash Shiddiq Radhiyallahu'anha, ia berkata, "Telah datang kepadaku, ibuku dari Makkah, ia datang kepada ku untuk meminta sesuatu kepadaku, sedangkan ia masih dalam keadaan musyrik".

Kemudian aku minta pendapat kepada Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam. Aku berkata, "Wahai Rasulullah, telah datang ibuku untuk meminta sesuatu kepada ku, apakah aku terima ia dan mestikah aku menyambung silaturahim dengannya".

Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam menjawab, "Ya, sambunglah silaturahim kepada ibumu".(HR. Bukhari dan Muslim).

17. Dari Abu Ishak Sa'ad bin Abu Waqqash Radhiyallahu'anhu, ia berkata, "Telah datang kepadaku Rasulullah Shallallahu A'laihi Wasallam untuk menjenguk ku pada tahun haji wada ketika sakitku sudah parah. Aku berkata, "Wahai Rasulullah. Sebagaimana yang engkau lihat, sakit ku sudah semakin parah. Dan aku memiliki banyak harta. Sedangkan aku tidak memiliki ahli waris yang lain selain seorang anak perempuan ku. Apakah aku boleh mensedeqahkan dua pertiga dari harta ku?".

Beliau menjawab, "Tidak boleh".

Aku bertanya kembali, "Kalau setengahnya, bagaimana Rasulullah?".

Beliau menjawab, "Tidak boleh".

Aku bertanya kembali, "Kalau setengahnya, bagaimana Rasulullah?".

Beliau menjawab, "Tidak boleh".

Aku pun bertanya kembali, "Bagaimana kalau sepertiganya Rasulullah?".

Beliau menjawab, "Ya. Itu juga sudah sangat banyak. Sesungguhnya kamu lebih baik meninggalkan ahli waris mu dalam keadaan kaya ketimbang meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada orang-orang. Dan tidaklah kamu menginfakkan sesuatu, kemudian kamu mengharapkan Ridho Allah, kecuali kamu akan di berikan pahala atasnya, termasuk nafkah yang kamu berikan kepada istrimu".

(HR. Bukhari dan Muslim). 

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Jum'at, 12 April 2024 M / 3 Syawal 1445 H.

Manfaat Silaturrahim

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ( مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ ) .

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu alahi wa salam bersabda :

Barangsiapa yang ingin mudah (luas) rizkinya dan panjang umurnya hendaklah mempererat tali silaturahim

(HR. Bukhori dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1.Mengharapkan umur yang panjang dan rezki yang banyak adalah sifat umum yang ada pada manusia.

2.Islam tidak mematikan fitrah manusia akan tetapi mengarahkannya.

3.Silaturrahim memberikan manfaat duniawi bagi pelakunya sebelum manfaat terbesar di akhirat kelak.

4.Bolehnya memotivasi seseorang untuk melakukan suatu ibadah dengan menyebutkan manfaat duniawi yang akan didapatkannya.

5.Diluaskan rizkinya, pertumbuhan, lapang, berkah dan juga bertambah rizqi dengan sebenarnya.

6.Panjang umur diartikan sebagai: 

-Berkah umur, di mana seseorang yang senantiasa mendapatkan taufik didalam keta'atan

-Senantiasa dikenang oleh orang walaupun setelah dia meninggal dunia, dengan demikian seakan-akan dia masih hadir bersama kita.

-Diartikan makna hakiki di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan baginya takdir mu’allaq yaitu contohnya jika dia tidak bersilaturrahim maka umurnya hanya 50 tahun dan jika dia bersilaturrahim umurnya bisa sampai 60 tahun. 

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran :

1-Bertakwalah kalian kepada Allah dalam silaturahim. 

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. (QS. An-Nisa: 1).

2- Silaturahim, berbuat baik kepada kaum kerabat dan sanak famili, salah satu syarat besuk masuk surga bersama keluarga.

وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ

dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkannya. (QS. Ar-Ra'd: 21).

3- Panjang umur diartikan makna hakiki di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan baginya takdir mu’allaq yaitu contohnya jika dia tidak bersilaturrahim maka umurnya hanya 50 tahun dan jika dia bersilaturrahim umurnya bisa sampai 60 tahun. Hal yang seperti ini telah diisyaratkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya,

يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

(QS. Ar-Ra’ad ayat 39).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.