Edisi Senin, 6 Maret 2023 M / 13 Sya'ban 1444 H.
Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al Haddad, nasabnya bersambung kepada Sayyidina al Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib atau Sayyidina al Imam Husein binti Fatimah Az Zahra binti Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Secara urutan nasab, Habib Abdullah Al Haddad adalah generasi cucu nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang ke-29.
Habib Abdullah Al Haddad diberikan pemahaman dan daya hafal yang istimewa oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Namanya begitu besar dan dikenal orang di berbagai negeri. Bahkan kitab karya beliau Ratibul haddad telah dibaca orang-orang di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi ketika Habib Abdullah Al Haddad masih hidup.
Selain di kenal sebagai ahli ibadah dan mujahadah, al-Habib Abdullah juga dikenal seorang yang istiqomah dalam ibadah dan mujahadahnya seperti yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabatnya. al-Habib Ahmad an-Naqli berkata: “al-Habib Abdullah adalah seorang yang sangat istiqamah dalam mengikuti semua jejak kakeknya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam.
Tentang kesabaran al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, sejak masa kecil beliau sudah mengalami berbagai cobaan, diantaranya adalah ketika beliau menderita penyakit cacar sampai kedua matanya tidak dapat melihat. Meskipun begitu, beliau rajin mencari ilmu dan beribadah di masa kecilnya, hingga melakukan shalat sunnah seratus rakaat setiap paginya hingga Waktu Dzuhur tiba. Disebutkan bahwa beliau selalu menyembunyikan berbagai cobaan yang dideritanya, sampai di akhir usianya.
Di antara karya-karya tulis al-Habib Abdullah adalah: ar-Risalah Adab as-Suluk al-Murid, ar-Risalatul al-Mu’awanah, an-Nafaais al-’Ulwiyah Fi al-Masailis as-Sufiyah, Sabiilul Iddikar, al-Ithaaf as-Saail, at-Tatsbiitul Fuaad, ad-Da’wah at-Taamah, an-Nasaih ad-Diiniyah, dan masih banyak lagi lainnya. Dan termasuk wirid-wirid yang beliau susun diantaranya yang sangat terkenal adalah ‘Ratib Al-Haddad’ yang beliau susun di malam Lailatul Qadr tahun 1071 H.
Beliau wafat hari Senin Malam Selasa tanggal 7 Dzulqa’dah 1132 H, dan di makamkan di pemakaman Zambal di kotaTarim-Hadhramaut-Yemen. Berikut kumpulan kalam dan kata bijak Imam Al-Haddad :
1. Menyimpan perasaan benci terhadap sesama muslim adalah suatu kesalahan besar, kecuali jika itu terjadi tidak atas kemauannya sendiri. Misalnya, orang yang dibencinya itu memperkosa haknya. Dalam hal seperti itu, menyimpan perasaan benci tidak dilarang (tidak diharamkan), tetapi dia harus segera menebus kesalahannya (kebenciannya itu) dengan tidak menyukai orang muslim yang dibencinya itu, dengan beristighfar. Selanjutnya, dia harus dapat menahan diri agar ketidaksukaannya jangan sampai mendorong dirinya bertindak melampaui batas yang dibolehkan hukum syari’at (mubah). Itulah kaffarahnya.
2. Patuh pada ayah ibu mendatangkan berkah. Hubungan silaturrahmi diberkahi Allah, memperpanjang umur, melonggarkan rezeki dan mencegah kejahatan musuh. Orang yang memperoleh taufiq Allah, dia beruntung. Orang yang disesatkan Allah dan dikehendaki kebinasaannya, tidak ada apapun yang berguna baginya. Apabila Allah menghendaki keburukan menimpa seseorang, Dia menggiringnya kepada tindakan memutuskan hubungan kekerabatan (silaturrahmi). Dengan tindakannya itu Allah akan mempercepat kepergiannya, kebinasaannya dan kehancuran nya.
3. Apabila anda terkena cobaan yang masih memungkinkan untuk bersabar menghadapi nya, janganlah anda meninggalkan kesabaran dan menggantinya dengan keluh kesah dan lain sebagainya. Bahakan anda hendaknya berusaha mengubah kesabaran menjadi bersyukur jika penderitaan berat masih terus menimpa anda. Orang-orang zaman dahulu bila Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan cobaan atas mereka, dengan lapang dada mereka menerimanya disertai keyakinan bahwa Allah akan melimpahkan ketenangan kedalam hati mereka. Dengan demikian mereka dapat tetap bersabar dan mengalah.
4. Adapun segala kesalahan yang berkaitan dengan hak aku, aku telah memaafkannya. Tetapi hak Allah, sesungguhnya tidak akan dimaafkan.
5. Seorang hamba tidak dituntut untuk menjalankannya didalam bathin hingga dia dapat memperbaiki bentuk shalat secara lahir. Bila dia telah menjalankan secara lahir dengan baik, akan kembali pula shalatnya secara bathin. Ingat, tidak mungkin melakukan shalat secara bathin kecuali dengan melakukan latihan olah hati sebagai pendahuluan, dan meninggalkan pendalaman dalam berbagai hal sebelum melakukannya. Seandainya bukan karena keutamaan shalat jamaah, kami tidak akan melakukannya, dan lebih baik menjalankan shalat sendiri.
6. Barangsiapa mengerti suatu ilmu dan benar-benar menguasainya, apabila mendengar ada orang lain yang berbicara tentang ilmu itu dengan baik, hendaklah iadiam dan tidak lagi berbicara untuk menonjolkan dirinya. Dan jika ia berbicara juga, hal itu tergolong kebodohan. Banyak orang yang baru memiliki satu baba tau sepuluh masalah saja sudah berbicara dengan setiap orang yang didengarnya berbicara tentang sesuatu itu.
7. Sesungguhya kami tidak suka membuat bingung murid, melainkan kami berikan kepadanya sesuai dengan kemampuan berfikirnya. Engkau lihat orang-orang banyak yang berpanjang lebar memberikan pelajaran kepada pelajar pemula dan membuat bingung mereka sehingga mereka menjadi bosan. Ada dua ilmu yang kami tidak merasa aman untuk dipegang oleh orang-orang yang belajar di masa sekarang: ilmu hakikat dan ilmu tentang khilafiyah para imam. Kami memiliki banyak kitab tentang itu tetapi kami tidak mau menunjukkannya.
8. Dimasa sekarang semestinya yang dituntut adalah membahas untuk para pelajar meskipun bertentangan dengan apa yang dipegang oleh salaf, agar dapat mengingatkannya, karena seandainya tidak ada mudzakarah ia akan lupa dan juga untuk mendapatkan pahala.
9. Seandainya engkau datang membawa bejana yang kotor kepada seseorang yang engkau ingin mendapatkan minyak dan madu atau semacamnya dari orang itu, ia akan berkata kepadamu, “Pergilah,cucilah dulu.” Ini dalam urusandunia, lalu bagaimana rahasia-rahasia ilmu akan ditempatkan dalam hati yang kotor.
10. Tidak dibukakan bagi seseorang mengenai suatu ilmu sampai ia mencarinya dan menyakini bahwa ia belum memilikinya.
11. Jika engkau memiliki ilmu tersebut sekedarnya, dalam ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya juga cukup menguasai sekedarnya, dan lebih baik bagimu menguasai sepuluh masalah dengansebaik-baiknya daripada membaca sebuah kitab dengan sempurna tetapi tidak menguasainya.
12. Barangsiapa tidak bersungguh-sungguh berpegang dengan al-Qur’an dan sunnah, juga tidak mengerahkan kemampuan untuk mengetahui jejak rasul kemudian ia mengaku mempunyai derajat tinggi dihadapan Allah, maka jangan sampai engkau berpaling kepadanya dan mengikutinya meskipun dia bisa terbang, berjalan di atas air, bisa meringkas jarak perjalanan atau mempunyai keanehan-keanehan lain. Karena peristiwa-peristiwa semacam ini bisa dilakukan setan, tukang sihir, juru ramal, orang-orang yang mengetahui keadaan yang samar/tersembunyi dan para ahli perbintangan. Mereka semua ini termasuk orang-orang yang sesat.
13. Seorang hamba tidakakan mencapai keimanan hakiki sampai ia memperoleh kemanisan dan kelezatan dalam berhubungan dengan Allah seperti yang diperoleh oleh para ahli syahwat dalam “menikmati” kelalaian dan kemaksiatannya.
14. Siapa yang tidak memiliki tiga hal ini, ia tidak dapat digolongkan sebagai pecinta Allah: mengutamakan firman Allah atas kalam makhluk, memprioritaskan bertemu dengan Allah ketimbang bertemu dengan makhluk, dan menomorsatukan ibadah kepada-Nya daripada berkhidmat kepada makhluk.
15. Pada umumnya, kebaikan itu terasa sulit dipermukaan, tetapi terasa ringan di akhir. Seperti seorang yang mendaki sebuah bukit yang tinggi, ia tak memperoleh kebahagiaan kecuali setelah berhasil sampai dipuncaknya. Adapun keburukan, pada dasarnya nikmat di awal, namun akibat yang ditimbulkan terasa setelahnya, bak orang yang jauh dari puncak gunung, ia tak merasasakit kecuali kala tubuhnya telah menggelapar di tanah.
16. Ciri ulama akhirat adalah gemarnya mereka membaca kitab-kitab al-Ghazali.Dan ciri ulama dunia adalah ketidaksukaan mereka pada kitab beliau. Beliau menyingkap tabir antara ulama dunia dan ulama akhirat.Terbongkarlah aib ulama dunia hingga mereka tidak suka membacanya. Namun bagi mereka yang bersungguh-sungguh kembali ke jalan Allah. Dan dengan kitab Ihya hiduplah hati kita, tersingkap duka nestapa kami dengan kitab tersebut.
17. Barangsiapa yang memerhatikan dunia ini, dengan matanya. Pasti lah dia akan melihat, kepada penipuan dan kepalsuan. Akan tetapi, barangsiapa yang memerhatikan dunia ini, dengan mata hatinya. Maka dia akan melihat, dunia ini seperti debu-debu yang berterbangan.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.